Anda di halaman 1dari 6

Rizqun | Kejadian Rinitis Alergi dengan Komplikasi Otitis Media Akut pada Anak Usia 5 Tahun

Kejadian Rinitis Alergi dengan Komplikasi Otitis Media Akut pada


Anak Usia 5 Tahun

Rizqun Nisa
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Rinitis alergi merupakan kelainan pada hidung akibat inflamasi oleh reaksi alergi dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal dan hidung tersumbat. Disfungsi tuba eustachius dapat terjadi pada rinitis alergi dan menjadi dasar timbulnya otitis
media. Otitis media akut merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berhubungan dengan nasofaring melalui tuba
eustachius, berlangsung kurang dari dua bulan. Anak laki-laki, usia sepuluh tahun diantar ke Rumah Sakit Abdul Moeloek
oleh keluarganya dengan keluhan rasa penuh di telinga dan penurunan pendengaran pada kedua telinga sejak satu minggu
yang lalu. Pasien sering bersin-bersin yang hilang timbul sejak empat tahun yang lalu. Keluhan disertai hidung sering gatal,
keluar cairan dari hidung berwarna bening dan encer, serta hidung tersumbat. Keluhan memberat dalam dua minggu
terakhir. Ibu pasien memiliki riwayat asma. Allergic salute (+). Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, sekret sedang, encer
dan bening, konka inferior hipertrofi, livide, licin, edema (+). Pada pemeriksaan liang telinga, membran timpani suram dan
tampak kekuningan, intake, refleks cahaya (+), dan retraksi (+). Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan pada pasien ini
adalah timpanometri dan skin test. Diagnosis pasien ini adalah otitis media efusi et causa rinitis alergi persisten derajat
sedang-berat. Infeksi pada hidung dan tenggorokan dapat menyebabkan gangguan tuba eustachius, lalu menyebabkan
tekanan negatif pada telinga tengah, bermanifestasi sebagai rasa penuh pada telinga. Sumbatan tuba yang terus berlanjut
menyebabkan hipersekresi sel goblet pada mukosa telinga tengah. Terapi medikamentosa pada kasus ini adalah amoxicillin
3x500mg, pseudoefedrine HCL, cetirizine 1x10mg dan triamsinolone acetonide spray 2x1. Kesimpulannya, penegakkan
diagnosa dan penatalaksanaan telah sesuai dengan evidence based medicine.

Kata kunci: anak, otitis media, pendengaran, rinitis alergi

Incidence of Allergic Rhinitis with Acute Otitis Media Complication in


5 Years Old Child
Abstract
Allergic rhinitis is an inflammatory disorder of the nose due to allergic reactions with symptoms of sneezing, rhinorrhea,
itching and nasal congestion. Eustachian tube dysfunction may occur in allergic rhinitis and became the basis of the
incidence of otitis media. Acute otitis media is an acute inflammation of the middle ear associated with the nasopharynx via
the eustachian tube, less than two months. Boy, age 10, delivered to RS Abdul Moeloek by his family with a sense of
fullness in the ear and hearing loss in both ears since the last week. Patients often sneezes intermittent since 4 years ago. It
accompanied by nasal itching, clear and watery discharge, nasal congestion. It’s severe in the last 2 weeks. His mother had
an asthma. Allergic salute (+). On anterior rhinoscopy examination,there is watery secret, hypertrophy inferior konka, livide,
slippery, edema (+). On ear examination, tympanic membrane dingy and looked yellowish, intake, light reflex (+) and
retraction (+). Tympanometry and skin test are recommended for this patient. The diagnosis is otitis media with effusion et
causa allergic rhinitis persistent moderate-to-severe. Infections of the nose and throat can cause eustachian tube and cause
a negative pressure in the middle ear, manifests as a sense of fullness in the ear. Continue tuba blockage cause
hypersecretion of goblet cells in the mucosa of the middle ear. Medical treatment in this case are amoxicillin 3x500mg,
pseudoefedrine HCL, cetirizine 1x10mg and triamsinolone acetonide spray 2x1. Conclusion, the diagnosis and management
is appropiated to evidence-based medicine.

Keywords: allergic rhinitis, child, hearing, otitis media

Korespondensi: Rizqun Nisa, S.Ked, alamat Jl. Soemantri Brojonegoro Pondok Arbenta Bandar Lampung, HP 082186556505,
e-mail rizqunn@yahoo.com

Pendahuluan on Asthma (WHO-ARIA), rinitis alergi adalah


Rinitis alergi merupakan suatu penyakit suatu kelainan pada hidung dengan gejala
inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
tersensitasi dengan alergen yang sama, serta diperantarai oleh IgE.1,2 Rinitis alergi dapat
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi pada semua golongan umur, terutama
terjadi paparan ulangan dengan allergen anak dan dewasa, namun berkurang dengan
spesifik tersebut. Menurut World Health bertambahnya usia. Faktor herediter
Organization - Allergic Rhinitis and its impact mempengaruhi terjadinya rinitis alergi,

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017 |54


Rizqun | Kejadian Rinitis Alergi dengan Komplikasi Otitis Media Akut pada Anak Usia 5 Tahun

sedangkan jenis kelamin, golongan etnis dan lima kali dalam satu kali serangan, rinore yang
ras tidak berpengaruh terhadap kejadian rinitis encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung
alergi.3 dan mata gatal, serta kadang disertai lakrimasi.
Rinitis alergi disebabkan oleh allergen, Gejala spesifik adalah bayangan gelap di
baik allergen inhalan maupun allergen daerah bawah mata (allergic shiner), akibat
ingestan. Pada anak-anak, sering disertai gejala stasis vena sekunder karena obstruksi hidung.
alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan Anak sering menggosok-gosok hidung dengan
pencernaan. Kejadian dapat diperberat oleh punggung tangan (allergic salute). Kemudian,
faktor non-spesifik, seperti asap rokok, bau akan timbul garis melintang di dorsum nasi
yang merangsang, perubahan cuaca, dan (allergic crease), serta sering disertai penyakit
kelembapan yang tinggi. alergi lainnya seperti asma, urtikaria, atau
Reaksi hipersensitivitas merupakan dasar eksim. Penelitian Lee CH et al menunjukkan
terjadinya rinitis alergi. Penyakit ini merupakan bahwa pada rinitis persisten sedang-berat,
suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan gejal klinis bersin, rinore dan kongesti akan
tahap sensitisasi dan diikuti dengan tahap lebih berat dibandingkan rinitis intermiten
provokasi atau reaksi alergi. Reaksi alergi ringan, persisten ringan dan intermiten
terdiri dari Immediate Phase Allergic Reaction, sedang-berat.5
yang berlangsung sejak kontak dengan alergen Pada pasien dengan rinitis alergi
sampai satu jam setelahnya dan Late Phase persisten sedang-berat, biasanya juga disertai
Allergic Reaction yang berlangsung dua sampai dengan berkurangnya penciuman, karena
empat jam dengan puncak enam hingga rinitis alergi kronik dapat mengakibatkan
delapan jam setelah pemaparan dan dapat hipertrofi mukosa dan edem, sehingga dapat
berlangsung sampai 24-48 jam. Histamin menghambat rangsang bau mencapai
merupakan mediator utama yang berperan neuroepitel olfaktorius. Reseptor olfaktorius
dalam timbulnya gejala. Histamin merangsang juga menjadi rusak akibat stress oksidatif yang
reseptor III pada ujung nervus vidianus terjadi bersamaan dengan setiap reaksi
sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung inflamasi alergi, mengakibatkan berkurangnya
dan bersin-bersin. Histamin juga menyebabkan reseptor olfaktorius dan terjadi regenerasi
hipersekresi dan peningkatan permeabilitas epitel olfaktorius. Obstruksi nasal dapat
kapiler kelenjar mukosa dan sel goblet mengakibatkan pasien tidur mendengkur dan
sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah dapat menimbulkan terjadinya apnea
hidung tersumbat, terjadi akibat vasodilatasi sementara saat tidur, sedangkan obstruksi dari
sinusoid. Gejala hiperaktif responsive hidung ostium sinus dapat mengakibatkan sinusitis.
terjadi akibat peranan eosinofil dan mediator Disfungsi tuba eustachius dapat terjadi pada
inflamasi seperti Eosinophilic Cationic Protein rinitis alergi, hal ini menjadi dasar timbulnya
(ECP), Eosinohilic Derived Protein (EDP), Major otitis media.5,6
Basic Protein (MBP), dan Eosinophilic Otitis media akut (OMA) merupakan
Peroxidase (EPO). inflamasi akut telinga tengah, yaitu ruang di
Menurut WHO-ARIA, rinitis alergi dalam telinga yang terletak antara membran
diklasifikasikan sebagai berikut:4 timpani dengan telinga dalam, serta
a. Intermitten: bila gejala kurang dari empat berhubungan dengan nasofaring melalui tuba
hari/minggu eustachius yang berlangsung kurang dari dua
b. Persisten: bila gejala lebih dari empat bulan. Perjalanan OMA terdiri atas beberapa
hari/minggu dan lebih dari 4 minggu. aspek yaitu efusi telinga tengah yang akan
Sedangkan berdasarkan berat ringannya berkembang menjadi pus oleh karena adanya
penyakit, terbagi atas:4 infeksi mikroorganisme, adanya tanda
a. Ringan, bila tidak ditemukan gangguan inflamasi akut, serta munculnya gejala otalgia,
tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, iritabilitas, dan demam. Otitis media efusi
berolahraga, belajar, bekerja, dan hal-hal adalah peradangan di telinga tengah dengan
lain yang mengganggu pengumpulan cairan di rongga telinga tengah,
b. Sedang-berat, bila terdapat satu atau lebih tidak terdapat tanda infeksi akut, dan tidak ada
dari gangguan tersebut diatas. perforasi.7,8
Gejala klinis pada rinitis alergi dapat Gejala klinis OMA bergantung pada
berupa serangan bersin berulang lebih dari stadium penyakit serta usia pasien. Pada anak

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017 |55


Rizqun | Kejadian Rinitis Alergi dengan Komplikasi Otitis Media Akut pada Anak Usia 5 Tahun

yang sudah dapat berbicara, keluhan utama berat lebih banyak mengalami disfungsi tuba
adalah rasa nyeri di dalam telinga,dengan suhu dibandingkan kelompok derajat ringan, dan
tubuh yang tinggi. Biasanya, terdapat riwayat pasien dengan lama sakit lebih dari 12 bulan
batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih mempunyai kecenderungan lebih besar untuk
besar atau pada orang dewasa, selain rasa terjadinya disfungsi tuba, karena mukosa
nyeri, terdapat gangguan pendengaran hidung menjadi 100% lebih hiperreaktif apabila
berupa rasa penuh di telinga atau penurunan dipapar ulang alergen spesifiknya.12
pendengaran. Gejala dan tanda otitis media
efusi berupa rasa penuh di telinga dan kurang Kasus
pendengaran.9 Anak laki-laki, R, usia sepuluh tahun
Otitis media akut sering diawali oleh diantar ke Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSAM)
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) atau oleh keluarganya dengan keluhan rasa penuh
alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema di telinga dan penurunan pendengaran pada
pada mukosa saluran napas atas, termasuk kedua telinga sejak ± satu minggu sebelum
nasofaring dan tuba eustachius. Tuba masuk rumah sakit. Keluhan ini baru pertama
eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi kali dirasakan. Pasien tidak mengeluhadanya
sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. nyeri telinga, panas badan maupun keluar
Bila keadaan demikian berlangsung lama akan cairan dari telinga. Sebelumnya, pasien sering
menyebabkan refluks dan aspirasi virus atau bersin-bersin yang hilang timbul sejak ± empat
bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah tahun yang lalu. Keluhan memberat dalam dua
melalui tuba eustachius. Mukosa telinga minggu terakhir sebelum timbulnya keluhan di
tengah bergantung pada tuba eustachius untuk telinga. Pasien mengaku hidung sering gatal,
mengatur proses ventilasi yang berkelanjutan keluar cairan dari hidung berwarna bening dan
dari nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat encer, serta hidung tersumbat. Bersin-bersin
obstruksi tuba, akan mengaktivasi proses dirasakan terus-menerus, selama lebih kurang
inflamasi kompleks dan terjadi efusi cairan ke dua jam, setiap serangan lebih dari lima kali
dalam telinga tengah. Bila tuba eustachius dan lebih dari empat hari dalam seminggu.
tersumbat, drainase telinga tengah terganggu, Bersin-bersin didahului oleh hidung yang
mengalami infeksi serta terjadi akumulasi terasa gatal dan kemudian keluar ingus dengan
sekret di telinga tengah, kemudian terjadi konsistensi yang encer dari kedua lubang
proliferasi mikroba patogen pada sekret. hidung yang berwarna bening, tidak berbau,
Akibat dari infeksi virus saluran pernapasan tidak disertai darah, dan membasahi beberapa
atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi helai tissue dan terkadang tersumbat. Keluhan
yang dilepaskan akan menyebabkan disfungsi ini lebih sering muncul saat pagi hari setelah
tuba eustachius. Virus respiratori juga dapat bangun tidur, cuaca dingin, dan terkena debu.
meningkatkan kolonisasi dan adhesi bakteri, Saat keluhan mucul, aktivitas pasien menjadi
sehingga menganggu pertahanan imun pasien sedikit terganggu terutama saat belajar di
terhadap infeksi bakteri. Jika sekret dan pus sekolah. Pasien tidak memiliki riwayat alergi
bertambah banyak dari proses inflamasi makanan, gatal-gatal, bentol pada kulit atau
lokal, pendengaran dapat terganggu karena kaligata disangkal, sesak napas atau napas
membran timpani dan tulang- tulang berbunyi menciut disangkal, namun ibu pasien
pendengaran tidak dapat bergerak bebas memiliki riwayat asma. Ibu pasien mengatakan
terhadap getaran. Akumulasi cairan yang bahwa setiap flu, pasien berobat ke puskesmas
terlalu banyak akhirnya dapat merobek dan diberikan obat, namun saat ini pasien
membran timpani akibat tekanannya yang belum mendapatkan pengobatan. Biasanya,
meninggi.10 keluhan bersin-bersin berkurang jika meminum
Menurut penelitian oleh Kreiner, otitis obat, tetapi kambuh kembali.
media ditemukan memiliki hubungan dengan Pasien sering menggosokkan hidungnya
rinitis alergi. Otitis media efusi sering terjadi keatas dan kebawah (allergic salute +).
pada anak yang terlahir dari ibu riwayat asma. Ventilasi rumah cukup baik, dengan suhu
Adanya rinitis alergi pada pasien meningkatkan lingkungan yang sedikit lembab dan sejuk
resiko terjadinya otitis media secara karena tinggal di daerah perkebunan. Pasien
signifikan.11 Rahmawati menemukan bahwa memelihara binatang peliharaan dirumah yaitu
rinitis alergi persisten kelompok derajat sedang kucing sebanyak lima ekor. Di rumah, pasien

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017 |56


Rizqun | Kejadian Rinitis Alergi dengan Komplikasi Otitis Media Akut pada Anak Usia 5 Tahun

menggunakan karpet yang berbulu dan kasur negatif pada telinga tengah, bermanifestasi
busa. sebagai rasa penuh pada telinga yang
Pemeriksaan fisik pasien didapatkan dirasakan pasien. Sumbatan tuba yang terus
kesadaran kompos mentis. Tekanan darah berlanjut menyebabkan hipersekresi sel goblet
100/70 mmHg, frekuensi nadi 76 x/menit, pada mukosa telinga tengah. Sekret
frekuensi pernapasan 20 x/menit, suhu 36,7ºC. merupakan media pertumbuhan bakteri yang
Status generalis pasien didapatkan mulut, baik, sehingga kemudian timbul proses infeksi
leher, jantung, dan paru pasien dalam batas pada telinga tengah. Hasil anamnesis
normal. Pada pemeriksaanhidung luar, allergic menunjukkan proses perjalanan penyakit yang
shiners (+). Pada pemeriksaan rinoskopi sesuai dengan perjalanan penyakit pada OMA,
anterior, cavum nasi cukup lapang, sekret mulai dari stadium oklusi tuba, stadium
sedang, encer dan bening, tidak berbau. Konka hiperemis, stadium supurasi, dan stadium
inferior hipertrofi, livide, licin, edema (+). perforasi, namun pada kasus ini masih terbatas
Pemeriksaan telinga luar dalam batas normal. pada stadium efusi.
Pada pemeriksaan liang telinga, keadaan Stadium perforasi ditandai oleh ruptur
telinga lapang, warna menyerupai kulit, sekret membran timpani sehingga sekret berupa
(-), membran timpani suram dan berwarna nanah dengan jumlah banyak akan mengalir
kekuningan, intake, refleks cahaya (+), dan dari telinga tengah ke liang telinga luar.
retraksi (+). Pemeriksaan faring, tonsil dan Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat
laring dalam batas normal. Pemeriksaan pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering
penunjang yang dianjurkan pada pasien ini disebabkan oleh terlambatnya pemberian
adalah timpanometri dan skin test. antibiotik dan tingginya virulensi kuman.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi
pemeriksaan penunjang maka pada pasien ini lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat
dapat ditegakkan diagnosis yaitu otitis tertidur nyenyak. Jika mebran timpani tetap
mediaefusiet causa rinitis alergi persisten perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah
derajat sedang-berat. tetap berlangsung melebihi tiga minggu, maka
keadaan ini disebut otitis media supuratif
Pembahasan subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap
Pada pasien ini, diagnosis ditegakkan berlangsung selama lebih satu setengah
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan sampai dengan dua bulan, maka keadaan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, itu disebut otitis media supuratif kronik.9
pasien mengeluh rasa penuh di telinga dan Berdasarkan klasifikasi rinitis alergi
penurunan pendengaran sejak dua minggu menurut WHO-ARIA, pasien digolongkan pada
yang lalu. Keluhan dirasakan setelah pasien rinitis alergi persisten karena gejala yang
mengalami bersin-bersin berulang, hidung timbul lebih dari empat hari/minggu,
gatal, keluar cairan bening dan encer, serta sedangkan untuk tingkat berat ringan
hidung tersumbat, hilang timbul berulang sejak penyakitnya digolongkan pada derajat sedang-
empat tahun yang lalu dan memberat dalam berat, karena keadaan ini mengganggu
dua minggu terakhir. aktivitas harian, berolahraga, sekolah, belajar,
Diagnosis ditegakkan berdasarkan dan hal-hal lain yang dirasakan oleh pasien.
kriteria diagnosis yang sudah dijelaskan Rinitis alergi bersifat kronik dan persisten
sebelumnya, dimana pada pasien ini sehingga dapat menyebabkan perubahan
didapatkan bahwa penyakit yang muncul berupa hipertrofi dan hiperplasi epitel mukosa
secara mendadak atau akut yaitu satu minggu dan dapat menimbulkan komplikasi otitis
setelah keluhan batuk pilek, ditemukannya ada media, sinusitis, dan polip nasi. Pada rinitis
tanda efusi yaitu rasa penuh di telinga dan alergi, edema mukosa selain terjadi di kavum
penurunan pendengaran. Pasien juga nasi juga meluas ke nasofarings dan tuba
menderita bersin-bersin hilang timbul sejak auditoria sehingga dapat mengganggu
empat tahun yang lalu yang memenuhi kriteria pembukaan sinus dan tuba auditoria.
diagnosis rinitis alergi. Dari pemeriksaan fisik, ditemukan
Infeksi pada hidung dan tenggorokan bahwa terdapat kelainan pada telinga dan
dapat menyebabkan gangguan tuba eustachius hidung pasien. Pemeriksaan fisik telinga,
yang selanjutnya menyebabkan tekanan tampak membran timpani hiperemis dan

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017 |57


Rizqun | Kejadian Rinitis Alergi dengan Komplikasi Otitis Media Akut pada Anak Usia 5 Tahun

retraksi. Pada pemeriksaan hidung luar, mengetahui faktor penyebab rinitis alergi,
ditemukan allergic shiner, yaitu bayangan sehingga penanganan pasien dapat lebih
gelap di daerah bawah mata yang terjadi terarah.
karena stasis vena sekunder akibat obstruksi Menurut American Academic of Pediatric
hidung dan allergic salute yakni garis horizontal (2004), amoksisilin merupakan first-line terapi
di 1/3 dorsum nasal distal. Pada pemeriksaan dengan pemberian 80 mg/kgBB/hari sebagai
rhinoskopi anterior didapatkan konkha inferior terapi antibiotik awal selama lima hari.
dekstra dan sinistra berwarna livide, membesar Amoksisilin efektif terhadap Streptococcus
(hipertrofi) serta mengalami oedem. penumoniae. Jika pasien alergi ringan
Ditemukan sekret pada meatus media dekstra terhadap amoksisilin, dapat diberikan
dan sinistra berwarna bening, encer, dan sefalosporin seperti cefdinir. Second-line terapi
volume sedang. seperti amoksisilin-klavulanat efektif terhadap
Pada otitis media efusi, Haemophilus influenzae dan Moraxella
penatalaksanaan yang diberikan berupa catarrhalis, termasuk Streptococcus
antibiotik dan dekongestan. Antihistamin penumoniae.10
diberikan bila ada tanda rinitis alergi. Pasien diberikan cetirizine, merupakan
Miringitomi dan pemasangan grommet bila antihistamin generasi II yang bekerja secara
penyakit menetap lebih dari dua bulan.9 inhibitor kompetitif pada reseptor H1 sel
Sedangkan penanganan terbaik dalam kasus target. Antihistamin berguna untuk mengatasi
alergi adalah dengan menghindari alergen gejala pada respon cepat seperti rinore, bersin
penyebab.13 Walaupun secara evidenced dan gatal. Selain itu, juga diberikan
based, menghindari allergen penyebab pada kortikosteroid spray untuk mengatasi
rinitis persisten sedang-berat tidak memiliki inflamasi.
makna yang signifikan, tetapi hal ini masih Angka kejadian otitis media efusi dengan
menjadi rekomendasi ARIA. Pada pasien rinitis alergi >50% dan 21% pasien rinitis alergi
dengan persisten sedang-berat, kemungkinan menderita otitis media. Tuba auditoria
alergen penyebab sudah multipel, sehingga memegang peranan penting sebagai fungsi
akan sulit untuk menghindari alergen regulasi tekanan udara di dalam telinga tengah.
penyebab.14 Kutu rumah ditemukan pada Mekanisme ini dihubungkan dengan
kondisi hangat, lembab, dan memakan kulit patofisiologi penyebab obstruksi tuba,
manusia. Antigen penyebabnya berupa terutama akibat infeksi atau inflamasi dari
kotoran kutu. Yang dapat dilakukan adalah proses alergi. Rinitis dihubungkan sebagai
eliminasi reservoir berupa karpet, hewan, etiologi otitis media dengan 2 cara yaitu:
menutupi bantal, dan tempat tidur dengan disfungsi tuba disebabkan oleh reaksi alergi
sarungnya. Bulu kucing harus dihindari dengan dari mukosa nasal atau adanya fungsi
cara meletakkan kucing di luar rumah dan mukosiliar yang terganggu.8
membersihkan karpet dan furniture, mandikan Penelitian oleh Rambe menemukan
kucing dengan air hangat sekali seminggu.13 bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
Penatalaksanaan untuk pasien ini adalah antara tipe rinitis alergi intermiten dan
penatalaksanaan medikamentosa dan non persisten dengan disfungsi tuba eustachius.
medikamentosa. Medikamentosa yang Terdapat 76,7% pasien mengalami gangguan
diberikan bertujuan untuk mengatasi otitis fungsi tuba eustachius, dimana sebagian besar
media efusi dan rinitis alergi. Pasien merupakan rinitis alergi persisten. Hal ini
mendapatkan antibiotik amoxicillin 3 x 500mg terjadi karena sebagian besar pasien
dan pseudoefedrine HCL 3 x 20 mg , cetirizine 1 membiarkan gejala dan tanda rinitis alerginya
x 10mg, serta triamsinolone acetonide spray tanpa pengobatan yang adekuat sehingga
2x1. Pasien dianjurkan untuk tetap menjaga inflamasi pada hidung dan tuba Eustachius
kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek terus berlangsung, kemudian tuba Eustachius
liang telinga, antibiotik harus digunakan tidak mampu menyeimbangkan tekanan pada
sampai habis walaupun gejala sudah hilang. telinga tengah. Kasus rinitis alergi mempunyai
Pasien disarankan untuk menghindari faktor- risiko gangguan fungsi tuba eustachius tiga kali
faktor pencetus seperti allergen (debu, udara lebih sering dibanding dengan kasus non rinitis
dingin) dan menjaga daya tahan tubuh. Pasien alergi. 15
dianjurkan untuk melakukan tes alergi untuk

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017 |58


Rizqun | Kejadian Rinitis Alergi dengan Komplikasi Otitis Media Akut pada Anak Usia 5 Tahun

Simpulan 8. Lazo-saenz JG, Galvan-Aquilerra AA,


Telah ditegakkan diagnosis otitis media Martinez-Ordaz VA, Velasco-Rodiquetines
efusi et causa rinitis alergi persisten derajat VM, Nieves-Renteria A, Rincon-astaneda C.
sedang-berat pada pasien anak laki-laki usia Eustachian tube dysfunction in allergic
sepuluh tahun berdasarkan anamnesa, rhinitis. Otollaryngol Head Neck Surg. 2005;
pemeriksaan fisik, dan penunjang serta telah 132(4): 626-31.
diberi penatalaksanaan yang sesuai dengan 9. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan
evidence based medicine. telinga tengah. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku
Daftar Pustaka ajar ilmu kesehatan telinga hidung
1. Skoner AR, Skoner KR, Skoner DP. Allergic tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-6.
rhinitis, histamine and otitis media. Allergy Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
Asthma Proc. 2009; 30(5): 470-81. 10.Kerschner JE. Otitis media. Dalam: Kliegman
2. World Health Oganizatio. Allergic Rhinitis RM, Behman RE, Jenson HB, Stanton MBD,
and its Impact to Asthma (ARIA) [internet]. Zitelli BJ, Divis W. Nelson textbook of
WHO; 2008. [Diakses pada 28 agustus pediatrics. Edisi ke-18. USA: Saunders
2016]. Tersedia di http://www.whiar.org. Elsevier; 2007. hlm 2632-46.
3. Krouse JH. Allergic rhinitis. Dalam: Stucker 11.Kreiner ME, Chawes BL, Caye-Thomasen P,
FJ, de Souza C, Kenyon GS, Lian TS, Draf W, Bonnelykke K, Bisgaard H. Allergic rhinitis is
Schick B. Rhinology and facial surgery. associated with otitis media with effusion: a
Berlin: Springer Science; 2009. hlm 247-54. birth cohort study. Clin Exp Allergy. 2012;
4. Bosquet J, Reid J, Van WC, Baena CC, 42(11): 1615–20.
Demoly P, Denburg J et al. Management of 12.Rahmawati N, Suprihati, Muyassaroh.
allergic rinitis and its impact on asthma. Faktor risiko yang mempengaruhi disfungsi
USA: Allergic Rinitis and its Impact on tuba eustachius pada penderita rinitis alergi
Asthma; 2007. persisten. ORLI. 2011; 41(2): 142-6.
5. Lee CH, Jang JH, Lee HJ, Kim IT, Chu MJ, Kim 13.Mabri RL. Allergic rhinitis. Dalam Cummings
CD, et al. Clinical characteristic of allergic CW, editor. Otolaryngology head and neck
rinitis according to allergic rinitis and its surgery. Edisi Ke-3. New York: Mosby; 1999.
impact on asthma guidelines. Clin Exp 906-9.
Otorhinolaryngo. 2008; 1(4): 196-200. 14.Mullol J, Bachert C, Bousquet J.
6. Pinto JM, Naclerio RM. Allergic rhinitis. Management of persistent allergic rinitis:
Dalam: Snow JB, Ballenger JJ. Ballenger’s evidenced based treatment with
otorhinolaryngology head and neck surgery. levocetirizine. Ther Clin Risk Management.
Edisi Ke-16. Spain: BC Decker; 2003. hlm 2005; 1(4): 265-71.
708-31. 15.Rambe AYM, Fadhlia, Munir D, Haryuna
7. World health organization. Primary ear and TSH, Eyanoer PC. Hubungan rinitis alergi
hearing care training resource: advanced dan disfungsi tuba Eustachius dengan
level. Geneva: WHO Press. 2006; 14-15. menggunakan timpanometri. ORLI. 2013:
43(1): 80-9.

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017 |59

Anda mungkin juga menyukai