Anda di halaman 1dari 31

Makalah Biokimia

STRUKTUR DAN FUNGSI BIOMOLEKUL PADA SEL HIDUP


KHUSUSNYA BIOTA LAUT
Dosen : Prof. Ahyar Ahmad, Ph.D

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

Ni Putu Shintia Reski (H041181004)


Dian Islamiah (H041181030)
Zia Assya ‘Atur rahma (H041181031)
Fahdil Ryan Trianggara (H041181305)
Mutia Putri Jamaluddin (H041181318)

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami berupa

sehat fisik maupun akal pikiran dan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini dengan tepat waktu sebagai tugas dari mata kuliah Biokimia mengenai

“Struktur dan Fungsi Biomolekul pada Sel Hidup Khususnya Biota Laut”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan

masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami

mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah

ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon

maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak khususnya kepada Dosen pengajar kami Prof. Ahyar Ahmad, Ph.D yang telah

membimbing dan mengembangkan wawasan kita dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Terima kasih.

Makassar, 30 Oktober 2019

Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2

1.3 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Biomolekul ........................................................................................ 3

2.2 Biota Laut ........................................................................................ 16

2.3 Struktur Biomolekul Pada Sel Biota Laut ....................................... 17

2.4 Fungsi Biomolekul Pada Sel Biota Laut .......................................... 25

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 27

3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 28


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biomolekul atau molekul biologi merupakan istilah yang digunakan untuk

molekul dan ion yang ada dalam organisme, yang penting beberapa proses biologis.

Biomolekul termasuk molekul besar (macromolecule) atau polianion seperti protein,

karbohidrat, lipid, dan asam nukleat, serta molekul kecil (micromolecule) seperti

metabolit primer, metabolit sekunder, dan produk alami. Nama yang lebih umum

untuk molekul ini adalah bahan biologis. Biomolekul pada umumnya endogen tetapi

ada juga yang eksogen. Biomolekuk eksogen yakni seperti obat-obatan farmasi

mungkin produk alami, semisintetik (biofarmasi) atau murni sintetis.

Sebagian besar biomolekul merupakan senyawa organik dan pembentukannya

hanya terdiri dari empat unsur yakni karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Namun

demikian, tidak semua molekul yang ada dalam makhluk hidup merupakan molekul

yang terbentuk dari keempat unsur tersebut, dalam makhluk hidup juga terkandung

molekul-molekul lain yang terbentuk dari unsur-unsur anorganik. Sekitar 30 elemen

diperlukan oleh sistem biologis, termasuk yodium dan banyak logam meskipun

sebagian besar hanya dibutukan dalam jumlah yang sedikit. Keberadaan biomolekul

di dalam sel zat hidup, bukan hanya sebagai penyusun struktural dari sel, melainkan

juga merupakan komponen sel untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Di antara

biomolekul tersebut, protein, asam nukleat, polisakarida, dan lipid merupakan

biomolekul utama dengan fungsi masing-masing berbeda. Berdasarkan uraian di

atas, maka disusunlah makalah ini untuk mengetahui struktur dan fungsi biomolekul

pada sel khususnya biota laut.


1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah, yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan biomolekul ?

2. Apa yang dimaksud dengan biota laut ?

3. Bagaimana struktur biomolekul pada sel biota laut ?

4. Apa fungsi biomolekul pada sel biota laut ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui biomolekul

2. Untuk mengetahui biota laut

3. Untuk mengetahui struktur biomolekul pada sel biota laut

4. Untuk ,mengetahui fungsi biomolekul pada sel biota laut


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biomolekul

2.1.1 Definisi Biomolekul

Biomolekul menggambarkan molekul yang dibutuhkan oleh makhluk hidup

untuk membangun bagian tubuh dan menjaga proses biokimia yang diperlukan untuk

fungsi kehidupan. Biomolekul ini dapat digolongkan sebagai senyawa orgnaik atau

anorganik :

1. Senyawa organuk adalah senyawa yang mengandung karbon yang ditemukan

dalam makhluk hidup

2. Senyawa anorganik adalah semua senyawa lain (ada senyawa anorganik yang

lebih sedikit daripada senyawa organik)

3. Senyawa organologam yakni senyawa yang terbentuk dari gabungan senyaw

aorganik dengan unsur-unsur anorganik yang memiliki karakter sebagai logam.

Gambar 1. Molekul senyawa hemoglobin merupakan contoh organologam

Biomolekul atau molekul biologi merupakan istilah yang digunakan untuk

molekul dan ion yang ada dalam organisme, yang penting beberapa proses biologis.
Biomolekul termasuk molekul besar (macromolecule) atau polianion seperti protein,

karbohidrat, lipid, dan asam nukleat, serta molekul kecil (micromolecule) seperti

metabolit primer, metabolit sekunder, dan produk alami. Nama yang lebih umum

untuk molekul ini adalah bahan biologis. Biomolekul pada umumnya endogen tetapi

ada juga yang eksogen. Biomolekuk eksogen yakni seperti obat-obatan farmasi

mungkin produk alami, semisintetik (biofarmasi) atau murni sintetis.

Karbohidrat atau sakarida (bahasa Yunani sakcharon artinya gula) adalah

komponen essensial semua organisme hidup. Karbohidrat merupakan kelompok

molekul biologi yang paling melimpah di bumi. Meskipun semua organisme dapat

mensintesa karbohidrat, namun kebanyakan karbohidrat dihasilkan oleh organisme

fotosintetik termasuk bakteri tertentu, alga dan tumbuhan. Organisme ini merubah

energi cahaya matahari menjadi energi kimia, kemudian energi kimia digunakan

untuk membuat karbohidrat dari karbondioksida (CO2). Nama karbohidrat berasal

dari hydrate of carbon yang merujuk ke rumus empirisnya (CH2O)n dimana n adalah

3 atau lebih besar (n biasanya 5 atau 6 tetapi dapat sampai 9). Klasifikasi utama

karbohidrat adalah: monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida.

Protein berasal dari bahasa Yunani protos yang berarti yang paling utama.

Protein di dalam sel mempunyai peranan penting sehingga diartikan yang paling

utama. Seberapa penting peranan protein di dalam sel? Pada kenyataannya protein

adalah makromolekul paling melimpah di dalam sel. Protein melakukan paling

banyak pekerjaan di dalam sel. Fungsi protein antara lain : perlindungan terhadap

infeksi, katalis reaksi metabolik, dukungan dan kekuatan mekanik. Semua fungsi

protein tersebut adalah essensial untuk kehidupan sel. Protein merupakan kelompok

molekul makanan yang penting karena protein menyediakan organisme tidak hanya

karbon dan hidrogen, tetapi juga nitrogen dan sulfur. Nitrogen dan sulfur tidak
tersedia pada lemak dan karbohidrat yang merupakan kelompok molekul makanan

utama lainnya.

Pada sel atau organisme tertentu terdapat biomolekul kecil lainnya. Misalnya

pada tumbuhan terdapat molekul kecil yang disebut metabolit sekunder yang

memiliki peran tertentu bagi kehidupan tumbuhan yang bersangkutan. Senyawa

dalam kelompok ini memberikan karakteristik khusus bagi tumbuhan, seperti aroma

atau menjadikan jenis tumbuhan sebagai sumber senyawa tertentu yang tidak

dimiliki oleh tumbuhan jenis lainnya. Sebagai contoh metabolit sekunder adalah

morfin, kafein, dan nikotin.

Sebagian besar biomolekul merupakan senyawa organik dan pembentukannya

hanya terdiri dari empat unsur yakni karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Namun

demikian, tidak semua molekul yang ada dalam makhluk hidup merupakan molekul

yang terbentuk dari keempat unsur tersebut, dalam makhluk hidup juga terkandung

molekul-molekul lain yang terbentuk dari unsur-unsur anorganik. Sekitar 30 elemen

diperlukan oleh sistem biologis, termasuk yodium dan banyak logam meskipun

sebagian besar hanya dibutukan dalam jumlah yang sedikit.

Selain dari itu, makhluk hidup juga mengandung ion-ion yang dalam satuan

molekul maupun ion-ion dalam satuan atom. Molekul dalam makhluk hidup juga

terdapat molekul yang terbentuk dari gabungan unsur-unsur organik dan anorganik

terutama unsur yang memiliki karakter logam. Molekul gabungan ini biasa dikenal

dengan organometal. Organometal dalam makhluk hidup memiliki jumlah yang

kecil dibandingkan senyawa organik pada umumnya.

2.1.2 Struktur Biomolekul Pada Sel

Molekul-molekul dalam makhluk hidup terbentuk melalui ikatan pada

umumnya ikatan kovalen. Secara khusus organometal biasanya terbentuk melalui

ikatan koordinasi antara unsur metal dengan unsur organik. Selain ikatan kovalen,
jenis-jenis ikatan kimia yang lain juga ikut mempengaruhi pada karakter

molekul-molekul organik yang ada dalam makhluk hidup yakni ikatan hidrogen dan

ikatan yang terbentuk akibat momen dipol atau interaksi ionik. Molekul-molekul

kecil makhluk hidup memiliki berat molekul (BM) lebih dari 100, sementara

sebagian molekul-molekul besar makhluk hidup memiliki berat molekul ribuan,

jutaan, atau bahkan miliaran.

Adanya keseragaman jenis-jenis molekul tertentu dan beberapa jalur metabolik

sebagai sesuatu keragaman bentuk kehidupan yang selanjutnya disebut biokima

universal atau teori kesatuan material makhluk hidup.

Biomolekul memiliki sifat unik yang menentukan bagaimana molekul

berkontribusi pad astruktur dan fungsi sel, dan bagaimana molekul berpartisipasi

dalam proses yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Molekul-molekul

dalam makhluk hidup jika dilihat dari sisi bobotnya maka molekul yang paling

banyak dalam dan dominan pada makhluk hidup adalah molekul yang besar.

Molekul-molekul besar itu sendiri terbentuk dari gabungan molekul-molekul kecil

lewat proses polimerisasi. Polimerisasi molekul-molekul kecil tersebut mampu

menggabungkan jutaan molekul kecil menjadi satu rangkaian utuh molekul besar.

Walaupun demikian ada pula molekul-molekul dalam makhluk hidup yang tidak

mengalami polimerisasi seperti viamin dan air. Penggabungan melalui proses

polimerisasi yakni penggabungan monomer (bagian terkecil dari polimer)

membentuk molekul yang sangat besar. Proses polimerisasi pada molekul-molekul

yang ada pada makhluk hidup biasanya melalui reaksi pelepasan air.
Gambar 2. Contoh reaksi polimerisasi glukosa

Protein, asam nukleat, dan polisakarida dihasilkan dari polimerisasi molekul

lebih sederhana dengan massa molekul 500 atau lebih kecil. Jumlah unit monomer

pembentuk polimer berkisar dari puluhan sampai jutaan. Pembentukan

makromolekul merupakan proses yang memerlukan energi dan merupakan aktivitas

sel yang menghabiskan energi paling banyak. Makromolekul ini dapat membentuk

molekul lebih besar menjadi kompleks supramolekul yang memiliki fungsi tertentu,

seperti ribosom. Di antara biomolekul yang ditemukan di dalam sel, lipid merupakan

biomolekul yang tidak berupa makromolekul. Walaupun lipid dapat membentuk

gumpalan besar, namun gumpalan tersebut tidak terbentuk melalui ikatan kovalen

antara molekulmolekul lipid pembentuknya, sehingga gumpalan lipid tidak sebagai

polimer, tapi hanya sebagai bentuk pemadatan dari molekul-molekul yang saling

berdekatan. Akibatnya, gumpalan lipid sangat mudah diuraikan menjadi

molekul-molekul lepas membentuk emulsi.

Secara struktural karbohidrat merupakan polihidroksi aldehid atau polihidroksi

keton atau senyawa yang menghasilkan polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton

pada produk hidrolisisnya. Molekul karbohidrat dapat berikatan dengan molekul lain

membentuk glycoconjugate. Glycoconjugate adalah turunan karbohidrat dimana


satu atau lebih rantai karbohidrat berikatan kovalen dengan peptida, protein atau

lipid. Turunan ini termasuk proteoglycan, peptidoglycan, glycoprotein, dan

glycolipid. Karbohidrat pada proteoglycan, peptidoglycan, glycoprotein dan

glycolipid merupakan heteroglycan.

Gambar 3. Struktur molekul karbohidrat

Protein dapat digambarkan sebagai untaian sederetan residu asam amino

dengan urutan spesifik. Residu asam amino tersebut dihubungkan oleh ikatan

peptida. Istilah “residu” menandakan bahwa air telah hilang ketika satu asam amino

bergabung dengan asam amino lainnnya. Untaian deretan residu asam amino pada

suatu protein, sesungguhnya tidak linear tetapi melipat membentuk struktur yang

kompleks seperti coils, zikzaks, turns dan loops. Lebih dari 50 tahun yang lalu,

bentuk tiga dimensi (konformasi) protein telah ditentukan. Konformasi adalah

penataan ruang atomatom yang tergantung pada rotasi dari sebuah ikatan.

Konformasi suatu molekul seperti protein dapat berubah tanpa memutus ikatan

kovalen, sedangkan konformasi bermacam molekul dapat berubah hanya oleh

pemutusan dan pembentukan kembali ikatan kovalen.


Gambar 4. Struktur molekul protein

Sebagian besar biomolekul diklasifikasikan sebagai lipid karena sifatnya yang

larut dalam lemak (lipofilik) dan pelarut organik sebagai alkohol, tetapi tidak larut

dalam air. Lipid dibagi menjadi empat bagian yaitu, trigliserida, fosfolipid, steroid

dan prostaglandin.

Trigliserida (lemak netral) merupakan lemak yang ditemukan dalam makanan

dan merupakan sumber kaya energi yang di dapat dari makanan. Trigliserida

tersusun atas 2 subunit yaitu gliserol dan asam lemak. Gliserol mengandung gugus

fungsional OH dan merupakan suatu alkohol. Fosfolipid memiliki struktur yang

sama dengan trigliserida. Perbedaannya adalah fosfolipid hanya mengandung dua

asam lemak, dan asam lemak ketiga digantikan oleh gugus yang mengandung fosfor.

Fosfolipid memiliki dua area yang berbeda dan dapat ditemukan di membran sel.

Steroid merupakan senyawa larut lemak.

Rantai-rantai atom yang berbeda menonjol keluar dari cincin dan sifat rantai

ini menentukan bentuk steroid. Steroid yang penting dalam tubuh adalah hormom

seks, garam empedu, kortikosteroid dan kolesterol. Prostaglandin merupakan

turunan asam lemak, dapat ditemukan pada semua jaringan tubuh, dan berfungsi

sebagai mediator kimia. Prostaglandin disintesis terhadap respon terhadap

ransangan, aksinya bersifat cepat dan lokal kemudian akan dihancurkan lagi.
Prostaglandin dapat menaikkan dan menurunkan tekanan darah, mengatur

pembekuan darah, dan berperan penting dalam pengaturan suhu dan persepsi nyeri.

Gambar 5. Struktur molekul lipid

Asam nukleat adalah biomolekul yang merupakan senyawa-seyawa polimer

yang menyimpan semua informasi genetika, yaitu seperangkat blue print tentang

karakteristik actual dan potensial yang diterima oleh suatu organisme dari generasi

sebelumnya untuk kemudian diwariskan ke generasi berikutnya.

Gambar 6. Struktur molekul asam nukleat

Selain dari mampu membentuk senyawa polimer, molekul-molekul di

makhluk hidup juga memiliki keunikan jika dilihat dari bentuknya. Molekul-molekul

yang ada di makhluk hidup yang mengandung komponen utama dan terbanyak yakni
atom karbon, dimana atom karbon sendiri memiliki elektron valensi empat sehingga

karbon cenderung membentuk 4 ikatan kovalen sehingga cenderung membentuk

suatu bentuk tetra hedral. Kerangka karbon dapat linier. Kerangka karbon dapat

linier, bercabang, siklik, atau aromatik.

Gambar 7. Jenis-jenis rangkaian biomolekul (a) lurus; (b) bercabang; (c) bentuk
siklis; (d) aromatik.

Ditinjau dari segi kimia, organisme hidup dibangun dari unsur karbon dengan

massa lebih dari setengah massa kering selnya. Unsur karbon dapat membentuk

ikatan tunggal dengan atom hidrogen, ikatan rangkap dengan atom oksigen atau

atom nitrogen. Atom karbon merupakan atom yang istimewa karena kemampuannya

untuk membentuk ikatan yang sangat stabil dengan sesama atom karbon, sehingga

dapat membentuk molekul yang sangat besar. Dua atom karbon juga dapat saling

berikatan membentuk ikatan ganda atau tripel.

Akibatnya, atom-atom karbon dalam biomolekul dapat membentuk rantai

linier, bercabang, atau siklik. Pada rantai tersebut terdapat sekelompok atom lain

yang berperan dalam bereaksi dengan senyawa kimia lainnya. Bagian tersebut

merupakan gugus dari senyawa sehingga disebut sebagai gugus fungsi senyawa yang

bersangkutan. Jenis gugus fungsi yang terdapat dalam molekul senyawa karbon

menentukan sifat kimia yang dimilikinya. Kemampuan atom karbon dalam


membentuk ikatan inilah yang menjadi faktor utama dalam menyeleksi

senyawa-senyawa selama pembentukan sel sepanjang proses evolusi yang dialami

organisme hidup. Tidak ada unsur kimia lain yang dapat membentuk molekul

demikian amat beragam, baik bentuk maupun ukurannya, seperti unsur karbon, dan

dengan beragam gugus fungsi pula.

Kebanyakan biomolekul dapat dipandang sebagai turunan dari hidrokarbon,

suatu kumpulan senyawa yang hanya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen saja,

dengan cara menggantikan salah satu atau beberapa atom hidrogen oleh gugus fungsi

tertentu, sehingga dihasilkan berbagai kelompok senyawa karbon dengan sifat-

sifatnya yang khas. Sebagai contoh, kelompok senyawa alkohol memiliki satu atau

beberapa gugus fungsi hidroksil, kelompok amina dengan gugus fungsi amino,

kelompok aldehid dan keton dengan gugus fungsi karbonil, dan kelompok asam

karboksilat, termasuk di dalamnya asam-asam lemak dengan gugus fungsi karboksil.

Beberapa biomolekul memiliki lebih dari satu macam gugus fungsi.

Karena ukurannya yang besar, mayoritas biomolekul memiliki bentuk

3-dimensi spesifik. Atom-atom suatu biomolekul adalah diatur dalam dalam ruang

dengan cara yang tepat dan pengaturan yang tepat biasanya diperlukan untuk fungsi

yang tepat. Sifat yang lemah dari kebanyakan ikatan nonkovalen dan interaksi antara

molekul-molekul makhluk hidup dan pelarutnya, struktur molekul-molekul makhluk

hidup cenderung lebih fleksibel dan statis. Bentuk-bentuk molekul makhluk hidup

banyak yang memiliki sifat stereokimia. Stereokimia adalah suatu senyawa karbon

yang mengikat 4 atom atau gugus fungsi yang berbeda. Atom karbon yang mengikat

4 atom atau gugus fungsiyang lain kemudian dikenal dengan karbon yang bersifat

stereogenik atau kiral atau simetris.

Sel zat hidup pada bagian sitosol-nya terlarut 100 hingga 200 macam molekul

kecil dengan masa molekul berkisar antara 100 hingga 500, di antaranya terdiri dari
asam amino, nukleotida, glukosa dan turunannya dalam bentuk senyawa fosfat, dan

sejumlah mono-, di-, dan tri- asam karboksilat. Molekul tersebut bersifat polar

(bermuatan listrik), larut dalam air, konsentrasinya dalam rentang mikromolar

sampai milimolar. Senyawa tersebut berada di dalam sel karena membran sel bersifat

semi permeabel terhadap molekul-molekul tersebut. Keberadaan sejumlah senyawa

yang sama dalam sel zat hidup menunjukkan sifat universal metabolisme yang

mencerminkan adanya konservasi selama proses evolusi terhadap jalur metabolisme

yang berkembang pada saat pertama sel diciptakan.

2.1.3 Fungsi Biomolekul Pada Sel

Keberadaan biomolekul di dalam sel zat hidup, bukan hanya sebagai penyusun

struktural dari sel, melainkan juga merupakan komponen sel untuk menjalankan

fungsi-fungsi tertentu. Di antara biomolekul tersebut, protein, asam nukleat,

polisakarida, dan lipid merupakan biomolekul utama dengan fungsi masing-masing

berbeda.

1. Protein

Protein merupakan fraksi terbesar dari sel (selain air) dan merupakan polimer

dari asam amino. Selain memiliki fungsi struktural, beberapa protein memiliki

kemampuan tertentu, di antaranya sebagai katalis (zat yang dapat mempercepat

reaksi) berupa enzim-enzim, hormon yang memiliki fungsi sebagai pengendali

proses, sebagai zat antibodi untuk mempertahankan tubuh terhadap zat asing yang

masuk ke dalam tubuh (antigen), sebagai molekul pengangkut senyawa tertentu dari

dan ke dalam sel seperti di antaranya hemoglobin yang berperan dalam

pengangkutan oksigen dan karbondioksida, dan beberapa protein merupakan racun

seperti yang dimiliki hewan penyengat atau ular berbisa.

2. Asam Nukleat
Asam nukleat, DNA (Deoxy Nucleic Acid) dan RNA (Ribonucleic Acid)

merupakan polimer dari nukleotida. Asam nukleat berperan dalam menyimpan

informasi genetik dan menjadi blue print sintesis protein. Dengan DNA dan RNA

inilah sifat-sifat organisme dipertahankan dan diwariskan dari generasi ke generasi

sehingga eksistensi spesies dapat dipertahankan. Beberapa RNA berperan sebagai

komponen struktural komplek supramolekul.

3. Polisakarida

Polisakarida merupakan polimer dari monosakarida, di antaranya glukosa dan

fruktosa. Polisakarida memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai sumber energi dan

sebagai komponen struktural dinding sel bagian luar yang dapat menjadi sisi

pengikatan untuk protein tertentu. Oligosakarida (polimer yang terdiri dari beberapa

monosakarida) terikat pada protein atau lipid di permukaan sel bagian luar dan

berperan dalam sistem signal antar sel.

Karbohidrat memainkan peranan sangat penting pada kehidupan organisme.

Polimer karbohidrat pada binatang dan tumbuhan, bertindak sebagai molekul

penyimpan energi. Binatang dan manusia dapat mencerna karbohidrat yang

kemudian dioksidasi menghasilkan energi selama proses katabolisme. Polimer

karbohidrat juga ditemukan pada dinding sel dan sebagai pelindung kebanyakan

organisme. Polimer karbohidrat lainnya berfungsi sebagai molekul penanda yang

memungkinkan satu tipe sel mengenal dan berinteraksi dengan tipe sel lainnya.

Turunan karbohidrat ditemukan dalam sejumlah molekul biologi termasuk beberapa

koenzim dan asam nukleat.

4. Lipid

Lipid merupakan turunan hidrokarbon yang memiliki sifat seperti minyak,

tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut non polar seperti kloroform, benzena,
atau karbontetraklorida. Berbeda dengan protein dan polisakarida, lipid merupakan

biomolekul yang tidak dikelompokkan sebagai makromolekul. Walaupun demikian,

banyak molekul lipid yang dapat membentuk gumpalan besar tanpa melalui ikatan

kovalen sehingga membentuk gumpalan berukuran sangat besar. Selain sebagai

cadangan energi, lipid berperan dalam membangun struktur sel dan komponennya.

Membran sel dibangun oleh agregat lipid dan protein yang terikat secara non

kovalen.

Struktur utama membran sitoplasma merupakan phospholipid bilayer.

Phospholipid mengandung komponen hydrophobic dan hydrophilic. Komponen

hydrophobic adalah asam lemak yang terikat gliserol, sedangkan komponen

hydrophilic adalah gugus phosphate yang terikat gliserol. Kumpulan phospholipid

di dalam larutan berair, secara alami membentuk struktur bilayer. Pada membran

phospholipid, asam lemak yang terikat pada gliserol mengarah ke sesamanya

membentuk daerah hydrophobic dan bagian hydrophilic mengarah ke lingkungan

atau ke sitoplasma.

Gambar 8. (a) phospholipid, (b) membran phospholipid bilayer, (c) membran


sitoplasma
2.2 Biota Laut

Biota laut terbagi atas 2 kelompok, yaitu kelompok hewan dan kelompok

tumbuhan. berdasarkan sifatnya, biota laut dibagi menjadi 3 katagori, yaitu:

1. Planktonik

Planktonik merupakan biota yang melayang-layang, mengapung dan berenang

mengikuti arus (karena tidak dapat melawan arus). Berdasarkan penelitian diketahui

bahwa plankton, merupakan biota laut yang memiliki keanekaragaman tinggi di laut.

Jenis plankton ini banyak dijumpai di kolom permukaan air (mintakat pelagik).

Plankton terbagi 2 yaitu fitoplankton (plankton tumbuhan) seperti algae biru, algae

coklat, algae merah, dinoglagellata, dan Zooplankton (plankton hewan) seperti

lucifer, acetes (udang rebon), ostracoda, dan cladocera.

2. Nektonik

Nektonik merupakan biota yang berenang-renang (hanya terdiri dari hewan

saja) seperti ikan, ubur-ubur, sotong, dan cumi-cumi.

3. Bentik

Bentik merupakan biota yang hidup di dasar atau dalam substrat, baik

tumbuhan maupun hewan. Bentik terbagi dalam 3 macam, yaitu menempel,

contohnya sponge, teritip, dan tiram. Merayap, contohnya kepiting dan udang

karang. Meliang, contohnya cacing dan kerang.

Pada dasarnya pembagian biota-biota di laut bukan berdasarkan ukuran besar

atau kecil, tetapi berdasarkan pada kebiasaan atau sifat hidupnya secara umum,

seperti gerakan berjalan, pola hidup dan sebaran menurut ekologi. Banyak biota laut

yang di dalam siklus hidupnya mempunyai lebih dari satu sifat, yaitu sewaktu larva

hidup sebagai planktonik dan berubah sifat menjadi nektonik atau bentik saat

juvenile (juwana) ataupun saat dewasa, contohnya udang, kepiting, dan ikan
2.3 Struktur Biomolekul Pada Biota Laut

Metabolit sekunder adalah biomolekul yang diproduksi oleh organisme dengan

fungsi penting dalam ekologi. Beberapa contoh metabolit sekunder yang telah

dikenal luas yaitu terpen, steroid, alkaloid dan kelompok senyawa fenolik alam

seperti poliketida, fenilpropanoid dan flavonoid.

1. Terpen

Kelompok senyawa terpen dikenal sebagai metabolit sekunder, dihasilkan oleh

organisme melalui jalur biogenetik asam mevalonat. Biosintesis terpenoid

menggunakan prazat precursor asetil koenzim-A, selanjutnya melalui asam

mevalonat membentuk isopren sebagai senyawa antara untuk menghasilkan molekul

terpen dan selanjutnya menghasilkan terpenoid melalui reaksi-reaksi fungsionalisasi

seperti oksidasi, halogenasi. Mekanisme tersebut berlangsung baik pada organisme

yang ada di daratan maupun yang ada di lautan.

Molekul terpenoid yang dihasilkan oleh organisme laut sangat beragam dan

banyak diantaranya tidak ditemukan pada organisme darat. Banyak penelitian

menunjukkan bahwa terpenoid yang berasal dari bahan alam laut memiliki sifat

bioaktivitas yang sangat kuat, lebih kuat daripada terpenoid yang berasal dari bahan

alam darat. Selain itu, juga telah ditemukan berbagai molekul terpenoid yang spesifik

dihasilkan oleh organisme laut tertentu yang berfungsi sebagai sarana interaksi dan

alat pertahanan untuk kelangsungan hidupnya. Banyak diantara kelompok senyawa

terpenoid memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai bahan obat baru. Kerangka

utama terpen disusun oleh satuan isopren yang terkondensasi melalui interaksi

kepala-ke ekor yang dikenal sebagai kaidah isopren. Berdasarkan jumlah isomer

penyusunnya terpenoid dikelompokkan atas monoterpen, sekuiterpen, diterpen,

sesterpen dan triterpen tersusun berturut-turut atas dua, tiga, empat, lima dan enam

isopren, serta politerpen yang memiliki lebih banyak isopren.


Monoterpenoid adalah golongan terpen paling sederhana yang terbentuk dari

sepuluh atom karbon dalam kerangka dua isopren, dapat membentuk berbagai

struktur molekul baik siklik maupun asiklik. Terpen terhalogenasi merupakan jenis

terpen yang karakteristik dijumpai pada biota laut. Empat molekul monoterpen

asiklik terhalogenasi dan satu monosiklik telah ditemukan dalam Portieria

hornemannii.

Gambar 9. Struktur berbagai senyawa metaterpenoid

Seskuiterpen mengandung 15 atom karbon yang tersususn melalui 3 isopren

membentuk molekul seskuiterpen asiklik, monosiklik dan bisiklik. Banyak

ditemukan seskuiterpen laut memiliki strutur molekul yang unik dan tidak ditemukan

pada seskuiterpen organime darat. Berbagai organisme laut mengandung molekul

seskuiterpen antara lain alga, kelinci laut, jamur laut, spon dan bunga karang. Banyak

seskuiterpen yang diproduksi dari organisme laut tersebut menunjukkan sifat

bioaktivitas yang beragam, sehingga prospektif untuk dikembangkan dan

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, terutama sebagai bahan baku obat.

Gambar 10. (2.26) Seskuiterpen linderazulen, (2.27) guaiazulen, (2.28)


2,3-dihidrolinderazulen
Kelompok seskuiterpen yang mengandung cincin puran yang dikenal sebagai

furanosekuiterpen, kelompok ini banyak ditemukan pada spons. Sepuluh senyawa

furanoseskuiterpen telah dipisahkan dari spons Desidea pallescens, tiga diantaranya

termasuk tipe monosiklofarnesana yaitu palesensin 1, palesensin-2 dan

palesensin-3, disamping tujuh senyawa yang memiliki hubungan korelasi biogenetik

yang dekat, yaitu palesensin A-G.

Gambar 11. Struktur sepuluh senyawa furanoseskuiterpen dari spons Desidea


pallescens

2. Alkaloid

Alkaloid termasuk kelompok molekul metabolit sekunder yang terseber luas di

alam dan banyak juga ditemukan dalam biota laut. Nitrogen merupakan ciri utama

dari kelompok senyawa ini baik sebagai bahagian dari cincin heterosiklik maupun

sebagai gugus subtituen pada cincin. Pada umumnya molekul alkaloid disintesis

dalam organisme dengan menggunakan asam amino sebagai prazat atau prekursor

sintesis. Meskipun ada juga sebagian kecil alkaloid disintesis tidak menggunakan

asam amino sebagai prekursor, kelompok ini dikenal sebagai pseudoalkaloid.

Karakteristik kimiawi alkaloid bersifat basa, hal ini tercermin pada penamaan

alkaloid yang berasal dari kata alkali yang berarti bersifat basa. Sifat basa molekul
alkaloid disebabkan oleh adanya gugus nitrogen yang bersifat basa melekat pada

molekul alkaloid. Banyak temuan melalui hasil penelitian menunjukkan penyebaran

dan keragaman molekul alkaloid dalam organisme laut sengat luas. Begitu pula

manfaat fisiologi dan farmakologi kelompok senyawa ini telah banyak diungkapkan

memiliki prospek yang sangat tinggi. Selain dari pada itu, yang cukup menarik para

peneliti terhadap adanya keunikan tersendiri molekul alkaloid yang berasal dari

organisme laut.

Alkaloid pirol terbrominasi pada berbagai organism laut menunjukkan struktur

molekul yang unik. Bakteri berwarna ungu dari genus Alteromonas menghasilkan

tetrabromopirol dan satu alkaloid bispirol yaitu heksabromo-2,2’-bispirol yang

bersifat antimikroba terhadap Stayphylococcus aureus, Escherichia coli,

Pseudomonas aeruginosa dan Candida albicans secara in vitro. Disamping itu juga

terdapat alkaloid terbrominasi yaitu asam 4,5-dibromopirol-2-karboksilat.

Gambar 12. Contoh struktur alkaloid pirol dari Alteromonas

Metabolit utama dari spons Filipina Oceanapia sp. adalah alkaloid

oceanapamin yang termasuk golongan alkaloid imidazol dan memiliki kerangka

dasar alkaloid imidazol histamin. Senyawa ini menunjukkan aktivitas antimikroba,

yang menghambat B. subtilis dan E. coli pada 25 g/ disk, S. aureus dan C. albicans

pada 50 g/ disk dan P. aeruginosa pada 100 g/ disk.


Gambar 13. Struktur alkaloid oceanapamin dari spons Oceanapia sp.

Benerapa alkaloid dengan kerangka dasar purin telah ditemukan di berbagai

organisme laut. Sagartia troglodytes memiliki alkaloid dengan struktur

1-iminometil-3- metil-6-aminometil-9H-purin yang memilki kemampuan

menghambat pertumbuhan tumor, virus tanaman atau bakteri. Dilaut Pasifik Utara

ditemukan Phidolopora pacifica yang mengandung truktur desmetilpidolopin yang

menunjukkan aktivitas antimikroba.

Gambar 14. Struktur alkaloid dari Sagartia troglodytes dan Phidolopora pacifica

Pada umumnya alkaloid indol laut merupakan senyawa-senyawa yang

sederhana. Namun, beberapa alkaloid indol memiliki bentuk struktural yang unik.

Dari spons Polyfibro Spongia australis telah ditemukan triptamin terbrominasi yakni

5,6-dibromotriptamin dan N-metil-5,6-dibrmotriptamin menunjukkan aktivitas

antibakteri in vitro pada gram negatif, gram positif, dan menghambat agregasi

trombosit darah.

Gambar 15. Struktur alkaloid indol dari spons Spongia australis.

3. Steroid Laut

Pada umumnya steroid laut ditemukan dalam bentuk sterol. Sterol adalah kelompok

steroid yang mengandung gugus hidroksil. Meskipun steroid yang dihasilkan oleh
organisme darat dan laut memiliki kerangka dasar yang sama yakni 1,2-

siklopentanoperhidropenantren namun kedua kelompok ini ditemukan banyak yang

memiliki perbedaan pada subtituen dan jenis rantai sampingnya. Ciri utama molekul

steroid ditunjukkan oleh kerangka dasar berupa 1,2siklopentanoperhidropenantren,

keragaman steroid terletak pada rantai samping yakni R1, R2 dan R3 serta pola

oksigenasinya.

Gambar 16. Kerangka dasar molekul steroid 1,2-siklopentanoperhidrofenantren

Penelitian sterol laut mulai berkembang sejak tahu 1970, ketika itu banyak

ditemukan sterol laut yang unik. Perbedaan dengan sterol darat biasanya terletak

pada pola alkilasi rantai samping termasuk ditemukannya rantai samping sebagai

cincin siklopropil, alkilasi pada karbon 22 dan 23, karakteristik hidroksilasi, bentuk-

bentuk peroksida sterol dan ditemukan sterol nonkonvensional dengan inti

termodifikasi. Penelitian saat ini telah menunjukkan dengan jelas bahwa organisme

laut mengandung senyawa sterol dengan deversivitas yang jauh lebih besar jika

dibandingkan dengan hewan maupun tumbuhan darat.

Kelompok sterid terkecil yang diisolasi dari ikan bintang adalah 3β,6α-

dihidroksi-5α-pregn-9(11)-en-12-on. Senyawa yang sama juga telah diisolasi dari

mahkota ikan laut berduri Acanthaster planci. Disamping itu, juga telah ditemukan

saponin turunannya yang disebut asterossaponin-A, merupakan glikosida dari

O-(6-deoksi-α-Dgalaktopiranosil)-(1,4)-O-(6-deoksi-α-D-galaktopiranosil)-(1,4)-

O-(6-deoksi–α-Dglukopiranosil)-1-(14)-6-deoksi-D-glukosa, yang berikatan

melalui C-3, disamping itu, molekul ini juga mengandung ester sulfat yang terikat
pada C-6. Pada ikan bintang Asterias rubens juga telah diisolasi suatu steroid

pregnan 3β, 6α-dihidroksi5α-pregn-20-on jenuh beserta turunannya yakni 3β, 6α,

20β-trihidroksi-5-αpregn-9(11)-en-20-on.

Gambar 17. Struktur senyawa-senyawa steroid laut 2l atom karbon

Kanazawa dan Teshima (1971) telah melaporkan suatu sterol yang tidak lazim

dengan 22 atom karbon dan memiliki dua ikatan rangkap pada C5-C6 dan C20-C21

yaitu Sterol 3β-hidroksi-5(6), 20(21)-diena, diisolasi dari ketam

Tapes philippinarum. Struktur molekulnya diusulkan sebagai berikut:

Gambar 18. Struktur sterol 3β-hidroksi-5(6), 20(21)-diena dari


Tapes philippinarum

Dua senyawa sterol laut dengan 24 atom karbon telah dilaporkan oleh

Vanderah dan Vanderah (1977), keduanya diisolasi dari pena laut

Ptilosarsus gurneyi. Kerangka molekulnya sejenis asam kolat namun sangat berbeda

pada pola oksigensinya, tidak memiliki gugus hidroksil pada C7 dan C9 dan

mengandung gugus ester pada ujung rantai samping.


Gambar 19. Struktur senyawa steroid laut 24 atom karbon dari Ptilosarsus gurneyi

Steroid Laut 26 atom karbon merupakan kelompok sterol yang memiliki rantai

samping dengan 7 atom karbon, tidak menunjukkan adanya tambahan oksigenasi

kecuali gugus fungsi hidroksil yang ada pada C-3, hal tersebut menjadi penciri yang

unik bagi sterol laut ini. Sterol jenis ini terdistribusi secara luas diantara invetebrata,

di antaranya yaitu (22E)-24-Norkolesta-5,22-dien-3β-ol yang ditemukan pada

molusca Pelecypod oleh Idler pada tahun 1970.

Gambar 20. Struktur (22E)-24-Norkolesta-5,22-dien-3β-ol dari Pelecypod

Sterol dengan atom karbon 27 yang berasal dari organisme laut memiliki varian

kerangka molekul serupa dengan kolesterol dengan memiliki ikatan karbon jenuh

maupaun tidak jenuh. Meskipun banyak diantaranya memiliki gugus teroksigenasi

yang lebih banyak. Pada tahun 1972, Erdman telah mengisolasi trans-22-5β

dehidrokolestanol yang berasal dari Hymeniacidon perleve.

Gambar 21. Struktur trans-22-5β dehidrokolestanol dari Hymeniacidon perleve


2.4 Fungsi Biomolekul Pada Biota Laut

Salah satu biomolekul yang dapat dihasilkan oleh mikroba adalah enzim.

Enzim merupakan salah satu biomolekul yang dapat dijadikan sebagai katalis dan

dapat mempercepat reaksi. Mikroba termofilik merupakan sumber enzim termostabil

yang baik. Laut merupakan penghasil biomolekul fungsional yang unggul. Misalnya,

mikroalga yang selama ini hanya digunakan sebagai sumber alginate dan karagenan.

Ternyata, ganggang coklat, merah, dan hijau memiliki kandungan lipid yang tinggi,

sekitar 21-31%. Kandungan lipid yang tinggi ini diperkirakan dapat dijadikan

sebagai potensi pemanfaatan yang lain.

Jenis-jenis biomolekul fungsional pun sangat beragam. Biomolekul fungsional

tidak hanya dapat berupa protein, karbohidrat, lipid, dan asam nukleat, tetapi juga

bisa berupa makromolekul-makromolekul kecil. Misalnya, protein terdiri dari

peptide kecil yang menghasilkan sel kriptida. Sel kriptida ini dapat berfungsi sebagai

antigen, antioksidan, pengikat mineral, antimikroba, dan lain-lain.

Biomolekul protein juga berperan dalam proses pembentukan biosilika yang

terjadi di dalam tubuh beberapa biota laut. Melalui proses biologi, protein dari

spikula spons dan dinding sel diatom dapat berfungsi menjadi cetakan dan mendirect

proses biosilika berskala nano. Biomineralisasi silika di laut didominasi oleh biota

akuatik sederhana termasuk diantaranya oleh organisme bersel tunggal seperti

diatomae, radiolaria dan synurophyta dan organisme multiselular seperti spons.

Pada ikan, protein memegang peranan penting karena material organik utama

dalam jaringan maupun organ tubuh ikan tersusun oleh protein yang berkisar antara

18-30%. Bahkan bersama dengan komponen nitrogen lain, protein berperan dalam

membentuk vitamin, enzim, asam nukleat, hormon, dan lain-lain.


Asam amino berperan penting dalam membantu pembentukan protein sebagai

bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh pada ikan dan biota

perairan lainnya. Asam amino yang diproduksi oleh tubuh ikan khususnya pada

organ (hati) disebut sebagai asam amino non esensial. Sedangkan asam amino yang

dibutuhkan tubuh ikan ialah yang diperoleh dari makanan yakni pakan (alami

maupun buatan) disebut sebagai asam amino esensial. Asam amino memeastikan

keseimbangan nitrogen yang dibutuhkan untuk kelancaran sistem reproduksi pada

ikan.

Nukleotida mempunyai peranan yang penting terhadap biota laut. Pemberian

nukleotida pada ikan dapat memperbaiki pertumbuhan pada fase perkembangan

awal, meningkatkan kualitas larva, serta meningkatkan toleransi terhadap stress.

Pada Crustase, nukleotida dapat meningkatkan pertumbuhan udang vaname.

Sebaliknya, defisiensi nukleotida dapat merusak fungsi hati, usus, dan sistem imun.

Senyawa alelokimia merupakan senyawa biomolekul yang dihasilkan suatu

organisme untuk memenangkan persaingan nutrisi dengan tanaman atau spesies lain.

Fenomena ini disebut dengan alelopati. Salah satu contoh alelopati di dalam

ekosistem perairan adalah beberapa dinoflagellata dapat menghasilkan senyawa

alelokimia yang merugikan fitoplankton, ikan, dan binatang laut lainnya. Pada

zooplankton, biomolekul non-esensial seperti karbohidrat memiliki peran penting

yaitu sebagai penyimpan kandungan protein (fenomena itu disebut protein sparring)

yang berguna untuk pertumbuhan somatik dan reproduksi zooplankton.


BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Biomolekul terdiri dari molekul besar (macromolecule) atau polianion seperti

protein, karbohidrat, lipid, dan asam nukleat, serta molekul kecil (micromolecule)

seperti metabolit primer, metabolit sekunder, dan produk alami. Metabolit sekunder

merupakan biomolekul yang banyak dihasilkan oleh organisme atau biota laut.

Metabolik sekunder adalah biomolekul yang diproduksi oleh organisme dengan

fungsi penting dalam ekologi. Beberapa contoh metabolit sekunder yang telah

dikenal luas yaitu terpen, steroid, alkaloid dan kelompok senyawa fenolik alam

seperti poliketida, fenilpropanoid dan flavonoid.


DAFTAR PUSTAKA

Adhinugroho, I., Suminto, dan Susilowati, T., 2017, Pengaruh Pemberian Kombinasi
Sel Fitoplankton (Tetraselmis chuii) dan Fermentasi Bahan Organik (Ampas
Tahu, Bekatul dan Tepung Ikan) Pertumbuhan dan Reproduksi
Diaphanosoma brachyurum, Journal of Aquaculture Management and
Technology, 6(3): 123-132.
Azhar, M., 2016, Biomolekul Sel Karbohidrat, Protein, dan Enzim, UNP Press,
Padang.
Chasanah, E., 2007, Protein Dari Biota Laut dan Potensinya dalam Industri yang
Menggunakan Teknologi Nano-Silika, Jurnal Squalen, 2(2): 51-55.
Haurissa, J., 2015, Biokimia-Biomolekul Asam Amino, Protein, Nukleotida, dan
Asam Nukleat, Universitas Papua, Manokwari.
Pratiwi, R., 2006, Biota Laut : I. Bagaimana Mengenal Biota Laut?, Jurnal Oseana,
31(1): 27-38.
Setiadi, R., 2014, Pengantar Biokimia, Universitas Terbuka, Jakarta.
Sumbono, A., 2019, Biomolekul, Deepublish, Yogyakarta.
Syah, D., dan Nurjanah, S., 2014, Biokimia Pangan, Universitas Terbuka, Jakarta.
Usman, H., 2014, Kimia Organik Bahan Alam Laut, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Usman, H., Bahar, R., Yohanes, E., Rahmawaty, dan Ahmad, A., 2014, Isolation,
Chemical Characterization, and Bioactivity of Secondary Metabolites with
Polar Constituents of Petrossian alfiani Sponges, International Seminar in
Biotechnology and the 6th Congress of Indonesian Biotechnology
Concortium, 1-17.

Anda mungkin juga menyukai