Oleh:
Pembimbing:
Referat
Oleh
Zhafirah Alifah, S.Ked
712019096
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
“Demam Berdarah Dengue” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. Prof. Eddy Mart Salim, Sp. PD, selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSMP Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang, yang telah memberikan masukan, arahan,
serta bimbingan dalam penyelesaian laporan kasus ini.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.
3
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 30
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
merupakan area equatorial dimana Aedes aegypti menyebar di seluruh daerah
tersebut.1
Laporan terbaru yang didapatkan dari Kementerian Kesehatan RI
(2019) dari awal tahun hingga 3 Februari 2019 telah terdapat 16.692 kasus
demam berdarah dengue di Indonesia dengan jumlah angka kematian sebesar
169 orang. Sebelumnya, hingga 29 Januari 2019 tercatat 13.683 kasus demam
berdarah dengue dengan 133 orang meninggal dunia di Indonesia.7
Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Sumatera Selatan selama
beberapa tahun terakhir, Kota Palembang memiliki angka kejadian kasus
demam berdarah dengue tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan. 8 Menurut
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan
Sumsel, Ferry Yanuar, dalam wawancara yang dilakukan dengan CNN
Indonesia pada 1 Februari 2019 dilaporkan per tanggal 31 Januari 2019
tercatat 442 kasus demam berdarah dengue dengan 4 orang meninggal dunia
di Provinsi Sumatera Selatan dengan angka kejadian tertinggi berasal dari
Kota Palembang sebanyak 101 kasus. Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin
bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan referat ini adalah:
1. Mengetahui definisi, faktor risiko, gejala klinis, dan penatalaksanaan Demam
Berdarah Dengue.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Penyakit Dalam RSMP Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan referat ini adalah:
Menambah wawasan dan pemahaman mengenai Demam Berdarah Dengue.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue, yang ditandai dengan demam tinggi mendadak 3-14 hari
setelah tergigit nyamuk yang terinfeksi virus dengue. Demam berdarah adalah
demam akut yang didefinisikan oleh adanya demam disertai dua atau lebih
manifestasi berikut :
1. Demam yang berlangsung 2-7 hari
2. Bukti pendarahan atau tes touniquet positif
3. Trombositopenia (≤100,000 sel per mm3)
4. Bukti kebocoran plasma yang ditunjukkan oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit ≥20% di atas rata-rata atau penurunan
hematokrit ≥ 20% dari awal setelah pemberian terapi penggantian cairan)
efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.9
2.2 Etiologi
Demam dengue atau demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae.
Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Infeksi serotipe manapun memberi kekebalan seumur hidup terhadap virus
tersebut. Infeksi sekunder dengan serotipe lain atau beberapa infeksi dengan
serotipe berbeda akan menyebabkan demam berdarah dengan bentuk yang
parah (dengue hemorrhagic fever, DHF/dengue shock syndrome, DSS).10
2.3 Epidemiologi
Dengue adalah penyakit virus mosquito borne yang persebarannya
paling cepat. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidens penyakit meningkat
7
tiga puluh kali dan menyebar secara geografis ke Negara yang sebelumnya
belum terjangkit.1 Demam berdarah dengue banyak ditemukan di daerah tropis
dan sub-tropis. Risiko terkena DBD pada laki–laki dan perempuan hampir
sama, tidak tergantung jenis kelamin. Kasus cenderung meningkat pada musin
penghujan (Desember-Maret) dan menurun pada musin kemarau (Juni-
September). Di dunia, insidensi DBD mencapai 390 juta kasus per tahun, dan
96 juta di antaranya bermanifestasi secara klinis, dengan apapun tingkat
keparahannya.3 Dari jumlah tersebut, sekitar 75% berada di wilayah Asia
Pasifik, dan vektor-vektor primer DBD (Aedes aegypti dan Aedes albopictus)
telah tersebar dalam beberapa dekade terakhir akibat perubahan-perubahan
sosial, lingkungan, dan demografik.6
Di daerah Asia Tenggara, Dengue telah menjadi masalah kesehatan
publik di Indonesia, Myanmar, Sri Langka, Thailand dan Timor Leste yang
diketahui daerah beriklim tropis dan memiliki lokasi di zona equatorial,
tempat dimana Aedes Aegypti menyebar secara merata baik di daerah
pedesaan maupun perkotaan.1,2 Dengue di Indonesia memiliki siklus epidemik
setiap sembilan hingga sepuluh tahunan. Hal in terjadi karena perubahan
iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor, diluar faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya. Menurut Mc Michael, perubahan iklim
menyebabkan perubahan curah hujan, kelembaban suhu, arah udara sehingga
berefek terhadap ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap
perkembangan vektor penyakit seperti nyamuk Aedes, malaria dan lainnya.11
2.4 Patogenesis
Perjalanan penyakit penyakit dengue dibagi menjadi tiga fase, yaitu
fase febris, kritis, dan penyembuhan (recovery). Akibat perjalanan penyakit
DBD yang dinamis, gejala yang parah biasanya muncul selama periode
defervesens (transisi antara fase febris dengan afebris), yang sering
bersamaan dengan awitan fase kritis.12
8
Gambar 2.1 Patogenesis DBD10
9
• Sel fagosit mononuklear (monosit, makrofag, histiosit, dan sel Kupffer)
merupakan tempat utama terjadinya infeksi virus dengue primer.
• Non-neutralizing antibodi bebas dalam sirkulasi maupun yang melekat
pada sel, bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus
dengue pada permukaan sel fagosit mononuklear, disebut mekanisme
aferen.
• Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononuklear
yang telah terinfeksi.
• Selanjutnya sel monosit mengandung kompleks imun akan menyebar ke
usus, hati, limpa dan sumsum tulang. Mekanisme ini disebut mekanisme
eferen. Parameter perbedaan terjadinya DBD dengan atau tanpa renjatan
ialah jumlah sel yang terkena infeksi.
• Sel monosit yang telah teraktivasi akan mengadakan interaksi dengan
sistem humoral dan sistem komplemen dengan akibat dilepaskannya
mediator yang memengaruhi permeabilitas kapiler dan mengaktivasi
sistem koagulasi. Mekanisme ini disebut mekanisme efektor.
10
kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan
sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi
farings dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini
dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie, perdarahan
mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam
dan perdarahan gastrointestinal.
B. Fase kritis
membaik. Namun pada fase ini dapat terjadi pruritus, bradikardi dan
mungkin menyebabkan
11
2 Fase kritis Syok karena kebocoran
kegagalan organ
berlebihan)
Sumber: WHO,20091
12
Gambar 2.3 Manifestasi Infeksi Virus Dengue10
13
disertai nyeri kolik. Gejala klinis lain yang sering adalah fotofobia, keringat
bercucuran, suara serak, batuk, epistaksis, dan disuria. Kelainan darah tepi
demam dengue adalah leukopenia selama periode pra demam dan demam,
neutrofilia relatif dan limfopenia, disusul oleh neutropenia relatif dan
limfositosis pada periode puncak penyakit dan pada masa konvalesens. Eosinofil
menurun atau menghilang pada permulaan dan pada puncak penyakit, hitung
jenis neutrofil bergeser ke kiri selama periode demam, sel plasma meningkat
pada periode puncak penyakit disertai trombositopenia. Darah tepi menjadi
normal kembali dalam 1 minggu.13
14
Demam Dengue
Kriteria Klinis
Tersangka dengue : demam akut disertai dua atau lebih manifestasi :
Sakit kepala
Nyeri retroorbital
Myalgia
Athralgia
Rash
Manifestasi pendarahan
Leukopenia (Leukosit < 5000 sel/mm3)
Trombositopenia ( Trombosit <150.000 sel/mm3
Peningkatan hematokrit ( 5-10%)
Dan setidaknya satu dari beberapa dibawah ini :
Serologis : HI antibodi titer > 1280, IgG dan IgM pada fase
akut dan konvalesen
Lokasi Endemik
Pasti dengue : Kriteria lab
Isolasi virus dengue dari serum atau autopsi
Peningkatan 4 x IgG atau IgM titer pada antigen virus
diserum
Penemuan antigen virus pada autopsi jaringan, serum, CSF
dengan metode immunohistokima, imunofloresensi atau
ELISA
Deteksi genom virus pada autopsi jaringan, serum atau CSF
dengan PCR
15
utama yang membedakan DF dan DHF adalah peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, trombositopenia, dan
diatesis hemoragik. Pada DHF terdapat perdarahan kulit, uji torniquet positif,
memar, dan hematom pada tempat pengambilan darah vena. Petekie halus yang
tersebar di anggota gerak, muka, aksila seringkali ditemukan pada masa dini
demam. Epistaksis dan perdarahan gusi terkadang dijumpai, sedangkan
perdarahan saluran cerna hebat agak jarang dan biasanya timbul setelah syok
yang gagal diatasi. Perdarahan lain, seperti perdarahan subkonjungtiva kadang
ditemukan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak
tangan/telapak kaki.13
16
Demam Berdarah
Kriteria klinis :
Demam akut 2-7 hari, kadang-kadang bifasik
Kecenderungan pendarahan berupa :
- Tes tourniquet positif
- Ptekie, ekimosis, purpura
- Pendarahan mukosa, saluran cerna, tempat penyuntikan
- Hematemesis atau melena
Hepatomegali
Gejala renjatan
- Nadi lemah, cepat dan kecil sampai tidak teraba
- Tekanan nadi < 20 mmHg
- Tekanan darah turun
- Kulit teraba dingin dan lembab, terutama daerah akral (ujung
hidung, jari, kaki)
- Sianosis sekitar mulut
Kriteria Lab :
Trombositopenia <100.000/ mm3
Bukti kebocoran plasma dan peningkatan permeabilitas
vaskular dengan manifestasi :
o Peningkatan Ht> 20 % dari baseline sesuai umur dan jenis
kelamin pada populasi tersebut
o Penurunan Ht> 20% setelah terapi cairan
o Tanda kebocoran plasma berupa efusi pleura, asites dan
hipoproteinemia
Diagnosis klinis ditegakkan bila didapatkan >2 gejala klinis dengan
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
17
1. Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji tourniquet.
2. Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
3. Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lambat,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di
sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
4. Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan
tekanan darah tidak terukur.
18
Gambar 2.4 Derajat Dengue Haemorrhagic Fever. WHO 2011
20
kronik seperti DM, hipertensi, asma, gagal ginjal kronik, sirosis, pengobatan
steroid, atau NSAID.13
21
Gambar 2.6 Klasifikasi Dengue Haemorrhagic Fever. WHO 2009
setelah hari ke 5-6. Deteksi antigen virus ini dapat digunakan untuk
Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi pada hari sakit ke-5
IgM IgG
22
Infeksi primer Positif Negatif
diulang
B. Pemeriksaan radiologis
atas indikasi :
Distress pernafasan/sesak
23
Kelainan radiologi yang dapat terjadi : dilatasi pembuluh darah
2.7 Penatalaksanaan
Terapi infeksi dengue hanyalah pengelolaan cairan yang adekuat.
Menurut WHO 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control
of Dengue and Dengue Haemorraghic Fever.
24
Manajemen kasus DD / DHF di rumah sakit
25
• Perfusi perifer dapat dilakukan sesering mungkin karena merupakan
indikator awal untuk syok serta mudah dan cepat untuk dilakukan.
• Tanda-tanda vital seperti suhu, denyut nadi, laju pernapasan dan tekanan
darah harus diperiksa setidaknya setiap 2-4 jam pada pasien non-syok dan
1-2 jam pada pasien syok.
• Serial hematokrit harus dilakukan setidaknya setiap empat sampai enam
jam dalam kasus-kasus yang stabil dan harus lebih sering pada pasien yang
tidak stabil atau mereka yang dicurigai perdarahan. Perlu dicatat bahwa
pemeriksaan hematokrit harus dilakukan sebelum resusitasi cairan. Jika hal
ini tidak mungkin, maka harus dilakukan setelah bolus cairan tetapi tidak
selama infus bolus.
• Output urine (jumlah urine) harus dicatat setidaknya setiap 8 sampai 12
jam dalam kasus-kasus rumit dan per jam pada pasien dengan mendalam
syok / berkepanjangan atau orang-orang dengan kelebihan cairan. Selama
periode ini jumlah output urine harus sekitar 0,5 ml / kg / jam (ini harus
didasarkan pada berat badan ideal).12
26
Indikasi cairan IV:
• Ketika pasien tidak dapat memiliki asupan cairan mulut yang
memadai atau muntah terus-menerus.
• Ketika hematokrit terus meningkat 10% -20% meskipun rehidrasi
oral.
• Akan terjadi syok.
27
Gangguan jantung telah dilaporkan sebagai penyebab kematian pada
28
Secara umum, kebutuhan cairan (oral + IV) tentang pemeliharaan
(untuk satu hari) + 5% defisit (oral dan cairan IV bersama-sama), yang
akan diberikan selama 48 jam. Misalnya, pada anak dengan berat 20 kg,
defisit dari 5% adalah 50 ml / kg x 20 = 1000 ml. Pemeliharaan adalah
1500 ml untuk satu hari. Oleh karena itu, total M + 5% adalah 2.500 ml
(gambar 2.9). Volume ini akan diberikan selama 48 jam pada pasien non-
syok. Peningkatan pemberian infus sebanyak 2.500 ml dapat ditunjukkan
pada Gambar 2.9 di bawah ini [perlu diketahui bahwa tingkat kebocoran
plasma tidak terjadi]. Pemenuhan cairan IV harus disesuaikan dengan
tingkat kehilangan plasma, dipandu oleh keadaan klinis, tanda-tanda vital,
produksi urin dan kadar hematokrit.
29
dengan DSS diilustrasikan di bawah ini (Kotak 15).4
Gambar 2.9 Terapi syok menurut WHO 2012. Handbook for Clinical
Management of Dengue.
30
dikejar dan diperbaiki secepat mungkin. Transfusi darah yang mendesak
harus dianggap sebagai langkah berikutnya (setelah meninjau hasil
hematokrit ) dan ditindak lanjuti dengan monitoring lebih dekat, misalnya
kateterisasi kandung kemih terus menerus.
Perlu dicatat bahwa memulihkan tekanan darah sangat penting
untuk kelangsungan hidup dan jika ini tidak dapat dicapai dengan cepat
maka prognosis sangat serius. Cairan inotropik dapat digunakan untuk
mendukung memperbaiki tekanan darah, rehidrasi telah dianggap
memadai seperti tekanan vena central tinggi (CVP), atau kardiomegali
serta, kontraktilitas jantung yang buruk. Apabila tekanan darah telah
kembali normal setelah resusitasi cairan dengan atau tanpa transfusi darah
dan dengan adanya gangguan organ maka pasien harus dikelola dengan
terapi khusus. Contoh terapi khusus untuk organ tersebut diantaranya
dialisis peritoneal, terapi renal replacement terus menerus dan ventilasi
mekanis.
Jika akses intravena tidak dapat diperoleh dengan segera, maka
lakukan terapi oral jika pasien sadar atau dilakukan melalui jalur
intraosseous. Akses intraosseous dapat menyelamatkan hidup dan
sebaiknya dilakukan setelah 2-5 menit setelah dua kali usaha pemasangan
akses vena perifer atau terapi oral gagal.
Manajemen pemulihan
• Pemulihan dapat dikenali oleh peningkatan keadaan klinis, nafsu makan
dan kesejahteraan umum.
• Perbaikan hemodinamik seperti perfusi perifer yang baik dan tanda-tanda
vital yang stabil harus diamati.
• Penurunan hamtokrit dari hasil sebelumnya dan diuresis harus diamati.
• Cairan intravena harus dihentikan.
• Pada pasien dengan efusi pleura dan asites, hipervolemia dapat terjadi dan
terapi diuretik mungkin diperlukan untuk mencegah edema paru.
• Hipokalemia dapat terjadi karena stres dan diuresis, harus diperbaiki
dengan buah yang kaya potassium atau suplemen.
31
• Bradikardia umumnya ditemukan dan memerlukan pemantauan intensif
untuk kemungkinan komplikasi langka seperti blok jantung atau ventrikel
kontraksi prematur (VPC).
• Pemulihan ruam ditemukan pada 20% -30% dari pasien.
Tanda-tanda pemulihan
• Stabilnya nadi, tekanan darah dan pernapasan.
• Suhu normal.
• Tidak ada bukti perdarahan eksternal atau internal.
• Kembalinya nafsu makan.
• Tidak ada muntah, tidak ada sakit perut.
• Output urin Baik.
• Hematokrit stabil pada nilai dasar .
• Petekie, ruam atau gatal-gatal menghilang, terutama pada ekstremitas.
32
3. DIC
4. Ensefalopati atau ensefalitis
5. Disfungsi organ
6. Efusi pleura
7. Asites
8. Kongesti paru akut
9. Gagal jantung
10. Abnormalitas metabolik
2.9 Prognosis
Jika tanpa komplikasi umunya dubia ad bonam, karena hal ini
tergantung dari derajat beratnya penyakit.
2.10 Pencegahan
Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan
kasus ini sangat menentukan. Oleh karenanya program Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus dilakukan secara
berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan.
Program PSN yaitu: 1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang
sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air,
tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain 2)
Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air
seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan 3) Memanfaatkan
kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk
jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah. Adapun
33
yang dimaksud dengan 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan
seperti 1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air
yang sulit dibersihkan; 2) Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk;
3) Menggunakan kelambu saat tidur; 4) Memelihara ikan pemangsa jentik
nyamuk; 5) Menanam tanaman pengusir nyamuk, 6) Mengatur cahaya dan
ventilasi dalam rumah; 7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di
dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.18
34
BAB III
KESIMPULAN
35
DAFTAR PUSTAKA
37
18. Depkes. Kendalikan DBD dengan PSN 3M Plus. [Online] 2016 Feb 7.
Diakses 2020 Juni 21 dari www.depkes.go.id.
38