Preseptor :
Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah- Nya, sehingga dapat menyelesaikan paper ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. dr. Hadjiman Yotosudarmo,
Sp.THT-KL, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penyusunan paper ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya
tugas ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan paper ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga ini dapat memberi manfaat bagi yang membacanya.
PENDAHULUAN
akibat paparan alergen pada mukosa hidung.1,2 Gejala rinitis alergi meliputi
hidung gatal, bersin berulang, cairan hidung yang jernih dan hidung tersumbat
yang bersifat hilang timbul atau reversibel, secara spontan atau dengan
menderita rinitis alergi. Pasien rinitis alergi memiliki faktor risiko 3 kali lebih
dan menempati posisi ke-6 penyakit yang bersifat menahun (kronis). Rinitis
mencapai 20%.5,6
penunjang lainnya untuk rhinits alergi yang akan dibahas pada referat ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensititasi dengan alergen
yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan
ulangan, dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia
menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) adalah
kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantai oleh IgE.7
2.2 Epidemiologi
Rinitis alergi adalah salah satu penyakit alergi yang paling umum di
Amerika Serikat, mempengaruhi antara 20% dan 25% dari populasi (sekitar 40
juta orang). Rinitis alergi dapat memiliki onset pada semua usia, tetapi insidensi
onset paling tinggi pada masa remaja, dengan insiden yang menurun seiring
cukup besar. Porsi terbesar dari biaya langsung adalah pengeluaran untuk obat
resep dan nonresep (sekitar 4 miliar dolar per tahun). Biaya tidak langsung
terbesar adalah dari alergi itu sendiri dan juga dari efek samping negatif obat
alergi (terutama antihistamin yang dijual bebas). Meskipun rinitis alergi tidak
studi kualitas hidup telah menunjukkan bahwa di hampir setiap aspek kehidupan
sehari-hari, termasuk fungsi sosial dan fisik, tingkat energi dan kelelahan, dan
kurang tidur dan kesehatan mental, pasien dengan rinitis alergi mengalami
tidak alergi. Faktanya, pasien dengan rinitis alergi telah terbukti memiliki
kualitas hidup yang lebih rendah daripada banyak penderita asma. Selain itu,
2.3 Etiologi
serbuk sari atau jamur.Alergi rinitis perenial (sepanjang tahun) diantaranya debu
tungau, terdapat dua spesies utama tungau yaitu dermatophagoides farinae dan
binatang pengerat. Faktor resiko untuk terpaparnya debu tungau biasanya karpet
serta sprai tempat tidur,suhu yang tinggi, dan faktor kelembaban udara.
faktor nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat
ini melibatkan kelebihan produksi antibodi IgE dan disebut reaksi atopik. Selain
rinitis alergi, sebagian besar kasus asma dan dermatitis atopik dianggap
memiliki penyebab atopik. Pada pasien dengan disposisi atopik (sifat genetik),
reaksi alergi dimulai dengan sensitisasi terhadap alergen tertentu (pada rinitis
antibodi IgE. Ini terjadi melalui kaskade sel T, sel B, dan sel plasma. Pada
paparan berikutnya, antigen spesifik menempel pada dua antibodi IgE spesifik
yang melekat pada permukaan sel mast, yang lazim di submukosa saluran
Akibatnya, reaksi yang dimediasi IgE ini menyebabkan degranulasi sel mast,
dan faktor pengaktif trombosit. Ini disebut sebagaifase awal atau reaksi humerus
dan terjadi dalam waktu 10-15 menit setelah pajanan alergen; Pelepasan
yang terkena (kemotaksis). Respon inflamasi ini disebutfase akhir atau reaksi
seluler, yang dapat dimulai 4-6 jam setelah sensitisasi awal dan dapat
merupakan penyebab utama gejala hidung tersumbat dan postnasal drip pada
rinitis alergi. Selain itu, mediator ini menghasilkan hiperreaksi terhadap alergen
spesifik dan iritan nonspesifik seperti asap tembakau dan asap kimia, yang
2.5 Klasifikasi
musim semi dan musim panas, dan gulma di musim gugur. Selain itu, jamur
termasuk bersin, rinore berair, gatal pada hidung, mata, telinga, dan
tenggorokan, mata merah dan berair, dan hidung tersumbat. Gejala biasanya
lebih buruk di pagi hari dan diperparah oleh kondisi kering dan berangin ketika
konsentrasi serbuk sari yang lebih tinggi didistribusikan ke area yang lebih
luas13.
hidung tersumbat dan tersumbat, dan postnasal drip. Rinore dan bersin lebih
jarang terjadi. Gejala mata kurang umum, kecuali dengan alergi hewan. Serbuk
terutama tungau debu, bulu binatang, spora jamur, dan kecoak (di pusat kota).
Alergen pekerjaan tertentu juga dapat menyebabkan rinitis alergi perenial; ini
biasanya tidak konstan karena bergantung pada paparan di tempat kerja. Alergen
makanan juga dapat menyebabkan rinitis alergi perenial. Selain itu, alergi
dan iritan nonspesifik dapat mempengaruhi rinitis alergi perenial. Pada anak-
anak dengan alergi, mungkin ada insiden yang lebih tinggi dari infeksi saluran
media dengan efusi. Iritasi lain seperti asap tembakau, asap kimia, dan polusi
c. Klasifikasi Lain
Salah satunya terkait dengan insiden temporal dan kualitas hidup. Gejala
parah dalam kualitas hidup. Dalam sistem klasifikasi lain, gejala didasarkan
pada jenis gejala (misalnya, pasien yang mengalami bersin dan pilek atau
2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
saja. Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang.
Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau
bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme
fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin ini
terutama merupakan gejala pada RAFC dan kadang-kadang pada RAFL sebagai
akibat dilepaskannya histamin. Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer
dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang
disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Sering kali gejala yang
oleh pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten,
bila fasilitas tersedia. Gejala spesifik lain pada anak ialah terdapatnya bayangan
gelap di daerah bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat
obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic shiner. Selain dari itu sering juga
Keadaan ini disebut sebagai allergic salute. Keadaan menggosok hidung ini lama
sepertiga bawah, yang disebut alleryic crease. Mulut sering terbuka dengan
tongue).7
Gambar 1
lender hidung pada pasien dengan rhinitis alergi sering tampak biru pucat, ungu
bahkan keputihan pucat seperti yag tampak pada konka sebelah kiri yang
c. Pemeriksaan Penunjang
-In vitro :
Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian pula
menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu
macam penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau
urtikaria. Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi
atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi. Lebih
Sorbent test) atau ELISA (Enzyme Linked lmmuno Sorbent Assay test).
- In Vivo :
Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit,
uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-point
SET, selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk
Untuk alergi makanan, uji kulit yang akhirakhir ini banyak dilakukan
gold standar dapat dilakukan dengan diet eliminasi dan provokasi ("Challenge
Test").
Alergen ingestan secara tuntas lenyap dari tubuh dalam waktu lima hari.
Karena itu pada "Challenge Test", makanan yang dicurigai diberikan pada
pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet
eliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan dari menu makanan sampai
- Skin test
Skin test merupakan salah satu gold standard tes alergi. Prinsip skin test
adalah dengan terjadinya reaksi antara antigen dengan sel mast yang telah
Reaksi ini berlangsung dari 2 menit-20 menit. Skin test ini disupresi oleh
dilakukan.9,10
a. Uji epikutaneus contohnya skin prick test dan skin scratch test.Dari beberapa
jenis skin test tersebut, skin prick test direkomendasikan sebagai skin test
daerah volar lengan bawah. Jarak antar alergen yang diuji sekitar 2 cm untuk
skin prick test dan 5 cm untuk uji intradermal. Skin prick test dilakukan
epidermis. Untuk kontrol harus disediakan kontrol negatif tanpa alergen dan
Sebelum melakukan skin scratch test, lapisan kulit superfisial ditempeli dulu
dengan tape kemudian tape ditarik sehingga lapisan korneum kulit ikut
tertarik. Kemudian alergen yang akan diuji dioleskan ke area kulit tersebut.
Skin scratch test hanya dilakukan jika jumlah alergen yang ada sedikit dan
b. Uji intrakutaneus
Skin test yang paling sensitif adalah uji intrakutan. Uji intrakutan dilakukan
Selain diketahui alergen penyebab juga dapat menentukan derajat dan dosis
inisial untuk desensitisasi. Jika dengan skin prick test hasilnya negatif maka
selanjutnya dilakukan uji intrakutan sebab skin prick test kurang sensitif
untuk menunjukkan reaksi alergi pada kadar antigen yang rendah. 9 Setelah
2.8 Penatalaksanaan
Secara umum, tiga pilihan tersedia untuk pengelolaan rinitis alergi: (1)
a. Kontrol Lingkungan
kegiatan di luar ruangan selama musim serbuk sari yang relevan (misalnya,
memotong rumput dan berkebun), untuk menjaga jendela rumah dan mobil
tungau debu, jamur, dan bulu hewan peliharaan, praktik-praktik berikut harus
digunakan; (1) mengurangi kelembapan rumah tangga hingga di bawah 50%; (2)
mencuci sprei dengan air panas; (3) singkirkan karpet dan hewan peliharaan dari
ruang tamu yang paling sering digunakan, terutama kamar tidur; (4)
(untuk perlindungan tungau debu); dan (5) di daerah miskin dan perkotaan,
memberantas kecoa (Tabel 1). Untuk alergen di udara (misalnya, bulu binatang),
b. Farmakoterapeutik
⁃ Anti Histamin
menghambat respon “wheal and flare” pada kulit dan oleh karena itu
mempengaruhi tes kulit. Antihistamin efektif dalam reaksi fase awal dan
sedikit efek pada hidung tersumbat, fenomena fase akhir. Banyak yang
memiliki efek antikolinergik dan menyebabkan mulut kering. Ini termasuk
tetapi memiliki profil keamanan yang lebih baik dengan sedikit, jika ada,
sedasi karena memiliki sedikit afinitas terhadap reseptor H2 sentral. Obat ini
onset kerja yang cepat dan pengurangan gejala biasanya dalam waktu 1 jam.
bersin, gatal, dan rinorea, dan juga hidung tersumbat. Efek maksimal dapat
yang memadai untuk aplikasi. Mereka bertindak pada reaksi fase akhir dan
yang lebih baru memiliki penyerapan sistemik minimal tanpa efek samping
sistemik, dan telah disetujui untuk digunakan pada anak-anak. Mereka tidak
memiliki efek samping sistemik berkaitan dengan penekanan aksis HPA dan
dewasa muda dan anak-anak, mereka dianggap sebagai obat pilihan dalam
⁃ Kortikosteroid sistemik
dan sulit diatasi. Mereka dapat diberikan baik dengan injeksi intramuskular
atau secara oral. Dengan yang terakhir, dosis tapering biasanya diberikan
selama 3-7 hari. Kortikosteroid sistemik bekerja pada peradangan dan secara
⁃ Dekongestan
obat flu tanpa resep dan harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
medicamentosa). 13
⁃ Antikolinergik intranasal
efek lain pada gejala alergi. Salah satu antikolinergik intranasal yang paling
dapat dikombinasikan dengan obat alergi lain untuk mengontrol rinorea pada
⁃ Kromolin intranasal
timbulnya gejala agar efektif. Obat ini harus digunakan di seluruh paparan;
itu dianggap sangat aman. Dosis yang dianjurkan adalah empat kali sehari. 13
⁃ Inhibitor leukotriene
c. Imunoterapi
untuk jangka waktu yang lama, ketidakcukupan atau intoleransi terapi obat,
sistemik ringan atau reaksi lokal yang besar di tempat injeksi subkutan
adalah metode pilihan. Ini lebih umum di Eropa dan cenderung mudah dan
aman untuk diberikan di rumah oleh pasien sendiri. Tidak ada tes yang
PENUTUP
Kesimpulan
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensititasi dengan alergen yang
kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik. Rinitis alergi
dapat memiliki onset pada semua usia, tetapi insidensi onset paling tinggi
pengerat. Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin
agen.
DAFTAR PUSTAKA
1 Valentine MD, Plaut M. Allergic Rhinitis. In: The New England Journal of
Medicine. Available from URL : www.nejm.org. Article last updated 2005.
August 2008.
2 Pinto JM, Naclerio RM. Allergic Rhinitis. In: Snow JB, Ballenger JJ editors.
Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery, 16th Ed. New York:
BC Decker; 2003. p. 708-39.
3 WHO ARIA 2008 (upDate).
4 Stokes JR, Casale TB. Allergic Rhinitis, Asthma and Obstructive Sleep Apnea:
The Link. In: Pawankar R, Holgate ST et al editors. Allergy Frontiers: Clinical
Manifestations. New York: Springer; 2009. p. 129-40.
5 Nguyen QA. Allergic Rhinitis. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/article/8 34281-overview. Article last update
June 1, 2009. September 2009.
6 Cummings CW. Allergic Rhinitis. In: Cummings CW, Flint PW et al editors.
Otolaryngology Head and Neck Surgery, 4th Ed Vol 1. Philadelphia: Elsevier;
2005. p. 351-63
7 Irawati N, Kasakeyan E, Rusmono N. Rinitis alergi. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Kepala Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.
H.118 – 22, 128 – 33.
8 Snow,J B.,Ballenger, J J.2003.Allergi Rinitis.IN:Ballenger’s
th
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery Edition 9 .Spain:BC Decker;708-
731
9 Lalwani AK, editor. Current diagnosis and treatment: otolaryngology head and
neck surgery. 2nd ed. New York: Mc Graw Hill; 2004.
10 Mabri RL. Allergic rhinitis. In: Cummings CW, editor. Otolaryngology head
and neck surgery. 3rd ed. New York: Mosby; 1999.p.906-9.
11 Klimek L, Schendzielorz P. Early detection of allergic disease in
otorhinolaryngology. GMS Current Topics in Otorhinolaryngology. 2008;7:1-
25.
12 Hawke, Michael et all. 2002.Diagnostic Handbook of Otorhinolaryngology.
New York: Material. Hal :91-155
13 Anil K, (2007). Current Diagnosis and Treatment In Otolaryngology: head and
Surgery. C Graw-Hill Medical