“BIOTRANSFORMASI”
OLEH
KELOMPOK II
KELAS A
Penulis
DAFTAR ISI
COVER..........................................................................
KATA PENGANTAR...................................................
DAFTAR ISI.................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................
1.1. Latar Belakang.........................................................
1.2. Rumusan Masalah....................................................
1.3. Tujuan .....................................................................
1.4. Manfaat ...................................................................
BAB II PEMBAHSAN..................................................
3.1. Kesimpulan..............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
2.3.Sarana Biotranformasi
Biotransformasi dapat dikembangkan menjadi biokatalis yang bersifat
khas, disebut stereo- dan regiospesiflk dengan kelebihan dapat
berlangsung pada kondisi pH dan temperatur yang non ekstrem.
Biotransformasi merupakan reaksi yang spesiflk untuk mengkonversi
suatu substrat yang kompleks dengan menggunakan sarana sebagai
berikut:
1. Sel-sel tanaman
2. Hewan atau mikroba
3. Enzim murni sebagai katalis.
Biotransformasi dengan berbagai kultur sel tanaman telah banyak
dilakukan dengan berbagai senyawa o-rganik sebagai substrat
eksogen. Untuk senyawa yang eksogenus bagi tanaman, profil produk
biotransformasi sangat tergantung pada struktur dan lingkungan
gugus fungsi pada molekul senyawa tersebut. Dalam review artikel
pertama tentang biotransformasi yang dimuat dalam Phytochemistry,
Suga dan Hirata (1990) menggolongkan tipe reaksi, stereospesiflSitas,
enantioselektivitaa dan mekanisme reaksi biotransformasi yang telah
berhasil dilakukan dengan kultur sel tanaman menjadi:
1. Hidroksilasi
2. Oksidasil reduksi antara alkohol dan keton
3. Reduksi ikatan rangkap karbon-karbon
4. Hidrolisis
5. Konjugasi glikosil
Biotransformasi dipilih karena reaksinya bersifat enzimatis
sehingga reaksi biotransformasi selektif dan sangat spesuik dalam
mengubah substrat yang ada. Spesifisitas dan selektivitas ini
disebabkan oleh struktur kiral protein enzim. Apabila ada
beberapa gugus fungsi maka hanya posisi spesifik tertentu yang
dipengaruhi. Reaksi biotransformaai dapat digunakan untuk
menyerang gugus fungsi yang tidak dapat diaktifkan secara
efisien atau memerlukan beberapa tahap antara, sebelum dapat
bereaksi secara kimia (Luckner, 1984)
Keberhasilan biotransformasi dengan kultur sel/jaringan tanaman
secara kualitatifdilihat dari perubahan yang terjadi pada struktur
kimia molekul substrat, selain itu keberhasilan biotransformasi
ditentukan pula secara kuantitatif sebagai laju biotransformasi
(biotransformation rate) (Kreis, et al., 1986; Dombrowski dan
Alfermann, 1989; Kamel, et al., 1992) yaitu besarnya persentasi
substrat yang dikonversi menjadi prod uk oleh sejumlah tertentu
massa sel dalam volume tertentu media per satuan waktu.
Sebagai contoh proses biotransformasi jamur endofit, Pada proses
biotransformasi, jamur endofit berperan sebagai katalis dimana
jamur akan mengeluarkan suatu enzim yang dapat merubah
struktur suatu senyawa kimia. Enzim akan bekerja baik apabila
jamur endofit tersebut mendapatkan nutrisi yang baik pula.
Sehingga pemilihan medium yang cocok sangat mempengaruhi
proses biotransformasi tersebut. Jika medium kaya akan nutrient
dan cocok bagi jamur, maka pertumbuhan jamur pun akan baik
dan dapat berpengaruh terhadap produksi enzim yang
dihasilkannya.
Selain itu penambahan substrat juga mempengaruhi jalanya reaksi
biotransformasi. Contohnya pada biotransformasi kina oleh jamur
Xylaria sp tidak berjalan dan tidak menghasilkan produk
biotransformasi dengan penambahan substrat yang sekaligus
banyak (20 mg). Sebaliknya substrat yang ditambahkan secara
bertahap dari jumlah yang sedikit (2mg) kemudian beberapa hari
kemudian ditambahkan lagi sebanyak 20 mg, memperlihatkan
jalannya reaksi biotransformasi (Shibuya, 2003). Sehingga agar
proses biotransformasi dapat berjalan maka perlu dicari kondisi
yang cocok untuk jamur tersebut, karena pada dasarnya setiap
jamur memiliki karakter yang spesifik dan unik untuk dapat
melakukan reaksi biotransformasi.
2.5. . Contoh Produksi Metabolit Sekunder Dengan Metode
Biotransformasi Menggunakan Mikroorganisme
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Biotransformasi adalah bagian dari bioremediasi.Biotransformasi
merupakan penggunaan sistem biologis untuk menghasilkan
perubahan kimia pada suatu senyawa.Biotransformasi juga dapat
didefinisikan sebagai proses dimana senyawa organik diubah dari satu
bentuk ke bentuk lainnya, dibantu oleh organisme seperti bakteri,
jamur, dan enzim. Pada prinsipnya, kultur jaringan meliputi dua
kegiatan utama yaitu mengisolasi atau memisahkan bagian tanaman
dari tanaman induk menumbuhkan dan mengembangkan bagian
tanaman tersebut di dalam media yang kondisinya steril dan mampu
mendorong pertumbuhan bagian tanaman menjadi tanaman yang
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Lee SY, Kim YK, Park SU. 2008. Rosmarinic acid production in
hairy root cultures of Agastache rugosa .Kuntze. 24:969-972.
Mulyani. D., Elvina. D. I., dan Arie. S., 2018, Pengaruh Waktu
Inkubasi terhadap Biotransformasi Minyak Jarak
(Ricinuscommunis L.) oleh Aspergillusoryzae, Indonesian
JournalOfEssential Oil, Vol. 3 (2).
Xiao, P., Mori, T., Kamei, I., & Kondo, R. (2011). Metabolism of
organochlorine pesticide heptachlor and its metabolite
heptachlor epoxide by white rot fungi, belonging to genus
Phlebia. FEMS Microbiology Letters, 314:140-146.