Anda di halaman 1dari 43

Laporan Kasus

KERATITIS

Oleh :

Alfazzra Firzana Risala, S.Ked 712022091


Mareta Aulia, S.Ked 712022065
Uqbah Abdul Salam. S.Ked 712022039

Pembimbing :
dr. H. Ibrahim, Sp. M

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul :
Keratitis

Disusun Oleh :
Alfazzra Firzana Risala, S.Ked 712022091
Mareta Aulia, S.Ked 712022065
Uqbah Abdul Salam, S.Ked 712022039

Telah dilaksanakan pada bulan Juni 2023 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang, Fakultas Kedokteran Univeristas Muhammadiyah
Palembang

Palembang, Juni 2023


Pembimbing

dr. H. Ibrahim, Sp. M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan kasus yang berjudul
“Keratitis” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
di bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari,
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam
selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. dr. H. Ibrahim, Sp. M selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari
yang telah memberikan masukan, arahan, serta bimbingan selama
penyusunan laporan kasus ini.
2. Orang tua dan saudara tercinta yang telah banyak membantu dengan doa
yang tulus dan memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan-rekan sejawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.

Palembang, Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................................................

1.1. Latar Belakang................................................................................................................


1.2. Tujuan.............................................................................................................................
1.3. Manfaat...........................................................................................................................
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................

2.1. Anatomi Dan Fisiologi Mata..........................................................................................


2.2. Anatomi Kornea..............................................................................................................
2.3. Definisi............................................................................................................................
2.4. Epidimiologi...................................................................................................................
2.5. Faktor Risiko...................................................................................................................
2.6. Klasifikasi.......................................................................................................................
2.7. Manifestasi Klinis.........................................................................................................
2.8. Diagnosis.......................................................................................................................
2.9. Tatalaksana...................................................................................................................
2.10 Komplikasi....................................................................................................................

2.11 Prognosis.......................................................................................................................

BAB III : LAPORAN KASUS.....................................................................................................................

BAB IV : ANALISA KASUS......................................................................................................................

BAB V : KESIMPULAN.............................................................................................................................

KESIMPULAN...............................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1
1 Latar Belakang

Mata merupakan salah satu organ tubuh manusia yang diciptakan


Tuhan yang merupakan organ vital yang memiliki nilai dan fungsi yang
sangat penting sebagain indra pengelihatan. Mata berbentuk seperti bola,
kecuali bagian yang lebih cembung dan berada didepan mata yaitu tempat
masuknya cahaya. Mata terdiri dari tiga lapisan dinding mata yaitu, lapisan
fibrosa (kornea dan sklera), lapisan vaskulosa (iris, corpus ciliaris, dan
koroid), dan lapisan nervosa yaitu retina. Sedangkan bola mata diisi oleh
struktur lain seperti lensa sebagai media refraksi, aqueous humor, dan
vitreous humor.1

Kornea merupakan suatu struktur transparan dari mata yang


memiliki peran utama dalam proses media refraksi. Kornea terdiri dari
beberapa lapisan, yaitu epitel, lapisan Bowman, stroma, membran
descemet, dan endotel. Inflamasi pada masing-masing lapisan kornea yang
berbeda menghasilkan gejala yang berbeda.2

Keratitis merupakan inflamasi pada kornea. Keratitis


diklasifikasikan berdasarkan etiologinya sebagai keratitis noninfeksi dan
infeksi. Keratitis infeksi terjadi karena infeksi bakteri, virus, fungal, dan
protozoa. Gambaran klinik masing-masing keratitis berbeda-beda
tergantung dari jenis penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi di
kornea, jika keratitis tidak ditangani dengan benar maka penyakit ini akan
berkembang menjadi suatu ulkus yang dapat merusak kornea secara
permanen sehingga akan menyebabkan gangguan penglihatan bahkan
dapat sampai menyebabkan kebutaan sehingga pengobatan keratitis
haruslah cepat dan tepat agar tidak menimbulkan komplikasi yang
merugikan di masa yang akan datang.2

2
2 Tujuan

Adapun tujuan referat ini sebagai berikut :

1. Diharapkan dokter muda dapat memahami tentang keratitis.

2. Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan pemahaman


yang didapatkan mengenai keratitis selama menjadi
kepanitraan klinik dan seterusnya.

3 Manfaat

1.3.1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penulisan laporan kasus ini dapat menjadi


sumber ilmu pengetahuan dan sebagai tambahan referensi dalam
bidang ilmu penyakit mata mengenai keratitis.

1.3.2. Manfaat Praktis

Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan ilmu yang


diperoleh dari laporan ini dalam kegiatan kepanitraan klinik senior
dan diterapkan dikemudian hari dalam praktik klinik.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4 Anatomi Dan Fisiologi Mata

Mata terdiri dari 3 lapisan yaitu, tunica fibrosa, tunica vasculosa,


dan tunica nervosa.

1. Tunica fibrosa :

a. Kornea

b. Sklera

2. Tunica vasculosa

a. Choroidea

4
b. Corpus siliaris

c. Iris

3. Tunica nervosa

a. Retina

Gambar 1.

Anatomi Mata

Fisiologi mata yaitu cahaya masuk melalui kornea diteruskan ke


pupil lalu pupil mengatur intensitas cahaya dan yang mengatur perubahan
pupil ialah iris, setelah itu cahaya masuk ke lensa, sehingga apabila telah
masuk ke lensa ia langsung memfokuskan bayangan agar jatuh tepat di
retina, lalu cahaya meneruskan sinyal cahaya melalui saraf optic.3

5
5 Anatomi Kornea

Kornea merupakan struktur mata yang transparan dan avaskular.


Kornea memiliki peran penting dalam proses refraksi karena berperan
dalam memberikan kekuatan refraksi sebanyak 43 diopter, selain itu
kornea memiliki indeks refraksi 1,376. Ukuran kornea secara horizontal
adalah 11-12 milimeter, sedangkan ukuran vertikal kornea adalah 10-11
milimeter. Kornea memiliki bentuk sferis pada bagian 1/3 tengah dengan
diameter sekitar 4 milimeter. Ketebalan kornea pada bagian tengah lebih
tipis dibandingkan bagian perifer, dimana ketebalan kornea di tengah
adalah 0,5 milimeter, sedangkan di perifer adalah 1 milimeter.4

Kornea terdiri dari beberapa lapisan, yaitu epitel, lapisan Bowman,


stroma, membran Descemet, dan endotel. Lapisan epitel merupakan
lapisan yang terletak di permukaan anterior dari kornea, terdiri dari sel
basal kolumnar skuamosa stratifikasi yang membentuk 5-10% dari
ketebalan kornea. Lapisan Bowman merupakan lapisan yang berada di
bawah basal lamina dari epitel, yang merupakan lapisan yang terdiri dari
kolagen fibril. Stroma merupakan lapisan ketiga dari kornea yang
membentuk kira-kira 90% dari ketebalan kornea, lapisan ini terdiri dari
keratosit yang menghasilkan kolagen, ground substance, dan lamela
kolagen. Membran Descemet merupakan true basement membrane yang
memiliki ketebalan 2-4 flm saat lahir dan 10-12 flm saat dewasa, membran
ini kaya akan kolagen tipe IV. Lapisan terdalam dari kornea adalah endotel
yang terdiri dari selapis sel heksagonal yang berasal dari neural crest, yang
dapat terlihat.4

6
Gambar 2.

Lapisan kornea

6 Definisi
Keratitis adalah peradangan pada salah satu dari kelima lapisan kornea
akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan
kornea menjadi keruh. Akibat terjadinya kekeruhan pada media kornea ini,
maka tajam penglihatan akan menurun. Mata merah pada keratitis terjadi
akibat injeksi pembuluh darah perikorneal yang dalam atau injeksi siliar.5

7
7 Epidimiologi

Insidensi tahunan dari keratitis di negara maju telah meningkat


karenaangka penggunaan lensa kontak yang tinggi yaitu 2 sampai 11 per
100.000 orangper tahun. Di Amerika Serikat frekuensi keratitis sebesar
5% diantara seluruh kasus kelainan mata.4 Insidensi dari keratitis di
negara berkembang lebih tinggi dibandingkan di negara maju berkisar
antara 5,9-20,7 per 100.000 orang tiap tahun. Di Indonesia Insidensi
keratitis dan ulkus kornea pada tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000
penduduk di Indonesia, perbandingan laki-laki dan perempuan tidak begitu
bermakna pada angka kejadian keratitis.5

8 Faktor Risiko

Keratitis dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti infeksi,


mata yang kering, alergi, konjungtivitis kronis dan penggunaan lensa
kontak yang berlebihan dan kurang baik. Beberapa faktor resiko dapat
mendasari terjadinya keratitis salah satunya adalah pekerjaan. Pekerjaan
diluar maupun didalam ruangan dapat mendasari terjadinya keratitis
namun para pekerja yang berhubungan langsung dengan dunia luar lebih
berisiko mengalami keratitis, hal ini disebabkan karena lebih rentan
mengalami kecelakaan kerja. Kemudian orang yang bekerja di daerah
perkebunan atau pertanian memiliki resiko lebih besar terkena keratitis
jamur, hal ini disebabkan karena jamur banyak terdapat di tanah dan
tumbuh-tumbuhan. Paparan dengan sinar Ultraviolet yang berlebihan juga
dapat menyebabkan mata menjadi kering sehingga meningkatkan
terjadinnya iritasi dan infeksi pada kornea.5

8
9 Klasifikasi

Berdasarkan etiologi penyebab inflamasi kornea, keratitis


diklasifikasikan sebagai keratitis noninfeksi dan keratitis infeksi. Keratitis
noninfeksi dapat terjadi karena adanya gangguan pada film air mata,
inflamasi dan abnormalitas kelopak mata, trauma fisik dan kimia, alergi,
pengguan lensa kontak, neuropati fasialis. Etiologi keratitis infeksi ada
berbagai macam, yaitu bakteri, virus, fungal, dan parasit, keratitis jenis ini
merupakan jenis paling sering sering ditemukan dan dapat menyebabkan
gangguan penglihatan yang lebih buruk dibandingkan dengan jenis
lainnya.6

9
Infeksi Peradangan
Keratitis Keratitis Nekrotikans
Keratitis Bakterial Keratitis Acanthamoeba Keratitis Viral Jamur
Perifer
Etiologi Streptokokus, Acanthamoeba Herpes Simpleks Tipe Herpes Zoster Aspergillus spp, Vaskulitis sistemik
Stafilokokus, 1 dan 2 Oftalmikus Candida spp, (arthritis rheumatoid,
Pseudomonas Fusarium spp, lupus eritematosus
Penicillium spp sistemik, atau
granulomatosis
wagener)
Faktor · Penggunaan lensa • Higiene lensa • Trauma ocular (di
Risiko · kontak kontak yang buruk lingkungan lur
· Trauma (terutama jika rumah dan
membersihkan melibatkan
· Riwayat operasi lensa kontak tumbuhan)
kornea Kelainan dengan air keran) • Penggunaan lensa
permukaan bola • Pemakaian lensa kontak
mata kontak lunak • Penggunaan
Penyakit sistemik setiap hari kortikosteroid
Imunosupresi • Konjungtivitis
vernal atau alergika
• Bedah refraktif
insisional
• Ulkus kornea
neutrofik akibat

10
virus herpes
• Keratoplasti
• Penyakit
imunosupresi
Tanda · Kekeruhan kornea ▪ Nyeri hebat ▪ Sensibilitas • Supurasi
secara cepat, dan kornea • Injeksi konjungtiva
mencair kurang dari berkurang • Defek epitel
24 jam. • Infiltrasi stroma
• Reaksi radang di
bilik mata depan
atau hipopion

11
10

12
Berdasarkan topografi/morfologi keratitis terbagi menjadi :

A. Ulcerative keratitis (ulkus kornea)


Ulcerative keratitis (ulkus kornea) adalah hilangnya sebagian permukaan
kornea akibat kematian jaringan kornea yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif
disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi
dari epitel sampai stroma. Biasanya ditandai dengan tanda injeksi siliar yang nyata,
injeksi konjungtival berwarna merah tua, ada area berbentuk cakram abu-abu di tengah
kornea, fotofobia, blefarospasme yang nyeri dan penglihatan kabur.
Berdasarkan lokasi :
1. Ulkus kornea sentral

2. Ulkus kornea perifer/marginal

Berdaarkan tingkat kedalaman :


1. Ulkus kornea superfisial

2. Ulkus kornea profunda

3. Ulkus kornea dengan perforasi yang segera terjadi

4. Ulkus kornea dengan perforasi

Berdasarkan keberadaan hipopion :


1. Ulkus kornea simpel (tanpa hipopion)

2. Ulkus kornea dengan hipopion

13
B. Non-ulcerative keratitis

1. Keratitis superfisial

 Keratitis epitelial

Keratitis pungtata superfisial adalah keratitis dengan infiltrat


halus pada kornea. Biasanya gejala yang timbul adalah mata terasa pedih,
berair dan sensasi kelilipan

 Keratitis subepitelial

 Keratitis numularis

Bentuk keratitis dengan ditemukannya infiltrat yang


bundar berkelompok dan di tepinya berbatas tegas sehingga
memberikan gambaran halo.

 Keratitis disformis

Keratitis yang membentuk kekeruhan infiltrat yang bulat


dan lonjong di dalam jaringan kornea. Keratitis disiformis
merupakan reaksi alergi atau imunologik terhadap infeksi virus
herpes simpleks pada permukaan kornea. Keratitis ini
menimbulkan gejala mata merah, fotofobia, tajam penglihatan
menurun jika infiltrat berada pada tengah kornea, mata berair dan
rasa mengganjal di mata. Pada mata ditemukan adanya injeksi
siliar dan infiltrat pada stroma kornea.

2. Keratitis profunda
Keratitis interstisial adalah suatu reaksi imunologik terhadap treponema
palidum karena kuman ini tidak dijumpai di kornea pada fase akut. Keratitis
asalah suatu peradangan kornea bagian dalam yang (paling) sering disebabkan
oleh sifilis congenital. Gejala yang timbul antara lain nyeri, fotofobia,

14
blefarospasme, injeksi gabungan (konjungtiva dan siliar) dan tajam penglihatan
menurun.7

15
11 Manifestasi Klinis

1. Nyeri, karena kornea memiliki banyak serabut saraf nyeri. Diperberat dengan
pergerakan kelopak mata. Nyeri tidak didapatkan ada herpetic keratitis, karena penyakit
menyerang saraf.

2. Penurunan penglihatan (khususnya jika lokasi lesi pada bagian sentral/aksis visual).

3. Fotofobia, karena nyeri dan kontraksi iris yang inflamasi.

4. Bleafarospasme.

5. Epifora.8

12 Diagnosis

Selain dari anamnesis, pada keratitis infektif maupun ulkus kornea, dapat
dilakukan dengan kerokan dan biakan yang dapat memperlihatkan mikroorgnaisme
penyebab seperti bakteri, virus, maupun jamur. Biasanya juga akan terlihat adanya
infiltrat kornea yang letaknya di tengah-tengah kornea. Uji flouresensi pada keratitis
dapat memperlihatkan bentuk lesi yang terjadi. Bentukan lesi dapat menentukan jenis
maupun etiologi keratitis tersebut. Seperti adanya lesi dendritik terjadi pada keratitis
viral yang disebabkan oleh infeksi HSV. Pada keratitis pungtata superfisial terjadi
kekeruhan epitel yang meninggi berbentuk lonjong dan jelas yang menampakkan bintik-
bintik, terutama di daerah pupil.7

13 Tatalaksana

1. Terapi Medikamentosa

a. Pengobatan berdasarkan etiologi


16
 Infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik spektrum luas untuk tahap
pertama sambil menunggu hasil kultur bakteri. Setelah hasil kultur
diterima, dapat diberikan antibiotik sesuai organisme penyebabnya.
Infeksi bakteri gram positif dapat diberikan cefazolin, vancomysin.
Sedangkan bakteri gram negatif dapat diberikan tobramycin,
ceftazimidine, atau flouroquinolone.

 Pada infeksi virus seperti infeksi HSV dapat diberikan antiviral IDU
(idoxurudine) analog pirimidin dan asiklovir salep atau asiklovir oral
untuk infeksi yang berat.

 Pada infeksi fungal dapat diberikan golongan imidazole pada infeksi


fungal yang belum diketahui jenis fungalnya. Untuk semua kasus keratitis
fungal flamentous dapat diberikan natamycin 5%, untuk keratitis fungal
yeast dan keratitis filamentous karena asprgillus dapat diberikan
amphotericin B topikal (0,15-0,30%).

b. Pengobatan simptomatik

Pemberian atropin atau midriatika berfungsi untuk


mengistirahatkan mata dan mengurangi rasa sakit. Selain itu juga dapat
diberikan tetes mata dekongestan, zink sulfat, metil selulosa, polivinil
alkohol atau kortikosteroid.7

2. Tindakan bedah

Keratoplasti mungkin diperlukan pada penyakit yang telah lanjut untuk


menghentikan berlanjutnya infeksi atau setelah resolusi dan terbentuknya parut
untuk memulihkan penglihatan. Jika organisme ini sampai ke sklera, terapi obat
dan bedah tidak berguna.7

17
14 Komplikasi

Invasi dari mikroorganisme ke kornea akan memicu infiltrasi dari mediator


inflamasi seperti PMN dan limfosit dan menghasilkan nekrosis jaringan yang apabila
melibatkan lapisan stroma akan terbentuk ulserasi dan akan terdapat edema pada kornea
yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada penderita. Jika peradangan sudah sampai
lapisan stroma ke bawah, komplikasi yang timbul akan lebih besar dan meninggalkan
sikatriks atau jaringan parut pada lapisan kornea hingga dapat menyebabkan kebutaan.7

15 Prognosis

Prognosis pada penderita keratitis cenderung baik, apabila penegakkan diagnosis


dan tatalaksan sudah tepat.7

BAB III
LAPORAN KASUS

ANAMNESIS Nama : An. S Ruang : -


Umur : 7 Tahun Kelas : -

18
Nama Lengkap : An. S
Tempat dan Tanggal Lahir : Palembang
Umur : 7 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswa

Alamat : Palembang
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD

Dokter yang Merawat :


Dokter Muda :

19
Tanggal Pemeriksaan : 23 Juni 2023

Keluhan Utama : Mata merah, berair dan gatal sejak 3 bulan yang lalu

Keluhan Tambahan : banyak secret terutama pagi hari

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik mata RSMP dengan keluhan mata kanan dan kiri
merah sejak ± 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh mata terasa gatal dan berair.
Pasien mengaku saat bangun tidur terdapat kotoran mata yang cukup banyak hingga
sulit membuka mata. Tidak ada keluhan pandangan mata kabur dan keluhan lain yang
mengganggu aktivitasnya. Keluarga dan orang sekitar pasien tidak ada yang
mengalami hal yang sama. Pasien mengaku melakukan aktivitas berenang sebelum
terjadinya keluhan mata merah terssebut.

Keluhan nyeri pada mata, mata terasa mengganjal, nyeri kepala, mual
muntah disangkal. Keluhan lain seperti demam, batuk, pilek, penglihatan ganda
disangkal oleh pasien. Riwayat darah tinggi, kencing manis, dan jantung pada
penderita dan keluarga disangkal. Riwayat konsumsi alkohol dan rokok disangkal.

20
2. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat Asma (+)

- Riwayat pelebaran jantung (-)

- Riwayat keluhan serupa disangkal

- Riwayat operasi mata kanan (-)

- Riwayat trauma pada mata disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada
24
Nama : An. S Ruang : -

PEMERIKSAAN FISIK
Umur : 7 th Kelas : -

Status Generali s
Keadaan Umum : BAIK
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 85x/ menit


- Laju Napas : 20 x/ menit
- Suhu : 36,5 0C

Status Oftalmologis

OD OS

Refleks cahaya (+) Refleks cahaya (+)


No. Pemeriksaan
Pupil bulat OD Pupil bulat OS
1. Visus 20/25 20/25
25
2. Tekanan Intra Okuler Dalam batas normal Dalam batas normal
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata

Atas Baik Baik


Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5 Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6 Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7 Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Sekret (-) (-)
Epikantus (-) (-)
8 Konjungtiva Tarsalis Inferior
26
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (+) (+)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9 Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi siliar (+) (+)
Injeksi episklera (-) (-)
27
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Edema (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (-)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (-)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Besar ± 3 mm ± 3 mm
Regularitas Reguler Reguler
28
Isokoria Isokor Isokor
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- bentuk Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang:
29
RINGKASAN ANAMNESIS DAN Nama : An. S Ruang : -
PEMERIKSAAN JASMANI Umur : 7 tahun Kelas : -
Pasien datang ke poliklinik mata RSMP dengan keluhan mata kanan dan kiri
merah sejak ± 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh mata terasa gatal dan berair.
Pasien mengaku saat bangun tidur terdapat kotoran mata yang cukup banyak hingga
sulit membuka mata. Tidak ada keluhan pandangan mata kabur dan keluhan lain yang
mengganggu aktivitasnya. Keluarga dan orang sekitar pasien tidak ada yang
mengalami hal yang sama. Pasien mengaku melakukan aktivitas berenang sebelum
terjadinya keluhan mata merah terssebut.

Keluhan nyeri pada mata, mata terasa mengganjal, nyeri kepala, mual
muntah disangkal. Keluhan lain seperti demam, batuk, pilek, penglihatan ganda
disangkal oleh pasien. Riwayat darah tinggi, kencing manis, dan jantung pada
penderita dan keluarga disangkal. Riwayat konsumsi alkohol dan rokok disangkal. .

Keadaan umum tampak sakit ringan. Didapatkan vital sign suhu: 36,7 oC,
tekanan darah: 120/80 mmHg, frek. nadi: 80x/menit dan frek. nafas: 20 x/menit. Mata
kanan dan kiri visus 20/25, palpebra superior dan inferior edema (-), supersilia dan silia
dalam batas normal, bulbus oculi strabismus (-), gerak bola mata ke segala arah, injeksi
konjungtiva (-), secret (+) hiperemis (+), sikatrik (-), siliar injeksi (+), kornea jernih,
camera oculi anterior kedalaman dalam, iris kripta baik, pupil bulat, regular, sentral,
diameter 3 mm, refleks cahaya (+),lensa jernih, fundus refleks tidak diperiksa dan kanan
dalam batas normal.

Daftar Masalah:

1. Mata kanan dan kiri merah, berair dan gatal sejak 3 tahun lalu
2. Visus 20/25 ODS, Injeksi siliar +, hiperemis konjungjungtiva tarsal inferior,
sekret (+)
3. Riwayat post berenang

Kemungkinan Penyebab Masalah :


30
Nama : An. S Ruang : -
Umur : 7 tahun Kelas : -
RENCANA PENGELOLAAN

Non Medikamentosa

a. Menjelaskan bahwa mata merah, gatal dan berair disebabkan oleh


infeksi yang paling sering yaitu infeksi bakteri.
b. Menjelaskan pengobatan dilakukan dengan menjaga eye hygiene dan
obat obatan

Medikamentosa

Antibiotik topikal Ofoloxacin ED per 2 jam x 1 tetas OD dan diberikan antibiotik oral
Amoxicilin 1 x 1 sendok teh
1/2

31
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke poliklinik mata RSMP dengan keluhan mata kanan dan
kiri merah sejak ± 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluh mata terasa gatal dan
berair. Pasien mengaku saat bangun tidur terdapat kotoran mata yang cukup banyak
hingga sulit membuka mata. Tidak ada keluhan pandangan mata kabur dan keluhan
lain yang mengganggu aktivitasnya. Keluarga dan orang sekitar pasien tidak ada
yang mengalami hal yang sama. Pasien mengaku melakukan aktivitas berenang
sebelum terjadinya keluhan mata merah terssebut.

Berdasarkan anamnesis di atas merupakan manifestasi dari


keratokonjungtivitis bakterial dimana pasien keratokonjungtivitis bakterial akan
merasakan keluhan mata merah, air mata berlebih, dan sekret mukopurulen atau
purulen. Secara umum sekret mukopurulen atau purulen dikaitkan dengan diagnosis
konjungtivitis bakteri sedangkan sekret encer lebih konsisten dengan konjungtivitis
virus.

Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan mata kanan dan kiri visus


20/25, palpebra superior dan inferior edema (-), supersilia dan silia dalam batas
normal, bulbus oculi strabismus (-), gerak bola mata ke segala arah, injeksi
konjungtiva (-), secret (+) hiperemis (+), sikatrik (-), siliar injeksi (+), kornea
jernih, camera oculi anterior kedalaman dalam, iris kripta baik, pupil bulat, regular,
sentral, diameter 3 mm, refleks cahaya (+),lensa jernih, fundus refleks tidak
diperiksa dan kanan dalam batas normal.

Kelainan juga didapatkan pada pemeriksaan konjungtiva bulbi, yaitu sekret (+)
purulent, dan hiperemis akibat injeksi siliar. Jenis sekret yang purulent sangat khas
ditemukan pada kasus konjungtivitis bakteri, sedangkan sekret air disebabkan oleh
infeksi virus atau atopi. Sekret hiperpurulen disebabkan oleh gonokok atau
mengikok. Sekret mukoid dapat dijumpai pada konjungtivitis alergi atau vernal dan
sekret serous dapat dijumpai pada kasus konjungtivitis ec adenovirus.

32
.

Pada kasus pasien diberikan tatalaksana berupa medikamentosa dan non


medikamentosa. Pada medikamentosa diberikan Antibiotik topikal Ofoloxacin ED per
2 jam x 1 tetes ODS dan diberikan antibiotik oral Amoxicilin 1 x 1 sendok teh
1/2

Sedangkan untuk non medikamentosa yaitu memberikan edukasi terhadap


pasien mengenai penyakitnya. Pasien harus menjaga kebersihan area mata seperti
mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan obat tetes mata, tidak boleh
menggosok mata dan hindari menyentuh mata yang sakit. Pasien juga harus
kontrol 1 minggu setelah pengobatan.

Prognosis pada pasien keratokonjungtivitis pada umumnya baik. Pada


kasus ini kemungkinan fungsi dan penampilan dari kelopak mata kanan tidak tentu,
cendrung baik dikarenakan belum terjadi pseudoptosis.

33
BAB V
KESIMPULAN

1. Diagnosis pada An. S adalah Keratokonjungtivitis ec bacterialis ODS


2. Penegakkan diagnosis pada pasien An. S ini berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang
3. Pada kasus pasien diberikan tatalaksana berupa medikamentosa dan non
medikamentosa. Pada medikamentosa diberikan Antibiotik topikal Ofoloxacin ED
per 2 jam x 1 tetes ODS dan diberikan antibiotik oral Amoxicilin 1 x 1 1/2 sendok
the. Sedangkan untuk non medikamentosa yaitu memberikan edukasi terhadap
pasien mengenai penyakitnya. Pasien harus menjaga kebersihan area mata seperti
mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan obat tetes mata, tidak boleh
menggosok mata dan hindari menyentuh mata yang sakit. Pasien juga harus
kontrol 1 minggu setelah pengobatan.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. Fundamentals and Principles of


Ophthalmology. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2010.
2. Asbury T, Augsburger J, Biswell R, Campbell RJ. Vaughan Asbury’s General
Ophthalmology. McGraw-Hill; 2011. hal. 5–34.
3. Kanski JJ. Kanski Clinical Ophthalmology. Edisi Ketujuh. Elsevier Inc.; 2011. hlmn
167-235.
4. Ophthalmology AA of. 2014-2015 Basic and Clinical Science Course (BSSC) Section
8 : External Disease and Cornea. Edisi 2014-2015. American Academy of
Ophthalmology; 2014. hal. 145-180
5. Ilyas ,Sidarta. Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga. Jakarta. FK UI : 2010:147-158
6. Srinivasan M. Keratitis. Croatia: Intech; 2012. hal. 1-30
7. Amalia, R. 2014. Karakteristik Penderita Keratitis Di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang Tahun 2011-2012. Fakultas Kedokteran : Universitas Muhammadiyah
Palembang
8. Sawitri PA.. Keratitis [Telaah Jurnal]. Kendari : Universitas Halu Oleo ; 2021

35

Anda mungkin juga menyukai