132
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 12 Nomor 3 Desember 2012
orang dan jumlah kunjungan 775 kali. Data dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
pada Tahun 2009, jumlah sinusitis kronik terjadi pajanan ulangan dengan alergen
kasus baru sebanyak 74 orang dengan spesifik tersebut.11 Mukosa hidung
jumlah kunjungan 112 kali. Penyakit merupakan lanjutan dari mukosa sinus
hidung dan sinus lainnya jumlah kasus baru paranasal sehingga kongesti pada ostium
606 orang dengan jumlah kunjungan 1.020 sinus dapat menyebabkan sinusitis yang
kali.1
tidak dapat terjadi tanpa rinitis, oleh karena
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi
itu, terminologi sinusitis lebih tepat
dalam rinosinusitis antara lain ISPA akibat
digantikan dengan rinosinusitis.12
virus, bermacam rinitis, terutama rinitis
Berdasarkan hal di atas, maka penelitian
alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil,
polip nasi, kelainan anatomi seperti septum untuk mengetahui distribusi faktor
deviasi atau konka hipertrofi, sumbatan predisposisi rinosinusitis kronik di
kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi poliklinik THT-KL RSUD dr. Zainoel
tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, Abidin Banda Aceh perlu dilakukan.
diskinesia silia seperti pada sindrom
Kartagener, keadaaan ini lama-kelamaan Metode Penelitian
menyebabkan perubahan mukosa dan
merusak silia.1 Rancangan Penelitian
Konka hipertrofi atau rinitis hipertrofi Jenis penelitian ini adalah penelitian
dapat menyebabkan sumbatan hidung, deskriptif dengan rancangan cross
terutama konka hipertrofi dengan grade II sectional.13 Tujuan dari penggunaan
dan III dapat menyebabkan obstruksi nasal penelitian deskriptif cross sectional ini
yang berat.7 Hal ini merupakan faktor adalah untuk mengetahui untuk mengetahui
predisposisi terjadinya rinosinusitis kronik.1 distribusi faktor predisposisi rinosinusitis
Polip nasi ialah massa lunak yang kronik di poliklinik THT-KL RSUD
mengandung banyak cairan di dalam dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan
yang terjadi akibat inflamasi mukosa.7 Sel Populasi dan Sampel Penelitian
eosinofilik yang terdapat pada kebanyakan Populasi dalam penelitian ini adalah semua
polip hidung merupakan toksik untuk pasien yang didiagnosis menderita
membran silia pada mukosa hidung, rinosinusitis kronik di poliklinik THT-KL
sehingga menyebabkan penurunan aliran RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh,
mukus dan keadaan yang stasis dapat dengan kriteria berusia 15 tahun, tidak
berkembang menjadi rinosinusitis.8,9 menderita tumor maupun kelainan
Septum deviasi ialah septum nasi tidak sinonasal lainnya, dan bersedia menjadi
lurus sempurna di tengah. Hal ini dapat sampel. Pengambilan data dilakukan dalam
menyumbat ostium sinus sehingga rentang waktu Oktober 2010 sampai dengan
merupakan faktor predisposisi terjadinya Desember 2010 dengan teknik pengambilan
sinusitis.10 Gangguan aliran udara pada data accidental sampling yaitu pengambilan
area posterior (septum deviasi tipe III-VI) sampel yang dilakukan dengan mengambil
lebih berpengaruh terhadap terjadinya kasus yang tersedia.13
penyakit sino-nasal dibandingkan obstruksi
pada area nasal valve (tipe I dan II).10 Alat/Instrumen Penelitian
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi Instrumen yang digunakan dalam penelitian
yang disebabkan oleh reaksi alergi pada ini adalah alat untuk memeriksa pasien,
pasien atopi yang sebelumnya sudah yaitu lampu kepala, spekulum hidung,
tersensitasi dengan alergen yang sama serta spatel lidah. Bahan yang dibutuhkan yaitu
133
Teuku Husni dan Amallia Pradistha, Faktor Predisposisi
Terjadinya Rinosinusitis Kronik
kapas, alkohol 70% dan bahan Tabel 1 Distribusi umur pada penderita
vasokonstriktor (kapas Efedrin). Instrumen rinosinusitis kronik
lainnya berupa alat tulis dan format Kelompok umur
Frekuensi Persentase
pengumpulan data untuk mendata hasil (tahun)
15-24 11 33,3%
anamnesis dan pemeriksaan rinoskopi 25-34 7 21,21%
anterior oleh dokter ahli 35-44 5 15,2%
45-54 8 24,24%
Analisis Data 55-64 1 3%
Analisis statistik yang dipilih adalah 65-74 1 3%
analisis univariat untuk melihat distribusi Jumlah 33 100%
konka hipertrofi, septum deviasi, polip nasi,
rinitis alergi pada pasien rinosinusitis Tabel 2 Distribusi jenis kelamin penderita
kronik.13 Data yang diperoleh diolah dan rinosinusitis kronik
disajikan dalam bentuk tabel distribusi Jenis Persentase
Frekuensi
frekuensi dan persentase. Kelamin (%)
Perempuan 19 57,6%
Laki-laki 14 42,4%
Hasil Penelitian
Jumlah 33 100%
Deskripsi Pasien
Berdasarkan data pada tabel 1 dapat Distribusi faktor predisposisi pada
diketahui bahwa ditinjau dari umur pasien penderita rinosinusitis kronik
dalam penelitian ini distribusi pasien Pada penelitian ini, didapatkan 33 orang
rinosinusitis kronik pada kelompok umur responden. Pada responden yang diperiksa,
15-24 tahun yaitu berjumlah 11 orang masing-masing responden dapat memiliki
(33,3%), pasien umur antara 25-34 tahun lebih dari satu faktor predisposisi yang
berjumlah 7 orang (21,21%), kelompok menyertai, sehingga didapatkan distribusi
umur 35-44 tahun berjumlah 5 orang faktor predisposisi pada pasien rinosinusitis
(15,2%), kelompok umur 45-54 tahun kronik seperti yang dapat dilihat pada tabel 3.
berjumlah 8 orang (24,24%), kelompok Pada penelitian ini, dari 33 orang penderita
umur 55-64 tahun berjumlah 1 orang (3%) rinosinusitis kronik yang diteliti 21 orang
dan kelompok umur 65-74 tahun berjumlah
(61,8%) menderita konka hipertrofi, 5 orang
1 orang (3%). Bila ditinjau dari jenis
kelamin pasien (tabel 2) diketahui bahwa (14,7%) menderita polip nasi, 7 orang
jumlah pasien laki-laki sebanyak 14 orang (23,5%) menderita deviasi septum, 18 orang
(42,4%) dan jumlah pasien yang berjenis (57,6%) menderita rinitis alergi (tabel 3).
kelamin perempuan sebanyak 19 orang
(57,6%).
134
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 12 Nomor 3 Desember 2012
kriteria umur diatas atau sama dengan 15 keadaan yang dapat diakibatkan oleh banyak
tahun, karena diharapkan sinus paranasal faktor antara lain adalah infeksi hidung
telah mencapai besar maksimal sesuai berulang, iritasi kronis mukosa hidung
dengan fisiologi perkembangan sinus karena rokok dan bahan-bahan iritan
paranasal. industri.17 Penggunaan tetes hidung yang
Pada penelitian ini didapatkan rinosinusitis berkepanjangan, rinitis alergi, dan rinitis
kronik lebih banyak terjadi pada rentang vasomotor juga dapat menyebabkan
umur 15-24 tahun (33,3%) dan paling penyakit ini.16
jarang terjadi pada umur lebih dari 55 Pada penelitian ini didapatkan dari 33 orang
tahun (3%). Hasil ini sedikit berbeda penderita rinosinusitis kronik yang diteliti,
dengan hasil penelitian Nasution, yang didapatkan 5 orang (14,7%) menderita
mendapatkan penderita terbanyak polip nasi. Hasil ini tidak jauh berbeda
rinosinusitis kronik adalah kelompok dengan hasil penelitian oleh Yasa, bahwa
umur 37-46 tahun (33,3%).14 Cora polip nasi terdapat pada 4 orang (16,7%)
mendapatkan kelompok umur terbanyak dari 24 orang sampel penelitiannya.18
penderita sinusitis maksila kronis pada Berdasarkan kepustakaan, inflamasi
yaitu pada kelompok umur 25-34 tahun, sinonasal dapat menyebabkan peningkatan
sebanyak 14 orang (34,15%).15 ukuran dan jumlah polip nasi, sehingga
Berdasarkan beberapa data di atas terlihat terjadi sumbatan hidung dan penyempitan
bahwa rinosinusitis kronik lebih banyak ostium sinus yang memicu terjadinya
mengenai dewasa muda. Perbedaan umur sinusitis.19
Pada penelitian ini didapatkan dari 33 orang
oleh masing-masing peneliti lebih didasari
penderita rinosinusitis kronik yang diteliti,
oleh pengelompokan umur yang berbeda-
7 orang (23,5%) menderita septum deviasi.
beda pada masing-masing peneliti.14
Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil
Pada penelitian ini didapatkan bahwa
penelitian oleh Yasa yang mendapatkan
rinosinusitis kronik lebih banyak terjadi
bahwa septum deviasi terdapat pada 5
pada perempuan (57,6%) dibandingkan pada
orang (20,8%) dari 24 orang sampel
laki-laki (42,4%). Hasil penelitian ini sesuai
penelitiannya.18 Munir dalam penelitiannya
dengan penelitian yang dilakukan oleh
melaporkan dari sebanyak 35 sampel yang
Nasution mendapatkan penderita perempuan
diteliti, didapatkan 24,3% (17 orang)
sebanyak 18 penderita (60%) dan laki-laki
diantaranya mengalami septum deviasi. 17
sebanyak 12 penderita (40%).14 Munir
Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa
mendapatkan hasil yang serupa, dari 35
septum deviasi dapat menimbulkan bowing
sampel rinosinusitis kronik yang diambil,
asimetri yang menekan konka media ke
didapatkan bahwa rinosinusitis kronik lebih
lateral menyebabkan penyempitan meatus
banyak terjadi pada perempuan (57%)
media.20
dibandingkan pada laki-laki (43%).16
Pada penelitian ini didapatkan dari 33 orang
Pada penelitian ini didapatkan dari 33 orang
penderita rinosinusitis kronik yang diteliti,
penderita rinosinusitis kronik yang diteliti,
18 orang (57,6%) menderita rinitis alergi.
21 orang (61,8%) menderita konka
hipertrofi. Primartono mendapatkan dari 31 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
orang penderita sinusitis maksilaris kronik, yang dilakukan oleh Gutman dkk21 pada
5 orang menderita konka hipertrofi (16%), tahun 2001 yang diperoleh hasil dari 48
walaupun penderita konka hipertrofi orang pasien rinosinusitis kronik dan akut
mempunyai resiko 3,56 kali lebih sering rekuren, didapatkan 57,4% memiliki tes
untuk menderita sinusitis maksilaris kronik.5 alergi yang positif. Primartono
Munir melaporkan dalam penelitiannya, dari mendapatkan dari 31 orang penderita
sebanyak 35 sampel yang diteliti, 8,6% sinusitis maksilaris kronik, 16 orang
persen diantaranya mengalami konka menderita rinitis alergi (51,6%).5 Hasil
hipertrofi.17 Berdasarkan teori, disebutkan penelitian ini sesuai dengan teori yang
bahwa konka hipertrofi merupakan suatu mengatakan bahwa pada penderita rinitis
135
Teuku Husni dan Amallia Pradistha, Faktor Predisposisi
Terjadinya Rinosinusitis Kronik
136
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 12 Nomor 3 Desember 2012
137