Jurnal
Oleh :
MEILISKA AULYANISSA
NPM. 10310230
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2014
ABSTRAK
Latar Belakang : Sinusitis merupakan suatu peradangan membran mukosa sinus
paranasal. sinus paling sering terkena yaitu sinus maksilaris. Ada berbagai pemeriksaan
klinik untuk mendiagnosis rhinosinusitis seperti anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan radiologi. Radiologi Waters merupakan pemeriksaan yang paling baik
untuk mengevaluasi sinus maksilaris dengan sensitifitas dan spesifitasnya yaitu 85 %
dan 80 %. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara diagnosis
rhinosinusitis di poliklinik THT-KL dengan Radiologi Waters di Instalasi Radiologi.
Metode : Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan study
cross sectional dan diolah dalam bentuk univariat. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik
THT-KL dan Instalasi Radiologi pada bulan Maret. Data berupa Rekam medik dan
lembaran jawaban Foto Waters. Jumlah sampel yang dapat diteliti yakni sebanyak 310
kasus di poliklinik THT-KL dan sebanyak 125 Kasus di Instalasi Radiologi.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita rhinosinusitis terbanyak pada
rhinosinusitis maksilaris sebanyak 99,0 % kasus, untuk onset penyakit terbanyak adalah
rhinosinusitis kronik sebanyak 68,7 % kasus, untuk umur terbanyak adalah pada
kelompok umur 45 - 64 tahun sebanyak 34,8 %, untuk jenis kelamin terbanyak adalah
pada perempuan sebanyak 61,9 %, untuk keluhan terbanyak adalah hidung tersumbat
sebanyak 57,4 %, untuk radiologi Waters terbanyak adalah sinusitis maksilaris sebanyak
69,6 %, rhinosinusitis yang paling sering terjadi yaitu unilateral sebanyak 49,6 %
kasus.
ABSTRACT
Background : Sinusitis is one of paranasal sinus mucosa membrane inflamations. The
most common sinusitis happening is maxillary sinus. There are some investigations to
diagnose a rhinosinusitis, they are anamnesis, physical examination and radiological
examinations. Waters radiology is the best examination to evaluate maxillary sinus with
85 % and 80 % sensitivity and spesification. The objective of study is to define the
diagnosis appropriateness between rhinosinusitis at ENT-HNS Clinic and Waters
Radiology at Radiology Installation.
Method : This study was a descriptive with cross sectional approach and analyze was
univariat form. The data was done at ENT-HNS Clinic and Radiology Installation in
March. The data was a medical record and answer form of photo Waters. The samples
were 310 cases at ENT-HNS Clinic and 125 cases in Radiological Installation.
Result : The Result of the study showed that the patient of rhinosinusitis was dominated
by maxillary rhinosinusitis amounting to 99,0% cases, the most prominent onset was
chronic rhinosinusitis amounting to 68,7 % cases, the dominant age suffering the
disease was 45 – 64 year amounting to 34,8 %, women patient dominated the
proportion with 61,9 %, the most complaints was clogged nose amounting to 57,4 %,
the most common Waters radiology was maxillary sinuses amounting to 69,6 % cases,
rhinosinusitis frequently occured on unilateral amounting to 49,6 % cases.
Keyword : Rhinosinusitis, Clinical Symptom, Waters Radiology.
BAB I %. Pemeriksaan ini dari sudut
biaya cukup ekonomis dan pasien
PENDAHULUAN hanya mendapat radiasi yang
minimal. Gambaran radiologi
1.1 Latar Belakang dapat menilai kondisi sinus yang
memperlihatkan peselubungan,
Sinusitis merupakan suatu
batas udara-cairan (air-fluid
peradangan membran mukosa
level) dan penebalan mukosa. 10
atau sinus paranasal yang
umumnya terjadi karena alergi
1.2 Rumusan Masalah
atau infeksi virus, bakteri maupun
“Bagaimanakah kesesuaian
jamur. Rhinosinusitis yang paling
antara Gambaran Klinis
sering ditemukan adalah sinusitis
Rhinosinusitis dan Radiologi
maksilaris dan sinusitis
Waters di Poliklinik THT-KL dan
etmoidalis, sedangkan sinusitis
Instalasi Radiologi
frontalis lebih jarang dan sinusitis
RSUD.Dr.H.Abdul Moeloek
sfenoid lebih jarang lagi. 5
Provinsi Lampung Periode
Data dari DEPKES RI Oktober - Desember 2013?”
(2003) menyebutkan bahwa
penyakit hidung dan sinus berada 1.3 Tujuan Penelitian
pada urutan ke-25 dari pola 50 1.3.1 Tujuan Umum
penyakit peringkat utama atau 1. Untuk mengetahui gambaran
sekitar 102.817 penderita rawat klinis rhinosinusitis
jalan di rumah sakit. Data dari 2. Untuk mengetahui gambaran
divisi Rinologi Departemen THT- radiologi Waters
KL RSCM Januari - Agustus 2005 3. Untuk mengetahui kesesuaian
menyebutkan jumlah pasien antara gambaran klinis
rinologi pada kurun waktu rhinosinusitis dengan
tersebut sebanyak 435 pasien, dan gambaran radiologi Waters
69 % pasien adalah sinusitis. Dari
data tersebut 30 % mempunyai 1.3.2 Tujuan Khusus
indikasi operasi BSEF (Bedah 1. Untuk mengetahui prevalensi
Sinus Endoskopik Fungsional). 6 penderita rhinosinusitis
Anamnesis dan pemeriksaan 2. Untuk mengetahui distribusi
fisik sudah dapat menyimpulkan penderita rhinosinusitis
diagnosis sinusitis, akan tetapi berdasarkan tipe
diperlukan pemeriksaan rhinosinusitis
penunjang yang penting untuk 3. Untuk mengetahui distribusi
menegakkan diagnosis pasti penderita rhinosinusitis
sinusitis, yaitu radiologi sinus berdasarkan onset penyakit
paranasalis dengan posisi Waters, 4. Untuk mengetahui gambaran
anterior-posterior (AP atau posisi radiologi Waters pada
Caldwell), dan lateral. 10 sinusitis frontalis dan
Posisi Waters merupakan sinusitis maksilaris
pemeriksaan yang paling baik 5. Untuk mengetahui distribusi
untuk mengevaluasi sinus penderita rhinosinusitis
maksilaris. Sensitifitas dan berdasarkan umur
spesifitasnya yaitu 85 % dan 80
6. Untuk mengetahui distribusi Hidung luar menonjol pada
penderita rhinosinusitis garis tengah wajah di antara pipi
berdasarkan jenis kelamin dengan bibir atas; Struktur
7. Untuk mengetahui gambaran hidung luar dapat dibedakan atas
klinis rhinosinusitis tiga bagian: yang paling atas:
berdasarkan gejala mayor dan kubah tulang yang tidak dapat
gejala minor digerakkan; di bawahnya
8. posisi sinus yang terkena terdapat kubah kartilago yang
(unilateral/bilateral) sedikit dapat digerakkan; dan
yang paling bawah adalah
lobulus hidung yang mudah
digerakkan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
2.1.2 Anatomi Hidung Dalam 11
Menambah wawasan dan
pengetahuan tentang sinusitis Hidung dalam terdiri atas
secara klinis dan gambaran struktur yang membentang dari
radiologi Waters serta dapat os internum di sebelah anterior
melengkapi ilmu yang telah hingga koana di posterior, yang
didapat selama perkuliahan. memisahkan rongga hidung dari
nasofaring. Septum nasi
1.4.2 Bagi Institusi Kesehatan merupakan struktur tulang di
Hasil penelitian ini dapat garis tengah, secara anatomi
digunakan sebagai referensi pihak membagi organ menjadi dua
RSUD.Dr.H.Abdul Moeloek hidung. Dinding lateral hidung
Provinsi Lampung dalam terdapat konka dengan rongga
mengambil kebijakan dalam udara yang tidak teratur di
menentukan langkah-langkah antaranya meatus superior,
yang perlu diambil dalam media, dan inferior.
menghadapi penderita sinusitis,
guna meningkatkan kualitas Kerangka tulang
pelayanan kesehatan di Lampung. menentukan diameter dari
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan rongga udara, struktur jaringan
Digunakan sebagai sumber lunak yang menutupi hidung
informasi, wacana kepustakaan dalam cenderung bervariasi
atau sebagai referensi bagi tebalnya, juga mengubah
penelitian selanjutnya resistensi, dan akibatnya
tekanan dan volume aliran udara
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya inspirasi dan ekspirasi. Diameter
Dapat menjadi bahan referensi yang berbeda-beda disebabkan
serta pertimbangan bagi penelitian oleh kongesti dan dekongesti
yang memiliki ruang lingkup yang mukosa, perubahan badan
sama. vaskular yang dapat
mengembang pada konka dan
septum atas, dan dari krusta dan
BAB II deposit atau sekret mukosa.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.3 Sinus Paranasalis 13