Anda di halaman 1dari 3

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu tugas penting bagi bioteknologi, rekayasa genetik, dan
farmakologi modern adalah menemukan atau membuat suatu sistem untuk
mendapatkan suatu senyawa organik kompleks yang merupakan produk natural
yang berharga dalam jumlah besar menggunakan organisme hidup. Sejak
beberapa waktu belakangan ini, orang-orang menggunakan tanaman tidak hanya
sebagai sumber pangan, tetapi juga sebagai sumber berbagai senyawa kimia :
farmasetika, insektisida, suplemen makanan, dan lain sebagainya (Sheludko,
2010).
Sistem kultur jaringan tanaman dapat menggambarkan sebuah sumber
penting dari suatu senyawa obat, perasa, pemberi aroma, dan juga pewarna yang
berpotensi untuk dapat diperbarui, yang tidak dapat diproduksi menggunakan sel
mikroba ataupun sintesis kimia. Aplikasi bioteknologi menggunakan kultur sel
tanaman menunjukkan hasil terbaru dari pengembangan teknik dalam kultur
tanaman di lapangan. Pengembangan untuk kepentingan komersial dari metabolit
sekunder dalam beberapa tahun ini memberi hasil yang menakjubkan, dalam hal
metabolisme sekunder, dan juga kemungkinan untuk mengubah hasil metabolit
tanaman bioaktif, melalui teknologi kultur jaringan (Vanisree and Tsay, 2004).
Kultur jaringan tanaman yang banyak dikembangkan saat ini adalah sistem
kultur suspensi. Kemampuan biotransformasi sistem kultur suspensi sel
merupakan hal yang paling sering diteliti dengan tujuan produksi senyawa yang
lebih berpotensi. Kultur suspensi sel dapat melakukan berbagai biotransformasi
dengan pemberian substrat berupa senyawa endogen maupun eksogen bagi
tanaman tersebut (Indrayanto, 1988). Biotransformasi menggunakan kultur
suspensi sel tanaman memberikan peranan penting dalam modifikasi struktur
senyawa yang memiliki aktivitas terapeutik (Syahrani et al., 1998).
Biotransformasi menggunakan kultur suspensi sel telah banyak dilakukan
untuk mendapatkan senyawa metabolit sekunder dengan sifat fisika kimia yang
diinginkan. Reaksi biotransformasi yang paling banyak dilaporkan adalah
2

konjugasi glikosil. Reaksi konjugasi glikosil oleh kultur sel tanaman


bersifat selektif dan spesifik yang secara kimia sulit dilakukan dan tidak
ditemukan pada mikroorganisme (Dombrowski dan Alfermann, 1992). Melalui
reaksi biotransformasi dengan mekanisme konjugasi glukosil, dapat diperoleh
senyawa yang aktif, dengan efek samping yang lebih kecil, dapat meningkatkan
kelarutan senyawa yang sukar larut dalam air dan menghasilkan glikosida yang
berperan sebagai prodrug (Dombrowski dan Alfermann, 1992; Umetami et al.,
1982).
Beberapa penelitian yang terkait biotransformasi menggunakan kultur
suspensi sel antara lain adalah biotransformasi Hydroquinone oleh kultur suspensi
sel dari tiga tanaman Solanaceous Thailand menjadi Arbutin (Kittipongpatana et
al., 2007); Biotransformasi salicylamide oleh kultur suspensi Solanum
mammosum menjadi 2-O-β-D-glucopyranoside (Syahrani et al., 1996);
Glukosilasi dari p-dan m-Hydroxyphenols oleh kultur suspensi sel dari tanaman
Solanum mammosum (Indrayanto et al., 2005); Biotransformasi salicyl alcohol
oleh kultur suspensi sel Solanum laciniatum menjadi salicyl alcohol-7-O-β-D-(β-
1,6-D-glucopyranosyl)-glucopyranoside (Syahrani et al., 2000); Biotransformasi
mefenamic oleh kultur suspensi sel Solanum mammosum menjadi mefenamic
acid-7-O-β-D-glucopyranosyl ester, mefenamic acid-7-O-β-D-(β-1,6-O-D-
glucopyranosyl)-glucopyranosyl ester, mefenamic acid-7-O-β-D-(β-1,2-O-D-
glucopyranosyl)-glucopyranosyl ester, mefenamic acid-7-O-β-D-(β-1,6-O-D-
glucopyranosyl)-2-glucopyranosyl ester, mefenamic acid-7-O-α-D-(β-1,6-O-D-
glucopyranosyl)-glucopyranosyl ester (Surodjo et al., 2008).
Nipagin merupakan senyawa kimia yang digunakan sebagai pengawet
dalam berbagai sediaan farmasi. Senyawa ini bersifat sukar larut dalam air
(Depkes RI, 1995). Penelitian mengenai reaksi biotransformasi pada senyawa ini
belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
menggunakan kultur suspensi sel yang salah satunya adalah kultur suspensi
Solanum laciniatum Ait. untuk mengetahui dapatkah terjadi reaksi
biotransformasi pada senyawa nipagin yang dapat menghasilkan metabolit
sekunder dengan sifat lebih larut air sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam
penggunaannya sebagai pengawet.
3

1.2. Rumusan Masalah


Apakah kultur suspensi Solanum laciniatum Ait. dapat melakukan
biotransformasi terhadap nipagin menghasilkan senyawa baru yang lebih larut air?

1.3. Hipotesis
Kultur suspensi Solanum laciniatum Ait. dapat melakukan biotransformasi
terhadap nipagin menghasilkan senyawa baru yang lebih larut air.

1.4. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kultur suspensi sel
Solanum laciniatum Ait. mampu melakukan reaksi biotransformasi terhadap
senyawa nipagin dan dapat dihasilkan senyawa baru ataupun glikosidanya yang
lebih larut air.

1.5. Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi
mengenai kemampuan kultur suspensi sel Solanum laciniatum Ait. dalam
melakukan reaksi biotransformasi terhadap nipagin yang sukar larut dalam air
(kelarutannya asam benzoat 1 dalam 500 bagian air) menjadi derivatnya, antara
lain glikosidanya yang lebih larut dalam air sehingga menjadi pengawet yang
lebih efektif dan mudah untuk diformulasikan.

Anda mungkin juga menyukai