Anda di halaman 1dari 25

3

BAB II
ISI

A. Definisi
Displasia Bronkopulmoner (DBP) merupakan bentuk kelainan

perkembangan paru yang kronik biasanya terjadi pada bayi yang kurang bulan

dengan terapi oksigen dan positive-pressure ventilation (PPV).1,2 Pada tahun 1967

dilaporkan bahwa secara klinis, radiografik dan histologik terjadi perubahan paru

pada bayi kurang bulan yang menyebabkan terjadinya respiratory distress

syndrome (RDS).3,7
Displasia bronkopulmoner (DBP) adalah kondisi serius pada paru yang

terjadi pada bayi:3,6-8


Lahir kurang dari 10 minggu dari waktu yang ditentukan
Berat badan lahir kurang dari 2,5 pound atau 1000 gram
Terdapat masalah pada pernafasan pada saat lahir
Memerlukan bantuan pernafasan dan oksigen dalam jangka waktu lama
Banyak dari bayi ini lahir dengan RDS yang serius. Paru-paru mereka tidak dapat

berkembang meskipun memproduksi surfaktan. Surfaktan adalah cairan yang

melapisi disamping paru sehingga bayi dapat bernafas ketika lahir dengan

terdapatnya udara.9-12
Bayi dengan RDS banyak terjadi setelah minggu ke-2 sampai ke-4, tetapi

beberapa menjadi lebih buruk dan memerlukan banyak oksigen atau bernafas

dengan bantuan mesin, bayi ini kemudian akan berkembang menjadi DBP.9

Displasia bronkopulmoner (DBP) adalah penyebab paling banyak dari

penyakit respirasi kronik selama kehamilan dan penyebab jangka panjang dari

morbiditas perkembangan saraf, sistem pernafasan dan medis serta jadi penyebab

peningkatan biaya pelayanan kesehatan.10,11


4

Displasia bronkopulmoner (DBP) merupakan perkembangan tidak normal

pada jaringan paru. Ditandai dengan terjadinya inflamasi dan adanya jaringan

parut pada paru. Perkembangan ini sering terjadi pada bayi kurang bulan yang

lahir dengan paru yang tidak berkembang.10


Bronko diartikan sebagai jalan nafas (dari pembuluh bronkus) yang

mengantarkan oksigen ke paru untuk pernafasan. Pulmonary diartikan sebagai

paru (alveoli) dimana terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida. Displasia

diartikan sebagai perubahan yang tidak normal pada struktur dan organisasi dari

sel. Perubahan sel pada DBP terjadi pada jalan nafas kecil dan pada alveoli dari

paru yang dapat menyebabkan kesulitan bernafas dan menimbulkan masalah pada

fungsi paru.11
Asma yang lama, cystic fibrosis dan DBP merupakan salah satu penyebab

penyakit paru kronik pada anak-anak.2,7 Seperti yang disebutkan oleh the National

Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) of the National Institutes of Health

(NIH) bahwa antara 5000 dan 10.000 kasus DBP terjadi setiap tahunnya di

Amerika Serikat. Anak yang lahir dengan berat yang rendah (kurang dari 2,2

pounds atau kurang dari 1000 gram) merupakan faktor risiko terjadinya DBP.

Biasanya bayi akan mengalami gejala yang serius, pada kasus yang jarang

biasanya disertai komplikasi lainnya dari bayi kurang bulan yang dapat berakibat

fatal.13

B. Etiologi
Kebanyakan DBP terjadi pada bayi kurang bulan biasanya pada umur

kehamilan 34 minggu atau kurang dan berat lahir kurang dari 2000 gram. Kondisi

bayi akan terlihat seperti mengalami respiratory distress syndrome (RDS) atau
5

penyakit membran hialin yang akan menimbulkan kerusakan pada jaringan paru.

Displasia bronkopulmoner (DBP) terjadi pada bayi yang telah menerima terapi

oksigen konsentrasi tinggi dalam jangka panjang dan menggunakan ventilator

dalam jangka panjang (biasanya lebih dari 1 minggu), untuk mengobati RDS pada

bayi baru lahir.14


Cedera paru-paru yang menyebabkan terjadinya DBP bisa disebabkan oleh

meningkatnya tekanan di dalam paru-paru karena ventilator mekanik atau karena

keracunan oksigen yang terjadi akibat pemaparan oksigen konsentrasi tinggi

dalam jangka panjang. Faktor risiko terjadinya DBP:11-13


Bayi kurang bulan
Infeksi saluran pernafasan
Penyakit jantung bawaan
Penyakit berat lainnya pada bayi baru lahir yang memerlukan terapi oksigen

atau ventilator.
Mesin ventilator digunakan untuk pernafasan pada bayi tidak cukup bulan,

selain ventilator juga memerlukan tambahan oksigen untuk paru-paru bayi tidak

cukup bulan. Oksigen dihantarkan melalui saluran pembuluh darah ke trakea bayi

dan memberikan tekanan yang rendah dari mesin untuk pergerakan udara pada

paru yang mengalami kelainan perkembangan. Kadang-kadang untuk

kelangsungan hidup bayi juga diberikan oksigen dengan jumlah konsentrasi yang

lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi oksigen di udara.11


Meskipun ventilator mekanik sangat penting untuk kelangsungan hidup,

tetapi tekanan dari ventilasi dan kelebihan oksigen dapat membahayakan paru-

paru bayi dan berperan penting untuk terjadinya RDS. Hampir setengah dari

seluruh bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah akan mengalami beberapa

bentuk dari RDS.12


6

Displasia Bronkopulmoner (DBP) juga dapat timbul dari kondisi lain yang

membahayakan paru-paru bayi yang serupa dengan trauma, pneumonia dan

infeksi yang lain. Semua keadaan tersebut dapat menimbulkan inflamasi dan

terjadinya jaringan parut yang berhubungan dengan DBP.13


Bayi kurang bulan, bayi dengan berat rendah dan bayi laki-laki berkulit

putih mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk berkembang menjadi DBP, untuk

berbagai alasan yang tidak diketahui oleh dokter. Faktor genetik juga memegang

peran penting untuk terjadinya DBP.15,16


Displasia bronkopulmoner (DBP) menyebabkan semua bayi tidak dapat

berkembang dengan baik, ketika pertama kali didefinisikan oleh dokter DBP

menyebabkan kerusakan pada paru akibat ventilasi mekanik dan pemberian

tambahan oksigen ketika terapi RDS.17


Saat ini para spesialis percaya bahwa keadaan bayi yang lahir kurang

bulan dan adanya RDS merupakan faktor yang berperan untuk terjadinya DBP

tetapi tidak hanya tergantung pada kedua faktor tersebut. Displasia

bronkopulmoner (DBP) menyebabkan kemampuan dari paru-paru bayi untuk

berkembang menjadi terbatas saat pertama lahir sampai dengan beberapa hari

untuk memberikan respon terhadap situasi yang merugikan ini. Hal ini terjadi

karena adanya toksisitas oksigen, trauma mekanik pada paru, infeksi atau

pneumonia.18,19
Faktor etiologi yang berperan pada terjadinya DBP:1,2,7
Kelahiran kurang bulan (dengan paru yang terbentuk tidak sempurna): Infeksi

biasanya terjadi pada bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 32

minggu dan berat lahir kurang dari 1000 gram


Konsentrasi oksigen yang tinggi (termasuk radikal bebas yang memicu

kerusakan paru karena defisiensi antioksidan) : konsentrasi oksigen yang


7

tinggi merupakan faktor etiologi pada pasien dengan paru yang terbentuk

tidak sempurna dan konsentrasi lebih dari 60% berhubungan dengan

tingginya insidensi penyakit


Ventilator mekanik (volum tidal yang besar dan pengurangan compliance

paru)
Respiratory distress syndrome (RDS) yang memerlukan ventilasi mekanik :

Penggunaan tekanan ventilasi positif yang terus-menerus pada bayi dengan

RDS memicu dilatasi bronkus terminalis yang menyebabkan nekrosis iskemik

pada saluran nafas bawah. PIE (pulmonary interstitial emphysema) dan

pneumotorak menyebabkan kerusakan paru yang kronis. Penggunaan

ventilasi mekanik pada pasien RDS merupakan penyebab dasar terjadinya

DBP, juga terjadi pada pasien dengan hernia diafragmatik persistent

pulmonary hipertensi pada bayi, aspirasi


Faktor familial (atopi, alergi, dan atau asma)
Agen infeksi (seperti Ureaplasma urealyticum): Ureaplasma urealyticum

adalah penyebab infeksi yang paling sering pada bayi dengan DBP, terjadi

pada awal dan perubahan kearah DBP yang berat selama 3 minggu. Bakteri

dan jamur yang lain juga berpengaruh


Adanya kebocoran udara seperti pneumonia intersisial
Patent ductus arteriosus (PDA)
Nutrisi dan atau defisiensi vitamin A atau E
Bacterial pneumonias
Kelebihan cairan
Level steroid yang rendah
Ketidakseimbangan antara elastase dan proteinase inhibitor
Miscellaneous faktor

C. Patofisiologi dan Patogenesis


Patofisiologi DBP sangat kompleks dan sulit dipahami. Displasia

bronkopulmoner (DBP) disebabkan oleh berbagai faktor yang bersifat toksik yang
8

menyebabkan kerusakan jalan nafas kecil dan mengganggu proses alveolarisasi,

yang menyebabkan terjadinya pengurangan area untuk proses pertukaran gas

secara keseluruhan. Pembentukan mikrovaskular pada paru juga berbahaya yang

turut mempengaruhi terjadinya DBP. Terjadinya kerusakan paru selama proses

pertumbuhan dapat menyebabkan disfungsi paru secara signifikan. Paru (alveolar

dan kompartemen vaskular), jantung, otak merupakan organ yang paling banyak

dipengaruhi.1,7

Gambar 1. Kelainan jalan nafas pada Displasia Bronkopulmoner2

Pada gambar 1 dapat dilihat beberapa kelainan pada DBP, diantaranya

penyempitan alveolus yang menyebabkan kolapnya jalan nafas. Pada DBP juga

terjadi penurunan kapasitas jalan nafas, peradangan dan fibrosis peribronkial,


9

jaringan mikrovaskular paru yang tidak beraturan, serta penyempitan sederhana

pada alveolus yang menyebabkan pertukaran gas terganggu.2


Gambar 2 menjelaskan tentang faktor antenatal/posnatal memberikan

kontribusi dalam pelepasan sitokin proinflamasi dan antiinflamasi.

Ketidakseimbangan mediator akan mengaktivasi kematian sel paru, karakteristik

dari kerusakan alveolar dan disregulasi angiogenesis menimbulkan kerusakan

alveoli yang luas dan tidak terbentuknya jaringan vaskular paru, yang

mengakibatkan terjadinya DBP.1

Gambar 2. Patogenesis Displasia Bronkopulmoner1


D. Diagnosis
Anamnesis1,2

Penggunaan steroid antenatal


Usia kehamilan, berat lahir dan skor APGAR
Usaha resusitasi awal, keperluan untuk intubasi, penggunaan surfaktan, lama

intubasi
Jenis ventilasi, lama penggunaan oksigen tambahan dan faktor lainnya. Hal ini

dapat mempengaruhi tipe dan derajat kerusakan paru


10

Riwayat keluarga dengan asma, atopi atau anak dengan displasia

bronkopulmoner

Dukungan dari struktur sosial


Pemeriksaan Fisik
Bayi dengan DBP memperlihatkan ketidaknormalan pada pemeriksaan

fisik, foto thoraks, tes fungsi paru dan pemeriksaan histopatologi. Observasi awal

harus dilakukan pada bayi yang lahir dengan RDS, jika keadaan ini terus

berlangsung maka dapat meningkatkan terjadinya risiko DBP.1,3

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan takipne, takikardi, peningkatan

kerja pernafasan seperti retraksi, pernafasan cuping hidung dan

mendengkur/ngorok. Dan akan terjadi penurunan berat badan dalam 10 hari

pertama kehidupan. Pada pemeriksaan fisik tanda vital termasuk respirasi rate

dan saturasi oksigen pada saat istirahat dan sedang beraktivitas juga harus

diketahui juga tanda hipertensi pulmonal termasuk edema perifer, hepatomegali

dan distensi vena.3

Bayi dengan DBP yang berat sering pada bayi tidak cukup bulan dan berat

badan yang sangat rendah. Mereka memerlukan oksigen dan bantuan ventilator

yang akan makin meningkat dalam 2 minggu kehidupan. Pada minggu 2-4

tambahan oksigen, bantuan ventilator atau keduanya biasanya akan meningkat

secara adekuat untuk ventilasi dan oksigenasi.7

Gejala Klinis

Tanda dan gejala DBP yaitu:2,10,11


1. Pernafasan yang cepat (takipne)
2. Retraksi
3. Batuk
4. Paradoksal respirasi (Pergerakan rongga dada dan abdomen berlawanan pada

saat respirasi)
11

5. Wheezing
6. Abnormal posture
7. Craning neck (leher terlihat seperti burung bangau)
8. Sulit bernafas
9. Sianosis yang episodik/berulang
10. Gejala seperti asma yang episodik
11. Gejala infeksi saluran nafas
Seperti : Iritabilitas, demam, kongesti nasal, batuk, perubahan dalam

gambaran respirasi, wheezing


12. Pulmonary Distress Syndrom
Seperti : Sulit bernafas, kolaps paru dan lainnya
Biasanya DBP mulai terjadi pada bayi yang berusia 1 minggu dan lebih

sulit didiagnosis pada bayi yang berusia 14 sampai 30 hari. Dasar diagnosis bayi

dengan DBP yaitu:10

Riwayat kelainan paru pada hari pertama setelah lahir (kelainan pada paru

dapat terjadi ketika menggunakan respirator untuk memberikan oksigen

dengan tekanan minimum selama 3 hari sampai 2 minggu dari usia bayi)

Terus-menerus memerlukan suplemen/oksigen tambahan sampai berusia 28

hari

Secara klinis memperlihatkan gejala kesulitan respirasi/bernafas sampai

berusia lebih dari 28 hari


Foto thoraks pada bayi dapat membantu diagnosis DBP. Meskipun untuk kriteria

diagnosis yang penting untuk DBP lebih tergantung pada lamanya pemberian

oksigen tambahan sampai bayi berusia lebih dari 28 hari.12


Kriteria yang digunakan untuk diagnosis DBP termasuk lama terjadinya

respiration distress dan lamanya bayi memerlukan bantuan respirator, banyak

dokter mendiagnosis DBP pada bayi saat berusia 2 atau 3 minggu, meski beberapa

dokter mendiagnosis DBP pada bayi saat berusia lebih dari 28 hari.13
E. Klasifikasi
12

Klasifikasi klinis dari DBP:2,10


Stadium 1 (1 sampai 3 hari) : DBP memperlihatkan gejala seperti penyakit

membran hialin dan menunjukkan adanya penyakit membran hialin, atelektasis,

hiperemia vaskular dan pelebaran limfatik. Dengan gambaran radiologis seperti

pada gambar 3.

Gambar 3. Gambaran radiologis stadium 1 displasia bronkopulmoner10


Stadium 2 (4 sampai 10 hari) : Terjadi kerusakan pada paru yang melibatkan

bronkus terminal dan menyebabkan terjadinya nekrosis iskemik pada jalan nafas

dan menyebabkan perubahan pada paru dengan segera. Obstruksi bronkiolus juga

terlihat pada stadium ini, juga terjadi nekrosis bronkial, fibrosis peribronkial dan

terjadinya metaplasia skuamosa yang menyingkirkan keadaan bronkiolitis,

penyakit membran hialin dapat tetap terjadi pada stadium ini, juga terjadi

emfisema dari alveoli. Dengan gambaran radiologis seperti pada gambar 4.


13

Gambar 4. Gambaran radiologis stadium 2 displasia bronkopulmoner10

Stadium 3 (11 sampai 20 hari) : Terjadi perubahan progresif dari paru termasuk

penurunan kemapuan dari alveoli yang ditandai dengan hipertrofi dari alveoli dan

bronkial, dinding otot dan kelenjar, juga regenerasi dari sel dan eksudasi makrofag

dan histiosit pada jalan nafas. Terjadi juga airtrapping, hiperinflasi dari paru,

trakeomegali, trakeomalasia, edema intestinal dan disfungsi siliar. Dengan

gambaran radiologis seperti pada gambar 5.

Gambar 5. Gambaran radiologis stadium 3 displasia bronkopulmoner10


Stadium 4 (lebih dari 1 bulan): Emfesima dari alveoli menyebabkan terjadinya

hipertensi pulmonal dan terjadi kerusakan paru yang kronik serta penyakit jantung

pulmonal. Pada paru terjadi fibrosis, atelektasis dan gambaran cobblestone.

Hipertensi pulmonal menyebabkan penebalan pada tunika intima arteri pulmonalis

yang menyebabkan hipertrofi peribronkial. Onset terjadinya DBP biasanya tidak

sesuai dengan rangkaian gejala yang progresif sesuai stadium diatas. Dengan

gambaran radiologis seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Gambaran radiologis stadium 4 displasia bronkopulmoner10


14

F. Terapi
Faktor penting untuk mendiagnosis adanya DBP yaitu kurang bulan,

infeksi, penggunaan ventilator dan oksigen. Displasia bronkopulmoner (DBP)

khusus didiagnosis jika bayi masih memerlukan tambahan oksigen dan terus

memperlihatkan problem pada pernafasan sampai berusia 28 hari. Pemeriksaan

foto thoraks mungkin dapat membantu diagnosis. Pada bayi dengan RDS foto

thoraks memperlihatkan gambaran groud glass, pada bayi dengan DBP foto

thoraks terlihat seperti gambaran bunga karang/spon.18


Pengobatan medis tidak dengan segera mengobati DBP. Bayi yang

didiagnosis pertama kali dengan DBP memerlukan perawatan intensif di rumah

sakit, khususnya di newborn intensive care unit (NICU) sampai mereka dapat

bernafas dengan baik meskipun dipertahankan tanpa bantuan ventilator. Beberapa

bayi memerlukan jet ventilasi, terus-menerus tekanan ventilasi yang rendah

digunakan untuk meminimalkan kerusakan paru dari ventilasi yang memperbesar

kemungkinan terjadinya DBP. Tidak semua rumah sakit menggunakan prosedur

ini dalam pengobatan DBP, tetapi rumah sakit dengan NICU yang besar

menggunakannya. Bayi dengan DBP juga di terapi dengan berbagai obat yang

berbeda untuk memperbaiki fungsi paru.19


Ventilator biasanya diperlukan untuk memberikan tekanan pada paru-paru

agar jaringan paru-paru mengembang dan untuk memberikan oksigen tambahan.

Jika bayi sudah dapat menyesuaikan diri, maka tekanan dan konsentrasi oksigen

secara berangsur-angsur dikurangi. Ketika ventilator dilepas, oksigen bisa terus

diberikan melalui masker atau selang kecil yang dimasukkan ke lubang hidung,

selama beberapa minggu atau beberapa bulan.


15

Pada kasus DBP yang berat penggunaan steroid dianjurkan. Pengobatan ini

sebagai antiinflamasi yang kuat tetapi juga mempunyai efek samping jangka

panjang dan jangka pendek. Dokter biasanya memilih obat ini setelah berdiskusi

dan mempertimbangkan manfaat dan risiko dari obat.20


Antibiotik kadang-kadang diperlukan untuk mengatasi infeksi bakteri

karena bayi dengan DBP akan menjadi pneumonia. Bayi dengan RDS belum bisa

didiagnosis dengan DBP, pemberian surfaktan natural atau sintetik mungkin dapat

mengurangi perubahan kearah DBP.8


Bayi yang dirawat di rumah sakit dengan DBP mungkin perlu pemberian

minum dengan formula tinggi kalori melalui gastric tube yang dimasukkan ke

dalam perut untuk mendapatkan kalori dan nutrisi untuk memulai pertumbuhan.

Pada kasus yang berat bayi dengan DBP tidak dapat menggunakan sistem

gastrointestinal untuk mencernakan makanan. Disini bayi memerlukan pemberian

intravena (IV) yang disebut TPN atau total parenteral nutrisi yang terdiri dari

protein, lemak, gula dan nutrisi. Makanan biasanya diberikan melalui selang yang

dimasukkan ke lambung.18
Diperlukan ekstra kalori karena bayi memerlukan kalori yang lebih untuk

bisa bernafas. Cairan cenderung tertimbun di dalam paru-paru yang mengalami

inflamasi, sehingga asupan cairan agak dibatasi dan kadang diberikan diuretik

untuk meningkatkan pembuangan cairan dari tubuh. Setelah dirawat beberapa

bulan, kadang bayi meninggal. Pada bayi yang selamat, gangguan pernafasan

secara berangsur-angsur akan menghilang. Tetapi pada tahun-tahun pertama, bayi

ini memiliki risiko tinggi menderita pneumonia (terutama yang disebabkan oleh

virus). Bisa diberikan imunisasi dengan antibodi untuk RSV (respiratory

syncytia).20
16

Bayi yang dirawat di NICU dengan DBP dapat mengalami perubahan

selama beberapa minggu sampai bulan. Menurut National Institutes of Health

(NIH) perkiraan rata-rata lamanya bayi dengan DBP dirawat secara intensif di

rumah sakit kurang lebih 120 hari. Setelah dirawat di rumah sakit bayi mungkin

masih terus memerlukan pengobatan, terapi pernafasan dan oksigen di rumah.

Meskipun pada banyak anak pemberian bantuan oksigen dihentikan pada akhir

tahun pertama, beberapa kasus yang berat memerlukan ventilator selama beberapa

tahun atau selama hidupnya, meskipun kasus ini jarang terjadi.19


Perbaikan pada bayi dengan DBP terjadi secara bertahap. Beberapa bayi

akan mengalami perbaikan secara lambat, yang lainnya mungkin tidak akan

menunjukkan perbaikan dari kondisi tersebut jika penyakit pada paru mereka

sangat berat. Paru akan terus berkembang sampai usia 5-7 tahun dan fungsi paru

dapat terganggu sampai usia sekolah meskipun pada anak mayoritas fungsinya

baik. Adanya jaringan parut, kekakuan pada jaringan paru akan selalu

menurunkan fungsi paru.2,4,6,11


Beberapa terapi untuk DBP:2,8,10-12
1. Diuretik
Digunakan untuk pengobatan edema paru juga mengurangi cairan di

paru. Furosemid mungkin memberikan banyak efek termasuk efek pada

sintesis prostaglandin, vasodilatasi secara langsung,dan peningkatan produksi

surfaktan. Efek samping jangka panjang dari terapi furosemid yaitu :

azotemia, ototoksisitas, gangguan elektrolit, pengeluaran kalsium dalam urin

secara berlebihan, osteopenia, dan nefrokalsinosis, hilangnya pendengaran,

hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia, alkalosis, batu ginjal, kolelitiasis

dan ototoksisitas.
17

Dosis diuretik untuk bayi yaitu 0.5-2 mg/kg/kali PO/IV (pada bayi

dengan usia kehamilan kurang dari 31 minggu). Diuretik thiazid biasanya

digunakan dengan diuretik hemat kalium seperti spironolakton, tidak seefektif

dengan pemberian furosemid. Monitoring kadar elektrolit secara rutin

diperlukan pada pasien dengan penggunaan terapi diuretik jangka panjang.

Suplemen/tambahan elektrolit kadang diperlukan pada terapi jangka panjang.


2. Bronkodilator
Inhalasi dengan -agonis merupakan pengobatan yang efektif untuk

bronkospasme yang reversible yang cukup aman dan efektif untuk terapi

jangka panjang juga membantu membuka jalan nafas. Albuterol merupakan

drug of choice sebagai agent long-acting.


Antagonis muskarinik dapat berguna khususnya pada pasien yang

tidak memberi respon pada terapi dengan albuterol. Kromolin bukan

bonkodilator tetapi sering digunakan sebagai antiinflamasi dengan efek

samping yang minimal.


Methylxantin sering digunakan pada pasien yang apneu, memberikan

efek diuretik yang ringan dan membantu meningkatkan kontraktilitas

diafragma, obat ini memberikan efek yang potensial untuk DBP.


Albuterol (Proventil, Ventolin)
Spesifik beta 2-agonis yang digunakan untuk pengobatan

bronkospsme pada bayi dengan DBP. Meningkatkan compliance paru dan

menurunkan resistensi sekunder jalan nafas untuk relaksasi sel otot.

Penggunaanya sebagai aerosol pada bayi dengan DBP (khususnya jika

tergantung ventilator) masih belum jelas. Sebab secara klinis relaksasi dari

otot kecil tidak terlihat pada minggu pertama setelah lahir. Dosis anak yaitu
18

0.1-0.2 mg (0.02-0.04 mL of 0.5% dalam 1-2 mL 0.45-0.9% NaCl) per

kg/kali, inhlasi dengan nebulizer tiap 4-6 jam.


Beta-blockers antagonis memberikan pengaruh yaitu inhalasi

ipratropium meningkatkan waktu bronkodilatasi, pada kardiovaskular

memberikan efek peningkatan MAOIs, antidepresan trisiklik dan obat

simpatomimetik.
Ipratropium bromida (Atrovent)
Antagonis muskarinik yang memberi efek bronkodilatasi. Dapat

meningkatkan pulmonary mekanik pada bayi dengan DBP, digunakan secara

inhalasi.
Dosis pada anak 0.025-0.08 mg/kg inhalasi dengan nebulizer tiap 6

jam (dalam1.5-2 mL 0.9% NaCl). Penggunaan dengan antikolinergik seperti

dronabinol meningkatkan toksisitas, penggunaan dengan albuterol dapat

meningkatkan efek obat.


Theophylline (Elixophyllin)
Sebagai bronkodilator sistemik. Digunakan untuk pengobatan apneu

pada bayi kurang bulan. Mampu meningkatkan kontraktilitas otot skeletal dan

penurunan kerja diafragma pada bayi dengan DBP. Obat memberikan

pengaruh pada enzim hepatik sitokrom P450 (CYP), aminoglutetimid,

barbiturat, karbamazepin, ketokonazol, loop diuretic, fenobarbital, fenitoin,

rifamfisin, isoniazid dan simpatomimetik memberikan efek mungkin terjadi

penurunan.
Terjadi peningkatan efek dengan allopurinol, beta bloker,

kortikosteroid, hormon tiroid efedrin, karbamazepin, simetidin, eritromisin,

makrolid, propranolol dan interferon.


3. Vasodilator Paru
Tambahan oksigen efektif sebagai vasodilator dan untuk pengobatan

pada bayi dengan hipoksia.


19

4. Steroid
Penggunaan steroid masih kontroversial, karena dapat meningkatkan

risiko sepsis. Sering digunakan sebagai short regimen, tidak menunjukkan

adanya efek jangka panjang. Inhalasi steroid memberikan efek antiinflamasi

tanpa efek samping sistemik juga digunakan untuk pencegahan dan

pengobatan. Biasa digunakan pada bayi kurang bulan, sebagai agen baru

untuk nebulisasi sebagai obat pada bayi yang kecil. Menyebabkan retardasi

pertumbuhan yang linear.8


Sistemik dan inhalasi kortikosteroid digunakan pada bayi kurang

bulan untuk mencegah dan pengobatan pada DBP. Deksametason merupakan

kortikosteroid sistemik primer yang digunakan pada bayi baru lahir yang

kurang bulan. Obat ini menstabilisasi sel membran lisosom, meningkatkan

sintesis surfaktan dan peningkatan konsentrasi serum vitamin A, menghambat

prostaglandin dan leukotrien, penurunan PE, menurunkan agregasi granulosit

dan peningkatan mikrosirkulasi pada paru. Efek samping yaitu hiperglikemia,

hipertensi, penurunan berat badan, perdarahan gastrointestinal atau perforasi,

cerebral palsy, supresi adrenal dan kematian.8


Pada tahun 1998 dilaporkan penggunaan deksametason selama 2

minggu tidak dapat mencegah DBP dan menyebabkan kelainan neurologis.

Bayi yang mendapatkan terapi kombinasi deksametason dengan indometasin

meningkatkan risiko perforasi intestinal spontan. Perkembangan saraf pada

bayi juga harus selalu diperiksa pada bayi yang mendapatkan terapi jangka

panjang dari deksametason. Glukokortikosteroid inhalasi memberikan efek

yang menguntungkan untuk mengurangi pengaruh kortikosteroid sistemik

pada bayi yang menerima inhalasi steroid. Penggunaan terus-menerus


20

deksametason pada bayi dengan DBP tidak dianjurkan, American Academy

of Pediatrics dan the Canadian Society of Pediatrics tidak menganjurkan

penggunaan kortikosteroid terus-menerus pada bayi kurang bulan untuk

pengobatan DBP.8

Terapi Oksigen

Oksigen dapat menerima elektron dalam bentuk radikal bebas. Oksigen

radikal bebas menyebabkan kerusakan membran sel, modifikasi protein dan

ketidaknormalan DNA. Dibandingkan dengan janin, neonatus hidup dengan

lingkungan yang kaya akan oksigen relatif. Oksigen ada dimana-mana dan

diperlukan untuk kelangsungan hidup extrauterine. Meskipun pada neonatus

terjadi defisiensi relatif dari enzim antioksidan.18


Enzim antioksidan utama pada manusia yaitu superoksida dismutase,

gluthatione peroksidase dan katalase. Aktivitas enzim antioksidan meningkat

selama trimester terakhir dari kehamilan yang sama dengan peningkatan surfaktan

dan alveolarisasi, serta perkembangan pembuluh darah paru. Peningkatan ukuran

alveolar, produksi surfaktan dan enzim antioksidan pada janin yang mengalami

transisi dari lingkungan intrauterine yang hipoksik ke lingkungan extrauterine

yang relatif hiperoksik. Neonatus kurang bulan yang terekspos oksigen dengan

konsentrasi tinggi meningkatkan risiko kerusakan dan radikal bebas oksigen.12


Penelitian pada binatang dan manusia mengenai superoksida dismutase

dan katalase mengakibatkan penurunan kerusakan sel, peningkatan angka

kelangsungan hidup dan pencegahan kerusakan pada paru. Oksidasi lipid dan

protein juga terjadi pada bayi dengan DBP.7


21

Saturasi oksigen yang ideal pada bayi cukup bulan dan kurang bulan tidak

dapat ditentukan karena bervariasi sesuai dengan usia kehamilan. Secara praktis

para klinisi menggunakan parameter saturasi oksigen yaitu 88-92%. Sulit untuk

terjadinya keseimbangan yang optimal pada paru-paru neonatus (alveolar dan

vaskular) dan hemostasis vaskular retina. Pada Supplemental Therapeutic Oxygen

for Prethreshold Retinopathy of Prematurity (STOP-ROP) terjadi penurunan

retinopathy of prematurity (ROP) yang berat. Saturasi oksigen >95%

meminimalkan pengaruh retinopati tetapi meningkatkan risiko untuk pneumonia

atau DBP.11

Hal-hal yang berhubungan dengan terapi oksigen:2.11

Oksigen normal diberikan pada bayi kurang bulan. Hipertensi pulmonal dan

penyakit jantung pulmonal diakibatkan oleh hipoksia yang kronik dan jadi

petunjuk terjadinya remodeling jalan nafas pada bayi dengan DBP yang berat.

Oksigen adalah vasodilator paru yang kuat yang menstimulasi produksi nitrit

okside (NO), NO menyebabkan relaksasi sel otot dengan mengaktivasi cyclic

guanosine monophosphate

Pulse oximetry adalah monitoring noninvasif untuk oksigenasi

Desaturasi yang berulang dan hipoksia terjadi pada bayi dengan DBP yang

menerima ventilator mekanik, stimulasi yang berlebih dan bronkospasme

Transfusi packed RBCs dapat meningkatkan kapasitas oksigen pembawa pada

bayi kurang bulan dengan anemia (hematokrit < 30%), tetapi transfusi dapat
22

meningkatkan terjadinya komplikasi. Hemoglobin yang ideal tidak dapat

dibentuk dengan baik pada bayi dengan sakit yang serius. Hemoglobin tidak

berkorelasi dengan baik dengan transport oksigen

Diperlukan transfusi yang berulang dan donor untuk meminimalkan terapi

eritropoetin, suplemen besi dan pengurangan keperluan phlebotomy

Diet

Bayi dengan DBP terjadi peningkatan kebutuhan energi. Nutrisi parenteral

sering digunakan untuk memperbaiki keadaan katabolik pada bayi preterm,

kelebihan cairan pada minggu pertama dari kehidupan bayi yang dapat

meningkatkan terjadinya risiko PDA dan DBP. Masukan yang optimal dari

protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral untuk mencegah kerusakan paru

dan untuk perbaikan jaringan.20


Vitamin A dan E adalah nutrisi antioksidan yang membantu mencegah

peroksidasi lipid dan integritas sel. Meskipun suplemen vitamin E pada neonatus

kurang bulan tidak dapat mencegah terjadinya DBP. Berdasarkan penelitian

bahwa vitamin A dapat menurunkan risiko terjadinya DBP pada bayi yang lahir

kurang bulan. Bayi kurang bulan biasanya terjadi defisiensi vitamin.5


Bayi kurang bulan memerlukan air dalam jumlah yang lebih banyak sebab

terjadi peningkatan insensible water loss sehingga mereka menjadi kurus dan kulit

menjadi tidak terbentuk sempurna. Jumlah cairan meningkatkan risiko

simptomatik PDA dan PE. Peningkatan penggunaan ventilator dan oksigen untuk

keperluan terapi PDA dan PE dapat menyebabkan kerusakan paru dan

peningkatan risiko DBP. Hal-hal yang berhubungan dengan nutrisi:20


23

1. Suplemen protein dan lemak meningkat secara progresif sehingga diperlukan

3-3.5 g/kg/hari. Konsentrasi lipid yang lebih buruk pada bayi dengan DBP

ditandai dengan kelainan pada vaskular lipid.

2. Glokosa yang berlebih dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan glukosuria.

3. Kalsium dan fosfat juga diperlukan pada bayi kurang bulan. Pada janin banyak

terdapat mineral dan digunakan selama trimester 3, bayi yang kurang bulan

mengalami defisiensi kalsium dan fosfat dan meningkatkan risiko ricketsia.

4. Furosemid terapi dan kalsium intravena untuk mineralisasi tulang bisa

berakibat lebih buruk dan terjadi hiperparatiroid sekunder.

5. Vitamin A adalah suplemen untuk perbaikan paru dan menurunkan insidensi

DBP.

6. Supplemen mineral (seperti copper, zinc, mangan) diperlukan karena

merupakan kofaktor enzim antioksidan yang esensial.

7. Pemberian makanan enteral melalui pemberian ASI merupakan nutrisi terbaik

untuk mencegah komplikasi pemberian makanan seperti sepsis dan necrotizing

enterocolitis. ASI dan formula dapat meningkatkan energi ketika terjadi

masukan cairan yang minimal. Bayi memerlukan energi 120-150 kcal/kg/hari .

G. Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya DBP, sebaiknya alat bantu pernafasan

dilepaskan secepat mungkin atau pemakaiannya dipersingkat. Bayi yang lahir


24

kurang bulan atau mempunyai masalah pada jalan nafas setelah lahir berisiko

tinggi untuk terjadi DBP yang akan menimbulkan masalah kesehatan jangka

panjang, DBP dapat menjadi kondisi yang serius yang memerlukan perawatan

medis yang intensif. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghilangkan

faktor risiko yang mempertinggi kelahiran bayi dengan berat badan rendah

dan program perawatan prenatal secara regular bagi wanita dengan risiko

tinggi melahirkan bayi kurang bulan.13 Tidak ada metode khusus yang

menjamin tidak terjadinya DBP:14


Hindari terjadinya prematuritas

Penggunaan kortikosteroid pada ibu dengan risiko prematuritas mampu

menurunkan angka mortalitas dan insidensi RDS.

Multidisplin ilmu diperlukan pada semua pasien dengan penyakit yang

sedang dan berat. Tim ini termasuk dokter, ahli paru anak, ahli jantung anak, ahli

gizi dan ahli fisioterapi yang memonitor pertumbuhan dan nutrisi, monitor status

perkembangan saraf termasuk pasien di NICU dengan risiko tinggi. Pemberian

kalsium dan fosfat pada pasien dengan risiko tinggi untuk terjadinya

hiperparatiroid dan riketsia.11

Pasien yang berusia < 2 bulan yang berisiko tinggi terinfeksi respiratory

syncytial virus diberikan injeksi imun jika tidak ada kontraindikasi.2

Pasien yang berusia > 6 bulan diberikan vaksin influenza jika tidak ada

kontraindikasi. Fisioterapi thoraks pada pasien dengan osteopenia yang

mengalami fraktur patologis.1


H. Diagnosis Banding3,5,7

1. Asma
25

2. Bronkiolitis

3. Congenital heart disease

4. Cystic adenomatoid malformation

5. Cystic fibrosis

6. Idiopathic pulmonary fibrosis

7. Infeksi

8. Meconium aspiration syndrome

9. Aspirasi yang berulang

10. Komplikasi

Setelah stadium yang kritis dari DBP beberapa bayi masih menunjukkan

adanya komplikasi jangka panjang.. Mereka sering lebih rentan terkena infeksi

saluran nafas seperti influenza, respiratory syncytial virus (RSV) dan pneumonia.

Ketika terinfeksi mereka cenderung mudah sakit dibandingkan anak-anak lain

pada umunya.7,8
Displasia bronkopulmoner (DBP) juga menimbulkan komplikasi pada

sistem sirkulasi seperti terjadinya hipertensi pulmonal dimana arteri dan vena

yang berasal dari jantung menuju ke paru menjadi lebih sempit dan menyebabkan

terjadinya peningkatan tekanan darah, meskipun hal ini sebagai komplikasi yang

lanjut terjadi.9
Efek dari terapi dapat terjadi dehidrasi dan rendahnya kadar kalium karena

pemakain diuretik. Batu ginjal, masalah pendengaran, rendahnya potasium dan

kalsium dapat terjadi karena pemakaian furosemid dalam jangka panjang.9


26

Bayi dengan DBP pertumbuhannya terjadi lebih lambat dan terjadi

kesulitan penambahan berat badan dan mereka juga mudah kehilangan berat

badan ketika sakit. Pertumbuhan yang lambat masih terus terlihat sampai anak

berusia 2 tahun. Perkembangan paru anak komplit pada usia 8 tahun tetapi

beberapa masalah pada fungsi paru akan terus menerus terjadi sampai usia dewasa

pada anak dengan DBP. Pertumbuhan dan perkembangan lambat pada bayi

dengan DBP memperlihatkan keadaan yang bervariasi lebih tergantung pada

pengaruh prematuritas dan kerusakan paru yang akut. Pada beberapa kasus yang

berat memperlihatkan pengaruh jangka panjang termasuk kelainan dalam

koordinasi, gait dan tonus dan kemampuan aktivitas, masalah pada penglihatan

dan pendengaran serta kemampuan belajar. Bayi kurang bulan dengan DBP yang

berat juga mempunyai insidensi yang lebih tinggi untuk terjadinya cerebral

palsy.10
Komplikasi lain dari DBP yaitu:10,11
1. Intubasi yang lama dapat menyebabkan subglottic stenosis dan

trakeomalacia.
2. Hipertensi pulmonal dapat terjadi karena kerusakan pembuluh darah dan

kemudian proliferasi intima, menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan dan jika

berat dapat terjadi penyakit jantung pulmonal.


3. Edem paru juga sering terjadi secara sekunder akibat peningkatan

permeabilitas kapiler paru dan peningkatan tekanan pada paru hal ini juga

terjadi karena kelebihan cairan dalam paru yang menimbulkan kesulitan

perjalanan udara dalam jalan nafas.


4. Jalan nafas yang reaktif, bronkospasme, perubahan pada mekanisme

pulmonal yang menyebabkan tes fungsi paru tidak normal dan peningkatan

kerja pernafasan.
27

5. Malnutrisi dan kegagalan pertumbuhan dapat terjadi akibat peningkatan kerja

pernafasan dan kemudian pengeluaran kalori yang tinggi.


6. Merusak/mengganggu fungsi pertahanan dari paru yang dapat meningkatkan

terjadinya infeksi khususnya respiratory syncytial virus.

11. Prognosis1,2

1. Rata-rata angka kematian yang tinggi (1747%) pada pasien dengan penyakit

yang berat yang memerlukan ventilator dalam waktu lama.

2. Tidak ada modalitas terapi yang memperlihatkan hasil yang signifikan dalam

jangka waktu yang lama pada displasia bronkopulmoner kronik.

3. Pasien yang selamat biasanya memperlihatkan akibat jangka panjang pada

paru seperti hiperinflasi, jalan nafas yang reaktif dan intoleransi pada saat

aktivitas.

4. Pada anak yang usianya lebih tua dan dewasa muda biasa terjadi secara

asimptomatik yang menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan

aktivitas.

5. Teknologi terbaru, berupa ventilasi frekuensi tinggi dan surfaktan eksogen

dapat meningkatkan rata-rata kelangsungann hidup pada bayi kurang bulan,

meskipun penurunan insidensi dan berat penyakit DBP sulit untuk

ditunjukkan.

Anda mungkin juga menyukai