Penyakit
A.1. Defenisi
Rinitis alergi adalah suatu proses inflamasi dari mukosa hidung yang
diperantai oleh imunoglobulin E (IgE) setelah terpapar alergen (jurnal
Diagnosis dan penatalaksanaan rinitis alergi yang disertai asma bronkial)
a. Frekuensi gejalah
b. Karakteristik gejala
A.3.1. Etiologi
Gejala rinitis alergi diantaranya pajanan udara dingin, debu, uap, bau
cat, polusi udara, tinta cetak, bau masakan, bubuk detergen serta bau
minuman beralkohol (DIPIRO 9 th : 814).
Gejala rinitis alergi dicetus oleh berbagai faktor diantaranya adalah
pajanan udara dingin, debu, uap, bau cat, polusi udara, tinta cetak, bau
masakan, bubuk detergen, serta bau minuman beralkohol (jurnal rinitis
alergi pada anak).
A.3.2. Patofisiologi
B. OBAT
A. 8. Algoritme
B. Deskripsi Obat
1. Terfenadin ( OOP : 824, 489)
B.1. Golongan obat
Antihistamin H1 bloker ( Generasi kedua)
B.2. Mekanisme kerja obat
Mengurangi gejala rhinitis yang disertai dengan asma. Levocetirizine yang
diberikan selama 6 bulan terbukti mengurangi gejala rhinitis alergi persisten
dan meningkatkan kualitas hidup pasien rhinitis alergi dengan asma.
B.3. Efek samping
Jarang terjadi dan berupa gangguan saluran cerna, nyeri krpala dan
berkeringat
B.4. Indikasi Obat
Rhinitis alergi, urtikaria dan reaksi alergi lainnya
B.5. Interaksi obat
Eritromisin, klaritromisin, ketokonazole, itrakinazol terjadi interaksi
berbahaya dengan efek gangguan riture dan terhentinya jantung adakal fatal.
B.6. Dosis
Dosis oral 2 dd 60 mg, anak-anak 3-6 thn 2 dd 15 mg, 6-12 thn 2 dd 30 mg
B.7. Farmakokinetik
Reabsorbsinya dari usus, mulai kerja setelah 1 jam dan bertahan 12-24 jam.
Dalam hati dirombak oleh enzim sitokrom P450 menjadi metabolit, aktifnya
terfenadin, karboksilat dengan plasma ½ kurang lebih 17 jam. Ekskresi lewat
tinja (60 %) dan urine (40 %).
B.8. Farmakodinamik
Menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkusdan bermacam-
macam otot polos.
B.9. Kontra indikasi
Hipersensitif, menyusui, hindari bersama astemizol, penggunaan hati,
hipokalemia, obat antimogenik.
2. Pseudoefedrin (OOP : 489)
B.1. Golongan obat
Dekongestan
B.2. Mekanisme obat
Menyebabkan rangsangan sistem syaraf pusat ringan, bahkan pada dosis
terapeutik. Karena penyalahgunaan sebagai komponen dalam pembuatan
metamfetamin illegal
B.3. Epek samping
Terhadap sistem syaraf pusat dan jantung juga sedikit lebih banyak.
B.4. Indikasi obat
Untuk flu dan alergi pernafasan hidung
B.5. Interaksi obat
Obat obat simpatomimetik atau penghambat MAO meningkatkan tekanan dari
obat-obat penghambat adrenergik B dan X menurungkan efek kerja obat
B.6. Dosis
Oral 3.4 dd 60 mg (Hcl,Sulfat)
B.7. Farmakokinetik
Plasma + 1/2nya kurang lebih 7 jam, lebih singkat dari urun asam
B.8. Farmakodinamik
Masa kerja jauh lebih panjang, porensinya lebih singkat rendah, efek sentral
kuat.
B.9. Kontra indikasi
Hipersensitivitas.
3. Cetrizine (OOP : 823)
B.1. Golongan obat
Antihistamin H1 Bloker (Generasi kedua).
B.2. Mekanisme kerja obat
Menghambat pelepasan histamin pada fase awal, tidak mempunyai efek
samping terhadap hepar dan jantung.
B.3. Efek samping
Kantuk, sakit kepala, mual dan diare
B.4. Indikasi obat
Uriticaria dan rhinitis atau konjungtivitas
B.5. interaksi obat
SSP meningkat jika diberi bersamaan obat-obat depresan SSP dengan olkohol,
bersama makanan menunda konsentrasi puncak plasma.
B.6. Farmakokinetik
Diabsorbsi baik, efek timbul 15-30 menit maksimal 1-2 jam,dieksresi melalui
urin setelah 24 kam, terutama dalam bentuk metabolitnya.
B.7. Farmakodinamik
Menghamabat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bemacam
macam otot polos.
B.8. Dosis
1 dd 10 mg malam hari.
B.9. kontra indikasi
Orang yang memiliki penyakit ginjal, bayi ibu hamil, lansia dan epilepsi
C. Pembahasan dan kesimpulan
C. 1. Kasus
Seorang pasien usia 32 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan gatal pada
mata dan hidung, hidung tersumbat, bersin proksimal, rhenorea berair, dan obstruksi
nasal sehingga sulit bernafas, keluhan tersebut telah dirasakan selama 2 minggu
sebelum periksa ke rumah sakit. Akhir-akhir ini pasien sering cepat merasa lelah dan
insomnia, disamping itu pasien juga mengeluh urtikaria setelah membersihkan kandang
kucing anaknya yang telah sebulan ini dipeliharanya. Dari pemeriksaan sebelumnya
pasien mengalami infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh bakteri sehingga pasien
mengkonsumsi eritromisin. Jadi dokter meresepkan obat
R/ Terafenadin 60 mg 2dd1
Pseudoefedrin 70 mg 3dd1
Cetrizin 10 mg 1dd1
C. 2. Pembahasan
Terafenadin merupakan obat golongan antihistamin H1 bloker yang mempunyai
efek samping Jarang terjadi dan berupa gangguan saluran cerna, nyeri kepala dan
berkeringat, indikasi obatnya yaitu rhinitis alergi, urtikaria dan reaksi alergi lainnya,
dosisnya yaitu oral 2 dd 60 mg, anak-anak 3-6 thn 2 dd 15 mg, 6-12 thn 2 dd 30 mg
serta kontra indikasinya yaitu Hipersensitif, menyusui, hindari bersama astemizol,
penggunaan hati, hipokalemia, obat antimogenik.
Pseudoefedrin merupakan obat gologan dekongestan yang mempunyai efek samping
Terhadap sistem syaraf pusat dan jantung juga sedikit lebih banyak, indikasi obatnya
yaitu untuk flu dan alergi pernafasan hidung, dosisnya yaitu Oral 3.4 dd 60 mg
(Hcl,Sulfat) serta kontra indikasinya hipersensitivitas.
Cetrizine merupakan obat golongan antihistamin H1 bloker (generasi ke dua) yang
mempunyai efek samping kantuk, sakit kepala, mual dan diare, indikasi obatnya yaitu
uriticaria dan rhinitis atau konjungtivitas, dosisnya yaitu 1 dd 10 mg malam hari, serta
konta indikasinya yaitu orang yang memiliki penyakit ginjal, bayi dan ibu hamil, lansia
dan epilepsi
Dari kasus di atas bahwa pasien menderita penyakit rinitis alergi, dengan gejala
gatal pada mata dan hidung, hidung tersumbat, bersin proksimal, rherorhea berair, dan
obstruksi nasal sehingga sulit bernafas (jurnal penatalaksanaan rhinitis alergi)
Pemberian obat terafenadin kurang tepat diberikan bersamaan dengan obat
cetrizine dan obat eritromisin, karena obat terafenedin mempunyai kontra indikasi
dengan obat cetrizine dan eritromisin sebaiknya obat terafenedin dihilangkan
(OOP : 824-829)
Psedoefedrin di resep yang diberikan dokter dosisnya 70 mg 3x sehari harus
diturunkan karena dosis pseudoefedrin adalah 60 mg 3-4x sehari
Eritromisin pada kasus memang sudah digunakan oleh pasein sebelum pasien
menderita penyakit rinitis alergi, eritromisin tetap digunakan karena tidak kontra
indikasi dengan obat psedoefedrin dan cetrizine
C. 3. Kesimpulan
Jadi penyakit yang diderita pasien pada kasus yaitu rhingitis alergi dan urticaria,
yang ditandai dengan adanya gejala yaitu gatal pada mata dan hidung, hidung
tersumbat, bersin proksimal, rhenorea berair, dan obstruksi nasal sehingga sulit
bernafas, pasien juga sering cepat merasa lelah, insomnia, dan urticaria. Jadi obat
yang digunakan pasien seharusnya yaitu obat pseudoefedrin 60 mg 3x sehari dan obat
cetrizine 1x sehari, dan obat eritromisin tetap digunakan.
Perbedaan alergi dan allergen.
Alergi adalah reaksi system kekebalan tubuh terhadap sesuatu yang dianggap
berbahaya walaupun sebenarnya tidak berbahaya.
Allergen adalah sebuah antigen yang bertanggung jawab untuk memproduksi reaksi
alergi dengan menginduksi pembentukan IgE.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro. Joseph T. 2015. Pharmacotherapy Handbook 9th ed. MC Graw Hill: New York.
Dipiro. Joseph T. 2015. Pharmacotherapy Handbook 7th ed. MC Graw Hill: New York.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya,edisi 7. PT Elex Media Komputindo: Jakarta.