Anda di halaman 1dari 3

FIQH

A. Pengertian Fiqh
Kata fiqh ( )secara etimologis berarti paham yang mendalam. Bila paham
dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat lahiriyah, maka fiqh berarti paham yang
menyampaikan ilmu zhahir kepada ilmu batin. Karena itulah al-Thirmizi meyebutkan, Fiqh
tentang sesuatu berarti mengetahui batinnya sampai kepada yang kedalamannya. Menurut
Bahasa Fiqih Berarti faham atau tahu. Menurut istilah, fiqih berarti ilmu yang menerangkan
tentang hukum-hukum syara yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia yang
diperoleh dari dalil-dali tafsil (jelas).Orang yang mendalami fiqih disebut dengan faqih.
Jamanya adalah fuqaha, yakni orang-orang yang mendalami fiqih.
Menurut ahli usul, Fiqih adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum shara yang
bersifat fariyah (cabang), yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil (khusus, terinci dan
jelas). Tegasnya, para ahli usul mengartikan fiqih adalah mengetahui hukum dan dalilnya.
Menurut para ahli fiqih (fuqaha), fiqih adalah mengetahui hukum-hukum shara yang
menjadi sifat bagi perbuatan para hamba (mukallaf), yaitu: wajib, sunnah, haram, makruh
dan mubah.
Secara termilnologis fiqh ( )berarti Ilmu tentang hukum-hukum syari yang
bersifat amaliah yang digali dan ditentukan dari dalil-dalil yang tafsili. Dalam definisi ini,
fiqh diibaratkan dengan ilmu karena fiqh itu semacam ilmu pengetahuan. Memang fiqh itu
tidak sama dengan ilmu seperti disebutkan di atas, fiqh itu bersifat zhanni.fiqh adalah apa
yang dapat dicapai oleh mujtahid dengan zhannya, sedangkan ilmu tidak bersifat zhanni
seperti fiqh. Namun karena zhan dalam fiqh ini kuat, maka ia mendekati pada ilmu;
karenanya dalam definisi ini ilmu digunakan juga untuk fiqh.
B. Ruang Lingkup Kajian Ilmu Fiqh
Pokok bahasan dalam ilmu fiqih ialah perbuatan mukallaf menurut apa yang telah
ditetapkan syara tentang ketentuan hukumnya. Karena itu dalam ilmu fiqih yang dibicarakan
tentang perbuatan-perbuatan yang menyangkut hubungannya dengan Tuhannya yang
dinamakan ibadah dalam berbagai aspeknya, hubungan manusia sesamanya baik dalam
hubungan keluarga, hubungan dengan orang lain dalam bidang kebendaan dan sebagainya.
Dari hubungan-hubungan tersebut menumbuhkan beberapa pendapat para ulama fiqih.
menurut para ulama fiqih pada umumnya, pokok pembahasan ilmu fiqih terdiri dari empat
pembahasan yang sering disebut dengan Rubu, yaitu:
1.
Rubu Ibadat
2.
Rubu Muamalat

3.
4.

Rubu Munakahat
Rubu Jinayat

Ada lagi yang berpendapat tiga saja, yaitu: bab ibadah, bab muamalat, bab uqubat.
Menurut Prof. T.M. Hasbi Ashiddieqqi, bila kita perinci lebih lanjut, dapat dikembangkan
menjadi delapan pokok pembahasan, yaitu: ibadah, Ahwalusy Syakhshiyyah, Muamalah
Madaniyah,
Muamalah
Maliyah,
Jinayah dan Uqubah (pelanggaran
dan
hukuman), Murafaah atau Mukhashamah,
Ahkamud
Dusturiyyah dan Ahkamud
Dualiyah (hukum internasional).
C. Dasar- dasar Ilmu Fiqh
Dasar-dasar ilmu fiqih itu terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Dasar-dasar yang bersifat Muttafaq (disepakati) Adapun untuk dasar-dasar fiqih yang
bersifat muttafaq dibagi menjadi 4, yaitu Al-Quran, Hadits, Ijma dan Qiyas.
2. Dasar-dasar yang bersifat Mukhtalaf (berbeda-beda)
3. Adapun untuk dasar-dasar fiqih yang bersifat Mukhtalaf dibagi menjadi 6,
yaitu Istihsan, Mashalihul Mursalah, Istishab, Urf, Qoulus Shohabiy dan Syaru Man
Qoblana.
D. Hubungan Ilmu Fiqh dan Syariah
Hubungan antara fiqh dan syariah, secara umum dan khusus keduanya bertemu pada
hukum yang sesuai dengan hukum Allah. Syariah merupakan induk ilmu fiqh karena hukum
yang ditetapkan oleh ilmu fiqh semua didasarkan kepada syariah, tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma akidah dan akhlak, serta nash-nash hukum yang sudah jelas di dalam
al-Quran dan Sunnah Nabi saw.
Syariah mempunyai konotasi hukum yang suci dan mengandung nilai-nilai uluhiyah.
Sedangkan fiqh merupakan ilmu tetang syariah. Karena itu, kata syariah mengingatkan kita
kepada wahyu dan atau Sunnah Nabi saw., sedangkan fiqh mengingatkan kita kepada ilmu
hasil ijtihad para ulama. Syariah turut berkembang dengan berkembangnya ilmu fiqh,
khususnya dalam bidang hukum karena ilmu fiqh bagian dari ilmu syariah. Sementara ilmu
fiqh akan terus berkembang mengikuti perkembangan masyarakat. Perkembangan ini akan
senantiasa terjadi karena dalam budaya dan tradisi masyarakat akan selalu mengalami
perubahan.
Namun demikian, Ilmu fiqh tidak akan berkembang bebas menurut kemauan manusia
terlepas dari syariah karena ilmu fiqh itu sendiri dihasilkan berdasarkan pedoman syariah.
Jadi antara syariah dan ilmu fiqh akan tetap satu kesatuan jiwa, sinkronisasi dan uniformitas.
Saling berhubungannya antara Ilmu Fiqh dan Syariah, ibarat jasad dan ruh. Ilmu Fiqh adalah
jasadnya, ia akan berlari dan berjalan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan zaman.
Sementara Syariah yang berfungsi sebagai ruh di mana ia akan memberikan kehidupan yang
lebih dinamis sebagai dasar yang sangat fundamental untuk kesempurnaan beragama. Maka
dalam kondisi seperti ini, antara keduanya hubungan merupakan suatu keniscayaan karena

untuk membangun hukum Islam yang shalih li kulli zaman wa makan (sesuai untuk segala
waktu dan tempat).
Dalam pandangan lain, syariah itu lebih dikenal dengan sebutan syariah Ilahi,
sedangkan fiqh dikenal dengan sebutan syariah wadli. Syariah Ilahi adalah ketentuanketentuan hukum yang langsung dinyatakan secara eksplisit dalam al-Quran dan al-Sunnah.
Norma-norma hukum tersebut berlaku secara universal untuk semua waktu dan tempat, dan
tidak bisa berubah karena tidak ada yang kompeten untuk mengubahnya. Sementara syariah
wadli adalah produk-produk ijtihad yang dilakukan oleh para ulama dengan langkahlangkah kreatif dalam menggali hukum syariah yang bersiaft Ilahi dengan tetap
memperhatikan batas-batas yang digariskan oleh Allah swt.

Anda mungkin juga menyukai