1
ARIFAH DEWI AKHADIYAH
198509082023212002
2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ULKUS KORNEA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu
terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. (Darling,H
Vera, 2000, hal 112)
2. Etiologi
Secara etiologik ulkus kornea dapat disebabkan oleh :
Bakteri : Kuman yang murni dapat menyebabkan ulkus kornea adalah
streptokok pneumoniae, sedangkan bakteri lain menimulkan ulkus
kornea melalui faktor-faktor pencetus diatas.
Virus : herpes simplek, zooster, vaksinia, variola
Jamur : golongan kandida, fusarium, aspergilus, sefalosporium
Reaksi hipersensifitas : Reaksi terhadap stapilokokus (ulkus marginal),
TBC (keratokonjungtivitis flikten), allergen tak diketahui (ulkuscincin)
(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)
3
kortikosteroid, IUD, anestetik local dan golongan imunosupresif.
3. Patofisiologi
Ulkus
Terpajannya
reseptor
nyeri
Ruptur kornea
TIO meningkat
Penglihatan terganggu
4
4. Tanda dan Gejala
Pada ulkus yang menghancurkan membran bowman dan stroma, akan
menimbulkan sikatrik kornea.
Gejala subyektif pada ulkus kornea sama seperti gejala-gejala keratitis.
Gejala obyektif berupa infeksi silier, hilangnya sebagian jaringan kornea
dan adanya infiltrat. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis
disertai hipopion.
Fotofobia
Rasa sakit dan lakrimasi (Darling,H Vera, 2000, hal 112)
Streptokokok pneumonia
Streptokokok alfa hemolitik
Pseudomonas aeroginosa
Klebaiella Pneumonia
Spesies Moraksella
Sedangkan dari ulkus kornea yang ada faktor pencetusnya adalah
bakteri patogen opportunistik yang biasa ditemukan di kelopak mata,
kulit, periokular, sakus konjungtiva, atau rongga hidung yang pada
keadaan sistem barier kornea normal tidak menimbulkan infeksi.
Bakteri pada kelompok ini adalah :
Stafilokukkus epidermidis
Streptokokok Beta Hemolitik
Proteus
5
Ulkus kornea oleh bakteri Streptokokus
Bakteri kelompok ini yang sering dijumpai pada kultur dari infeksi ulkus
kornea adalah
6
infeksi ulkus kornea sentral, infeksi ulkus marginal, infeksi ulkus
7
alergi(toksik).
Infeksi ulkus kornea oleh Stafilokokus Epidermidis biasanya terjadi bila
ada faktor penceus sebelumnya seperti keratopati bulosa, infeksi
herpes simpleks dan lensa kontak yang telah lama digunakan.
8
Ulkus Kornea Oleh Virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang
bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada
bentuk disiform bila mengalami nekrosis dibagian sentral.
9
kortikosteroid.
b. Ulkus Marginal
Ulkus marginal adalah peradangan kornea bagian perifer dapat
berbentuk bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau
banyak dan terdapat daerah kornea yang sehat dengan limbus. Ulkus
marginal dapat ditemukan pada orang tua dan sering dihubungkan
dengan penyakit rematik atau debilitas. Dapat juga terjadi ebrsama-sama
dengan radang konjungtiva yang disebabkan oleh Moraxella, basil Koch
Weeks dan Proteus Vulgaris. Pada beberapa keadaan dapat
dihubungkan dengan alergi terhadap makanan. Secara subyektif ;
penglihatan pasien dengan ulkus marginal dapat menurun disertai rasa
sakit, lakrimasi dan fotofobia. Secara obyektif : terdapat blefarospasme,
injeksi konjungtiva, infiltrat atau ulkus yang sejajar dengan limbus.
Pengobatan : Pemberian kortikosteroid topikal akan sembuh dalam 3
hingga 4 hari, tetapi dapat rekurens. Antibiotika diberikan untuk infeksi
stafilokok atau kuman lainnya. Disensitisasi dengan toksoid stafilokkus
dapat memberikan penyembuhan yang efektif.
Ulkus Cincin
Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh
lingkaran kornea, bersifat destruktif dan biasaya mengenai satu mata.
Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama
penyakit disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik.
Penyakit ini bersifat rekuren
Pengobatan bila tidak erjad infeksi adalah steroid saja.
1
sumbu terpanjag tukak sejajar dengan limbus. Diantara infiltrat tukak
yang akut dengan limbus ditepiya terlihat bagian yang bening.
Terjadi pada pasien lanjut usia.
Pengobatan dengan memberikan antibiotik, steroid dan vitamin.
Ulkus Mooren
Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian perifer
kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adaya kecenderungan
untuk perforasi. Gambaran khasnya yaitu terdapat tepi tukak
bergaung dengan bagan sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu
yang agak lama. Tukak ini berhenti jika seluuh permukaan kornea
terkenai.
Penyebabya adalah hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, virus atau
autoimun.
Keluhannya biasanya rasa sakit berat pada mata.
Pengobatan degan steroid, radioterapi. Flep konjungtiva, rejeksi
konjungtiva, keratektomi dan keratoplasti.(Sidarta Ilyas, 1998, 57-60)
6. Pemeriksaan Diagnostik
Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan )
Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg
Pemeriksaan oftalmoskopi
Pemeriksaan Darah lengkap, LED
Pemeriksaan EKG
Tes toleransi glukosa
7. Penatalaksanaan
Pasien dengan ulkus kornea berat biasanya dirawat untuk pemberian
berseri (kadang sampai tiap 30 menit sekali), tetes antimikroba dan
pemeriksaan berkala oleh ahli opthalmologi. Cuci tangan secara seksama
1
adalah wajib. Sarung tangan harus dikenakan pada setiap intervensi
keperawatan yang melibatkan mata. Kelopak mata harus dijaga
kebersihannya, dan perlu diberikan kompres dingin. Pasien dipantau adanya
peningkatan tanda TIO. Mungkin diperlukan asetaminofen untuk mengontrol
nyeri. Siklopegik dan midriatik mungkin perlu diresep untuk mengurangi nyeri
dan inflamasi.
Tameng mata (patch) dan lensa kontak lunak tipe balutan harus
dilepas sampai infeksi telah terkontrol, karena justru dapat memperkuat
pertumbuhan mikroba. Namun kemudian diperlukan untuk mempercepat
penyembuhan defek epitel.
1
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Aktivitas / Istrahat
Gejala : Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya
Tanda : Nampak berhati-hati dalam beraktivitas
Neurosensori
Gejala : Klien mengeluh penglihatan kabur, klien mengeluh
penglihatan silau
Tanda : Penurunan ketajaman mata, penurunan visus, tidak dapat
melihat dengan jarak jauh, Nampak mengecilkan mata
bila ada respon cahaya, mata Nampak merah, Nampak
kotor
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya, klien
mengeluh sakit kepala
Tanda : Nampak memegang area mata, ekspresi wajah Nampak
meringis
Integritas ego
Gejala : Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya, klien
mengeluh akan kondisi matanya
Tanda : Nampak takut, bertanya tentang kondisi, penyakitnya.
Bingung bila ditanya tentang penyakitnya, klien nampak
bingung bila ditanya tentang penyakitnya.
b. Pengelompokan Data
Data Subyektif :
Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena
gangguan penglihatan
Klien mengeluh penglihatan kabur
1
Klien mengeluh penglihatan silau
Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya
Klien mengeluh sakit kepala
Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya
Klien mengeluh akan kondisi matanya
Data Obyektif :
Nampak berhati-hati dalam beraktivitas
Penurunan ketajaman mata, penurunan visus
Tidak dapat melihat dengan jarak jauh
Nampak mengecilkan mata bila ada respon cahaya
Mata nampak merah
Nampak kotor
Nampak memegang area mata
Ekspresi wajah nampak meringis
Nampak takut
Bertanya tentang kondisi penyakitnya
Bingung bila ditanya tentang penyakitnya.
1
c. Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
Ds : Invasi bakteri Nyeri
Klien mengeluh nyeri ↓
pada daerah matanya Inkulurensi kornea
Klien mengeluh sakit ↓
kepala Peningkatan TIO
↓
Do : Merangsang pengeluaran
Ekspresi wajah nampak (histamine, bradikin,
meringis prostaglandin)
Nampak memegang ↓
area mata Impuls disampaikan thalamus
Korteks serebri
↓
Impuls dipersepsikan
↓
Nyeri
Ds : Perforasi pada kornea Gangguan
Klien mengeluh tidak ↓ persepsi
dapat beraktivitas seperti Tumpukan pus di kamera okuli sensori :
biasanya karena anterior penglihatan
gangguan penglihatan ↓
Klien mengeluh Penerimaan dan retraksi cahaya
penglihatan kabur belakang
Klien mengeluh ↓
penglihatan silau Penglihatan kabur
↓
Do Penurunan visus
Nampak berhati-hati ↓
dalam beraktivitas Gangguan persepsi sensori :
Penurunan ketajaman penglihatan
mata, penurunan visus
Tidak dapat melihat
dengan jarak jauh
Nampak mengecilkan
mata bila ada respon
cahaya
Mata nampak merah
1
Nampak kotor
Ds : Ulkus kornea Ansietas
Klien mengeluh takut ↓
Gangguan penglihatan
dengan keadaan
↓
matanya Perubahan kondisi mata
Klien mengeluh akan ↓
Kurang terpajang informasi
kondisi matanya
↓
Do : Stress psikologis
Nampak takut ↓
Bertanya tentang kondisi Koping individu tidak efektif
↓
penyakitnya
Ansietas
Bingung bila ditanya
tentang penyakitnya.
Do : Ulkus kornea Resiko cidera
Klien mengeluh ↓
Kerusakan penglihatan
penglihatan kabur
↓
Nampak berhati-hati Lapang pandang menurun
dalam beraktivitas ↓
Penurunan ketajaman Resiko terjadi cidera
d. Prioritas Masalah
1) Nyeri
2) Gangguan persepsi sensori
3) Ansietas
4) Resiko cidera
1
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan inkulirensi kornea ditandai dengan
Ds : Klien mengeluh nyeri pada daerah matanya
Klien mengeluh sakit kepala
Do : Ekspresi wajah nampak meringis
Nampak memegang area mata
b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan ketajaman
mata ditandai dengan :
Ds : Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas seperti biasanya
karena gangguan penglihatan
Klien mengeluh penglihatan kabur
Klien mengeluh penglihatan silau
Do : Nampak berhati-hati dalam beraktivitas
Penurunan ketajaman mata, penurunan visus
Tidak dapat melihat dengan jarak jauh
Nampak mengecilkan mata bila ada respon cahaya
Mata nampak merah
Nampak kotor
c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit
ditandai dengan :
Ds : Klien mengeluh takut dengan keadaan matanya
Klien mengeluh akan kondisi matanya
Do : Nampak takut
Bertanya tentang kondisi penyakitnya
Bingung bila ditanya tentang penyakitnya
d. Resiko cidera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
ditandai dengan :
Do : Klien mengeluh penglihatan kabur
Nampak berhati-hati dalam beraktivitas
Penurunan ketajaman mata, penurunan visus
1
Tidak dapat melihat dengan jarak jauh
3. Perencanaan
Dx 1 : Nyeri
Tupan : Setelah dilakukan tindakan kep. nyeri teratasi
Tupen : Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari nyeri
beransur – ansur hilang dengan kriteria :
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Ekspresi wajah nampak tenang
Intervensi :
a. Pantau skala nyeri yang dialami klien
Rasional : untuk mengetahui derajat nyeri yang dirasakan klien sehingga
memudahkan dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaa untuk trauma tumpul
Rasional : mengurangi edema sehingga membantu mengurangi rasa
nyeri
c. Kurangi tingkat pencahayaan
Rasional : tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyaman setelah
pembedahan
d. Anjurkan klien untuk beristrahat yang cukup
Rasional : istrahat membantu memberihkan rasa nyaman
e. Anjurkan klien menggunakan kacamata hitam pada cahaya yang kuat
Rasional : cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah
penggunaan tetes mata dilator
f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat analgetik
Rasional : pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO
dan meningkatkan rasa nyaman.
1
Dx 2 : Gangguan persepsi sensori penglhatan
Tupan : Setelah dilakukan tindakan kep. gangguan penglihatan teratasi
Tupen : Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari
gangguan penglihatan beransur-ansur membaik dengan
criteria :
- Penglihatan klien normal
- Klien dapat melakukan aktivitas sehari hari dengan baik
Intervensi :
1
Dx 3 : Ansietas
Tupan : Setelah dilakukan tindakan kep. Ansietas teratasi
Tupen : Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari
ansietas beransur-ansur membaik dengan criteria :
- Klien tidak takut akan penyakitnya
- Klien dapat menerima kondisi mata
- Klien memahami tentang penyakit serta perawatan yang
akan dilakukan.
Intervensi :
1. Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk
mengetahui keprihatikan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman
Rasional : informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui,
mekanismekoping dapat membantu pasien berkompromi dengan
kegusara, ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan dan
penlakan.
2. Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru
Rasional : mengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi
ansietas dan meningkatkan keamanan
3. Menjelaskan rutinitas perioperatif
Rasional : pasien yang telah banyak mendapat informasi lebih mudah
menerima penanganan dan mematuhi intruksi
4. Menjelaskan intervensi sedetil-detilnya
Rasional : pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada
masukan indera yang lain untuk mendapatkan informasi
5. Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu
Rasional : perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat
6. Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan
pasien
Rasional : pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas
sehubungan dengan penanganan dari perawatan diri
2
7. Dorong partisipasi dalam aktivitas social dan pengalihan bila memungkin
Rasional : isolasi social dan waktu luang yang terlalu lama dapat
menimbulkan perasaan negative.
Dx 4 : Resiko cidera
Tupan : Setelah dilakukan tindakan kep. Cidera tidak terjadi
Tupen : Setelah dilakukan tindakan kep. selama beberapa hari tanda-
tanda cidera tidak akan terjadi dengan criteria :
- Klien dapat beraktivitas dengan baik
- Beraktivitas secara mandiri.
Intervensi :
1. bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai
stabil dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang
memadai, menggunakan teknik bimbingan penglihatan
rasional : menurunkan resiko jatuh atau cidera ketika langkah
sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk
kerusakan penglihatan.
2. Bantu pasien menata lingkungan :
Rasional : memanfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cidera
3. Orientasikan pasien pada ruangan
Rasional ; meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan
4. Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila
diperintahkan
Rasional : tameng logam atau kacamata melindungi mata terhadap
cidera
5. Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma
Rasional ; tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius
lebih lanjut.
6. Gunakan prosedur yang memadai ketka memberikan obat mata
Rasional ; cidera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata