Glaukoma
Pembimbing :
dr. Ida Nugrahani, Sp.M
Diajukan Oleh :
Yustin Eka Putri, S.Ked
J510185072
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Pada hari ,tanggal ,
Pembimbing:
dr. Ida Nugrahani, Sp.M ( )
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. AS
Usia : 59 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Mojogedang
Tanggal Masuk : 01 Desember 2018
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan di Poliklinik Mata RSUD Karanganyar
Keluhan Utama : pasien merasa pandangan mata kanan dan kiri kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli Mata RSUD Karanganyar dengan keluhan pandangan mata
kanan dan kiri kabur. Pandangan mata kabur dirasa sejak 1 bulan yang lalu, keluhan
dirasakan terus-menerus. Keluhan mata merah (-), nrocos (-), pandangan silau (-),
terasa gatal (-), mata terasa mengganjal (-), kotoran mata (-), nyeri kepala (-).
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Aktifitas : Normoaktif
Kooperatif : Kooperatif
Status Gizi : Cukup
Status opthalmologi
Normal
OCULUS DEXTRA OCULUS SINISTRA
OCULUS SINISTRA
No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 4/60 6/60
2 Koreksi - -
3. Palpebra Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)
Blefarospasme(-) Blefarospasme(-)
Lagoftalmus (+) Lagoftalmus (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Lesi Kulit (-) Lesi Kulit (-)
D. DIAGNOSIS KERJA
Glaukoma ODS
E. PENATALAKSANAAN
- Cendo Timol eye drop 0,5% 2x1 tetes ODS
- Glauseta tab 2x1
F. PROGNOSIS ODS
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad visam : dubia ad bonam
- Quo ad sanam : dubia ad bonam
- Quo ad cosmeticam : bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
II. Epidemiologi
Berdasarkan data WHO tahun 2010, diperkirakan sebanyak 3,2 juta orang
III. Patofisiologi
Terdapat tiga factor penting yang menentukan tekanan bola mata, yaitu:
kanalis schlem
pengeluaran humor aquos terbagi menjadi 2 jalur, yaitu sebagian besar melalui
sistem vena dan sebagian kecil melalui otot ciliaris. Pada sistem vena, humor aquos
diproduksi oleh prosesus ciliaris masuk melewati kamera okuli posterior menuju
kamera okuli anterior melalui pupil. Setelah melewati kamera okuli anterior cairan
humor aquos menuju trabekula meshwork ke angulus iridokornealis dan menuju kanalis
Schlemm yang akhirnya masuk ke sistem vena. Aliran humor aquos akan melewati
jaringan trabekulum sekitar 90 %. Sedangkan sebagian kecil humor aquos keluar dari
mata melalui otot siliaris menuju ruang suprakoroid untuk selanjutnya keluar melalui
sklera atau saraf maupun pembuluh darah. Jalur ini disebut juga jalur uveosklera (10-
15%).
Tekanan bola mata yang umum dianggap normal adalah 10-21 mmHg. Pada
banyak kasus peningkatan bola mata dapat disebabkan oleh peningkatan resistensi
aliran akuos humor. Beberapa faktor risiko dapat menyertai perkembangan suatu
glaukoma termasuk riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, ras, genetik, variasi
Proses kerusakan papil saraf optik (cupping) akibat tekanan intra okuli yang
tinggi atau gangguan vaskular ini akan bertambah luas seiring dengan terus
makin bertambah luas. Pada akhirnya terjadi penyempitan lapangan pandang dari
cupping glaucomatous awal terdiri dari hilangnya akson-akson, pembuluh darah dan
berbagai variasi faktor, baik instriksi maupun ekstrinsik. Kenaikan TIO memegang
kompresi langsung serat-serat akson dan struktur pendukung nervus optikus anterior,
dengan distorsi lempeng lamina kribrosa dan interupsi aliran aksoplasmik, yang
berakibat pada kematian sel ganglion retina (RGCs). Teori iskemik fokus pada
kedua faktor mekanik dan pembuluh darah mungkin berperan terhadap kerusakan.
Glaukoma adalah seperti suatu kelainan family heterogen dan kematian sel ganglion
terlihat pada glaucomatous optic neuropathy yang bermediasi oleh banyak faktor.
IV. Klasifikasi
Klasifikasi glaucoma :
1. glaucoma primer
2. glaucoma sekunder
3. glaucoma kongenital
4. glaucoma absolut
primer sudut terbuka terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada sistem
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi anatomis
sumbatan aliran keluar humor aquos akibat oklusi trabekular meshwork oleh iris
perifer
2. Glaukoma sekunder
manifestasi dari penyakit lain dapat berupa peradangan, trauma bola mata dan
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat
kongenital terbagi atas glaukoma kongenital primer (kelainan pada sudut kamera
okuli anterior), anomali perkembangan segmen anterior, dan kelainan lain (dapat
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir dari glaucoma dimana sudah terjadi kebutaan total
akibat tekanan bola mata. pada glaucoma absolut, kornea terlihat keruh, bilik mata
1. Tonometri
tebal kornea pasien maka tekanan intraokuler yang di hasilkan cenderung tinggi,
begitu pula sebaliknya, semakin tipis kornea pasien tekanan intraokuler bola
cukup sederhana, praktis, mudah dibawa, relatif murah, kalibrasi alat mudah
dan tanpa komponen elektrik. Penilaian tekanan intraokuler normal berkisar 10-
22 mmHg. Pada usia lanjut rentang tekanan normal lebih tinggi yaitu sampai 24
mmHg.
diameter dari luas diskus optikus. jika “cup” mengisi area diskus optikus sebesar
1/10, maka rasionya adalah 0,1. jika “cup” mengisi 7/10 dari diskus optikus,
4. Gonioskopi
lensa khusus untuk melihat aliran keluarnya humor aquos. Fungsi dari
VIII. Tatalaksana
Orbita berbentuk seperti buah pear dengan dengan kanalis optikus diibaratkan sebagai
tangkainya. Puncaknya di posterior dibentuk oleh foramen optikum dan basisnya di bagian
anterior dibentuk oleh margo orbita. Lebar margo orbita 45 mm dengan tinggi 35 mm.
Kedalaman orbita pada orang dewasa kurang lebih 40-45 mm sampai ke apex. Dinding medial
dari mata kanan dan kiri sejajar. Dinding lateralnya dari mata kanan tegak lurus terhadap
dinding lateral mata kiri. Pertumbuhan penuh dicapai pada umur 18-20 tahun dengan volume
orbita dewasa ±30cc. Bola mata hanya menempati sekitar 1/5 bagian ruangannya. Lemak dan
otot menempati bagian terbesarnya. Otot-otot mata terdiri dari m. rektus superior, m. rektus
1. os frontalis
2. os sphenoidalis
Bagian dinding medial orbita :
1. os maksilaris
2. os lakrimalis
3. os sphenoidalis
4. os ethmoidalis
1. os maksilaris
2. os zigomatikum
3. os palatinum
1. os zigomatikum
2. os sphenoidalis
3. os frontalis
Di ruang orbita terdapat 3 lubang yang dilalui oleh pembuluh darah, saraf, yang masuk ke
3. Fissura orbitalis inferior yang dilalui nervus, vena dan arteri infraorbitalis.
Gambar 1. Anatomi orbita 2
ABNORMALITAS ORBITA
Evaluasi abnormalitas orbita harus dapat membedakan orbital dari lesi periorbital dan
intraokular. Perbedaan ini dapat mengarahkan kepada sebuah diagnosis. Evaluasi dimulai dari
anamnesis dan pemeriksaan untuk membimbing ke arah diagnosa dan terapi. Pada
1. Pain, kemungkinan merupakan tanda dari adanya inflamasi dan infeksi, perdarahan
orbita, tumor glandula lakrimalis maligna, invasi dari karsinoma nasopharyngeal, atau
adanya metastase.
Pada bilateral proptosis biasanya terjadi karena Grave’s disease, lymphoma, vasculitis,
Sedangkan pada onset bulan sampai dengan tahun biasanya disebabkan dermoid, tumor
osteoma.
pengangkatan atap orbital. Pulsasi dengan atau tanpa bruits, dapat disebabkan karena
carotid cavernous fistula, dural arteriovenous fistulas, dan orbital arteriovenous fistulas.
6. Periorbital changes, yang berhubungan dengan lesi orbital biasanya terlihat adanya
retraksi palpebra, kelainan vaskular pada palpebra, lesi eczematous pada palpebra,
Yang akan dibahas pada referat ini adalah proptosis. Proptosis dideskripsikan sebagai
penonjolan bola mata yang abnormal, dan disebabkan oleh lesi retrobulbar, atau pada
kasus yang jarang, karena orbita yang dangkal. Proptosis yang asimetris dapat dideteksi
dengan inspeksi mata pasien dari arah depan bawah (Worm’s eye view) atau dari arah
samping. 4
Gambar 2. Posisi Worm’s eye view 3
PEMERIKSAAN PROPTOSIS
A. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis harus dilakukan secara lengkap sehingga dapat dikelola dengan
1. Riwayat Penyakit
malformasi arteri vena), onset lama atau tiba-tiba (pada infeksi), kemudian
ditanyakan tanda-tanda infeksi lain seperti adanya panas badan meningkat,
atau adanya penyakit sinusitis atau abses gigi. Dapat ditanyakan juga tanda-
Bila dari pertanyaan ini tidak didapat jawaban, maka dapat diarahkan pada
ii. Umur, dapat menentukan jenis tumor, yaitu tumor anak-anak dan
tumor dewasa
iv. Adanya tanda klinis lain tumor ganas seperti rasa sakit, atau berat
badan menurun
kemungkinan metastase.
2. Pemeriksaan Mata
dilanjutkan pada otot bola mata, lapang pandang dan tekanan intraokular.
3. Pemeriksaan Orbita
eksoftalmometer Hertel.
ii. Posisi proptosis, perlu diketahui karena letak tumor biasanya sesuai
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Primer
lapisan tubuh pada suatu kedalaman tertentu, dan dapat digunakan untuk
Pada potongan koronal, akan menunjukkan mata, saraf optik, dan otot luar mata,
bersifat non invasif, karena tidak menggunakan radiasi ionisasi, sehingga tidak
sinar X, gambar yang terjadi lebih rinci, dan dapat menghitung biokimia
pasien dengan kelainan orbita. Ukuran, bentuk dan posisi dari jaringan normal
gambarannya hanya satu dimensi dari jaringan lunak orbita, ditandai dengan
spike yang bervariasi dari panjang dan tingginya tergantung dari karakteristik
tiap jaringan. Untuk Doppler ultrasonography, dapat memberikan informasi
khusus mengenai aliran darah (misalnya, kecepatan dan arah aliran darah pada
pasien dengan penyakit vaskular oklusi pembuluh darah atau kelainan lain yang
(karena redaman suara) atau sinus atau ruang intrakranial (karena suara tidak
2. Pemeriksaan Sekunder
dengan menyuntikkan kontras di vena frontal atau vena angularis. Karena aliran
darah akan menghasilkan sinyal kosong pada MRI, abnormalitas vena yang
neurologis dan pembuluh darah karena teknik pemasangan kateter dan suntikan
pewarna radiopak ke dalam sistem arteri, tes ini digunakan untuk pasien dengan
3. Patologi
untuk mengambil lesi tersebut. Cara pemeriksaan yang bisa digunakan adalah
histopatologik dengan cepat, saat penderita masih di kamar bedah. Cara ini dipakai
tindakan bedahnya atau terapi definitif lain yang diperlukan. Indikasi frozen section
2. Identifikasi jaringan
3. Menentukan luas penyakit, menetapkan batas sayatan atau menetapkan ada
DAFTAR PUSTAKA
1. Moeloek NF, Usman TA. Pandangan Umum dan Penatalaksanaan Tumor Orbita.
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Fakultas Kedokteran Indonesia. Balai Penerbit
4. Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand GM. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System. Edition
2010