Anda di halaman 1dari 38

Case Report

Glaukoma Pseudofakia Okuli Dextra et Sinistra

Disusun oleh :

Deva Susanti 21360127

Pembimbing :

dr. Melsa Ester Letareni Situmeang, Sp. M

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RSUD JENDRAL AHMAD YANI METRO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

“Glaukoma Pseudofakia Okuli Dekstra et Sinistra”

Disusun oleh :

Deva Susanti 21360127

Case Report ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti

Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Jendral Ahmad Yani Metro

2023.

Metro, 9 Maret 2023

dr. Melsa Ester Letareni Situmeang, Sp. M

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Case Report yang berjudul “Glaukoma Pseudofakia Okuli Dextra et

Sinistra”. Case Report ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian

Ilmu Penyakit Mata RSUD. Jendral Ahmad Yani Metro Lampung.

Penulis menyadari bahwa penulisan Case Report ini tidak akan selesai tanpa

adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan kepada dr. Melsa Ester Letareni Situmeang, Sp.M

selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan

Case Report ini.

Penulis menyadari bahwa dalam Case Report ini masih terdapat kekurangan. Oleh

karena itu kritik dan saran membangun tentunya sangat diharapkan. Semoga segala

bantuan berupa nasehat, motivasi dan masukan semua pihak akan bermanfaat untuk

semua pihak, khususnya di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD. Jendral Ahmad Yani

Metro Lampung.

Metro, 9 Maret 2023

Deva Susanti

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
BAB II............................................................................................................................ 2
LAPORAN KASUS ....................................................................................................... 2
2. 1 Identitas Pasien ................................................................................................. 2
2.2 Anamnesis ......................................................................................................... 2
2. 3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................................. 4
2.4 Status Oftalmologi ............................................................................................ 6
2.5 Diagnosis Kerja ................................................................................................. 6
2.6 Penatalaksanaan ............................................................................................... 7
2.7 Prognosis ........................................................................................................... 7
2.8 Resume .............................................................................................................. 7
2.9. Dokumentasi...................................................................................................... 8
BAB III .......................................................................................................................... 9
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 9
3.1 Pseudofakia ....................................................................................................... 9
3.2 Katarak ............................................................................................................ 13
3.3 Glaukoma ......................................................................................................... 19
BAB IV ........................................................................................................................ 31
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 33

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Pseudofakia adalah Lensa yang ditanam pada mata (lensa intra okuler) yang

diletakkan tepat ditempat lensa yang keruh dan sudah dikeluarkan. Lensa ini akan

memberikan penglihatan lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan waktu operasi katarak

dan akan tetap disana untuk seumur hidup. 12

Fungsi dari lensa adalah untuk memfokuskan cahaya yang masuk ke mata. Untuk

menjalankan fungsi tersebut, lensa harus tetap dalam keadaan jernih. Namun, ada beberapa

keadaan yang dapat membuat lensa menjadi keruh yaitu proses penuaan, penyakit sistemik,

merokok, dan penggunaan kortikostreoid. 13

Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan pada lensa

yang menyebabkan kelemahan atau penurunan data penglihatan. Katarak merupakan

kekeruhan yang terjadi pada lensa.9

Salah satu tatalaksana yang dapat dilakukan pada katarak adalah dengan ekstraksi

ekstrakapsular. Setelah operasi tersebut dapat dilakukan penanaman lensa intra okuler

(IOL). Namun, operasi katarak masih menyisakan epitel anterior lensa sehingga serat lensa

masih dapat terbentuk dan dapat menyebabkan kekeruhan pada IOL.14

Salah satu Komplikasi dari pasca bedah katarak denga pemasangan pseudofakia atau lensa

intra okuler yaitu Glaukoma merupakan kumpulan dari suatu penyakit yang mempunyai

karakteristik umum berupa optik neuropati disertai dengan penurunan lapang pandang. 1

1
BAB II

LAPORAN KASUS

2. 1 Identitas Pasien

Nama : Tn. S

Umur : 70 tahun

Alamat : Metro

Suku : Jawa

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan

2.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama

Pandangan kabur pada mata kanan sejak 6 bulan.

2. Keluhan Tambahan

Mata berair dan terkadang terasa gatal pada mata kanan.

3. Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Umum Daerah Jendral Ahmad Yani

Kota Metro pada tanggal 20 Februari 2023 dengan keluhan pandangan kabur

pada mata kanan seperti tertutup kabut. Pandangan kabur terjadi perlahan dan

semakin lama semakin memberat. Pasien juga mengeluh mata berair dan

terkadang terasa gatal. Pasien mengatakan keluhan timbul sejak 6 bulan lalu.

2
Pasien memiliki riwayat operasi katarak pada kedua matanya 3 tahun

yang lalu. Setelah operasi selesai dilakukan, pasien dapat melihat dengan baik.

Namun sejak 6 bulan yang lalu, pasien mulai merasakan pada mata kanan

pandangannya menjadi kabur. Sedangkan mata kiri pasien tidak ada keluhan.

Pasien mengatakan tidak ada riwayat terpapar debu, benda asing, maupun

riwayat trauma pada mata kanan, setelah operasi. Pasien juga mengaku rutin

kontrol ke dokter spesialis mata.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat Asma : Disangkal

• Riwayat DM : Disangkal

• Riwayat HT : Disangkal

• Riwayat Jantung : Disangkal

• Riwayat Alergi Obat : Disangkal

• Riwayat Trauma : Disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat Asma : Disangkal

• Riwayat DM : Disangkal

• Riwayat Hipertensi : Disangkal

• Riwayat Alergi : Disangkal

6. Riwayat Pengobatan

Disangkal

7. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merupakan seorang pensiunan.

8. Riwayat Kebiasaan

Konsumsi alkohol (-)


3
2. 3 Pemeriksaan Fisik

Vital sign

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15 (E4M6V5)

c. Tanda-tanda Vital

- TD : 126/72 mmHg

- Nadi : 97x / menit

- RR : 20x / m

- Suhu : 36, 5o C

- SpO : 98%

Status Present

- Kepala : Bentuk normocephal

- Mata : Status Oftamologi

- THT : Tonsil T1/T1, Faring normal

- Mulut : Bibir pucat (-), Perdarahan gusi (-), Atrofi pupil lidah (-)

- Leher : Pembesaran kelenjar (-), Peteki (-)

- Thoraks

a. Pulmo

I : Bentuk dada normal, Simetris (statis dan dinamis), retraksi (-)

P : Takil fremitus N | N

P : Sonor | Sonor

A : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

4
b. COR

I : Ictus cordis tidak terlihat

P : Ictus cordis tidak teraba, Thrill (-)

P : Batas atas jantung ICS 2 sinistra

Batas kanan jantung parasternal line dekstra

Batas kiri jantung midclavicula line sinistra ICS 5

A : S1S2 tunggal regular murmur (-)

c. Abdomen

I : Distensi (-)

A : Bising usus (+) Normal

P : Timpani (+), shifting dullness (-)

P : Nyeri tekan (-), nyeri ketok CVA (-), hepar dan lien tidak teraba

d. Ekstremitas
Superior Inferior
-/- -/-
Edema
Akral

Hangat +/+ +/+

Ekimosis -/- -/-

5
2.4 Status Oftalmologi

Oculi dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)


Visus 6/12
1/300
TIO 40 mmHg 30 mmHg
Kedudukan bola
Orthoporia
Mata
Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Gambar mata

Segmen Anterior
Palpebra Edema (-), nyeri tekan(-), Edema (+), nyeri tekan (-),
perubahan bentuk(-) perubahan bentuk (-)
Konjungtiva Hiperemis(+) Hiperemis (+),
InjeksiKonjungtiva (+), Injeksi komgjugtiva (+),

Kornea Edem (+) Edem (-)


COA Dangkal Dangkal
Iris Normal Normal
Pupil Bulat, sentral, RC (+), Bulat , sentral, RC (-),
d. 3 mm d: 3 mm
Lensa Jernih Jernih

Segmen Posterior
Oculi dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
Refleks Fundus (+) (+)
Papil Nasalisasi (+), c/d 0,5 Nasalisasi (+). c/d 0,5
Makula Refleks Fovea (+) Reflek Fovea (+)
Retina Pembuluh darah Pembuluh darah
baik,perdarahan (-), baik,perdarahan(-),
eksudat (-) eksudat (-)

Lapang pandang Normal Normal


van herick test Normal Normal
Shadow test (-) (-)

2.5 Diagnosis Kerja

Glaukoma Pseudofakia Okuli Dextra et Sinistra

6
2.6 Penatalaksanaan

1. Edukasi Keluarga

Kontrol rutin ke Poliklinik Mata untuk mengevaluasi lapang pandang dan

ketajaman pengelihatan okuli dextra dan sinistra.

2. Farmakoterapi

- Timolol 0,5 % ED 1 tetes /12 jam OD

- LFX ED 1 tetes / 4 jam OD

- C Lyteers 1 tetes / 4 jam OD

- Posop ED 1 tetes / 6 jam OD

- Glauseta 3x250 mg

2.7 Prognosis

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

2.8 Resume

Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Umum Daerah Jendral Ahmad Yani

Kota Metro pada tanggal 20 Februari 2023 dengan keluhan pandangan kabur pada

mata kanan seperti tertutup kabut. Pandangan kabur terjadi perlahan dan semakin

lama semakin memberat. Pasien juga mengeluh mata berair dan terkadang terasa

gatal. Pasien mengatakan keluhan timbul sejak 6 bulan lalu.

Pasien memiliki riwayat operasi katarak pada kedua matanya 3 tahun

yang lalu. Setelah operasi selesai dilakukan, pasien dapat melihat dengan baik.

Namun sejak 6 bulan yang lalu, pasien mulai merasakan pada mata kanan

7
pandangannya menjadi kabur. Sedangkan mata kiri pasien tidak ada keluhan.

Pasien juga mengaku rutin kontrol ke dokter spesialis mata.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik,

compos mentis. Pada pemeriksaan oftalmologi visus mata kanan 1/300 dan

kiri 6/12, TIO kanan 40 mmHg dan kiri 30 mmHg, segmen anterior hiperemis

dan injeksi kongjungtiva pada mata kanan dan kiri, kornea edem(+), COA

dangkal,

Penatalaksaan diberikan Timolol 0,5 % ED 1 tetes /12 jam OD, LFX

ED 1 tetes / 4 jam OD, C Lyteers 1 tetes / 4 jam OD, Posop ED 1 tetes / 6 jam

OD, Glauseta 3x250 mg.

2.9. Dokumentasi

8
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pseudofakia

3.1.1 Definisi

Pseudofakia adalah Lensa yang ditanam pada mata (lensa intra okuler) yang

diletakkan tepat ditempat lensa yang keruh dan sudah dikeluarkan. Lensa ini akan

memberikan penglihatan lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan waktu operasi

katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup. Lensa ini tidak akan

mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh

tubuh.12

3.1.2 Anatomi Lensa

Lensa memiliki diameter sekitar 9-10 mm dengan ketebalan yang bervariasi

yaitu saat lahir sekitar 3,5 mm dan ketika sudah lansia bisa mencapai 5 mm. Berat

dari lensa pun bervariasi tergantung dari usia, semakin bertambah usia maka berat

lensa semakin besar mencapai 255 mg (usia 40-80 tahun).14

Posisi lensa dipertahankan oleh ligamen suspensorium yang disebut dengan

zonula Zinn yang berasal dari permukaan badan siliaris dan akan masuk ke ekuator

lensa. Sebelah anterior merupakan aqueous humor sedangkan di sebelah

posteriornya adalah vitreous humor. 16

Lensa terdiri dari tiga komponen utama yaitu kapsul lensa, epitel lensa, dan

serat lensa. Kapsul lensa merupakan pembungkus lensa dengan ketebalan bervariasi.

Struktur kapsul lensa terus-menerus disintesis oleh epitel lensa (pada bagian

anterior) dan sel-sel serat lensa (pada bagian posterior).

9
Kapsul lensa dibagi menjadi dua yaitu anterior dan posterior bergantung

letaknya. Kapsul lensa paling tebal terletak pada regio pre-ekuator dan yang paling

tipis pada kutub posterior.13,15

Epitel lensa terdiri dari satu lapis sel yang berada di bawah kapsul anterior.

Pada bagian posterior lensa tidak ada epitel lensa karena sel-sel ini digunakan untuk

mengisi rongga sentral vesikel lensa saat proses perkembangan lensa. Epitel lensa di

bawah kapsul anterior ini pada bagian tengah berbentuk kuboid dan akan mengalami

perubahan bentuk menjadi kolumnar pada regio ekuator lensa.14

Serat lensa berasal dari mitosis epitel lensa pada regio pre-ekuatorlensa,

kemudian akan mengalami elongasi dan diferensiasi. Bersamaan dengan elongasi

dari serat lensa, maka akan terbentuk lagi serat lensa baru (imatur) yang akan

mendorong serat lensa matur ke bagian lensa yang lebih dalam atau disebut nukleus

lensa. Nukleus lensa terbagi menjadi beberapa zona berdasarkan waktu

perkembangannya yaitu nukelus embrionik, nukleus fetal, dan nukleus infantil.

Sedangkan serat lensa yang baru akan menempati korteks lensa.13

Anatomi lensa mata

10
3.1.3 Lensa Intra Okuler

Pemasangan intra ocular lens (IOL) atau lensa tanam merupakan alternatif

terbaik untuk mengembalikan penglihatan setelah operasi katarak.Umumnya lensa

tanam terdiri atas sebuah optik bikonveks di sentral dan dua buah kaki atau disebut

sebagai haptik yang memiliki fungsi untuk mempertahankan optik di

posisinya.16,17

Posisi lensa tanam yang optimal adalah di dalam kantung kapsular setelah

dilakukannya prosedur ekstrakapsular. Hal ini berhubungan dengan rendahnya

insiden komplikasi pasca operasi, seperti keratopati bulosa pseudofakik,

glaukoma, kerusakan iris, hifema, dan desentrasi lensa. Lensa tanam dapat

ditempatkan di bilik mata depan apabila terdapat ruptur kapsul posterior saat

pembedahan. Selain diletakkan pada kantung kapsular, lensa tanam dapat

diletakkan juga pada sulkus siliaris.16.18

Umumnya tanam lensa terbuat dari silikon atau akrilik. Lensa tanam

akrilik ada yang berbahan dasar PMMA (polymethylmethacrylate) dengan sifat

hidrofobik dan rigid sehingga ketika dipasang akan lebih terfiksasi.Selain itu,

terdapat pula lensa tanam akrilik dengan sifat foldable dan hidrofilik. Saat ini,

lensa tanam juga dilengkapi dengan anti sinar UV.19

Setelah dipasang IOL pasien harus dievaluasi kembali dengan pemeriksaan

ketajaman penglihatan, refraksi, pemeriksaan bilik mata depan, dan perlu juga

dilakukan evaluasi pada posisi IOL. Selain itu, pasien dengan IOL juga

membutuhkan tata laksana berupa pemberian kacamata untuk membaca.20

11
IOL pada kantung subkapsular

3.1.4 Tanda Pseudofakia

Tanda pada mata dengan pseudofakia antara lain12 :

- Terlihatnya luka operasi dekat limbus,

- Bilik mata depan lebih dalam,

- Pupil berwarna lebih hitam dan

- Ketika sinar disenter akan terlihat refleks kaca. Sedangkan

- Tajam penglihatan pasien bergantung pada kekuatan dari IOL.

3.1.5 Keuntungan Pemasangan Lensa

1. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan

pada tempat lensa asli yang diangkat.

2. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal

3. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat

4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.

3.1.6 Kontraindikasi Pemasangan Lensa

a. Mata yang sering mengalami radang intra okuler (uveitis)

b. Uveitis menahun yang berat

c. Retinopati diabetik proliferatif berat

d. Glaukoma neovaskuler
12
3.2 Katarak

3.2.1 Definisi

Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan pada

lensa yang menyebabkan kelemahan atau penurunan penglihatan. Katarak

merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa. Normalnya lensa memusatkan arah

sinar. Kekeruhan pada lensa akan menyebabkan sinar menjadi menyebar atau

terhalang. Jika kekeruhan lensa berukuran kecil dan berada pada daerah perifer

lensa, hanya akan sedikit atau tidak ada gangguan pada penglihatan. Sebaliknya,

ketika kekeruhan terletak di tengah lensa dan bersifat padat atau tebal, arah sinar

akan terganggu. Hal ini akan menyebabkan penglihatan menjadi kabur. Katarak

senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas

50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.9

3.2.2 Etiologi

Umumnya penyebab katarak adalah proses degeneratif yang berhubungan

dengan umur, faktor penyebab lain meliputi metabolik, trauma, inflamasi, kurang

gizi serta pengaruh kortikosteroid. 9

a. Diabetes

b. Radang mata

c. Trauma mata

d. Riwayat keluarga dengan katarak

e. Pemakaian steroid lama (oral) atau tertantu lainnya

f. Pembedahan mata lainnya

g. Terpajan banyak ultra violet (matahari).

13
3.2.3 Tanda dan Gejala

Gejala dan tanda umum katarak dapat digambarkan sebagai berikut :

- Tajam penglihatan berkurang

- Penglihatan berkabut, berasap

- Menyebabkan rasa silau

- Dapat mengubah kelainan refraksi

- Penglihatan ganda

- Halo (warna disekitar sumber sinar)

Pada beberapa penderita tajam penglihatan yang diukur di ruangan gelap

mungkin tampak memuaskan, sementara bila tes tersebut dilakukan dalam keadaan

terang maka tajam penglihatan akan menurun sebagai akibat dari rasa silau.10

3.2.4 Stadium Katarak Senilis

Berdasarkan Maturitas Katarak

▪ Iminens/insipiens

Pada stadium ini, lensa bengkak karena termasuki air, kekeruhan lensa masih

ringan, visus biasanya > 6/60. Pada pemeriksaan dapat ditemukan iris normal,

bilik mata depan normal, sudut bilik mata normal, serta shadow test negative.

▪ Imatur

Pada tahap berikutnya, opasitas lensa bertambah dan visus mulai menurun

menjadi 5/60 sampai 1/60. Cairan lensa bertambah akibatnya iris terdorong dan

bilik mata depan menjadi dangkal, sudut bilik mata sempit, dan sering terjadi

glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan shadow test positif.

14
▪ Matur

Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi keruh seluruhnya dan visus menurun

drastic menjadi 1/300 atau hanya dapat melihat lambaian tangan dalam jarak 1

meter. Pada pemeriksaan didapatkan shadow test negatif

▪ Hipermatur

Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh dan lensa jadi turun dari

kapsulnya (Morgagni). Lensa terlihat keruh seluruhnya, visus sudah sangat

menurun hingga bisa mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi berupa uveitis dan

glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans, bilik mata depan dalam,

sudut bilik mata terbuka, serta shadow test positif palsu.

Perbedaan Stadium Katarak Senilis

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaucoma

15
3.2.5 Patofisiologi

Katarak terkait disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada kelainan

mata yang menyebabkan gangguan pandangan. Pathogenesis dari katarak terkait

usia multifactor dan belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi

peningkatan berat dan ketebalan serta menurunnya kemampuan akomodasi.

Sebagai lapisan baru serat kortical berbentuk konsentris, akibatnya nucleus dari

lensa mengalami penekanan dan pergeseran (nucleus sclerosis). Cristalisasi (protein

lensa) adalah perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein

menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba

mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya yang menyebar, penurunan

pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nucleus lensa juga menghasilkan

progressive pigmentasi.perubaha lain pada katarak terkait usia pada lensa termasuk

menggambarkan konsentrasi glutatin dan potassium dan meningkatnya konsentrasi

sodium dan calcium.11

3.2.6 Diagnosis

Anamnesis :

1. Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama

katarak)

2. Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah

3. Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :

- Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film

- Perubahan daya lihat warna

16
- Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar

sangat menyilaukan mata

- Lampu dan matahari sangat mengganggu

- Sering meminta resep ganti kacamata

- Penglihatan ganda (diplopia)

Pemeriksaan fisik :

1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan

2. Melihat lensa dengan penlight dan loop

Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata)

dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir

iris pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh

dan besar berarti kataraknya imatur, sedangkan bayangan dekat

dan kecil dengan pupil terjadi katarak matur.

3. Slit lamp

4. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)11

3.2.7 Penatalaksaan

Ada beberapa jenis operasi katarak yang dapat dilakukan, yaitu :

- ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)

Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat

dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus.

Pada tindakan ini tidak akan terjadi katarak sekunder.

17
- ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi

lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa

lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini

dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-

sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan

bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan

kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular

edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan

pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul

pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder.10

ECCE terdiri dari :

a. ECCE konvensional,

b. SICS (Small Incision Cataract Surgery),

c. fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification),

Fekoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan

getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan

kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm.

3.2.8 Komplikasi

a. Fakoanafilaktik uveitis. Katarak hipermatur boleh menyebabkan kebocoran

protein lensa ke dalam bilik anterior. Protein ini boleh bertindak sebagai

antigen dan induce reaksi antigen-antibodi yang seterusnya menyebabkan

uveitis.

18
b. Glaukoma ‘lens-induced’. Boleh terjadi disebabkan oleh mekanisme yang

berbeda.

c. Katarak imatur (lensa intumescent) → Glaukoma fakomorfik. Lensa

menerima cairan yang agak banyak selama perubahan kataraktous,

menyebabkan pertambahan ukuran. Ini mengganggu bilik anterior,

menimbulkan pupillary block dan sudut padat yang menyebabkan sudut

tertutup akut. Terapi adalah ekstraksi lensa bila tekanan intraokular sudah

terkendali secara medis.

d. Katarak hipermatur →Glaukoma fakolitik. Beberapa katarak yang telah

lanjut boleh menyebabkan kebocoran pada kapsul lensa anterior yang

membolehkan protein lensa yang mencair masuk ke bilik anterior. Ini akan

menimbulkan reaksi inflamasi di bilik anterior, trabekular meshwork udem

dan obstruksi protein lensa yang seterusnya menyebabkan kenaikan yang akut

pada tekanan intraokular. Ekstraksi lensa adalah terapi definitif setelah

tekanan intraokular sudah ditangani secara teratur dan terapi intensif steroid

topikal sudah menurunkankan inflamasi intraokular.

e. Subluksasi atau dislokasi lensa. Ini boleh terjadi disebabkan oleh degenerasi

zonules pada stadium hipermatur.9

3.3 Glaukoma

3.3.1 Definisi

Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan,

yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.16 Glaukoma

merupakan kumpulan dari suatu penyakit yang mempunyai karakteristik umum

berupa optik neuropati disertai dengan penurunan lapang pandang. Meskipun faktor

resiko utamanya adalah peningkatan tekanan intra okuli, ada atau tidaknya
19
peningkatan tekanan intra okuli ini tidak mempengaruhi definisi penyakit. 1

Glaukoma secara umum dibedakan menjadi glaukoma sudut terbuka dan

glaukoma sudut tertutup. Glaukoma primer sudut terbuka adalah penyakit optik

neuropati bersifat kronik dan progresif yang ditandai dengan atrofi dan penggaungan

papil saraf optik.7

3.3.2 Epidemiologi

Glaukoma adalah penyebab kebutaan yang terbanyak pada penduduk

Afrika Amerika. Penyebab kebutaan terbanyak kedua pada penduduk Amerika

yang berusia 18 sampai 65 tahun. Diperkirakan 130.000 penduduk Amerika

menderita kebutaan murni karena glaukoma. Diseluruh dunia 5,2 juta penduduk

menderita kebutaan karena glaukoma menurut WHO tahun 1995. Walaupun lebih

sering muncul pada usia tua, glaukoma dapat terjadi pada semua usia.

Dalam suatu penelitian didapatkan bahwa sekitar 2,25 juta penduduk

Amerika Serikat menderita glaukoma primer sudut terbuka dengan usia di atas 45

tahun, dan sekitar 84.000-116.000 telah mengalami kebutaan atau penurunan visus

20/200. Ada juga data yang menunjukkan glaukoma terjadi pada 1 dari 1000 orang

yang berusia di atas 40 tahun dengan angka kejadian yang bertambah sesuai usia.

Menurut WHO, secara global penduduk dunia yang mempunyai tekanan

intarokular lebih dari 21 mmHg yaitu sekitar 104,5 juta penduduk dan insiden

glaukoma primer sudut terbuka sekitar 2,4 juta penduduk. Perbandinganwanita dan

pria pada penyakit ini adalah 4:1 dan sering terjadi pada kedua mata.1,2

Di Indonesia glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua setelah katarak.

Glaukoma lebih sering terjadi pada umur di atas 40 tahun.

20
Beberapa faktor resiko lainnya untuk terjadi glaukoma antara lain 8 :

- Faktor genetik, riwayat glaukoma dalam keluarga (resiko meningkat3x)

- Penyakit hipertensi ( peningkatan resiko 80%)

- Penyakit diabetes ( resiko meningkat 2x)

- Kelainan refraksi berupa miopi dan hipermetropi yang ekstrim

- Cedera mata sebelumnya

- Penggunaan steroid jangka panjang ( resiko meningkat 3X)

- Tekanan bola mata yang tinggi >21 mmHg (resiko meningkat 5X)

3.3.3 Klasifikasi

Klasifikasi glaukoma berdasarkan etiologi 2 :

a. Glaukoma primer : glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan

kelainan yang merupakan penyebab glaukoma.

1. Glaukoma sudut terbuka : glaukoma sudut terbuka primer dan glaukoma

tekanan normal.

2. Glaukoma sudut tertutup

b. Glaukoma kongenital

1. Glaukoma kongenital primer

2. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain

3. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan ekstraokular

c. Glaukoma sekunder : glaukoma yang etiologinya diketahui yang terjadi sebagai

salah satu manifestasi penyakit mata lain.

21
1.Glaukoma pigmentasi

2. Sindrom eksfoliasi

3. Akibat kelainan lensa (fakogenik/fakolitik)

4. Akibat kelainan traktus uvea

5. Sindrom iridokorneo endotel (ICE)

6. Trauma

7. Pasca operasi

8. Glaukona neovaskular

9. Peningkatam tekanan vena episklera

10. Akibat steroid

d. Glaukoma absolut : Hasil akhir semua glaukoma yang tidak terkontrol yaitu

mata yang keras, tidak dapat melihat, dan sering nyeri.

Klasifikasi glaukoma berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraocular 2 :

a. Glaukoma sudut terbuka :

- Membran pratrabekular

- Kelainan trabekular

- Kelaian pasca trabekular

b. Glaukoma sudut tertutup

- Sumbatan pupil

- Pergeseran lensa ke anterior

22
- Pendesakan sudut

- Sinekia anterior perifer

3.3.4 Faktor Resiko

a. Patogenesis Ras : kelompok ras Kaukasoid, Alaska, dan Asia lebih

mempunyai kecenderungan untuk terserang glaukoma. Karena pada ras

tersebut pada umumnya mempunyai bilik anterior yang lebih dangkal.

b. Riwayat keluarga : adanya riwayat keluarga yang terserang glaukoma

meningkatkan resiko seseorang untuk terkena glaukoma

c. Usia : prevalensi glukoma sudut tertutup meningkat seiring dengan usia.

Glukoma sudut tertutup jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun.

d. Jenis kelamin : wanita lebih beresiko untuk terkena glaukoma daripada pria.

e. Kelainan refraksi : kelainan mata hipermetropi lebih beresiko untuk terserang

glaukoma daripada mata emetropi dan myopi. Hal ini disebabkan volume bola

mata pada hipermetropi pada umumnya lebih kecil.

3.3.5 Patofisiologi

Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris.

Padakeadaan fisiologis pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata.

Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal

Schlemm,sclera spur, garis Schwalbe dan jonjot iris. Dalam keadaan normal,

humor aqueus dihasilkan di bilik posterior oleh badan siliar, lalu melewati pupil

masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui trabekula

meshwork ke canalis schlemm.

Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah

gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut
23
kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke

sistem drainase (glaukoma sudut tertutup).

Pada glaukoma sudut terbuka kelainan terjadi pada jaringan trabekular,

sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intra okuler meningkat

karena adanya hambatan outflow humor akuos akibat kelainan pada jaringan

trabekular.

Pada glaukoma sudut tertutup, jaringan trabekular normal sedangkan

tekanan intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan

sudut bilik mata, sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau

jalinan trabekular. Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yan

sempit (tertutup).11

3.3.6 Diagnosis

1. Funduskopi.

Untuk melihat gambaran dan menilai keadaan bagian dalam bola mata

terutama saraf optik.

2. Tonometri.

Pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata, baik dengan alat kontak

menyentuh bola mata ) maupun non kontak.

3. Gonioskopi.

Adalah pemeriksaan untuk menilai keadaan sudut bilik mata, adakah

hambatan pengaliran humor aquos.

4. Perimetri.

Pemeriksaan lapang pandangan dengan komputer, untuk mendeteksi atau

24
menilai hilangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf penglihatan.

Pemeriksaan lengkap ini hanya dilakukan pada penderita yang dicurigai

menderita glaukoma saja.

3.3.7 Penatalaksaan

Terapi Medikamentosa

Tujuan farmakoterapi medikamentosa adalah untuk menurunkan morbiditas

dan untuk mencegah komplikasi. Ada dua mekanisme utama untuk menurunkan

tekanan mata: 1) Penurunan jumlah humor akuos yang masuk ke mata, yaitu

mengurangi produksi air, dan 2) meningkatkan jumlah pengeluaran air mata

dengan meningkatkan outflow. Beberapa obat menurunkan produksi humor akuos

sedangkan yang lain meningkatkan aruskeluar. Humor akuos mengalir keluar dari

mata menggunakan dua jalur: yang pertama sensitif terhadap tekanan bola mata

(jalur meshwork trabecular) dan yang kedua bekerja secara independen dari

tekanan mata (jalur uveoscleral).4

Dari semua pilihan yang tersedia, sebuah pendekatan awal masuk akal

adalah dengan memilih eyedrop yang akan dapat menurunkan tekanan mata

serendah dan relatif aman pada pasien. Pemilihan awal tergantung oleh

karakteristik pasien dan terkait kondisi medis. Pedoman pokok adalahuntuk

menghindari masalah efek samping dengan tetap menjaga kenyamanan dan

penggunaan sekali dalam sehari untuk memaksimalkan kepatuhan. Kemudian,

setiap pasien harus dipantau secara rutin untuk memastikan bahwa TIO

dipertahankan pada tingkat yang cukup rendah untuk mencegah perkembangan

glaucoma. Jika perlu menurunkan tekanan mata tambahan maka yang terbaik

adalah dengan menambahkan eyedrop dengan mekanisme aksi yang berbeda

dibandingkan dengan obat awal.4


25
Supresi Pembentukan Humour Aquous :

a. Beta Adrenergic Antagonis

Antagonis beta adrenergic ini bekerja dengan mengurangi produksi

humor akuos. Preparat yang tersedia atara lain adalah timolol maleat 0,25% dan

0,5%. Betaxolol 0,25% dan 0,5%, dan lain -lain. Kontraindikasi utama

penggunaan obat - obat ini adalah penyakit obstruksi jalan napas kronik,

terutama asma, dan defek hantaran jantung. Betaxolol dengan selektivitas

relative tinggi terhadap receptor β1 lebih jarang menimbulkan efek samping

respiratorik, tetapi obat ini juga kurang efektif dalam menurunkan TIO.

Depresi, kebingungan, fatigue dapat timbul pada pemakaian obat penyekat beta

topical. Frekuensi timbulnya efek sistemik dan tersedianya obat – obat lain

telahmenurunkan popularitas obat penyekat adrenergic beta.2

Lebih dari dua puluh tahun, beta-blocker masih menjadi pilihan terapi

glaukoma paling populer, dan jauh melampaui apa pun obat lain sebagai pilihan

terapi pertama dalam glaukoma sudut terbuka. Meskipun beta bloker telah

terbukti sangat efektif dan aman bila digunakan sebagai obat tetes mata, ada efek

samping jangka panjang beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dalam efek

samping umumnya lebih terkait dengan non selektif beta blockers dibandingkan

dengan beta bloker selektif. Namun, menurunkan tekanan dengan non selektif

beta blockers mempengaruhi lebih bagus daripada selektif beta blockers. Non

selektif beta bloker menurunkan tekanan mata sebesar 4- 6 mm Hg (20-35%),

dan selektif beta bloker menurunkan tekanan mataoleh 3-4 mm Hg (15 -25).3

Salah satu mekanisme non selektif beta bloker adalah efek antagonis

saluran kalsium. Penggunaan selektif beta bloker telah dilaporkan memiliki efek

yang lebih baik di bidang pelestarian visual daripada non selektif beta bloker.
26
Hal ini berkaitan dengan efek neuroprotektan pada non selektif beta bloker.3

Beta bloker dapat menyebabkan bronkospasme dan dengan demikian

dapat memperburuk asma dan penyakit paru obstruktif kronis(PPOK). Mungkin

bermanfaat untuk menghindari beta bloker pada pasien yang merokok dan pada

pasien dengan riwayat gangguan bronchospastic (beta blocker selektif masih

dapat digunakan). Beta bloker harus digunakan dengan hati-hati pada penderita

diabetes karena mereka mungkin masking effect hipoglikemia, bradycardia

merupakan efek samping potensial. Karena kontraktilitas miokard berkurang,

agen ini dapat memperburuk gagal jantung kongestif. Agen ini harus digunakan

dengan hati-hati dalam setiap pasien dengan penyakit jantung. Baru-baru ini

laporan menunjukkan bahwa beta-blocking agen berhubungan dengan hipotensi

malam hari, yang dapat menjadi faktor risiko perkembangan kerusakan saraf

optik glaucomatous. Setelah penggunaan jangka panjang, depresi, perubahan

mood, kehilangan memori, halusinasi, penurunan libido, dan impotensi semua

bisa terjadi. Sebuah cara yang mudah dan efektif untuk mengurangi efek

samping sistemik timoptic adalah melakukan oklusi nasolacrimal setelah

aplikasitopical. 3

a. Carbonic Anhydrase Inhibitor

Carbonic anhydrase adalah enzim yang dapat ditemukan di berbagai

jaringan tubuh termasuk mata. Katalisa suatu reaksi reversibel dimana karbon

dioksida menjadi terhidrasi dan carbonic acid menjadi dehidrasi. Dengan

memperlambat ion bikarbonat dengan menurunkan sodium dan transport cairan,

hal ini dapat menghambat carbonic anhydrase pada proses siliaris di mata.

Efeknya adalah menurunnya sekresi humor akuos dan menurunkan TIO.4

Obat ini menurunkan tekanan intraokular dengan mengurangi

27
pembentukanhumor akuos. Meskipun sedikit kurang efektif dari pada beta-

blocker, agen ini biasanya ditoleransi dengan baik. Jika digunakan sebagai

monoterapi, obat ini memerlukan dosis tiga kali sehari, tapi dua kali sehari

dosis biasanya efektif ketika digunakan sebagai pengobatantambahan. Ini

adalah obat sulfa jadi pasien yang alergi terhadap sulfonamides tidak boleh

menggunakan. Efek samping serious jarang terjadi, tetapi batu ginjal,

dekompensasi kornea, hypotony, dan detasemen choroidal telah dilaporkan

pada pasien dengan menggunakan inhibitor karbonat anhydrase topikal. 3

Acetazolamide

Dapat menghambat enzim carbonic anhydrase menurunkan jumlah

formasi pembentukan humor akuos yang dapat menurunkan TIO. Dosis pada

dewasa adalah 250 – 500 mg iv / im yang diulang setiap 2 – 4 jam sampai

maksimal 1 gram / hari. Dosis pada anak adalah 8 – 30 mg / kgBB / hari iv / im

dan terbagi dalam 3 dosis yang diberikan setiap 8 jam.2

Efek samping dari penggunaan obat ini adaah munculnya reaksi

hipersensitivitas, gangguan hari, gangguan ginjal yang berat, insufisiensi

adrenokortikalm dan obstruksi paru.2

2. Fasilitasi Aliran Keluar Aquous Humour

a. Prostaglandin Analog

Prostaglandin analog merupakan obat-obat lini pertama atau tambahan

yang efektif. Semua prostaglandin analog dapat menimbulkan hiperemia

konjungtiva, hiperpigmentasi kulit preorbita, pertumbuhan bulu mata, dan

penggelapan iris yang permanen.2

Prostaglandin analog ini seperti obat tekanan intraokuler lebih rendah

dengan meningkatkan aliran air uveoscleral humor. Obat ini sangat efektif
28
dalam mengurangi tekanan mata dan memiliki keunggulan hanya

membutuhkan penggunaan sekali dalam sehari. Analog prostaglandin lebih

rendah TIO hingga 50% dan 6-8 mm Hg rata-rata. Analog prostaglandin ini

tampaknya lebih efektif dalam mata dengan iris berwarna gelap.3

Penggunaan prostaglandin analog telah dilaporkan berhubungan dengan

eksaserbasi uveitis dan edema makula cystoid. Diperhatikan beberapa

kemampuan agen ini menyebabkan perubahan warna irispermanen. Biru atau

hijau iris warna dapat menjadi kecoklatan. Para agen juga harus dihindari pada

wanita hamil karena potensi prostaglandin untuk menginduksi persalinan.3

b. Obat Parasimpatomimetik

Obat ini meningkatkan aliran keluar humor akuos dengan bekerja pada

trabekular meshwork melalui kontraksi otot siliaris. Pilocarpine jarang

digunakan sejak ditemukannya analog prostaglandin,tapi dapat bermanfaat pada

sejumlah pasien. Obat-obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai

penglihatan suram, terutama pada pasien katarak, dan spasme akomodatif yang

mungkin menganggu pada pasien usia muda. Ablasio retina merupakan

tindakan yang jarang tapi serius.2

Epinephrine

Dapat meningkatkan aliran keluar aqueous humor dan sedikit banyak

disertai penurunan pembentukan aqueous humor. Terdapat sejumlah efek

samping ocular eksternal termasuk reflex vasodilatasi konjungtiva, endapan

adrenokrom, konjungtivitis folikularm dan reaksialergi.2

3. Penurunan Volume Vitreus

a. Obat-obat Hiperosmotik

Mengubah darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluardari vitreus


29
danmenyebabkan penciutan vitreus. Selain itu juga terjadi penurunan produksi

humor akuos. Penurunan volume vitreus bermanfaat dalam pengobatan glaukoma

sudut tertutup akut dan glaucoma maligna yang menyebabkan pergeseran lensa

kristalina ke anterior (disebabkan oleh perubahan volume vitreus atau koroid) dan

menimbulkan peutupan sudut.2

Glycerin (glycerol) oral 1 ml/kgBB dalam suatu larutan 50% dingin

dicampur dengan jus lemon adalah obat yang paling sering digunakan, tapi harus

hati- hati bila digunakan pada pengidap diabetes. Pilihan lain adalah isosorbide

oral dan urea intravena atau manitol intravena.2

Terapi Bedah

1. Trabekuloplasti jika TIO tetap tidak bisa terkontrol dengan pengobatan

medikamentosa yang maksimal.

2. Iridectomy ataupun Trabekulotomi (bedah drainase) jika trabekuloplasti gagal,

atau kontraindikasi dengan trabekuloplasti atau diperlukan TIO yang lebih

rendah lagi. Dapat juga dilakukan cryotherapi (altrnatif terakhir) pada mata yang

prognosanya sudah sangat jelek.

30
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien Tn.S datang ke Poliklinik Mata RS Umum Daerah Jendral Ahmad

Yani Kota Metro pada tanggal 20 Februari 2023 dengan keluhan pandangan kabur

pada mata kanan seperti tertutup kabut. Pandangan kabur terjadi perlahan dan semakin

lama semakin memberat. Pasien juga mengeluh mata berair dan terkadang terasa gatal.

Pasien mengatakan keluhan timbul sejak 6 bulan lalu.

Pasien memiliki riwayat operasi katarak pada kedua matanya 3 tahun yang

lalu. Setelah operasi selesai dilakukan, pasien dapat melihat dengan baik. Namun sejak

6 bulan yang lalu, pasien mulai merasakan pada mata kanan pandangannya menjadi

kabur. Sedangkan mata kiri pasien tidak ada keluhan. Pasien juga mengaku rutin

kontrol ke dokter spesialis mata.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, compos

mentis. Pada pemeriksaan oftalmologi visus mata kanan 1/300 dan kiri 6/12, TIO

kanan 40 mmHg dan kiri 30 mmHg, segmen anterior hiperemis dan injeksi

kongjungtiva pada mata kanan dan kiri, kornea edem(+), COA dangkal.

Penatalaksaan diberikan Timolol 0,5 % ED 1 tetes /12 jam OD, LFX ED 1

tetes / 4 jam OD, C Lyteers 1 tetes / 4 jam OD, Posop ED 1 tetes / 6 jam OD, Glauseta

3x250 mg.mmHg.

31
BAB V

KESIMPULAN

Pseudofakia adalah Lensa yang ditanam pada mata (lensa intra okuler) yang

diletakkan tepat ditempat lensa yang keruh dan sudah dikeluarkan.. Lensa intraokular

ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup.

Pemasangan intra ocular lens (IOL) atau lensa tanam merupakan alternatif terbaik untuk

mengembalikan penglihatan setelah operasi katarak.

Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan kejernihan pada

lensa yang menyebabkan kelemahan atau penurunan penglihatan. Katarak merupakan

kekeruhan yang terjadi pada lensa. Komplikasi dari pembedahan katarak salah satunya

glaukoma.

Glaukoma merupakan kumpulan dari suatu penyakit yang mempunyai

karakteristik umum berupa optik neuropati disertai dengan penurunan lapang pandang.

Meskipun faktor resiko utamanya adalah peningkatan tekanan intra okul

32
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Opthalmology. Glaucoma, Basic and Clinical Sciences Course,

Section 10, 2011 – 2012. Hal : 33-42,108-110

2. Salmon JP. 2012. Glaukoma. In: Eva PR, Whitcher JP. 2012. Vaughan & Asbury

Oftalmologi Umum. EGC: Jakarta.

3. Wagner, P. Lang, G.K. 2010. Chapter 10 Glaucoma. In: Lang,G.K. Opthalmology A

Short Textbook. New York: Thieme.

4. Lang, G.K. 2010. Chapter 7 Lens. In: Lang,G.K. Opthalmology A Short

Textbook.New York: Thieme.

5. Yi, K. 2017. Phacolytic Glaucoma. Available from꞉

http://emedicine.medscape.com/article/1204814-overview#showall DiaksesOktober

2019.

6. Nurfifi A. 2018. RS Mata YAP. Diagnosis dan Penanganan Glaukoma. Online,

http://www.rsmyap.com diakses Oktober 2019.

7. Bell Jerald A. 2014. Primary Open-Angle Glaucoma. Online,

http://emedicine.medscape.com/article/1206147-overview diakses pada Oktober2019

8. Harpreet G. 2016. Glaucoma, Phacomorphic.

http://www.emedicine.medscape.com diakses Oktober 2019

9. Practical Opthalmology 7th Edition. American academy of Opthalmology. San

Fransisco: 2009

10. Ilyas Shidarta Prof,Dr. Ilmu Penyakit Mata. 2003. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

11. Wijana Nana Dr,SD. Ilmu Penyakit Mata. 1993. Jakarta : Tegal Abadi

33
12. Pseudophakia diunduh dari http/www.rightdiagnosis.com/p/seudophakia/intro.htm,

pada November 1, 2012

13. Sihota R, Tandon R. Parson’s Disease of the Eye. 22 ed. New Delhi: Elsevier;

2015.

14. Khurana A, Khurana B. Comprehensive Ophthalmology. 6 ed. New Delhi:Jaypee

Brother Medical Publishers; 2015.

15. Yanoff M, Duker J. Ophthalmology. 4 ed. Philadelphia: Elsevier Saunders;2014.

16. Riordan-Eva P, Augsburger J. Vaughan and Asbury’s General Ophthalmology.19 ed.

New York: McGraw Hill Education; 2018.

17. Gault J, Vander J. Ophtalmology Secrets in Color. 4 ed. Philadelphia: Elsevier;2016.

18. Dutta LC, Dutta N. Modern Ophthalmology. 3 ed. Vol. 3. New Delhi: JaypeeBrother

Medical Publishers; 2005.

19. Findl O. Intraocular Lens Materials and Design. Dalam: Basic Cataract

SurgeryCourse Introduction. 1 ed. California: American Society of Cataract

andRefractive Surgery; 2016. hlm. 95-108.

20. Kaiser P. The Massachusetts Eye and Ear Infirmary Illustrated Manual of

Ophthalmology. 4 ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2014.

34

Anda mungkin juga menyukai