Anda di halaman 1dari 29

Bed Site Teaching

ULKUS KORNEA OCULAR SINISTRA

Disusun Oleh :

Nama : Zhafirah Alifah, S.Ked


NIM : 71 2019 096

Pembimbing
dr. Fera Yunita Rodhiyati, Sp. M

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
ii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
Ulkus kornea merupakan peradangan kornea yang diikuti
kerusakan lapisan kornea, kerusakan dimulai dari lapisan epitel. Ulkus
kornea adalah hilangnya Sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak
ditemukan oleh adanya kolagenase oleh sel epitel baru dan sel radang.
Ulkus bisa dalam keadaan steril (tidak terinfeksi mikroorganisme) ataupun
terinfeksi. Ulkus terbentuk oleh karena adanya infiltrat yaitu proses respon
imun yang menyebabkan akumulasi sel-sel atau cairan di bagian kornea.

Gambar 1.1 Ulkus Kornea

1.2 Anatomi Kornea


Kornea merupakan jaringan yang transparan dan avaskuler yang
membentuk permukaan anterior bola mata dengan ukuran diameter horizontal
11-12 mm dan diameter vertikal 10-11 mm. Bagian sentral kornea memiliki
ketebalan 0,5 mm, sedangkan bagian perifer memiliki ketebalan 1 mm. Sifat
kornea yang avaskuler membuat kornea mendapatkan nutrisinya dari jaringan
di sekitarnya yaitu humor akuos melalui proses difusi, lapisan air mata, dan
pembuluh darah limbus. Sumber nutrisi utama kornea adalah glukosa dan
oksigen. Kornea juga merupakan jaringan yang memiliki serabut saraf

1
sensorik terbanyak (300-400 serabut saraf), yang berasal dari nervus
trigeminus.3

Gambar 1.2 Anatomi Kornea

1.3 Etiologi
Berdasarkan etiologinya ulkus kornea disebabkan oleh :
a. Bakteri : Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea
adalah streptokokus pneumoniae, sedangkan bakteri lain
menimbulkan ulkus kornea melalui faktor-faktor pencetus diatas.
Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar
bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P
aeruginosa.
b. Virus : herpes simplek, zooster, variola
c. Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium
d. Reaksi hipersensifitas : Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus
marginal), TBC (keratokonjungtivitis flikten), alergen tak diketahui
(ulkus cincin)
Penyebab ulkus kornea 38,85% disebabkan oleh bakteri. Bakteri
yang banyak menyebabkan ulkus kornea antara lain Streptococcus alfa
hemolitik, Stafilokokkus aureus, Moraxella likuefasiens, Pseudomonas
aeruginosa, Nocardia asteroides, Alcaligenes sp., Streptokokkus
anaerobik, dan penelitian terbaru menyebutkan Acinetobacter junii
sebagai bakteri penyebab ulkus kornea.2,11

2
1.4 Faktor Risiko
Faktor yang dapat menyebabkan ulkus kornea secara umum antara lain:
a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi
air mata, sumbatan saluran lakrimal).
b. Faktor eksternal, yaitu : luka pada kornea (erosio kornea), karena
trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada daerah muka.
c. Kelainan-kelainan kornea yang disebabkan oleh : edema kornea
kronik, exposure-keratitis (pada lagophtalmus, bius umum, koma),
keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis neuroparalitik, keratitis
superfisialis virus.
d. Kelainan-kelainan sistemik, malnutrisi, alkoholisme, sindrom Stevens
Jhonson, sindrom defisiensi imun.
e. Obat-obatan yang menurunkan mekaniseme imun seperti
kortikosteroid, IUD, anestetik lokal dan golongan imunosupresif.

1.5 Jenis-Jenis Ulkus Kornea


Ulkus kornea dibedakan menjadi dua berdasarkan letaknya yaitu ulkus
kornea sentral dan marginal.
1. Ulkus Kornea Sentral
a. Ulkus kornea oleh bakteri
Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi
ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning
keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang
menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan
perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh
streptokok pneumonia.
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna
putik kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah
defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi
abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.

3
Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi
radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah
sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke
dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan
perforasi kornea dalam waktu 48 jam gambaran berupa ulkus yang
berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna
kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam
bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea
sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu
jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut
Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan
berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan
sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat
banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak
selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa
lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.

Gambar 1.3 Ulkus Kornea Bakterialis dan Ulkus Kornea


Pseudomonas

b. Ulkus kornea oleh virus

4
Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada
kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum
timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan
edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat
terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk
dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex.
Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin
yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan
yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan
oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik.
Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat
disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea
disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat
hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat
pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex
kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan
diujungnya.

Gambar 1.4 Ulkus Kornea denditrik dan ulkus kornea herpetic

c. Ulkus kornea oleh jamur


Ulkus kornea oleh jamur banyak ditemukan, beberapa
penyebabnya antara lain:
 Penggunaan antibiotika secara berlebihan dalam jangka waktu
yang lama atau pemakaian kortikosteroid jangka panjang

5
 Fusarium dan sefalosporium menginfeksi kornea setelah suatu
trauma yang disertai lecet epitel, misalnya kena ranting pohon
atau binatang yang terbang mengindikasikan bahwa jamur
terinokulasi di kornea oleh benda atau binatang yang melukai
kornea dan bukan dari adanya defek epitel dan jamur yang
berada di lingkungan hidup.
 Infeksi oleh jamur lebih sering didapatkan di daerah yang
beriklim tropik, maka faktor ekologi ikut memberikan
kontribusi.

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai


beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan
infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna
keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular
dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik.
Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral
sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya. Ulkus kadang-
kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada
infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik.
Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat
injeksi siliar disertai hipopion.
Fusarium dan sefalosporium terdapat dimana-mana,
ditanah, di udara dan sampah organik. Keduanya dapat
menyebabkan penyakit pada tanaman dan pada manusia dapat
diisolasi dari infeksi kulit, kuku, saluran kencing. Aspergilus juga
terdapat dimana-mana dan merupakan organisme oportunistik,
selain keratitis aspergilus dapat menyebabkan endoftalmitis
eksogen dan endogen, selulitis orbita, infeksi saluran lakrimal.
Kandida adalah jamur yang paling oportunistik karena tidak
mempunyai hifa (filamen) menginfeksi mata yang mempunyai
faktor pencetus seperti exposure keratitis, keratitis sika, pasca

6
keratoplasti, keratitis herpes simpleks dengan pemakaian
kortikosteroid. Pengobatannya dengan pemberian obat anti jamur
dengan spektrum luas, apabila memungkinkan dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan tes sensitifitas untuk dapat memilih
obat anti jamur yang spesifik.

Gambar 1.5 Ulkus Kornea Jamur/Fungi

Ulkus kornea oleh Bakteri Streptokokok


Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi
ulkus kornea antara lain :
 Streptokok pneumonia (pneumokok)
 Streptokok viridans (streptokok alfa hemolitik)
 Streptokok pyogenes (streptokok beta hemolitik)
 Streptokok faecalis (streptokok non-hemolitik)
Walaupun streptokok pneumonia adalah penyebab yang biasa terdapat
pada keratitis bakterial, akhir-akhir ini prevalensinya banyak
digantikan oleh stafilokokus dan pseudomonas. Ulkus oleh
streptokokus viridans lebih sering ditemukan mungkin disebabkan
karena pneumokok adalah penghuni flora normal saluran pernafasan,
sehingga terdapat semacam kekebalan. Streptokok pyogenes walaupun
seringkali merupakan bakteri patogen untuk bagian tubuh yang lain,
kuman ini jarang menyebabkan infeksi kornea. Ulkus oleh streptokok
faecalis didapatkan pada kornea yang ada faktor pencetusnya.
Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokus : Ulkus
berwarna kuning keabu-abuan, berbentuk cakram dengan tepi ulkus
menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan

7
perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok
pneumonia. Pengobatan : Sefazolin, Basitrasin dalam bentuk tetes,
injeksi subkonjungtiva dan intra vena Ulkus kornea oleh bakteri
Stafilokokkus Infeksi oleh Stafilokokus paling sering ditemukan. Dari
3 spesies stafilokokus Aureus, Epidermidis dan Saprofitikus, infeksi
oleh Stafilokokus Aureus adalah yang paling berat, dapat dalam bentuk
: infeksi ulkus kornea sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus
alergi (toksik). Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis
biasanya terjadi bila ada faktor pencetus sebelumnya seperti keratopati
bulosa, infeksi herpes simpleks dan lensa kontak yang telah lama
digunakan. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri Stafilokokkus :
pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan disertai
infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epithel. Apabila tidak
diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai oedema
stroma dan infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus
sering kali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Infeksi kornea
marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas terhadap Stafilokokus Aureus.

Ulkus kornea oleh Bakteri Pseudomonas


Berbeda dengan ulkus kornea sebelumnya, pada ulkus pseudomonas
bakteri ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Bakteri pseudomonas
bersifat aerob obligat dan menghasilkan eksotoksin yang menghambat
sintesis protein. Keadaan ini menerangkan mengapa pada ulkus
pseudomonas jaringan kornea cepat hancur dan mengalami kerusakan.
Bakteri pseudomonas dapat hidup dalam kosmetika, cairan fluoresein,
cairan lensa kontak. Gambaran Klinis Ulkus kornea oleh bakteri
pseudomonas : biasanya dimulai dengan ulkus kecil dibagian sentral
kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai oedema epitel
dan stroma. Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta
menimbulkan perforasi kornea. Ulkus mengeluarkan discharge kental

8
berwarna kuning kehijauan. Pengobatan : gentamisin, tobramisin,
karbesilin yang diberikan secara lokal, subkonjungtiva serta intra vena.

2. Ulkus Kornea Marginal


Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat
berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau
banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus
marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan
dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi bersama-
sama dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella,
basil Koch Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat
dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ;
penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa
sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat
blefarospasme, injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar
dengan limbus. Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan
sembuh dalam 3 hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika
diberikan untuk infeksi stafilokok atau kuman lainnya. Disensitisasi
dengan toksoid stafilokkus dapat memberikan penyembuhan yang
efektif.

Gambar 1.6 Ulkus Marginal

Pembagian ulkus marginal dibedakan menjadi:


 Ulkus cincin : merupakan ulkus kornea perifer yang dapat
mengenai seluruh lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya
mengenai satu mata. Penyebabnya adalah reaksi alergi dan

9
ditemukan bersama-sama penyakit disentri basile, influenza berat
dan penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat rekuren.
Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.
 Ulkus kataral simplek : letak ulkus peifer yang tidak dalam ini
berwarna abu-abu dengan sumbu terpanjang tukak sejajar dengan
limbus. Diantara infiltrat tukak yang akut dengan limbus ditepinya
terlihat bagian yang bening. Terjadi ada pasien lanjut usia.
Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin.
 Ulkus Mooren : merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari
bagian perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa
adaya kecenderungan untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu
terdapat tepi tukak bergaung dengan bagan sentral tanpa adanya
kelainan dalam waktu yang agak lama. Tukak ini berhenti jika
seluruh permukaan kornea terkenai. Penyebabnya adalah
hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau autoimun.
Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata. Pengobatan
degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi konjungtiva,
keratektomi dan keratoplasti.

Gambar 1.7 Ulkus Mooren

1.6 Patofisiologi
Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan
pertahanan pada waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada
jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Dengan adanya
defek atau trauma pada kornea, maka badan kornea, wandering cells, dan

10
sel-sel lain yang terdapat pada stroma kornea segera bekerja sebagai
makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang
terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi di perikornea.6
Proses selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear,
sel plasma, leukosit polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya
infiltrat yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas
tak jelas dan permukaan tidak licin. Kemudian dapat terjadi kerusakan
epitel, infiltrasi, peradangan dan terjadilah ulkus kornea. Ulkus kornea
dapat menyebar ke permukaan atau masuk ke dalam stroma. Kalau terjadi
peradangan yang hebat, tetapi belum ada perforasi ulkus, maka toksin
dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar dengan
melalui membrana Descemet, endotel kornea dan akhirnya ke camera
oculi anterior (COA). Dengan demikian iris dan badan siliar meradang
dan timbullah kekeruhan di cairan COA disusul dengan terbentuknya
hipopion (pus di dalam COA).6
Hipopion ini steril, tidak mengandung kuman. Karena kornea pada
ulkus menipis, tekanan intra okuler dapat menonjol ke luar dan disebut
keratektasi. Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai
membrana Descemet dapat timbul tonjolan pada membrana tersebut yang
disebut Descemetocele atau mata lalat. Bila peradangan hanya di
permukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat sembuh dengan
tidak meninggalakan sikatrik.6
Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan
terbentuknya sikatrik, yang dapat berbentuk nebula yaitu bercak seperti
awan yang hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan,
makula yaitu bercak putih yang tampak jelas di kamar terang, dan
leukoma yaitu bercak putih seperti porselen yang tampak dari jarak jauh.
Bila ulkus lebih dalam lagi bisa mengakibatkan terjadinya perforasi.6
Adanya perforasi membahayakan mata oleh karena timbul
hubungan langsung dari bagian dalam mata dengan dunia luar sehingga
kuman dapat masuk ke dalam mata dan menyebabkan timbulnya
endoftalmitis, panoftalmitis dan berakhir dengan ptisis bulbi. Dengan

11
terjadinya perforasi cairan COA dapat mengalir ke luar dan iris mengikuti
gerakan ini ke depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang
perforasi dan disebut sinekia anterior atau iris dapat menonjol ke luar
melalui lubang perforasi tersebut dan disebut iris prolaps yang
menyumbat fistel.6

1.7 Diagnosis
Ulkus kornea menyebabkan nyeri, peka terhadap cahaya
(fotofobia) dan peningkatan pembentukan air mata, yang kesemuanya
bisa bersifat ringan. Pada kornea akan tampak bintik nanah yang
berwarna kuning keputihan. Kadang ulkus terbentuk di seluruh
permukaan kornea dan menembus ke dalam. Pus juga bisa terbentuk di
belakang kornea. Semakin dalam ulkus yang terbentuk, maka gejala dan
komplikasinya semakin berat. Gejala lainnya adalah: gangguan
penglihatan, mata merah, mata terasa gatal, kotoran mata. Dengan
pengobatan, ulkus kornea dapat sembuh tetapi mungkin akan
meninggalkan serat-serat keruh yang menyebabkan pembentukan
jaringan parut dan mengganggu fungsi penglihatan. Penegakan diagnosis
dari ulkus kornea juga ditemukan tes fluoresin positif disekitar ulkus.
Diagnosis banding ulkus kornea antara lain keratitis, endoftalmitis dan
sikatrik kornea.

Pemeriksaan Penunjang

1. Slit Lamp
Gambaran ulkus kornea pada pemeriksaan slit lamp akan berbeda-
beda. Pada ulkus kornea bakteri akan tampak seperti infiltrat yang jelas
dengan inflamasi pada stroma dan edema. Untuk lebih spesifik lagi,
pada ulkus kornea bakteri kokus gram positif, stafilokokkus aureus dan
streptokok pneumoni akan memberikan gambaran ulkus yang terbata,
bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak ulkus
yang supuratif. Dan pada ulkus kornea bakteri pseudomonas, maka

12
ulkus akan terlihat melebar dengan cepat, purulent berwarna kuning
hijau terlihat melekat pada permukaan ulkus.13,2
Ulkus kornea jamur muncul lesi berwarna putih abu-abu yang kering
dikelilingi infiltrat halus disekitarnya (fenomena satelit). Pada ulkus
kornea akibat virus HSV terlihat lesi dendritik dengan fluorescein yang
terserap. Dan pada ulkus kornea Acanthomoeba menunjukkan lesi epitel
difus yang belang, lesi seperti dendritic atau infiltrat yang berbentuk
cincin.13,2

Gambar 1.8 Pemeriksaan Slit Lamp

2. Pewarnaan Fluorescein
Pewarnaan fluorescein juga dapat membantu diagnosis ulkus kornea.
Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea
dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluorescein akan
berwarna hijau ditengahnya.2
Pemeriksaan fluoresein dilakukan untuk menilai adanya defek pada
kornea, caranya adalah
 Mata ditetes pantocain 0.5% 1 tetes pada mata yang ingin diperiksa
 Zat warna fluoresein diteteskan pada mata yang ingin diperiksa (1
tetes)
 Zat warna yang diirigasi dengan menggunakan aqua bides atau
larutan garam fisiologik sampai airmata tidak berwarna hijau lagi
 Kornea dilihat dengan seksama dengan memakai lampu biru
apakah ada yang berwarna hijau atau tidak.

13
Intepretasi

a) Bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat defek pada
epitel kornea
b) Defek ini dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat yang
mengakibatkan kerusakan pada epitel kornea.

Gambar 1.9

3. Kultur
Pada pemeriksaan kultur dapat menggunakan pulasan gram, Giemsa
atau KOH. Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengetahui organisme
secara spesifik sebelum diberikan pengobatan empiris dengan
antibiotik. Pengambilan spesimen harus dari tempat ulkusnya, dengan
membersihkan jaringan nekrotik terlebih dahulu ; dilakukan secara
aseptik menggunakan spatula Kimura, lidi kapas steril, kertas saring
atau Kalsium Alginate Swab. Media penyubur seperti pelat agar darah,
media coklat, media Sabouraud untuk jamur dan triglikolat akan
memberikan hasil positif yang lebih baik daripada penanaman langsung
pada medium isolasi. Hasil pewarnaan gram dapat memberikan
informasi morfologik tentang kuman penyebab apakah kuman gram (+)
atau (-).11,2

14
Diagnosis Banding
Tabel 1.1. Diagnosis Banding Ulkus Kornea.

Kondisi Infeksi Bakteri/Jamur Infeksi Virus

Sakit Tidak ada sampai hebat Rasa benda asing

Fotofobia Bervariasi Sedang

Visus Biasanya menurun dan Menurun ringan


mencolok

Infeksi okular Difus Ringan-sedang

1.8 Penatalaksanaan7
Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya
bakteri dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.
Pengobatan umumnya untuk ulkus kornea adalah dengan sikloplegik,
berupa sulfas atropin salep sebagai sedatif, dekongestif dan paralysis
m.siliaris dan m.konstriktor pupil untuk pelepasan sinekia posterior dan
mencegah pembentukan sinekia yang baru. Selain itu, bisa diberikan
skopolamin sebagai midratika, analgetik untuk menghilangkan rasa sakit
dan steroid untuk mengurangi reaksi peradangan.
Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat
tenang, kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang memerlukan
pengobatan ditambah 1-2 minggu. Ulkus kornea sembuh dengan dua
cara: migrasi sel-sel epitel sekeliling ulkus disertai dengan mitosis dan
masuknya vaskularisasi dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil
akan sembuh dengan cara yang pertama, ulkus yang lebih besar dan
dalam biasanya akan mengakibatkan munculnya pembuluh darah untuk
mensuplai sel-sel radang. Leukosit dan fibroblas menghasilkan jaringan
granulasi dan sikatrik sebagai hasil penyembuhan.
Secara umum ulkus diobati sebagai berikut: Tidak boleh dibebat,
karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator.
Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari. Diperhatikan
kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder. Debridemen sangat

15
membantu penyembuhan. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa.
Biasanya diberi lokal kecuali bila keadaan berat. Pengobatan dihentikan
bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat terang, kecuali bila
penyebabnya pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2
minggu. Pada ulkus kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti
apabila dengan pengobatan tidak sembuh dan terjadi jaringan parut yang
mengganggu penglihatan.

Tabel 1.2. Tatalaksana Ulkus Kornea berdasarkan Mikroorganisme

Mikroorganisme Tatalaksana

Bakteri Flurokuinon tetes tiap jam selama 2 hari pagi dan


malam, kemudian setiap pagi selama 3 hari,
kemudian 4 kali perhari sampai ada perbaikan.

Jamur Topikal: Fluoconidazole 0,2%, Amphoteicin B


0,15-0,3%.
Oral: Fluoconidazole 2x200 mg per hari

Acanthamoeba Biguanide 0,02% tetes tiap jam pagi dan malam


selama 2 hari, kemudian tiap jam pagi selama 3
hari, lalu tiap 2 jam selama 3-4 minggu,
kemudian 4 kali sehari.

Keratoplasti

Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan keratoplasti.


Keratoplasti adalah transplantasi kornea yang dapat menggantikan kornea
yang rusak dengan kornea donor yang sehat untuk memulihkan
penglihatan. Ada 2 jenis keratoplasti, yaitu keratoplasti lamellar yaitu
penggantian sebagian dari ketebalan kornea, dan keratoplasti penetrans
yaitu penggantian kornea seutuhnya. Tindakan pembedahan keratoplasti
dapat dilakukan dengan indikasi:
a) Pengobatan tidak sembuh

16
b) Terjadinya jaringan parut yang mengurangi penglihatan
c) Kemunduran visus yang mengganggu aktivitas
d) Kelainan kornea yang menggangu mental dan tidak disertai ambliopia.

Gambar 1.10. Keratoplasti


7
1.9 Komplikasi
Komplikasi dari ulkus kornea, antara lain :
 Infeksi di bagian kornea yang lebih dalam (Endophtalmitis,
Panophtalmitis)
 Perforasi kornea (pembentukan lubang)
 Glaucoma sekunder
 Sikatrik kornea

1.10 Prognosis5
Prognosis penderita ulkus kornea buruk karena komplikasi yang
dapat terjadi berupa perforasi kornea, endopthalmitis, panopthalmitis.
Apabila sembuh maka akan menyebabkan terbentuknya sikatriks kornea
yang juga akan mengganggu penglihatan penderita.

17
BAB II
LAPORAN KASUS

ANAMNESIS Nama : Ny. K Ruang : -


Umur : 40 tahun Kelas : -

Nama Lengkap : Ny. K


Tempat dan Tanggal Lahir : 9 Desember 1982
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Plaju
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA

Dokter yang Merawat : dr. Fera Yunita Rodhiyati,, Sp. M


Dokter Muda : Zhafirah Alifah

Tanggal Pemeriksaan : 08 Maret 2022

Keluhan Utama : Pandangan mata kiri kabur sejak 10 hari yang lalu.

Keluhan Tambahan : Mata kiri bengkak, merah, nyeri, pengilihatan silau, mata
berair serta keluar cairan berwarna putih.

18
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Mata RSUD Palembang BARI dengan keluhan mata
kiri kabur sejak 10 hari yang lalu. Keluhan tersebut disertai dengan mata kiri
bengkak, merah, nyeri, pengilihatan silau, mata berair serta keluar cairan berwarna
putih. Keluhan semakin memberat bila beraktivitas, melihat cahaya terang dan
berkurang dengan istirahat.
Sebelum keluhan muncul, penderita mengaku mata sebelah kiri terkena
serpihan kayu saat lagi bersih-bersih di rumah dan karena gatal pasien
menggosok-gosok matanya. Pasien langsung berobat ke puskesmas karena mata
terasa nyeri dan tampak merah. Pasien mendapatkan terapi berupa obat tetes mata
insto yang diteteskan empat kali sehari namun tidak terdapat perbaikan.
5 hari kemudian keluhan semakin berat dan mata menjadi sering berair dan
terasa ada benda yang mengganjal di permukaan mata. Selain itu, di daerah
bulatan hitam pada mata tampak bercak putih yang semakin hari semakin
membesar ukurannya. Penglihatan pasien juga menjadi buram, dirasakan semakin
hari semakin berat, dan akhirnya pasien berobat ke RSUD Palembang Bari.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat darah tinggi disangkal
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat operasi disangkal
- Riwayat trauma pada mata (+) ada
- Riwayat penggunaan kacamata disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat darah tinggi ada
- Riwayat kencing manis ada
- Riwayat penggunaan kacamata disangkal
- Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal

Nama : Ny. K Ruang : -


PEMERIKSAAN FISIK
Umur : 40 tahun Kelas : -

19
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Laju Napas : 22 x/menit
- Suhu : 36,7 C

Status Oftalmologis

OD OS

4
3
1. Injeksi siliar
2. Lensa Keruh, ulkus
3. Hipopion
4. Edema

No. Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/30 PH (+); 6/15 3/60; PH (-)
2. Tekanan Intra Okuler N N
3. Kedudukan Bola Mata
Posisi Ortoforia Ortoforia
Eksoftalmus (-) (-)
Enoftalmus (-) (-)
4. Pergerakan Bola Mata
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Temporal Baik Baik

20
Temporal atas Baik Baik
Temporal bawah Baik Baik
Nasal Baik Baik
Nasal atas Baik Baik
Nasal bawah Baik Baik
Nistagmus (-) (-)
5. Palpebrae
Hematom (-) (-)
Edema (-) (+)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Ulkus (-) (-)
Fistel (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Ptosis (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Sekret (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Madarosis (-) (-)
6. Punctum Lakrimalis
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Benjolan (-) (-)
Fistel (-) (-)
7. Konjungtiva Tarsal Superior
Edema (-) (-)
Hiperemis (-) (+)
Sekret (-) (+)
Epikantus (-) (-)
8. Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis (-) (-)
Hiperemis (-) (-)
Anemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Lithiasis (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Kemosis (-) (-)
Pterigium (-) (-)
Pinguekula (-) (-)
Flikten (-) (-)
Simblefaron (-) (-)
Injeksi konjungtiva (-) (-)

21
Injeksi siliar (-) (+)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
10. Kornea
Kejernihan Jernih Keruh
Edema (-) (+)
(+) di sentral, ukuran
Ulkus (-) 1,5 x 2,2 mm, batas
tegas
Erosi (-) (-)
Infiltrat (-) (+)
Flikten (-) (-)
Keratik presipitat (-) (-)
Macula (-) (-)
Nebula (-) (-)
Leukoma (-) (-)
Leukoma adherens (-) (-)
Stafiloma (-) (-)
Neovaskularisasi (-) (-)
Imbibisi (-) (-)
Pigmen iris (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11. Limbus kornea
Arkus senilis (-) (-)
Bekas jahitan (-) (-)
12. Sklera
Sklera biru (-) (-)
Episkleritis (-) (-)
Skleritis (-) (-)
13. Kamera Okuli Anterior
Kedalaman Normal Normal
Kejernihan Jernih Keruh
Flare (-) (-)
Sel (-) (-)
Hipopion (-) (+)
Hifema (-) (-)
14. Iris
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Gambaran radier Jelas Jelas
Eksudat (-) (-)
Atrofi (-) (-)
Sinekia posterior (-) (-)
Sinekia anterior (-) (-)
Iris bombe (-) (-)
Iris tremulans (-) (-)
15. Pupil

22
Bentuk Bulat Bulat
Besar ± 3 mm ± 3 mm
Regularitas Reguler Reguler
Isokoria Isokor Isokor
Letak Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Seklusio pupil (-) (-)
Oklusi pupil (-) (-)
Leukokoria (-) (-)
16. Lensa
Kejernihan Jernih Jernih
Shadow test (-) (-)
Refleks kaca (-) (-)
Luksasi (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Pseudofakia (-) (-)
Afakia (-) (-)
17. Funduskopi
Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- bentuk Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Makula lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang:
Rencana pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
- Pemeriksaan tes fluorescein untuk melihat adanya defek pada kornea
- Pemeriksaan gram, KOH, dan kultur dari kerokan ulkus

RINGKASAN ANAMNESIS DAN Nama : Ny. K Ruang : -


PEMERIKSAAN JASMANI Umur : 40 tahun Kelas : -

Pasien datang ke IGD Mata RSUD Palembang BARI dengan keluhan mata kiri
kabur sejak 10 hari yang lalu. Keluhan tersebut disertai dengan mata kiri bengkak,
merah, nyeri, penglihatan silau, mata berair serta keluar cairan berwarna putih.
Keluhan semakin memberat bila beraktivitas, melihat cahaya terang dan berkurang
dengan istirahat. Sebelum keluhan muncul, penderita mengaku mata sebelah kiri
terkena serpihan kayu saat lagi bersih-bersih di rumah dan karena gatal pasien

23
menggosok-gosok matanya. Pasien langsung berobat ke puskesmas karena mata
terasa nyeri dan tampak merah. Pasien mendapatkan terapi berupa obat tetes mata
insto yang diteteskan empat kali sehari namun tidak terdapat perbaikan.

Pemeriksaan Oftalmologikus

OS
OD
6/30; PH (+) 6/15 Visus 3/60; PH (-)
Konjungtiva
Dalam Batas Normal Hiperemis (+), secret (+)
Tarsal
Konjungtiva
Dalam Batas Normal Injeksi siliar (+)
Bulbi
Keruh (+), edema (+), ulkus
Dalam Batas Normal Kornea (+) di sentral uk 2,5 x 1,5
mm, infiltrate (+), batas tegas
Dalam Batas Normal COA Keruh (+), Hipopion (+)

Daftar Masalah:

1. Mata kiri kabur sejak 10 hari.


2. Mata kiri bengkak, merah, nyeri, pengilihatan silau, mata berair serta keluar
cairan berwarna putih, keluhan semakin memberat bila beraktivitas, melihat
cahaya terang dan berkurang dengan istirahat
3. Riwayat trauma (+) dan dibawa ke puskesmas namun tidak ada perubahan
4. VOS : 3/60; PH (-)
5. Konjungtiva tarsal : Hiperemis (+) OS, Sekret (+) OS
6. Konjungtiva bulbi : Injeksi siliar (+) OS
7. Kornea : keruh (+) OS, Edema (+) OS, Ulkus (+) OS, Infiltrat (+)
8. COA : Keruh (+) OS, Hipopion (+) OS

Kemungkinan Penyebab Masalah :


Ulkus Kornea Susp. Bakterialis

RENCANA PENGELOLAAN Nama : Ny. K Ruang : -

24
Umur : 40 tahun Kelas : -
Farmakologi:
1. Antibiotic topical Gentamycin ED 3x1 OS
2. Ciprofloxacin 2x1 tab PO
3. Asam mefenamat 500 mg 3x1 tab PO
4. Pembilasan bilik mata depan pada hipopion

Non-farmakologi:
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami.
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa penting untuk menjaga kebersihan mata
setiap pagi dengan kasa menggunakan air steril atau air hangat.
3. Mencuci tangan sebelum mengaplikasikan obat ke mata untuk mencegah
penyebaran infeksi
4. Hindari memegang atau menggosok mata yang meradang

Nama dan tanda tangan dokter muda : Zhafirah Alifah


Diperiksa dan disahkan oleh : dr. Fera Yunita Rodhiyati, Sp. M
Dokter Pembimbing: dr. Fera Yunita Rodhiyati, Sp. M
Tanggal : 7 Maret 2022

Tanda tangan,

(dr. Fera Yunita Rodhiyati, Sp. M)

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia. Ulkus Kornea dalam : Ilmu


Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke-
2. Jakarta: Sagung Seto. 2002.
2. Suharjo, Widido F. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai
Tempat Pelayanan Mata Tertier. 2007.
3. American Academy of Ophthalmology. Confronting Corneal Ulcers.
American: AAO Journal. 2012.
4. Sheng, et al. Factors Affecting Corneal Endothelial Morphology. USA:
ARVO Journal. 2006: 47(13).
5. Susila, Niti et al. Standar Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Mata FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. 2009
6. Budhiastra, P et al. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit Mata RSUP
Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP
Sanglah Denpasar. 2001.
7. Ilyas, Sidarta. Konjungtivitis Gonore, in: Ilmu Penyakit Mata. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2005 pp:127-130.
8. Safitri & Fitriani. Laporan Kasus: Ulkus Kornea Dextra.Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 2020.
9. Suharjo, Widido F, 2007. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito
Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. 2007.

26
10. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Jakarta: FKUI. 2004
11. Fanri. Penatalaksanaan pada Pasien Ulkus Kornea dengan Prolaps Iris
Oculi Sinistra. Lampung: Juke Unila. 2013. 1(1).
12. Wijaya N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6. Jakarta:
Universitas Diponegoro. 1993

27

Anda mungkin juga menyukai