Anda di halaman 1dari 4

HUKUM ISLAM (SYARI’AH)

A. Pengertian Hukum Islam (Syari’ah)


 Terminologi Syariah
Syariah (Arab: ‫ةعيرش‬ ), undang-undang, Syariah juga ‫يمالسإنوناق‬
(Qānūn Islami) adalah kode moral dan hukum Islam. Syariah berkaitan dengan
banyak topik dibanding yang dimuat oleh hukum sekuler, termasuk
kejahatan, politik dan ekonomi, serta hal-hal pribadi seperti hubungan
seksual, kebersihan, pola makan, ibadah, dan berpuasa. Meskipun
interpretasi Syariah bervariasi diantara budaya, dalam definisi itu dinyatakan
sebagai hukum Allah yang sempurna dan berbeda dengan interpretasi
manusia tentang hukum (Fiqih).Para ahli mengungkapkan kata Syariah
sebagai kata Arab kuno yang menunjukkan jalan yang harus diikuti, atau
bagian menuju lubang air. Definisi yang terakhir berasal dari fakta bahwa
jalan menuju air adalah seluruh cara hidup di lingkungan padang pasir
gersang.
 Etimologi Syariah memiliki arti sebagai „jalan‟ berasal dari ayat al-Qur'an:

Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan)


dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu
ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui.
Syariah Islam berarti : Segala peraturan agama yang telah ditetapkan Allah
untuk umat Islam baik dari Al-Qur’an maupun dari sunnah Rasulullah SAW
yang berupa perkataan, perbuatan ataupun takrir (penetapan atau pengakuan).

B. Tujuan Syariah Islam


Adalah aturan yang dijalankan untuk mencapai kebahagiaan hidup
manusia di dunia ini dan di akhirat dengan mengambil segala manfaat dan
mencegah mudarat atau keburukan yang tidak berguna bagi kehidupan. Menurut
buku “Syariah dan Ibadah” (Pamator 1999) yang disusun oleh Tim Dirasah
Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan
tujuan utama dari Syariah Islam, yaitu:
1. Memelihara kemaslahatan agama(Hifzh al-din)
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-
jawab yang hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam
memberikan kebebasan untuk memilih agama. Akan tetapi, untuk
terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lil’alamin, maka Allah
SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik
dan murtad:
‫اّللِ فَقَ ِد ا ْفت ََرى إِثْ ًما َع ِظي ًما‬
‫ّللا الَ يَ ْغ ِف ُر أَن يُ ْش َركَ بِ ِه َويَ ْغ ِف ُر َما دُونَ ذَلِكَ ِل َمن يَشَاء َو َمن يُ ْش ِر ْك بِ ه‬
َ ‫إِ َّن ه‬
Inna Allaha la yaghfiru an yushraka bihi wayaghfiru ma doona thalika
liman yashao waman yushrik biAllahi faqadi iftara ithman AAatheeman
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendakiNya.Barangsiapa yang mempesekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar.” (QS An-Nisaa [4]: 48).
Dengan adanya Syariah Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan
ditumpas.
2. Memelihara jiwa(Hifzh al-nafsi)
Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang oleh sebab itu,
diberlakukanlah hukum qishash yang merupakan suatu bentuk hukum
pembalasan. Seseorang yang telah membunuh orang lain akan dibunuh,
seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai, seseorang yang
yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan
demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan. Namun, qishash tidak
diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan, atau daiat (ganti
rugi) telah dibayarkan secara wajar. Dengan adanya Syariah Islam, maka
pembunuhan akan tertanggulani karena para calon pembunuh akan berpikir
ulang untuk membunuh karena nyawanya sebagai taruhannya. Dengan
begitu, jiwa orang beriman akan terpelihara.
3. Memelihara akal(Hifzh al-’aqli)
Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting.Akal
manusia dibutuhkan untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan
kauniah (sunnatullah) menuju manusia kamil. Salah satu cara yang paling
utama dalam memelihara akan adalah dengan menghindari khamar (minuman
keras) dan judi.
4. Memelihara keturunan dan kehormatan(Hifzh al-nashli)
Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina.Didalam
Syariat Islam telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa
saja yang tidak boleh dinikahi.
َّ ‫ّللا إِن ُكنت ُ ْم تُؤْ ِمنُونَ ِب‬
ِ‫اّلل‬ ِ ‫اح ٍد ِ هم ْن ُه َما ِمئَةَ َج ْل َد ٍة َو َال ت َأ ْ ُخ ْذ ُكم ِب ِه َما َرأْفَةٌ فِي د‬
ِ َّ ‫ِين‬ َّ ‫الزانِ َيةُ َو‬
ِ ‫الزانِي فَاجْ ِلدُوا ُك َّل َو‬ َّ
َ‫طائِفَةٌ ِ همنَ ْال ُمؤْ ِمنِين‬
َ ‫َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر َو ْليَ ْش َه ْد َعذَابَ ُه َما‬
Alzzaniyatu waalzzanee faijlidoo kulla wahidin minhuma miata jaldatin
wala takhuthkum bihima rafatun fee deeni Allahi in kuntum tuminoona
biAllahi waalyawmi alakhiri walyashhad AAathabahuma taifatun mina
almumineena
Artinya:
“Perempuan dan lak-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.” (QS An-Nur [24]:
2).
Syariah Islam akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk)
dan emosional (dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina bertaubat.
5. Memelihara harta benda(Hifzh al-mal)
Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa
lebih aman, karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan
dan/atau kaki. Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena.Ada
batasan tertentu dan alasan yang sangat kuat sebelum diputuskan.Jadi bukan
berarti orang mencuri dengan serta merta dihukum potong tangan. Dilihat dulu
akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta kadarnya. Jika ia mencuri
karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir buah untuk mengganjal
laparnya, tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan para koruptor
yang sengaja memperkaya diri dengan menyalahgunakan jabatannya,
tentunya hukuman berat sudah pasti buatnya. Dengan demikian Syariah Islam
akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib masyarakat terhadap
berbagai tindak pencurian.
C. Ruang Lingkup Hukum Islam (Syari’ah)
Adapun ruang lingkup syari’ah meliputi :
 Hubungan manusia dengan Tuhannya secara vertikal, melalui ibadah, seperti:
shalat, puasa. Zakat, haji dan sebagainya.
 Hubungan manusia muslim dengan saudaranya yang muslim dengan
silaturahmi, saling mencintai, tolong-menolong dan bantu membantu di antara
mereka dalam membina keluarga dan membangun masyarakat mereka.
 Hubungannya dengan sesama manusia, dengan tolong-menolong dan bekerja
sama, dalam meningkatkan taraf hidup dan kehidupan masyarakat secara
umum dan perdamaian yang menyeluruh.
 Hubungannya dengan alam lingkungan khususnya, dan alam semesta pada
umumnya, dengan jalan melakukan penyelidikan tentang hikmah ciptaan Allah.
Untuk memanfaatkan pengaruhnya, dalam kemakmuran dan kesejahteraan
umat manusia seluruhnya.
 Hubungannya dengan kehidupan dengan jalan berusaha mencari karunia Allah
yang halal, dan memanfaatkannya di jalan yang halal pula, sebagai tanda
kesyukuran kepada-Nya, tanpa tabdzil atau bakhil, atau penyalahgunaan atas
nikmat dan karunia Allah SWT itu.

D. Kolerasi antara Syari’ah dan Rahmatan lil ‘alamin


Islam sebagai rahmatan lil alamin akan terwujud dengan penerapan
syariah Islam, bukan yang lain. Penerapan syariah Islam yang dimaksud tentu
saja harus totalitas (menyeluruh) bukan sepotong-sepotong. Agar syariah Islam
bisa terwujud secara totalitas, negara menjadi institusi penting. Dalam konteks
inilah keberadaan Khilafah yang akan menerapkan syariah Islam secara
menyeluruh menjadi penting. Tanpa negara, tanpa Khilafah yang secara formal
menerapkan syariah Islam, Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin tidak akan
terwujud. Singkatnya, Islam rahmatan lil alamin akan terwujud dengan
penerapan syariah Islam oleh Daulah Khilafah Islam (farid wadjdi)

Anda mungkin juga menyukai