Disusun oleh:
Mutiara Permatahati Subekti
30101407255
Pembimbing:
dr. Nindyan P., Sp.M
1
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. V
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Belum menikah
Agama / Suku : Islam / Jawa
Alamat : Palangkaraya
Pekerjaan : Mahasiswa
Nomor CM :-
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada hari Jumat, 10 Mei 2019 pukul 13.00 WIB secara
autoanamnesis di Poliklinik Mata RSU RA Kartini Jepara.
1. Keluhan utama
Mata kanan kiri kabur.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata RSU RA Kartini Jepara dengan keluhan
kabur untuk melihat jauh. Keluhan dirasakan pada kedua mata, sejak
10 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan memburuk sejak pertama kali
muncul, membaik dengan penggunaan kacamata. Pasien mengakui
sudah menggunakan kacamata sejak 10 tahun yang lalu. Pasien
mengakui sering menggunakan gadget dalam waktu yang lama.
Keluhan mata berkabut, penurunan lapang pandang, dan benda yang
dirasa mengganggu penglihatan disangkal.
2
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penggunaan kacamata (+)
Riwayat memakai lensa kontak (-)
Riwayat operasi yang berhubungan dengan mata (-)
Riwayat adanya trauma pada mata seperti mata terkena
bahan-bahan kimia, terbentur benda tumpul atau benda tajam
(-)
C. PEMERIKSAAN FISIK :
1. Status Generalisata
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Aktivitas : Normoaktif
Kooperativitas : Kooperatif
Status gizi : Baik
Vital Signs
Tensi : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5°C
3
2. Status Ophtalmologi
OD OS
4
atrofi (-), edema(-), synekia (-) Iris atrofi (-),edema(-), synekia (-)
Tidak dilakukan, epifora (-) Sistem Lakrimasi Tidak dilakukan, epifora (-)
OD OS
D. RESUME
Subyektif
1. Keluhan kedua mata kabur
2. Keluhan sudah dirasakan sejak 10 tahun yang lalu, memburuk hingga
sekarang
3. Pasien tidak mengeluh mata berkabut, penurunan lapang pandang dan
adanya benda asing yang menghalangi penglihatan
5
Obyektif
6
Tidak dilakukan, epifora (-) Sistem Lakrimasi Tidak dilakukan, epifora (-)
E. DIAGNOSIS BANDING
Astigmatisme miopia kompositus
Miopia
F. DIAGNOSIS KERJA
ODS Astigmatisme miopia kompositus
G. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa: -
Non medikamentosa : kacamata
H. EDUKASI
Menggunakan kacamata saat berakitifitas
Hindari penggunaan gadget berlebih
I. PROGNOSIS
OCULUS DEXTER OCULUS SINISTER
Quo Ad sanationam Bonam Bonam
Quo Ad functionam Bonam Bonam
Quo Ad vitam Bonam
Quo Ad kosmetikan Bonam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini
disisipkan ke sklera di limbus, lekuk melingkar pada persambungan
8
ini disebut sulkus skleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal
0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar
11,5 mm. Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan
yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan lapisan
epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran
Descemet, dan lapisan endotel.
Lapisan epitel mempunyai lima atau enam lapis sel, endotel hanya
satu lapis. Lapisan Bowman merupakan lapisan jernih aseluler, yang
merupakan bagian stroma yang berubah. Stroma kornea mencakup
sekitar 90% dari ketebalan kornea. Bagian ini tersusun dari lamella
fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 µm yang saling menjalin
yang hampir mencakup seluruh diameter kornea. Lamella ini berjalan
sejajar dengan permukaan kornea dan karena ukuran dan
periodisitasnya secara optik menjadi jernih. Membran Descemet
adalah sebuah membran elastik yang jernih yang tampak amorf pada
pemeriksaan mikroskopi elektron dan merupakan membran basalis
dari endotel kornea. Kornea mata mempunyai kekuatan refraksi
sebesar 40 dioptri.
Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh
darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Kornea superfisialis juga
mendapatkan oksigen sebagian besar dari atmosfer. Saraf-saraf
sensorik kornea didapat dari percabangan pertama dari nervus
cranialis V (trigeminus).
2) Humor aqueous
Humor aqueous diproduksi oleh badan siliaris. Setelah memasuki
camera oculi posterior, humor aqueous melalui pupil dan masuk ke
camera oculi anterior dan kemudian ke perifer menuju ke sudut
camera oculi anterior. Humor aqueous difiltrasi dari darah,
dimodifikasi komposisinya, baru disekresikan oleh badan siliaris di
9
camera oculi posterior. Humor aqueous diproduksi dengan kecepatan
2-3 μL/menit dan mengisi kamera okuli anterior sebanyak 250 μL
serta camera oculi posterior sebanyak 60 μL.
Humor aqueous mengalir di sekitar lensa dan melewati pupil ke ruang
anterior. Sebagian air keluar mata melalui lorong-lorong dari
trabecular meshwork. Trabecular meshwork adalah saluran seperti
saringan yang mengelilingi tepi luar dari iris dalam sudut ruang
anterior, dibentuk di mana menyisipkan iris ke dalam badan siliaris.
Jumlah yang lebih sedikit masuk ke dalam badan siliaris yang terbuka
dan ke iris, di mana ia akhirnya berdifusi ke dalam pembuluh darah di
sekitar bola mata.
3) Lensa
Lensa adalah struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.
Lensa digantung di belakang iris oleh zonula yang
menghubungkannya dengan badan siliare. Di anterior lensa terdapat
humor aqueous, di sebelah posteriornya terdapat vitreus. Kapsul lensa
adalah suatu membran yang semipermeabel (sedikit lebih permeabel
daripada dinding kapiler) yang akan memungkinkan air dan elektrolit
masuk.
Selapis epitel subskapular terdapat di depan. Nukleus lensa lebih
keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-
serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa semakin lama
menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk
dari lamellae kosentris yang panjang. Garis-garis persambungan yang
terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung-ke-ujung
berbentuk {Y} bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk {Y} ini tegak di
anterior dan terbalik di posterior. Masing-masing serat lamellar
mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskopik, inti
10
ini jelas dibagian perifer lensa didekat ekuator dan bersambung
dengan lapisan epitel subkapsul.
Lensa difiksasi ditempatnya oleh ligamentum yang dikenal sebagai
zonula (zonula Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari
permukaan badan siliaris dan menyisip kedalam ekuator lensa. Enam
puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan protein tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh), dan
sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.
Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan
jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah
atau saraf di lensa. Lensa memiliki kekuatan refraksi 15-10D.
4) Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi
ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina dan diskus optikus.
Permukaan luar vitreus membran hialois-normalnya berkontak
dengan struktur-struktur berikut: kapsula lensa posterior, serat-serat
zonula, pars plana lapisan epitel, retina dan caput nervi optici. Basis
vitreus mempertahankan penempelan yang kuat sepanjang hidup ke
lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata.
Perlekatan ke kapsul lensa dan nervus optikus kuat pada awal
kehidupan tetapi segera hilang.
Vitreus berisi air sekitar 99%. Sisanya 1% meliputi dua komponen,
kolagen dan asam hialuronat, yang memberikan bentuk dan
konsistensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya mengikat
banyak air.
11
B. FISIOLOGI PENGLIHATAN
Mata dapat dianggap sebagai kamera, dimana sistem refraksinya
menghasilkan bayangan kecil dan terbalik di retina. Rangsangan ini diterima
oleh sel batang dan kerucut di retina, yang diteruskan melalui saraf optik (N
II), ke korteks serebri pusat penglihatan. Supaya bayangan tidak kabur,
kelebihan cahaya diserap oleh lapisan epitel pigmen di retina. Bila intensitas
cahaya terlalu tinggi maka pupil akan mengecil untuk menguranginya. Daya
refraksi kornea hampir sama dengan humor aqueous, sedang daya refraksi
lensa hampir sama pula dengan badan kaca. Keseluruhan sistem refraksi mata
ini membentuk lensa yang cembung dengan fokus 23 mm. Dengan demikian,
pada mata yang emetrop dan dalam keadaan mata istirahat, sinar yang sejajar
yang datang di mata akan dibiaskan tepat di fovea sentralis dari retina. Fovea
sentralis merupakan posterior principal focus dari sistem refraksi mata ini,
dimana cahaya yang datang sejajar, setelah melalui sitem refraksi ini
bertemu. Letaknya 23 mm di belakang kornea, tepat dibagian dalam macula
lutea.
Mata mempunyai kemampuan untuk memfokuskan benda dekat
melalui proses yang disebut akomodasi. Penelitian tentang bayangan
Purkinje, yang merupakan pencerminan dari berbagai permukaan optis di
mata, telah memperlihatkan bahwa akomodasi terjadi akibat perubahan di
lensa kristalina. Kontraksi otot siliaris menyebabkan penebalan dan
peningkatan kelengkungan lensa, mungkin akibat relaksasi kapsul lensa.
C. KELAINAN REFRAKSI
a. Definisi
Kelainan refraksi disebut juga dengan ametropia. Dalam
bahasa yunani ametros berarti tidak sebanding atau tidak seimbang,
sedang ops berarti mata. Sehingga yang dimaksud dengan ametropia
adalah keadaan pembiasaan mata dengan panjang bola mata yang
12
tidak seimbang. Hal ini akan terjadi akibat kelainan kekuatan
pembiasaan sinar media penglihatan atau kelainan bentuk bola mata.
Ametropia dalam keadaan tanpa akomodasi atau dalam
keadaan istirahat memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus yang
tidak terletak pada retina. Pada keadaan ini bayangan pada selaput jala
tidak sempurna terbentuk
b. Klasifikasi
Dikenal berbagai bentuk Ametropia, seperti :
1) Ametropia aksial
Ametropia yang terjadi akibat sumbu optik bola mata lebih
panjang, atau lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan
di depan atau di belakang retina. Pada miopia aksial fokus akan
terletak di depan retina karena bola mata lebih panjang dan pada
hipermetropia aksial fokus bayangan terletak di belakang retina.
2) Ametropia refraktif
Ametropia akibat kelainan sistem pembiasaan sinar di dalam mata.
Bila daya bias kuat maka bayangan benda terletak di depan retina
(miopia) atau bila daya bias kurang maka bayangan benda akan
terletak di belakang retina (hipermetropia refraktif)
13
nyata pada pagi hari atau saat subjek lelah. Gejala-gejala ini meningkat
hingga 55 tahun, menjadi stabil, tetapi menetap.
Prebiopia dikoreksi dengan lensa plus untuk mengatasi daya fokus lensa
yang hilang. Lensa plus dapat digunakan dengan berbagai cara. Kacamata
baca memiliki koreksi-dekat di seluruh apertura kacamata tersebut baik
untuk membaca, tetapi membuat benda-benda jauh menjadi kabur. Untuk
mengatasi ini, dapat digunakan kaca paruh, yaitu kacamata yang bagian
atasnya terbuka dan tidak dikoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata
bifokus melakukan hal serupa tetapi memungkinkan untuk koreksi
kelainan mata lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di
segmen atas, penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat
di bagian bawah. Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat,
sedang, dan jauh, tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan
bukan bertingkat.
Klasifikasi
1) Presbiopi Insipien – tahap awal perkembangan presbiopi, dari
anamnesa didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca
dekat, tapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes, dan pasien
biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca
14
2) Presbiopi Fungsional – Amplitud akomodasi yang semakin
menurun dan akan didapatkan kelainan ketika diperiksa
3) Presbiopi Absolut – Peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi
fungsional, dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama
sekali
4) Presbiopi Prematur – Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40
tahun dan biasanya berhungan dengan lingkungan, nutrisi,
penyakit, atau obat-obatan
5) Presbiopi Nokturnal – Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada
kondisi gelap disebabkan oleh peningkatan diameter pupil
Penatalaksanaan
15
4) Pembedahan refraktif seperti keratoplasti konduktif, LASIK,
LASEK, dan keratektomi fotorefraktif
b. Miopia
Definisi
Bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh
mata yang tidak berakomodasi.
Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar
atau kekuatan pembiasaan media refraksi terlalu kuat. Bila mata
berukuran lebih panjang daripada normal, kelainan yang terjadi disebut
miopia aksial. Apabila unsur-usur pembias lebih refraktif dibandingkan
dengan rata-rata, kelainan yang terjadi disebut miopia kurvatura atau
miopia refraktif.
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, miopia dapat dibedakan menjadi miopia
aksialis dan refraktif.
Miopia aksialis
16
Menyebabkan terjadinya konvergensi yang berlebihan bila hendak
melakukan pekerjaan dekat sehingga mengakibatkan hal yang sama
seperti di atas.
Miopia refraktif
17
Berdasarkan tinggi dioptrinya, dibedakan menjadi :
Miopia progresif
Dapat ditemukan pada semua usia dan mulai sejak lahir. Kelainan
mencapai puncaknya waktu masih remaja, bertambah terus sampai
usia 25 tahun atau lebih. Besar dioptrinya melebihi 6 D.
Miopia maligna
Miopia progresif yang lebih ekstrim. Miopia progresif dan miopia
maligna disebut juga miopia patologis atau degeneratif, karena disertai
kelainan degeneratif di koroid dan bagian lain dari mata.
18
Gejala dan tanda
Pasien mengeluh :
- Melihat jelas bila dekat/terlalu dekat
- Melihat jauh kabur/rabun jauh
- Sakit kepala
- Sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit
- Mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi
sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil)
19
Makula: berupa pigmentasi, kadang-kadang ditemukan pendarahan
subretina pada daerah makula
Retina bagian perifer: berupa degenersi kista retina bagian perifer
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas
dan disebut sebagai fundus tigroid.
Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresenyaitu gambaran
bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fundus mata miopia, sklera
oleh koroid. Miopi tinggikelainan fundus okuli (ex:degenerasi makula,
retina bagian perifer).
Tanda objektif :
Oleh karena orang miopia jarang melakukan akomodasi, maka jarang
miosis, jadi pupilnya midriasis. Mm.siliarisnya pun menjadi atrofi,
menyebabkan iris letaknya lebih ke dalam, sehingga bilik mata depan
lebih dalam.
Pada miopia tinggi didapatkan :
20
- proliferasi sel epitel pigmen di daerah makula (Forster Fuchs black spot)
- predisposisi untuk ablasi retina
Pada miopia simpleks :
Didapatkan mata yang lebih menonjol, bilik mata depan yang dalam, pupil yang
relatif lebar, tetepi tidak disertai kelainan di bagian posterior mata. Mungkin hanya
terlihat kresen miopia yang tampak putih di sebelah temporal papil, sedikit atrofi dari
koroid yang superfisial, sehingga pembuluh darah koroid yang lebih besar tampak
lebih jelas membayang.
Tanda subjektif :
Penatalaksanaan
21
Memberikan kacamata sferis (lensa cekung).negatif terkecil yang memberikan
ketajaman penglihatan maksimal agar sinar jatuh tepat pada retina
Berikut ini adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk koreksi miopia dan
juga kelainan refraksi lainnya.
a. Lensa kacamata
b. Lensa kontak (lensa kontak keras dan lensa kontak lunak)
c. Bedah keratorefraktif
d. Lensa intraokular
e. Ekstraksi lensa jernih untuk miopia
22
c. Hiperopia/Hipermetropia
Definisi
Keadaan gangguan kekuatan pembiasaan mata dimana sinar sejajar jauh
tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Pada
hipermetropia sinar sejajar difokuskan di belakang makula lutea.
Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya panjang sumbu (hiperopia
aksial), seperti yang terjadi paa kelainan kongenital tertenttu atau menurunnya
indeks refraksi (hiperopia refraktif) seperti pada afakia.
Klasifikasi
Hipermetropia dikenal dalam bentuk :
- Hipermetropia manifes: dapat dikoreksi dengan kaca mata positif maksimal
yang memberikan tajam penglihatan normal.
23
- Hipermetropia absolut: kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi
dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh
- Hipermetropia fakultatif: kelainan hipermetropia dapat diimbangi akomodasi
ataupun dengan kacamata positif
- Hipermetropia laten: kelainan hipermetropia tanpa siklopegia (obat yang
melemahkan akomodasi)
- Hipermetropia total: hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah
diberikan sikloplegia
Gejala dan tanda
- Mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus berakomodasi
- Penglihatan dekat dan jauh kabur
- Sakit kepala
- Silau dan kadang rasa juling atau lihat ganda
Hipermetropia sukar melihat dekat dan tidak sukar melihat jauh. Melihat
dekat akan lebih kabur dibandingkan dengan melihat sedikit lebih dijauhkan.
Biasanya pada usia muda tidak banyak menimbulkan masalah karena dapat diimbangi
dengan melakukan akomodasi.
Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 dioptri maka tajam penglihatan jauh akan
terganggu. Sesungguhnya sewaktu kecil atau baru lahir mata lebih kecil dan
hipermetropia. Dengan bertambahnya usia maka kemampuan berakomodasi untuk
mengatasi hipermetropia ringa berkurang. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 dengan
usia muda atau 20 tahun masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata dengan
tidak mendapatkan kesukaran. Pada usia lanjut dengan hipermetropia, terjadi
pengurangan kemampuan untuk berakomodasi pada saat melihat dekat ataupun jauh.
Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya
lelah dan sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau
memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah
makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus-menerus
24
berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan
sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau juling ke dalam.
Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena
matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas.
Pada pasien yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada
usia yang telah lanjut, akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca.
Keluhan mata yang harus berakomodasi terus untuk dapat melihat jelas adalah :
Mata lelah
Sakit kepala
Penglihatan kabur melihat dekat
Pada usia lanjut seluruh titik fokus akan berada di belakang retina karena
berkurangnya daya akomodasi mata dan penglihatan akan berkurang.
Pemeriksaan
Tujuan
Dasar
Mata hipermetropia mempunyai kekuatan lensa positif kurang sehingga sinar sejajar
tanpa akomodasi di fokus di belakang retina. Lensa positif menggeser bayangan
benda ke depan sehingga pada mata hipermetropia lensa positif dapat diatur derajat
kekuatannya untuk mendapatkan bayangan jatuh tepat pada retina.
Alat
1. Kartu Snellen
25
2. Gagang lensa coba
Teknik
Nilai
Bila dengan S + 2.00 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S + 2.25 tajam
penglihatan 6/6 sedang.
Dengan S + 2.50 tajam penglihatan 6/6-2 maka pada keadaan ini derajat
hipermetropia yang diperiksa S + 2.25 dan kaca mata dengan ukuran ini
diberikan pada pasien.
Pada pasien hipermetropia selamanya diberikan lensa sferis positif terbesar
yang memberikan tajam penglihatan terbaik.
26
Penanganan
Diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa sikloplegia didapatkan ukuran
lensa positif maksimal yang memberikan tajaman penglihatan normal.
Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia, diberikan kaca mata koreksi
hipermetropia total. Bila terdapat tanda atau bakat juling keluar (eksoforia) maka
diberikan kaca mata koreksi positif kurang. Bila terlihat tanda ambliopia diberikan
koreksi hipermetropia total. Mata ambliopia tidak terdapat daya akomodasi.
Koreksi lensa positif kurang berguna untuk mengurangkan berat kaca mata dan
penyesuaian kaca mata. Biasanya resep kaca mata dikurangkan 1-2 dioptri kurang
daripada ukuran yang didapatkan dengan pemberian sikloplegik.
Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata sferis positif
terkuat atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan
maksimal. Bila pasien dengan + 3.0 ataupun dengan + 3.25 memberikan ketajaman
27
penglihatan 6/6, maka diberikan kaca mata + 3.25. Hal ini untuk memberikan
istirahat pada mata akibat hipermetropia fakultatifnya diistirahatkan dengan kaca
mata (+).
Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka
sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sikloplegik atau
melumpuhkan otot akomodasi. Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien
akan mendapatkan koreksi kaca matanya dengan mata yang istirahat.
Pada pasien diberikan kaca mata sferis positif terkuat yang memberikan penglihatan
maksimal.
Komplikasi
Penyulit lain yang dapat terjadi pada pasien dengan hipermetropia adalah
esotropia dan glaukoma. Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien
selamanya melakukan akomodasi. Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot
siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata.
d. Astigmatisme
Definisi
Astigmatisme adalah keadaan dimana terjadi penglihatan yang kabur
karena sinar dari arah berbeda-beda difokuskan pada titik yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena perbedaan kelengkungan kornea yang bervariasi.
28
Astigmatisme ringan dapat tanpa gejala namun astigmatisma yang berat dapat
menyebabkan penglihatan kabur, mata lelah, dan sakit kepala.
Epidemiologi
Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai
2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama
pada penyakit mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir
25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa.
Insidensi myopia dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal umur,
negara, jenis kelamin, ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan factor lainnya.
Prevalensi miopia bervariasi berdasar negara dan kelompok etnis, hingga
mencapai 70-90% di beberapa negara. Sedangkan menurut Maths Abrahamsson
dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka kejadian astigmat bervariasi antara 30%-
70%.
Etiologi
29
semakin berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan
yang dapat menyebabkan astigmatismus.
3. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasti
4. Trauma pada kornea
5. Tumor
Penyebab umum astigmatisme adalah kelainan bentuk kornea.
Klasifikasi
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut:
1) Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang
yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang
memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain. Astigmatisme
jenis ini, jika mendapat koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa
menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan
adanya kelainan penglihatan yang lain.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Astigmatisme With the Rule
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada
bidang horizontal.
b. Astigmatisme Against the Rule
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari
pada bidang vertikal.
30
Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.
Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi
sebagai berikut:
Astigmatisme Miopia Simpleks
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada
tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias terkuat
sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola ukuran lensa
koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di
mana X dan Y memiliki angka yang sama.
31
1. Astigmatisme Hiperopia Simpleks
Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik
B berada di belakang retina.
32
3. Astigmatisme Hiperopia Kompositus
4. Astigmatisme Mixtus
33
Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :
1. Astigmatismus Rendah
Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya
astigmatis-mus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi
jika timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu
diberikan.
2. Astigmatismus Sedang
Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d
2,75 Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata
koreksi.
3. Astigmatismus Tinggi
Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus
ini sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Jakarta: 2008. Balai Penerbit
FKUI.
2. Sastrawan D, dkk. Standar Pelayanan Medis Mata. Departemen Ilmu
3. Skuta, Gregory L et al. American Academy of Ophtalmology : Orbit
4. Tan, D.T.H.2002. Ocular Surface Diseases Medical and Surgical
Management. New York: Springer. 65 – 83
5. Vaughan, Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva; alih bahasa : Jan
Tamboyang, Braham U. Pendit; editor Y. Joko Suyono. Palpebra dan
Apparatus lakrimalis dalam Oftalmologi Umum, edisi 14. Jakarta: 2000.
35