Disusun Oleh :
Pembimbing
dr. Fera Yunita Rodhiyati, Sp. M
1.1 Definisi
Ulkus kornea merupakan peradangan kornea yang diikuti
kerusakan lapisan kornea, kerusakan dimulai dari lapisan epitel. Ulkus
kornea adalah hilangnya Sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak
ditemukan oleh adanya kolagenase oleh sel epitel baru dan sel radang.
Ulkus bisa dalam keadaan steril (tidak terinfeksi mikroorganisme) ataupun
terinfeksi. Ulkus terbentuk oleh karena adanya infiltrat yaitu proses respon
imun yang menyebabkan akumulasi sel-sel atau cairan di bagian kornea.
1
sensorik terbanyak (300-400 serabut saraf), yang berasal dari nervus
trigeminus.3
1.3 Etiologi
Berdasarkan etiologinya ulkus kornea disebabkan oleh :
a. Bakteri : Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea
adalah streptokokus pneumoniae, sedangkan bakteri lain
menimbulkan ulkus kornea melalui faktor-faktor pencetus diatas.
Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar
bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P
aeruginosa.
b. Virus : herpes simplek, zooster, variola
c. Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium
d. Reaksi hipersensifitas : Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus
marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten), alergen tak diketahui
(ulkus cincin)
Penyebab ulkus kornea 38,85% disebabkan oleh bakteri. Bakteri
yang banyak menyebabkan ulkus kornea antara lain Streptococcus alfa
hemolitik, Stafilokokkus aureus, Moraxella likuefasiens, Pseudomonas
aeruginosa, Nocardia asteroides, Alcaligenes sp., Streptokokkus
anaerobik, dan penelitian terbaru menyebutkan Acinetobacter junii
sebagai bakteri penyebab ulkus kornea.2,11
2
1.4 Faktor Risiko
Faktor yang dapat menyebabkan ulkus kornea secara umum antara lain:
a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi
air mata, sumbatan saluran lakrimal).
b. Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena
trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka.
c. Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : edema kornea
kronik, exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma),
keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis
superfisialis virus.
d. Kelainan-kelainan sistemik, malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens
Jhonson, sindrom defisiensi imun.
e. Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun seperti
kortikosteroid, IUD, anestetik lokal dan golongan imunosupresif.
3
Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi
radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah
sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke
dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan
perforasi kornea dalam waktu 48 jam gambaran berupa ulkus yang
berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna
kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam
bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea
sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu
jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut
Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan
berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan
sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat
banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak
selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa
lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.
4
Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada
kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum
timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan
edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat
terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk
dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex.
Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin
yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan
yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan
oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik.
Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat
disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea
disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat
hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat
pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex
kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan
diujungnya.
5
Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu
trauma yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon
atau binatang yang terbang mengindikasikan bahwa jamur
terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang melukai
kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang
berada di lingkungan hidup.
Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang
beriklim tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan
kontribusi.
6
keratoplasti, keratitis herpes simpleks dengan pemakaian
kortikosteroid. Pengobatannya dengan pemberian obat anti jamur
dengan spektrum luas, apabila memungkinkan dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih
obat anti jamur yang spesifik.
7
perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok
pneumonia. Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes,
injeksi subkonjungtiva dan intra vena Ulkus kornea oleh bakteri
Stafilokokkus Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari
3 spesies stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi
oleh Stafilokokus Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk
: infeksi ulkus kornea sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus
alergi (toksik). Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis
biasanya terjadi bila ada faktor pencetus sebelumnya seperti keratopati
bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa kontak yang telah lama
digunakan. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus :
pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai
infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak
diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema
stroma dan infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus
sering kali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea
marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus.
8
berwarna kuning kehijauan. Pengobatan : gentamisin, tobramisin,
karbesilin yang diberikan secara lokal, subkonjungtiva serta intra vena.
9
ditemukan bersama-sama penyakit disentri basile, influenza berat
dan penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat rekuren.
Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.
Ulkus kataral simplek : letak ulkus peifer yang tidak dalam ini
berwarna abu-abu dengan sumbu terpanjang tukak sejajar dengan
limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut dengan limbus ditepinya
terlihat bagian yang bening. Terjadi ada pasien lanjut usia.
Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin.
Ulkus Mooren : merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari
bagian perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa
adaya kecenderungan untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu
terdapat tepi tukak bergaung dengan bagan sentral tanpa adanya
kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak ini berhenti jika
seluruh permukaan kornea terkenai. Penyebabnya adalah
hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun.
Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata. Pengobatan
degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva,
keratektomi dan keratoplasti.
1.6 Patofisiologi
Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan
pertahanan pada waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada
jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Dengan adanya
defek atau trauma pada kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan
10
sel-sel lain yang terdapat pada stroma kornea segera bekerja sebagai
makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang
terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi di perikornea.6
Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear,
sel plasma, leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya
infiltrat yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas
tak jelas dan permukaan tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan
epitel, infiltrasi, peradangan dan terjadilah ulkus kornea. Ulkus kornea
dapat menyebar ke permukaan atau masuk ke dalam stroma. Kalau terjadi
peradangan yang hebat, tetapi belum ada perforasi ulkus, maka toksin
dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar dengan
melalui membrana Descemet, endotel kornea dan akhirnya ke camera
oculi anterior (COA). Dengan demikian iris dan badan siliar meradang
dan timbullah kekeruhan di cairan COA disusul dengan terbentuknya
hipopion (pus di dalam COA).6
Hipopion ini steril, tidak mengandung kuman. Karena kornea pada
ulkus menipis, tekanan intra okuler dapat menonjol ke luar dan disebut
keratektasi. Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai
membrana Descemet dapat timbul tonjolan pada membrana tersebut yang
disebut Descemetocele atau mata lalat. Bila peradangan hanya di
permukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat sembuh dengan
tidak meninggalakan sikatrik.6
Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan
terbentuknya sikatrik, yang dapat berbentuk nebula yaitu bercak seperti
awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan,
makula yaitu bercak putih yang tampak jelas di kamar terang, dan
leukoma yaitu bercak putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh.
Bila ulkus lebih dalam lagi bisa mengakibatkan terjadinya perforasi.6
Adanya perforasi membahayakan mata oleh karena timbul
hubungan langsung dari bagian dalam mata dengan dunia luar sehingga
kuman dapat masuk ke dalam mata dan menyebabkan timbulnya
endoftalmitis, panoftalmitis dan berakhir dengan ptisis bulbi. Dengan
11
terjadinya perforasi cairan COA dapat mengalir ke luar dan iris mengikuti
gerakan ini ke depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang
perforasi dan disebut sinekia anterior atau iris dapat menonjol ke luar
melalui lubang perforasi tersebut dan disebut iris prolaps yang
menyumbat fistel.6
1.7 Diagnosis
Ulkus kornea menyebabkan nyeri, peka terhadap cahaya
(fotofobia) dan peningkatan pembentukan air mata, yang kesemuanya
bisa bersifat ringan. Pada kornea akan tampak bintik nanah yang
berwarna kuning keputihan. Kadang ulkus terbentuk di seluruh
permukaan kornea dan menembus ke dalam. Pus juga bisa terbentuk di
belakang kornea. Semakin dalam ulkus yang terbentuk, maka gejala dan
komplikasinya semakin berat. Gejala lainnya adalah: gangguan
penglihatan, mata merah, mata terasa gatal, kotoran mata. Dengan
pengobatan, ulkus kornea dapat sembuh tetapi mungkin akan
meninggalkan serat-serat keruh yang menyebabkan pembentukan
jaringan parut dan mengganggu fungsi penglihatan. Penegakan diagnosis
dari ulkus kornea juga ditemukan tes fluoresin positif disekitar ulkus.
Diagnosis banding ulkus kornea antara lain keratitis, endoftalmitis dan
sikatrik kornea.
Pemeriksaan Penunjang
1. Slit Lamp
Gambaran ulkus kornea pada pemeriksaan slit lamp akan berbeda-
beda. Pada ulkus kornea bakteri akan tampak seperti infiltrat yang jelas
dengan inflamasi pada stroma dan edema. Untuk lebih spesifik lagi,
pada ulkus kornea bakteri kokus gram positif, stafilokokkus aureus dan
streptokok pneumoni akan memberikan gambaran ulkus yang terbata,
bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak ulkus
yang supuratif. Dan pada ulkus kornea bakteri pseudomonas, maka
12
ulkus akan terlihat melebar dengan cepat, purulent berwarna kuning
hijau terlihat melekat pada permukaan ulkus.13,2
Ulkus kornea jamur muncul lesi berwarna putih abu-abu yang kering
dikelilingi infiltrat halus disekitarnya (fenomena satelit). Pada ulkus
kornea akibat virus HSV terlihat lesi dendritik dengan fluorescein yang
terserap. Dan pada ulkus kornea Acanthomoeba menunjukkan lesi epitel
difus yang belang, lesi seperti dendritic atau infiltrat yang berbentuk
cincin.13,2
2. Pewarnaan Fluorescein
Pewarnaan fluorescein juga dapat membantu diagnosis ulkus kornea.
Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea
dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluorescein akan
berwarna hijau ditengahnya.2
Pemeriksaan fluoresein dilakukan untuk menilai adanya defek pada
kornea, caranya adalah
Mata ditetes pantocain 0.5% 1 tetes pada mata yang ingin diperiksa
Zat warna fluoresein diteteskan pada mata yang ingin diperiksa (1
tetes)
Zat warna yang diirigasi dengan menggunakan aqua bides atau
larutan garam fisiologik sampai airmata tidak berwarna hijau lagi
Kornea dilihat dengan seksama dengan memakai lampu biru
apakah ada yang berwarna hijau atau tidak.
13
Intepretasi
a) Bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat defek pada
epitel kornea
b) Defek ini dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat yang
mengakibatkan kerusakan pada epitel kornea.
Gambar 1.9
3. Kultur
Pada pemeriksaan kultur dapat menggunakan pulasan gram, Giemsa
atau KOH. Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengetahui organisme
secara spesifik sebelum diberikan pengobatan empiris dengan
antibiotik. Pengambilan spesimen harus dari tempat ulkusnya, dengan
membersihkan jaringan nekrotik terlebih dahulu ; dilakukan secara
aseptik menggunakan spatula Kimura, lidi kapas steril, kertas saring
atau Kalsium Alginate Swab. Media penyubur seperti pelat agar darah,
media coklat, media Sabouraud untuk jamur dan triglikolat akan
memberikan hasil positif yang lebih baik daripada penanaman langsung
pada medium isolasi. Hasil pewarnaan gram dapat memberikan
informasi morfologik tentang kuman penyebab apakah kuman gram (+)
atau (-).11,2
14
Diagnosis Banding
Tabel 1.1. Diagnosis Banding Ulkus Kornea.
1.8 Penatalaksanaan7
Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya
bakteri dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.
Pengobatan umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan sikloplegik,
berupa sulfas atropin salep sebagai sedatif, dekongestif dan paralysis
m.siliaris dan m.konstriktor pupil untuk pelepasan sinekia posterior dan
mencegah pembentukan sinekia yang baru. Selain itu, bisa diberikan
skopolamin sebagai midratika, analgetik untuk menghilangkan rasa sakit
dan steroid untuk mengurangi reaksi peradangan.
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat
tenang, kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan
pengobatan ditambah 1-2 minggu. Ulkus kornea sembuh dengan dua
cara: migrasi sel-sel epitel sekeliling ulkus disertai dengan mitosis dan
masuknya vaskularisasi dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil
akan sembuh dengan cara yang pertama, ulkus yang lebih besar dan
dalam biasanya akan mengakibatkan munculnya pembuluh darah untuk
mensuplai sel-sel radang. Leukosit dan fibroblas menghasilkan jaringan
granulasi dan sikatrik sebagai hasil penyembuhan.
Secara umum ulkus diobati sebagai berikut: Tidak boleh dibebat,
karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator.
Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari. Diperhatikan
kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder. Debridemen sangat
15
membantu penyembuhan. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa.
Biasanya diberi lokal kecuali bila keadaan berat. Pengobatan dihentikan
bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat terang, kecuali bila
penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2
minggu. Pada ulkus kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti
apabila dengan pengobatan tidak sembuh dan terjadi jaringan parut yang
mengganggu penglihatan.
Mikroorganisme Tatalaksana
Keratoplasti
16
b) Terjadinya jaringan parut yang mengurangi penglihatan
c) Kemunduran visus yang mengganggu aktivitas
d) Kelainan kornea yang menggangu mental dan tidak disertai ambliopia.
1.10 Prognosis5
Prognosis penderita ulkus kornea buruk karena komplikasi yang
dapat terjadi berupa perforasi kornea, endopthalmitis, panopthalmitis.
Apabila sembuh maka akan menyebabkan terbentuknya sikatriks kornea
yang juga akan mengganggu penglihatan penderita.
17
BAB II
LAPORAN KASUS
Keluhan Utama : Pandangan mata kiri kabur sejak 10 hari yang lalu.
Keluhan Tambahan : Mata kiri bengkak, merah, nyeri, pengilihatan silau, mata
berair serta keluar cairan berwarna putih.
18
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Mata RSUD Palembang BARI dengan keluhan mata
kiri kabur sejak 10 hari yang lalu. Keluhan tersebut disertai dengan mata kiri
bengkak, merah, nyeri, pengilihatan silau, mata berair serta keluar cairan berwarna
putih. Keluhan semakin memberat bila beraktivitas, melihat cahaya terang dan
berkurang dengan istirahat.
Sebelum keluhan muncul, penderita mengaku mata sebelah kiri terkena
serpihan kayu saat lagi bersih-bersih di rumah dan karena gatal pasien
menggosok-gosok matanya. Pasien langsung berobat ke puskesmas karena mata
terasa nyeri dan tampak merah. Pasien mendapatkan terapi berupa obat tetes mata
insto yang diteteskan empat kali sehari namun tidak terdapat perbaikan.
5 hari kemudian keluhan semakin berat dan mata menjadi sering berair dan
terasa ada benda yang mengganjal di permukaan mata. Selain itu, di daerah
bulatan hitam pada mata tampak bercak putih yang semakin hari semakin
membesar ukurannya. Penglihatan pasien juga menjadi buram, dirasakan semakin
hari semakin berat, dan akhirnya pasien berobat ke RSUD Palembang Bari.
19
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Laju Napas : 22 x/menit
- Suhu : 36,7 C
Status Oftalmologis
OD OS
4
3
1. Injeksi siliar
2. Lensa Keruh, ulkus
3. Hipopion
4. Edema
No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/30 PH (+); 6/15 3/60; PH (-)
2. Tekanan Intra Okuler N N
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik
20
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (+)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (+)
Sekret (-) (+)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)
21
Injeksi siliar (-) (+)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan Jernih Keruh
Edema (-) (+)
(+) di sentral, ukuran
Ulkus (-) 1,5 x 2,2 mm, batas
tegas
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (+)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Keruh
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (+)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil
22
Bentuk Bulat Bulat
Besar ± 3 mm ± 3 mm
Regularitas Reguler Reguler
Isokoria Isokor Isokor
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- bentuk Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang:
Rencana pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
- Pemeriksaan tes fluorescein untuk melihat adanya defek pada kornea
- Pemeriksaan gram, KOH, dan kultur dari kerokan ulkus
Pasien datang ke IGD Mata RSUD Palembang BARI dengan keluhan mata kiri
kabur sejak 10 hari yang lalu. Keluhan tersebut disertai dengan mata kiri bengkak,
merah, nyeri, penglihatan silau, mata berair serta keluar cairan berwarna putih.
Keluhan semakin memberat bila beraktivitas, melihat cahaya terang dan berkurang
dengan istirahat. Sebelum keluhan muncul, penderita mengaku mata sebelah kiri
terkena serpihan kayu saat lagi bersih-bersih di rumah dan karena gatal pasien
23
menggosok-gosok matanya. Pasien langsung berobat ke puskesmas karena mata
terasa nyeri dan tampak merah. Pasien mendapatkan terapi berupa obat tetes mata
insto yang diteteskan empat kali sehari namun tidak terdapat perbaikan.
Pemeriksaan Oftalmologikus
OS
OD
6/30; PH (+) 6/15 Visus 3/60; PH (-)
Konjungtiva
Dalam Batas Normal Hiperemis (+), secret (+)
Tarsal
Konjungtiva
Dalam Batas Normal Injeksi siliar (+)
Bulbi
Keruh (+), edema (+), ulkus
Dalam Batas Normal Kornea (+) di sentral uk 2,5 x 1,5
mm, infiltrate (+), batas tegas
Dalam Batas Normal COA Keruh (+), Hipopion (+)
Daftar Masalah:
24
Umur : 40 tahun Kelas : -
Farmakologi:
1. Antibiotic topical Gentamycin ED 3x1 OS
2. Ciprofloxacin 2x1 tab PO
3. Asam mefenamat 500 mg 3x1 tab PO
4. Pembilasan bilik mata depan pada hipopion
Non-farmakologi:
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami.
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa penting untuk menjaga kebersihan mata
setiap pagi dengan kasa menggunakan air steril atau air hangat.
3. Mencuci tangan sebelum mengaplikasikan obat ke mata untuk mencegah
penyebaran infeksi
4. Hindari memegang atau menggosok mata yang meradang
Tanda tangan,
25
DAFTAR PUSTAKA
26
10. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Jakarta: FKUI. 2004
11. Fanri. Penatalaksanaan pada Pasien Ulkus Kornea dengan Prolaps Iris
Oculi Sinistra. Lampung: Juke Unila. 2013. 1(1).
12. Wijaya N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6. Jakarta:
Universitas Diponegoro. 1993
27