Anda di halaman 1dari 16

Nama : Ayu Hartanti

Kelas : 3C
Kelompok : 3 (Bintang)

PUASA

A. Pengertian Puasa

Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti

menahan diri dari sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini sesuai dengan

firman Allah dalam surat Maryam ayat 26:

.‫من ص َْو ًما‬ َّ ‫إِنِي نَذَ ْرتُ ِل‬


ِ ْ‫لرح‬

“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan berbiacara ).”

“Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala

sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak

bermanfaat dan sebagainya.

Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang

membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam

matahari dengan niat dan beberapa syarat.”

Menahan diri dari berbicara dahulu disyariatkan dalam agama Bani Israil.

Menurut Syara’ (istilah agama Islam) arti puasa adalah sebagaimana tersebut

dalam kitab Subulus Salam. Yaitu :

‫ساكُ ع َِن‬ ِ ْ َ‫ َويَتْ َب ُع ذ ِلك‬٬ِ‫علَي ا ْل َوجْ ِه ا ْل َمش ُْر ْوع‬


َ ‫اْل ْم‬ ِ ‫ في ِ النَّه‬٬‫غي ِْر َها ِم َّما َو َر َد بِ ِه‬
َ ‫َار‬ ِ ‫ساكُ ع َِن اْأل َ ْك ِل َوالش ُّْر‬
َ ‫ب َوا ْل ِج َماعِ َو‬ َ ‫ا َ ْ ِْل ْم‬

۰‫ص ٍة‬ ُ ‫ ِبش ََرا ِئ َط َم ْخ‬٬‫ص‬


َ ‫ص ْو‬ ٍ ‫غي ِْر َها ِمنَ ا ْلك َََل ِم ا ْل ُمح ََّر ِم َوا ْل َمك ُْر ْو ِه ِفي َو ْق‬
ُ ‫ت َم ْخ‬
ٍ ‫ص ْو‬ ِ َ‫الرف‬
َ ‫ث َو‬ َّ ‫الَّل ْغ ِو َو‬

“Menahan diri dari makan, minum, jima’ (hubungan seksual) dan lain-lain yang

diperintahkan sepanjang hari menurut cara yang disyariatkan, dan disertai pula

menahan diri dari perkataan sia-sia, perkataan yang diharamkan pada waktu-waktu

tertentu dan menurut syarat-syarat yang ditetapkan.


B. Dasar hukum pelaksanaannya

Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan

kepada tiap mukmin. Sebagai dalil atau dasar yang menyatakan bahwa puasa

Ramadhan itu ibadat yang diwajibkan Allah kepada tiap mukmin, umat

Muhammad Saw., ialah:

1. Firman Allah Swt., :

۰ َ‫علَي الَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْون‬ ِ ‫علَ ْي ُك ُم‬


َ ِ‫الصيَا ُم َك َما ُكت‬
َ ‫ب‬ َ ِ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُ ْوا ُكت‬
َ ‫ب‬

Artinya : Wahai mereka yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa

(Ramadhan) sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum

kamu, agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah-183).

2. Sabda Nabi Saw., :

ِ َ‫ َو ِإ ْيت‬٬‫ َو ِإقَ ِام الص َََّل ِة‬٬‫للا‬


َّ ‫اء‬
‫ َوص َْو ِم‬٬‫الزكَا ِة‬ ُ ‫ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َر‬٬ُ‫شهَا َد ِة أ َ ْن آلاِلهَ ا ََِّّل للا‬
ِ ‫س ْو ُل‬ َ : ‫علَي َخ ْم ٍس‬
َ ‫س ََل ُم‬
ْ ‫ي اْ ِْل‬
َ ِ‫بُن‬

ِ ‫ َوحَجِ ا ْلبَ ْي‬٬ َ‫َر َمضَان‬


۰‫ت‬

“Didirikan Islam atas lima sendi: mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan

Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan naik

haji ke Baitullah.” (H.R Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar).

Berdasarkan ketetapan Alquran, ketetapan hadis tersebut, puasa diwajibkan

atas umat Islam sebagaimana diwajibkan atas umat yang terdahulu. Ayat itu

menerangkan bahwa orang yang berada di tempat dalam keadaan sehat, di

waktu bulan Ramadhan, wajib dia berpuasa. Seluruh Ulama Islam sepakat

menetapkan bahwasanya puasa, salah satu rukun Islam yang lima, karena itu

puasa di bulan Ramadhan adalah wajib dikerjakan.

Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik laki-

laki maupun perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal,

baligh (dewasa), tidak dalam musafir (perjalanan) dan sanggup berpuasa. Orang
yang tidak beriman ada pula yang mengerjakan puasa sekarang dalam rangka

terapi pengobatan. Meskipun mereka tidak beriman namun mereka mendapat

manfaat juga dari puasanya yaitu manfaat jasmaniah.

Kecuali itu dalam ilmu kesehatan ada orang yang berpuasa untuk

kesehatan. Walaupun orang ini berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan

ajaran Islam, namun mereka puasanya tanpa niat ibadah kepada Allah yaitu

dengan niat berpuasa esok hari karena Allah dan mengharapkan ridho-Nya, maka

puasanya adalah puasa sekuler. Orang ini mendapat manfaat jasmaniah, tetapi

tidak mendapat manfaat rohaniah.

C. Memulai Puasa Bulan Ramadhan

Puasa Ramadhan lamanya sebulan yaitu 29 atau 30 hari, yang dimulai

setiap harinya sejak terbit pagi hingga terbenam matahari.

Puasa Ramadhan dimulai dengan salah satu sebab sebagai berikut :

1. Melihat bulan Ramadhan setelah terbenam matahari pada tanggal 29 (akhir)

Sya’ban.

2. Penetapan Hakim Syar’i akan awal bulan Ramadhan berdasarkan keterangan

saksi, sekurang-kurangnya seorang laki-laki, bahwa ia melihat bulan.

3. Penetapan awal bulan Ramadhan dengan perhitungan ahli hisab (perhitungan)

; a. Apabila bulan tidak terlihat, maka bulan Sya’ban disempurnakan 30 hari. ;

b. Keterangan orang yang dapat dipercaya kebenarannya oleh penerima

berita, bahwa ia melihat bulan Ramadhan.

4. Dengan hisab sebagaimana firman Allah. Swt. :

َ َ‫اخل‬
‫ق للاُ ذ ِلكَ ِإ ََّّل‬ َ ‫ َم‬٬‫اب‬
َ ‫س‬َ ‫السنِ ْينَ َوا ْل ِح‬ َ ‫س ِضيَا ًء َوا ْلقَ َم َر نُ ْو ًرا َوقَد ََّرهُ َمنَ ِاز َل ِلتَ ْعلَ ُم ْوا‬
ِ ‫ع َد َد‬ َّ ‫ه َُو الَّذِي َجعَ َل ال‬
َ ‫ش ْم‬

۰ َ‫ت ِلقَ ْو ٍم يَ ْعلَ ُم ْون‬


ِ ‫ يُفَ ِص ُل ْاآليَا‬٬‫َق‬
ِ ‫بِا ْلح‬
Artinya: “Allah yang telah menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya

serta diaturnya tempat perjalanan, supaya kamu mengetahui bilangan tahun

dan hitungan (hisabnya). Tuhan tidak menjadikan semuanya itu kecuali dengan

pasti. Tuhan menerangkan segalanya (tandaan) dengan ayat-ayat-Nya bagi

semua orang yang berpengatahuan. (QS. Yunus-5).

Sabda Rasulullah Saw. :

‫علَ ْي ُك ْم‬
َ ‫غ َّم‬ ْ َ‫ إِذَا َرأَ ْيت ُ ُم ْوهُ ف‬٬‫ص ْو ُم ْوا‬
ُ ‫ فَ ِإ ْن‬۰‫اف ِط ُر ْوا‬ ُ َ‫ إِذَا َرأَ ْيت ُ ُم ْوهُ ف‬:َ‫سلَّ َم قَال‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّي للا‬
َ ‫للا‬ ُ ‫ع َم َر ع َْن َر‬
ِ ‫س ْو ِل‬ ُ ‫ع َْن اب ِْن‬

.ُ‫فَا ْقد ُُر ْوا لَه‬

Artinya: “Dari ‘Umar ra., Rasulullah Saw., bersabda : Apabila kamu melihat bulan

Ramadhan, hendaklah berpuasa dan apabila kamu melihat bulan Syawal

hendaklah kamu berbuka. Maka jika tidak tampak olehmu, maka hendaklah kamu

perhitungkanlah jumlahnya hari dalam satu bulan”. (HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i

dan Ibnu Majah).

D. Syarat Puasa

1. Syarat-syarat wajib berpuasa

a. Islam

b. Baligh dan berakal ; anak-anak belumlah diwajibkan berpuasa ; tetapi

apabila kuat mengerjakannya, boleh diajak berpuasa sebagai latihan.

c. Suci dari haid dan nifas (ini tertentu bagi wanita)

d. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya, tidak sakit dan bukan yang

sudah tua. Orang sakit dan orang tua, mereka ini boleh tidak berpuasa,

tetapi wajib membayar fidyah.

2. Syarat-syarat sahnya puasa

a. Islam

b. Tamyiz
c. Suci dari haid dan nifas. Wanita yang sedang haid dan nifas tidak sah jika

mereka berpuasa, tetapi wajib qadha pada waktu lain, sebanyak bilangan

hari yang ia tinggalkan

d. Tidak di dalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa, yaitu diluar bulan

Ramadhan[8] ; seperti puasa pada hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal), Idul Adha

(10 Zulhijjah), tiga hari tasyrik, yakni hari 11, 12 dan 13 Zulhijjah, hari syak,

yakni hari 30 Sya’ban yang tidak terlihat bulan (hilal) pada malamnya.

E. Rukun Puasa

1. Niat ; yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah terbenam matahari hingga

sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam harinya, dalam hati telah tergerak

(berniat), bahwa besok harinya akan mengerjakan puasa wajib Ramadhan.

Adapun puasa sunnat, boleh niatnya dilakukan pada pagi harinya.

2. Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga

terbenam matahari.

Berdasarkan Firman Allah Ta’ala :

ْ َ ‫ض ِمنَ ا ْل َخي ِْط ْاأل‬


َ‫س َو ِد ِمن‬ ُ َ‫ط ْاأل َ ْبي‬
ُ ‫ب للاُ لَ ُك ْم َو ُكلُ ْوا َواش َْربُ ْوا َحتَّي يَتَبَ َّينَ لَ ُك ُم ا ْل َخ ْي‬ ِ ‫فَا ْلئنَ بَا‬
َ َ ‫ش ُر ْوهُنَّ َوا ْبتَغُ ْوا َما َكت‬

ِ ‫ا ْلفَجْ ِر ث ُ َّم أَتِ ُّم ْوا‬


۰‫الصيَا َم إِلَي الَّيْل‬

Artinya: “Maka sekarang, bolehlah kamu mencampuri mereka dan hendaklah

kamu mengusahakan apa yang diwajibkan Allah atasmu, dan makan-minumlah

hingga nyata garis putih dan garis hitam berupa fajar, kemudian

sempurnakanlah puasa sampai malam.

Yang dimaksud dengan garis putih dan garis hitam ialah terangnya siang

dan gelapnya malam. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan

Muslim bahwa ‘Adi bin Hatim bercerita : “Tatkala turun ayat yang artinya : “hingga

nyata benang putih dari benang hitam berupa fajar” saya ambillah seutas tali
hitam dan seutas tali putih, lalu saya taruh dibawah bantal dan saya amat-amati di

waktu malam dan ternyata tidak dapat saya bedakan. Maka pagi-pagi saya

datang menemui Rasulullah Saw dan saya ceritakan padanya hal itu. Sabda Nabi

Saw :

ِ ‫اض النَّه‬
‫َار‬ ُ َ‫س َوا ُد اللَّ ْي ِل َوبَي‬
َ َ‫إِنَّ َما ذ ِلك‬

Artinya: “Maksudnya ialah gelapnya malam dan terangnya siang”.

F. Yang membatalkan puasa

1. Memasukkan sesuatu kedalam lobang rongga badan dengan sengaja, seperti

makan, minum, merokok, memasukkan benda ke dalam telinga atau ke dalam

hidung hingga melewati pangkal hidungnya. Tetapi jika karena lupa, tiadalah

yang demikian itu membatalkan puasa. Suntik di lengan, di paha, di punggung

atau lainnya yang serupa, tidak membatalkannya, karena di paha atau

punggung bukan berarti melalui lobang rongga badan.

2. Muntah dengan sengaja; muntah tidak dengan sengaja tidak membatalkannya.

3. Haid dan nifas; wanita yang haid dan nifas haram mengerjakan puasa, tetapi

wajib mengqodha sebanyak hari yang ditinggalkan waktu haid dan nifas.

4. Jima’ pada siang hari.

5. Gila walaupun sebentar.

6. Mabuk atau pingsan sepanjang hari.

7. Murtad, yakni keluar dari agama Islam.[10]

Perlu diterangkan disini tentang sangsi orang yang jima’ (bercampur) pada

siang hari di bulan Ramadhan; Orang yang berjima’ (melakukan hubungan

kelamin) pada siang hari bulan Ramadhan, puasanya batal. Selain itu ia wajib

membayar denda atau kifarat, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Saw. :


٬ َ‫سلَّ َم ع َْن ذ ِلك‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّي للا‬
َ ‫للا‬
ِ ‫س ْو ُل‬ ْ ‫ع ْنهُ أَنَّ َر ُج ًَل َوقَ َع ِبا ْم َرأَتِ ِه فِي َر َمضَانَ فَا‬
ُ ‫ست َ ْفتَي َر‬ َ ‫ع َْن أ َ ِبي ه َُري َْرةَ َر ِض‬
َ ُ‫ي للا‬

.)‫ (رواه مسلم‬.‫س ِك ْينًا‬ ِ ‫ فَأ َ ْط ِع ْم‬.‫ ََّل‬:َ‫شه َْري ِْن؟ قَال‬
ْ ‫ستِ ْينَ ِم‬ ْ َ ‫ َو َه ْل ت‬.‫ ََّل‬:َ‫ َه ْل ت َ ِج ُد َرقَبَةً ؟ قَال‬:َ‫فَقَال‬
َ ‫ستَ ِط ْي ُع ِصيَا َم‬

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya seorang laki-laki pernah bercampur

dengan istrinya siang hari pada bulan Ramadhan, lalu ia minta fatwa kepada Nabi

Saw. : “Adakah engkau mempunyai budak ?. (dimerdekakan). Ia menjwab : Tidak.

Nabi berkata lagi : “Kuatkah engkau puasa dua bulan berturut-turut ?”. Ia

menjawab : Tidak. Sabda Nabi lagi : “Kalau engkau tidak berpuasa, maka berilah

makan orang-orang miskin sebanyak enam puluh orang”. (HR.Muslim).

G. Hal-hal sunnat dalam berpuasa

1. Menyegrakan berbuka puasa apabila telah nyata dan yakin bahwa matahari

sudah terbenam.

2. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis, atau dengan air.

3. Berdoa sewaktu berbuka puasa.

4. Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya menambah

kekuatan ketika puasa.

5. Menta’khirkan makan sahur sampai kira-kira 15 menit sebelum fajar.

6. Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa.

7. Hendaklah memperbanyak sedekah selama dalam bulan puasa.

8. Memperbanyak membaca Alquran dan mempelajarinya (belajar atau mengajar)

karena mengikuti perbuatan Rasulullah Saw.

H. Puasa sunnat dan macam-macamnya.

Puasa sunnat adalah puasa yang disunnatkan kita melakukannya. Di antara

puasa-puasa sunnat ini ialah :

1. Berpuasa sehari dan berbuka sehari (puasa Nabi Daud)

2. Puasa enam di bulan Syawal.


3. Puasa hari Arafah (tanggal 9 bulan haji), kecuali orang yang sedang

mengerjakan ibadah haji, maka puasa ini tidak disunnatkan atasnya.

4. Puasa hari Asyura (hari yang kesepuluh dari bulan Muharram).

5. Puasa hari senin dan kamis.

6. Puasa tiga hari pada tiap bulan ; dalam hubungan ini berpuasa pada tanggal

13, 14 dan 15 tiap bulan berpuasa pada hari putih.

7. Puasa Sya’ban.
Nama : Ayu Hartanti
Kelas : 3C
Kelompok : 3 (Bintang)

SHALAT

A. Pengertian Shalat

Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah

shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan

diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratkan yang ada.

Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai

dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada

Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya

ialah” berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut

kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan

kesempurnaan kekuasaan-Nya ”atau” mendahirkan hajat dan keperluan kita

kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan

kedua-duanya.

B. Syarat-Syarat Shalat dan Rukun Shalat

Shalat di nilai sah dan semprna apabila shalat tersebut di laksanakan

dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun dan hal-hal yang disunnahkan

serta terlepas dari hal-hal yang membatalkanya.

1. Syarat-syarat Shalat

Syarat-syarat Shalat adalah sesuatu hal yang harus di penuhi sebelum kita

melaksanakan shalat. Syarat Shalat di bagi menjadi 2 yaitu:


 Syarat wajib Shalat adalah syarat yang wajib di penuhi dan tidak bisa di

nego-nego lagi. Seperti Islam, berakal dan tamziz atau baligh. suci dari haid

dan nifas serta telah mendengar ajakan dakwah islam.

 Syarat sah shalat itu ada 8 yaitu:

a. Suci dari dua hadas

b. Suci dari najis yang berada pada pakaian, tubuh, dan tempat shalat.

c. Menutup aurot

d. Aurat laki-laki yaitu baina surroh wa rukbah( antara pusar sampai lutut),

sedangkan aurot perempuan adalah jami’i badaniha illa wajha wa

kaffaien (semua anggota tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan).

e. Menghadap kiblat

f. Mengerti kefarduan Shalat

g. Tidak meyakini salah satu fardu dari beberapa fardu shalat sebagaisuatu

sunnah.

h. Menjauhi hal-hal yang membatalkan Shalat.

2. Rukun Shalat

Shalat mempunyai rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan

dan ketentuannya, sehingga apabila tertinggal salah satu darinya, maka

hakikat shalat tersebut tidak mungkin tercapai dan shalat itu pun dianggap tidak

sah menurut syara`.

a. Niat.

Hal ini berdasarkan kepada firman Allah SWT:

‫صلَوة ََويُؤْ تُواالزَ كَوة ََوذَلِكَ ِد ْينُ القَ اِي َم ِة‬ ِ ‫َو َماا ُ ْو ِم ُرواا اِّلَ ِليُ ْعبُدُوهللاا ُم ْخ ِل‬
َّ ‫صيْنَ لَهُ ال ِ اديْنَ ُخنَفَآ َء َويُ ِق ْي ُمواال‬

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah

dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama


yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;

dan yang demikian itulah agama yang lurus. (al-Bayyinah: 98).

b. Takbiratul Ihram.

Hal ini berdasarkan hadist dari Ali RA berikut ini:

)‫ وتحليلها التسليم (رواه الدارم‬،‫ وتحريمها التكبير‬،‫ مفتاح الصالة الطهور‬:‫عن علي أن النبي صلى هللاا عليه وسلم قال‬

Artinya: Dari Ali RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, kunci shalat bersuci,

pembukaannya membaca takbir dan penutupannya adalah membaca salam.

(H.R. Ad-Darimi).

Takbiratul ihram ini hanya dapat dilakukan dengan membaca lafadz Allahu

Akbar.

c. Berdiri Pada Saat Mengerjakan Shalat Fardhu.

Hukum berdiri ketika mengerjakan shalat fardhu adalah wajib. Hal ini

berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

Artinya: Dari Imran bin Husain RA berkata, aku menderita penyakit ambien,

lalu aku bertanya kepada Nabi SAW mengenai cara mengerjakan shalat

yang harus aku lakukan, Nabi SAW bersabda, “Shalatlah dalam keadaan

berdiri, jika engkau tidak mampu, maka laksanakan dalam keadaan duduk,

jika engkau tidak mampu melakukannya, maka kerjakanlah dalam keadaan

berbaring”. (H.R. Bukhari).

d. Membaca al-Fatihah.

Ada beberapa hadits shahih yang menyatakan kewajiban membaca surat al-

Fatihah pada setiap rakaat, baik pada saat mengerjakan shalat fardhu

maupun shalat sunnah. Diantaranya:

)‫عن عبادة بن الصامت يبلغ به النبي صلى هللاا عليه وسلم ّل صالة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب (رواه مسلم‬
Artinya: Dari Ubadah bin Shamit RA, Nabi SAW bersabda, “Tidak sah shalat

seseorang yang tidak membaca surah Fatihatul-Kitab”. (H.R. Muslim).

Dalam Mazhab Syafi`i, basmallah merupakan satu ayat dari pada surah al-

Fatihah, maka membaca bismillah hukumnya adalah wajib.

e. Ruku’.

Kefardhuanya telah diakui secara ijma`, berdasarkan firman Allah SWT:

َ‫ُواربَّ ُك ْم وا ْفعَلُواال َخي َْرلَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون‬


َ ‫ُواوا ْعبُد‬ َ ُ‫يَأَيُّ َهاالَّ ِذيْنَ أ َمنُواا َ ْر َكع‬
َ ‫واوا ْس ُجد‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,

sembahlah tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat

kemenangan. (al-Hajj: 77).

Ruku’ dikatakan sempurna, jika dilakukan dengan cara membungkukkan

tubuh, dimana kedua tangan dapat mencapai dan memegang kedua lutut.

f. Sujud dua kali setiap raka'at

Anggota-anggota sujud adalah kening, hidung, kedua telapak tangan, kedua

lutut dan kedua telapak kaki.

g. Duduk antara dua sujud

h. Membaca tasyahud akhir

i. Duduk pada tasyahud akhir

j. Shalawat kepada Nabi SAW setelah tasyahud akhir.

k. Duduk diwaktu membaca shalawat.

l. Memberi salam

m. Tertib.
C. Macam-macam Pelaksanaan Shalat

1. Macam-macam shalat

Dilihat hukum melaksanakanya, pada garis besarnya shalat di bagi menjadi

dua, yaitu shalat fardu dan shalat sunnah. Selanjutnya shalat fardu juga di bagi

menjadi dua, yaitu fardu ain dan fardu kifayah. Demikian pula shalat sunah,

juga di bagi menjadi dua, yaitu sunnah muakkad dan ghoiru muakkad.

 Shalat fardu

Shalat fardu adalah shalat yang hukumnya wajib, dan apabila di kerjakan

mendapatkan pahala, kalau di tinggal mendaptkan dosa. Contohnya: shalat

lima wakktu, shalat jenazah dan shalat nadzar. Shalat fardu ada 2 yaitu:

Fardu Ain adalah shalat yang wajib di lakukan setiap manusia. shalat ini di

laksanakan sehari semalam dalam lima waktu (isya’, subuh, dhuhur, asar,

magrib) dan juga shalat Jum’at.

Fardu kifayah adalah shalat yang di wajibkan pada sekelompok muslim, dan

apabila salah satu dari mereka sudah ada yang mengerjakan maka gugurlah

kewajiban dari kelompok tersebut. Contoh: shalat jenazah.

Shalat fardu karena nadzar adalah shalat yang di wajibkan kepada orang-

orang yang berjanji kepada Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur kita kepada

Allah atas segala nikmat yang telah di terimanya. Contoh : Ahmad akan

melasanakan ujian, dia bilang kepada dirinya dan teman-temanya, “ nanti

ketika saya sukses mengerjakan ujian dan lulus saya akan melakukan shalat

50 rokaat “ ketika pengumuman dia lulus maka Ahmad wajib melaksanakan

Shalat nadzar.
 Shalat Sunnah

Shalat Sunnah adalah shalat yang apabila di kerjakan mendapatkan pahala

dan apabila tidak di kerjakan tidak mendapatkan dosa. Shalat sunah di sebut

juga dengan Shalat tatawu’, nawafil, manduh, dan mandzubat, yaitu shalat

yang di anjurkan untuk di kerjakan. Shalat sunnah juga di bagi 2 yaitu:

Sunnah Muakkad adalah shalat sunah yang sealalu dikerjakan atau

jarang sekali tidak dikerjakan oleh Rosulluloh SAW dan pelaksanaannya

sangat dianjurkan dan di tekankan separti solat witir, solat hari raya dan lain-

lain.

Sunnah ghaeru muakkadah adalah solat sunah yang tidak selalu

dikerjakan oleh Rosulluloh SAW,dan juga tidak di tekan kan untuk di

kerjakan sholat.

Semua shalat, termasuk shalat sunat dilakukan adalah untuk mencari

keridhoan atau pahala dari Alloh swt. Namun shalat sunat jika dilihat dari

ada atau tidak adanya sebab-sebab dilakukannya, dapat dibedakan manjadi

dua macam, yaitu: shalat sunat yang bersebab dan shalat sunat yang tidak

bersebab.

Shalat sunat yang bersebab, yaitu shalat sunat yang dilakukan karena

ada sebab-sebab tertentu, seperti shalat istisqa’ (meminta hujan) dilakukan

karena terjadi kemarau panjang, shalat kusuf (gerhana) dilakukan karena

terjadi gerhana matahari atau bulan, dan lain sebagainya.

Shalat sunat yang tek bersebab, yaitu shalat sunat yang dilakukan

tidak karena ada sebab-sebab tertentu. Sebagai contoh : shalat witir, shalat

dhuha dan lain sebagainya.


2. Pelaksanaan shalat

Shalat tidak boleh dilaksanak di sembarang waktu. Allah SWT. Dan Rasulullah

SAW. telah menentukan waktu-waktu pelaksanaan shalat yang benar menurut

syariat islam. Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an surat An- Nisa ayat 103

sebagai berikut:

“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu

berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah

merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya

shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang

beriman”.

Ayat tersebut menetapkan bahwa shalat dilaksanakan sesuai dengan waktu-

waktu yang telah ditetapkan. Shalat yang lima waktu, memiliki lima waktu yang

tertentu. Dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 114 menegaskan sebagai berikut:

“Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan

pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-

perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang

buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”.

Agar lebih terperinci, berikut dijelaskan mengenai waktu-waktu shalat tersebut:

 Zuhur, shalat zuhur waktunya mulai matahari condong ke arah barat dan

berakhir sampai baying-bayang suatu benda sama panjang atau lebih sedikit

dari benda tersebut. Hal in idapat dilihat kepada seseorang atau sebuah

tiang yang berdiri, bilamana bayang-bayangnya masih persis di tengah atau

belum sampai, menandakan waktu zuhur belum masuk.

 Asar, shalat asar waktunya mulai dari baying-bayang suatu benda lebih

panjang dari bendanya hingga terbenam matahari. Kebanyakan ulama


berpendapat bahwa shalat ashar di waktu menguningnya cahaya matahari

sebelum terbenam hukumnya makruh.

 Magrib, shalat magrib waktunya mulai terbenam matahari dan berakhir

sampai hilangnya cahaya awan merah.

 Isya, shalat isya waktunya mulai hilangnya cahaya awan merah dan berakhir

hingga terbit fajar shadiq.

 Subuh, shalat subuh, waktunya dari mulai terbit fajar shadiq hingga terbit

matahari.

Anda mungkin juga menyukai