Anda di halaman 1dari 32

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 3

1.2 Tujuan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Topik Aborsi 5

2.1.1 Pengertian Aborsi 5

2.1.2 Faktor-Faktor Aborsi 6

2.1.3 Macam-macam Aborsi 9

2.1.4 Akibat / Efek Aborsi 10

2.1.5 Hukum dan Kebijakan-Kebijakan Tentang Aborsi 11

2.2 Prinsip Etika 16

2.3 Kode Etik Keperawatan di Indonesia 18

2.4 Profesionalisme Keperawatan 20

2.5 Nursing Advokasi 21

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus Aborsi 23

3.2 Pembagian Peran 23

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Prinsip Etika Keperawatan Berkaitan Dengan Aborsi 24

1 | ETIKA KEPERAWATAN
4.2 Kode Etik Keperawatan di Indonesia Berkaitan Dengan Aborsi 25

4.3 Profesionalisme Keperawatan Berkaitan Dengan Aborsi 26

4.4 Nursing Advocacy Berkaitan Dengan Aborsi 26

4.5 Teori Pengambilan Keputusan Etika Berkaitan Dengan Aborsi 26

4.6 Hukum/Kebijakan Praktik Keperawatan Berkaitan Dengan Aborsi 27

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 28

5.2 Saran 29

DAFTAR PUSTAKA

2 | ETIKA KEPERAWATAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan
setiap klien, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang
telah ditetapkan.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk
implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada
individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan, upaya peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan guna mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan
dari sakit, dengan kata lain upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitasi.
Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung berhubungan
dan berinteraksi dengan klien, dan pada saat interaksi inilah sering timbul beberapa hal
yang tidak diinginkan baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu profesi
keperawatan harus mempunyai standar profesi dan aturan lain yang didasari oleh ilmu
pengetahuan yang dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada masyarakat. Dengan
adanya standar praktek profesi keperawatan ini dapat dilihat apakah seorang perawat
melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek keperawatan
lainnya baik itu pelanggaran yang terkait dengan etika ataupun pelanggaran terkait
dengan masalah hukum.
Kehidupan manusia dimulai saat setelah pembuahan terjadi. Jika dengan sadar
dan dengan segala cara kita mengakhiri hidup manusia tak berdosa, berarti kita
melakukan suatu perbuatan tak bermoral dan asocial. Tidak sepantasnya kita membiarkan
penghentin nyawa hidup siapapun atau hidup kita sebagai manusia menjadi tidak

3 | ETIKA KEPERAWATAN
berharap lagi. Sekarang ini praktek aborsi semakin merajalela, bukan hanya para
kalangan mahasiswa saja yang melakukan praktek ini tetapi banyak juga pelajar yang
melakukan praktek ini, Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan ,infeksi dan eklampsia. Hal
itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di
masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga
masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di
masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di
masyarakat. ( Abdul Wahid, 2014 dalam buku Agama dan Kesehatan untuk Mahasiswa
Keperawatan dan Kebidanan).

1.2 Tujuan

Tujuan dalam pembuatan laporan pendahuluan yang berjudul aborsi ini adalah
untuk memenuhi nilai mata kuliah Etika Keperawatan pada semester 3. Selain itu tujuan
umumnya adalah untuk mempelajari prinsip-prinsip etika keperawatan, kode etik
keperawatan, nursing advokasi, profesionalisme keperawatan, hukum-hukum praktik
keperawatan. Tujuan khususnya adalah untuk mempelajari semua hal tentang aborsi
seperti definisi aborsi, macam-macam aborsi, factor-faktor yang menyebabkan aborsi,
efek atau akibat dari aborsi, kebijakan dan tentang aborsi.

4 | ETIKA KEPERAWATAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Topik Aborsi

2.1.1 Pengertian
Secara etimologi, aborsi adalah menggugurkan anak, sehingga ia tidak
hidup. Adapun secara terminology, aborsi adalah praktik seorang wanita yang
menggugurkan janinnya baik dilakukan sendiri ataupun orang lain.
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
“Abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (Pertemuan sel telur dan sel
Sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
(Abdul Wahid, 2014)
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 22 minggu.
Abortus dapat terjadi secara spontan atau secara buatan. Abortus spontan
(keguguran, miscarriage) dapat merupakan suatu mekanisme alamih untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang abnormal (Jusuf & Amri, 2009)
Abortus buatan (pengguguran, aborsi, abortus provocatus) adalah abortus
yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan mengakhiri proses
kehamilan. Abortus buatan dapat bersifat legal (abortus provocatus medicinalis /

5 | ETIKA KEPERAWATAN
terapeuticius) yang dilakukan berdasarkan indikasi medik. Abortus buatan illegal
(abortus provocatus criminalis) adalah abortus yang dilakukan berdasarkan
indikasi non medik. Abortus ini dilakukan.
Didalam kamus besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa aborsi
berasal dari kata ‘abortus’ yang dialih bahasakan sebagai pengguguran. Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, arti aborsi adalah : terpencarnya embrio yang
tidak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan ke-4 dari kehamilan) ; keguguran ;
keluron ; keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal (tentang makhluk hidup)
dan guguran (janin). (KKBI, Asmarawati, 2013)
Pengertian aborsi secara medis, aborsi didefinisikan sebagai gugurnya
janin/terhentinya kehamilan setelah nidasi, sebelum terbentuknya fetus yang
viable, yakni kurang dari 20-28 minggu, berat badan fetus yang keluar kurang dari
1000 gram. (Asmarawati, 2013)
Pengertian aborsi menurut ilmu hukum, adalah lahirnya buah kandungan
sebelum waktunya oleh suatu perbuatan seseorang yang bersifat sebagai
perbuatan pidana kejahatan. Dalam pengertian ini, perhatian dititik beratkan pada
kalimat “oleh suatu perbuatan seseorang yang bersifat sebagai suatu perbuatan
pidana kejahatan”, sehingga tidak termasuk aborsi yang terjadi dengan sendirinya
tanpa adanya pengaruh dari luar, yang disebut abortus spontanues. Bambang
poernomo menyatakan : “dalam literetur ilmu hokum terdapat kesatuan pendapat
sebagai doktrin bahwa pengertian aborsi mempunyai arti yang umum tanpa
dipersoalnkan umur janin yang mengakhiri kandungan sebelum waktunya karena
perbuatan seseorang”. (Asmarawati, 2013)
2.1.2 Faktor-Faktor Aborsi
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya abortus diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Etiologi dari keadaan patologis

6 | ETIKA KEPERAWATAN
Abortus spontan yang terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran. Prosentase abortus ini 20% dari semua jenis abortus. Sebab-sebab
abortus spontan yaitu :
a. Faktor Janin
Perkembangan Zigot yang abnormal. Kondisi ini menyebabkan
kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin ini tidak mungkin
hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan karena kelainan dari ovum
berkurang kemungkinannya saat janin berusia lebih dari satu bulan. Jadi
semakin muda kehamilan yang mengalami Abortus aka semakin besar
kemungkinan karenakelainan ovum. kelainan ovum.
b. Kelainan Kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi
terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X. Trisomi autosom terjadi
pada abortus trisemester pertama yang disebabkan oleh nondisjungtion atau
inversi kromosom. Sedangkan pada monosomi X (45,X) merupakan kelainan
kromosom tersering dan memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup
(sindrom Turner).
c. Mutasi atau Faktor Poligenik
Dari kelainan janin dapat dibedakan dua jenis aborsi yaitu aborsi
aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi Aneuploid terjadi karena adanya
kelainan kromosom, baik kelainan struktur kromosom atau pun komposisi
kromosom. Sedangkan pada abortuseuploid, pada umumnyanya tidak
diketahuai penyebabnya. Namun faktor pendukung aborsi mungkin di
sebabkan oleh: kelainan genetik, faktor ibu dan beberapa faktor ayah serta
kondisis lingkungan (Williams,2006).
2. Faktor Ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya Infeksi yang
terdiri dari :
a. Infeksi Akut

7 | ETIKA KEPERAWATAN
1. Virus, misalnya cacar, rubella dan hepatitis
2. Bakteri, misalnya steptokokus
3. Parasit, misalnya malaria
b. Infeksi Kronis
1. Sifilis biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis Paru aktif
3. Keracunan misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
c. Penyakit Kronik
1. Hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu
2. Nephritis
3. Diabetes
Angka abortus dan malformasi congenital meningkat pada wanita
dengan diabetes. Resiko ini berkaitan denganderajat control metabolic
pada trisemester pertama.
4. Aritmia berat
5. Penyakit jantung
6. Toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
pada plasenta
3. Trauma
Misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan abortus.
4. Kelainan
Alat kandungan hipolansia, tumor uterus, servix yang pendek, retro
flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat menimbulkan
abortus.
5. Hubungan seksual yang berlebihan
saat hamil sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus. Uterus
terlalu cepat meregang (Kehamilan ganda, mola hidatidosa)
6. Pemakainan obat dan faktor lingkungan
a. Tembakau

8 | ETIKA KEPERAWATAN
Merokok dapat meningkatkan resiko aborsi euploid. Wanita yang
merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko dua kali lebih besar
di bandingkan wanita yang tidak merokok.
b. Alkohol
Abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol
selama 8 minggu pertama kehamilan.
c. Kafein
Konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari
tampak sedikit meningkatkan abortus spontan.
d. Radiasi
e. Kontrasepsi
Alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan eningkstsn insiden
abortus septik setelah kegagalan kontrasepsi.
f. Toksin lingkungan
Pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang
menunjukan bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun
terdapat bukti bahwa arsen, timbal. Benzena dan etilen oksida dapat
menyebabkan abortus (barlow, 1982).
7. Faktor Imunitas
a. Autoimun
Adalah respon kekebalan salah sasaran yang terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh kacau dan menyerang tubuh sendiri.
b. Alloimun
Adalah sistem kekebalan terhadap antigen allogenic
8. Faktor Ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus (William, 2006).
2.1.3 Macam-Macam Aborsi
Dalam buku Pintar Fiqih Wanita menurut Abdul tahun 2012 di dunia
kedokteran dikenal 3 jenis aborsi, yaitu :

9 | ETIKA KEPERAWATAN
a. Aborsi spontan atau alamiah
Berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena
kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
Aborsi spontan terbagi atas :
1. Aborsi Komplitusn : keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur
kehamilan lengkap 20 minggu.
2. Aborsi Habitualis : artinya aborsi terjadi 3 atau lebih aborsi spontan
berturut-turut. Aborsi habitualis ini dapat terjadi juga jika kadang kala
seorang wanita muda sekali mengalami keguguran yang disebabkan
oleh gangguan dari luar yang amat ringan sekali, misalnya terpeleset,
bermain skiping, naik kuda dll. Bila keguguran hamper tiap kali terjadi
pada tiap-tiap kehamilan, maka keadaan ini disebut “Aborsi
Habitualis” yang biasanya terjadi pada kandungan minggu kelima
sampai ke lima belas,
3. Aborsi Inkomplitus : keluar sebagian tetapi tidak seluruhnya hasil
konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.
4. Aborsi Diinduksi : yaitu penghentian kehamilan sengaja dengan cara
apasaja sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu dapat bersifat
terapi atau non terapi.
5. Abori Insipiens : yaitu keadaan perdarahan dari interauteri yang terjadi
dengan dilatasi serviks kontinu dan progresif tetapi tanpa pengeluaran
hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20 minggu,
6. Aborsi terinfeksi : yaitu aborsi yang disertai infeksi organ genetalia.
7. Missed Abortion : yaitu aborsi yang embrio atas janinnya meninggal.
Dalam uterus sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu tetapi hasil
konsepsi tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau lebih.
8. Aborsi Septik : yaitu aborsi yang terinfeksi dengan penyebaraan
mikroorganisme daribproduksinya ke dalam sirkulasi sistematik ibu.
b. Aborsi buatan atau sengaja atau kriminalis

10 | ETIKA KEPERAWATAN
Adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu
maupun si pelaksana aborsi. Misalnya dengan bantuan obat aborsi.
c. Aborsi terapeutik atau medis
Adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi
medis. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai
penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapa
membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini
semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.

2.1.4 Akibat / Efek Aborsi


Menurut Linda (2008; Hlm: 447-450) abortus dapat menimbulkan
beberapa komplikasi yaitu:
1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Ginjal akut
5. Syok yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak) dan
syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis).

2.1.5 Hukum dan Kebijakan-Kebijakan Tentang Aborsi


A. Hukum Aborsi Menurut Hukum-hukum Yang Berlaku di Indonesia
Menurut Abdul Wahid dalam buku Agama dan Kesehatan untuk
Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan tahun 2014 hukum-hukum yang
berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan,
yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis” yang
menerima hukuman adalah :
1. Ibu yang melakukan aborsi

11 | ETIKA KEPERAWATAN
2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi.

Menurut KUHP BAB XIV tentang Kejahatan Kesusilaan kasusnya pada


pasal 229 dan XIX pasal 341-349 adalah :

1. Pasal 229 :
a. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun atau denda paling
banyak tiga ribu rupiah.
b. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau
jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah
sepertiga.
c. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani
pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
2. Pasal 341 :
“Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak,
pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja
merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri,
dengan pidana penjara paling lama 7 tahun”.

3. Pasal 342 :
“Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan
karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya diancam,
karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan
pidana penjara paling lama 9 tahun”.

12 | ETIKA KEPERAWATAN
4. Pasal 343 : kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342
dipandang, bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai
pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
5. Pasal 346 : seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama 4 tahun
6. Pasal 347 :
1. Barang siapa yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama 12 tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut dikenakan
pidana penjara paling lama 15 tahun.
7. Pasal 348 :
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujannya diancam dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan
pidana penjara paling lama 7 tahun.
8. Pasal 349 : jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatannya tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu
melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan
348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.

B. Hukum Menurut Undang-Undang Keperawatan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disahkan


pemerintah pada tanggal 13 Oktober 2009. Dengan disahkannya undang-undang

13 | ETIKA KEPERAWATAN
tersebut, maka Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 dinyatakan dicabut dan
tidak berlaku lagi. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan oleh sebagian kalangan dianggap sebagai jawaban mengenai masalah
kesehatan saat ini.

Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,


masalah aborsi diatur di dalam beberapa Pasal, yaitu Pasal 75, 76, dan Pasal 77.
Adapun rumusan dari masing-masing Pasal tersebut adalah :

a. Pasal 75.
1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi
2) Larang sebagimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dapat dikecualikan
berdasarkan :
a) Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan,baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderitapenyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapatdiperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan;atau
b) Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologisbagi korban perkosaan.
3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan
diakhiridengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor
yangkompeten dan berwenang.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan,sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan PeraturanPemerintah.

b. Pasal 76.
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

14 | ETIKA KEPERAWATAN
a. Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
haidterakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yangmemiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
olehMenteri.
c. Pasal 77.
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan
norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan
C. Hukum Aborsi Menurut Syari’at Islam

Menurut Abdul Wahid dalam buku Agama dan Kesehatan untuk


Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan tahun 2014, Aborsi sangat bertentangan
sekali dengan tujuan utama pernikahan. Dimana tujuan penting pernikahan adalah
memperbanyak keturunan. Oleh sebab itu Allah memberikan karunia kepada Bani
Israil dengan memperbanyak jumlah mereka, Allah berfirman : “Dan Kami
jadikan kamu kelompok yang lebih besar” (Al-Isra : 6). Nabi juga memerintahkan
umatnya agar memperbanyak pernikahan yang diantara tujuannya adalah
memperbanyak keturunan. Beliau bersabda : “Nikahilah wanita penyayang nan
banyak melahirkan, karena dengan banyakanya jumlah kalian aku akan
berbangga-bangga dihadapan umat lainnya pada hari kiamat kelak”.

Tindakan aborsi merupakan sikap buruk sangka terhadap Allah seseorang


akan menjumpai banyak diantara manusia yang melakukan aborsi karena
didorong rasa takut akan ketidak mampuan untuk mengemban beban kehidupan,
biaya pendidikan dan segala hal yang berkaitan dengan konseling dan pengurusan
anak. Ini semua merupakan sikap buruk sangka terhadap Allah. Padahal, Allah

15 | ETIKA KEPERAWATAN
telah berfirman : “Dan tidak ada suatu binatang melatapun dibumi melainkan
Allah-lah yang memberikan rezekinya”.

Maka, Syariat islam memandang bahwa hukum aborsi adalah haram


kecuali beberapa kasus tertentu. Dalam kalangan Ulama terdapat perbedaan
pendapat tentang praktek aborsi tersebut, dan mereka memiliki dalil-dalil yang
kuat pula, yaitu sebagai berikut :

1. Dalil yang melarang dilakukannya aborsi, islam membawa ajaran yang


menentang dan mengutuk tradisi jahiliyyah ini. Allah SWT berfirman :
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.
Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”.
(Al-isra’31)
2. Dalil yang membolehkan dilakukannya aborsi, hukum asal aborsi,
sebagaimana yang telah dikemukaan adalah haram. Akan tetapi
dikarenakan kaidah : “Hal-hal yang darurat dapat menyebabkan
dibolehkannya hal-hal yang dilarang”.
Para Ulama kontemporer membolehkan aborsi dengan syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Terbuktinya adanya penyakit yang membahayakan jiwa sang ibu.
b. Tidak ditemukannya cara penyembuhan kecuali dengan cara aborsi.
c. Adanya keputusan dari seorang dokter yang dapat dipercaya bahwa
aborsi adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan sang ibu.

D. Pandangan Agama dan Negara Lain Tentang Aborsi


Menurut Abdul Wahid dalam buku Agama dan Kesehatan untuk
Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan tahun 2014, Aborsi menurut agama
yahudi, aborsi dianggap haram, tidak diperbolehkan dan pelakuknya
mendapatkan hukuman. Akan tetatpi hukumannya tidaklah ditentukan. Demikian
pula dalam agama nasrani aborsi dianggap haram dan sanksinya adalah eksekusi

16 | ETIKA KEPERAWATAN
mati. Oleh karena itu sejak dulu dinegara inggris sampai tahun 1524, hukuman
bagi pelaku aborsi adalah eksekusi mati. Kemudian hukuman tersebut diperingan
dengan penjara seumur hidup ditambah kerja berat. Kemudian diperingan hingga
akhirnya aborsi diperbolehkan dibanyak Negara.
Kejadian serupa juga terjadi dinegara Amerika dimana hukuman pelaku
aborsi pada mulanya adalah eksekusi mati, kemudian diperingan menjadi penjara
seumur hidup, kemudian kembali diperingan hingga akhirnya diperbolehkan.
Disinyalir Uni Soviet adalah Negara yang pertama kali membolehkan
aborsi yaitu pada tahun 1920 M. Kemudian pada tahun 1935 aborsi dilarang
disebabkan meningkatnya angka kematian ibu yang melakukan praktek aborsi.
Kemudian Uni Soviet mengikuti aturan Negara jepang yang membolehkan aborsi
bagi penduduk yang memiliki 5 anak. Akan tetapi aturan ini kemudian
diperingan hingga akhirnya aborsi diperbolehkan untuk kandungan yang berusia
3 bulan.
2.2 Prinsip Etika
Dalam buku Etika Keperawatan menurut Ermawati Dalami tahun 2015 Prinsip
Etika Keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Otnomy (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu


berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekutan membuat sendiri, memilih dan memilih berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi
merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan
tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pemedaan diri. Praktik profesional
mereflesikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Berbuat Baik (Beneficience)

17 | ETIKA KEPERAWATAN
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau
kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam
situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hokum, standar prkatik dan keyakinan yang benar unuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d. Tidak Merugikan (Non maleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera fisik dan psikologi
selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.

e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan
untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada
agar menjadi akurat, komprehensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerima materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan. Walaupun demikian, terhadap beberapa argumen mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk
pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa “ doctors knows best” sebab
individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapat informasi penuh
tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling
percaya.
f. Menepati Janji (Fidelity)

18 | ETIKA KEPERAWATAN
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
penyimpanan rahasaia klien. Ketaatan, kesetiaan, dan kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari
perawat adalah untuk menigkatnkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Kerahasian (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti
persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman
atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitasi merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
2.3 Kode Etik Keperawatan di Indonesia

Dalam buku Etika Keperawatan menurut Ermawati Dalami tahun 2015 Kode Etik
Keperawatan adalah sebagai berikut :

Kode etik adalah pernyataan standar professional yang digunakan sebagai


pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang
berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas atau fungsi perawat
adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang
teguh terhadap kode etik sehinga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik
keperawatan Indonesia.

a. Perawat dan klien

19 | ETIKA KEPERAWATAN
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuaan, warna kulit umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama
yang dianut serta kedudukan social.

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara


suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelamgsungan hidup beragama klien. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu
yang dikehendaki sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali
jika diperlukan oleh yang berwewenang sesuai dengan ketentetuan hukum yang
berlaku.

b. Perawat dan praktik


Perawat senantiasa memelihara mutu pelayan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan klien.
Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat
dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegai kepda orang lain. Perawat
senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menjunjung perilaku professional.
c. Perawat dan masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan
kesehatan masyarakat.
d. Perawat dan teman sejawat
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga keshatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.

20 | ETIKA KEPERAWATAN
e. Perawat dan profesi
Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keprawatan. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk
membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.

2.4 Profesionalisme Keperawatan


Profesi bukan sekedar pekerjaan (vokasi). Profesi adalah suatu pekerjaan yang
ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau
kelompok tertentu. Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan
menyangkut keterampilan intelektual. Okupasi (Occupation) berarti pekerjaan.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
intregral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosiospiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus
kehidupan manusia (lokakarya kep.Nas 1983).
Ciri-ciri utama profesi :
1. Memiliki Ilmu pengetahuan
2. Melalui pendidikan tinggi (minimal jenjang strata 1 profesi)
3. Melakukan praktik profesi menggunakan metodologi
4. Melakukan pengendalian secara otonom melalui mekanisme kredensialing
5. Memiliki Kode etik profesi
Esensi profesionalisme perawat :
1. Kompetensi
2. Standar etik yang tinggi
3. Pengetahuan yang memadai

21 | ETIKA KEPERAWATAN
4. Kasih sayang
Kehidupan profesi yaitu terjadi kontrak atau kesepakatan sosial antara profesi dan
masyarakat. Masyarakat memberikan hak istimewa (privilage) didasari kepercayaan dan
harapan agar profesi melakukan pelayanan yang diperlukan mereka. Profesi harus
menjamin anggota profesi yang melakukan pelayanan adalah mereka yang telah teruji
melalui proses credentialing. Credentialing adalah review dari kualitas individu atau
organisasi atau dapat diartikan sebagai bukti tertulis dari organisasi profesi dalam upaya
mempertahankan standar praktik dan akuntabilias anggotanya. Rangkaian jenis dan
kegiatan yang dilakukan untuk memberikan perlindungan untuk diri dan kelompok
masyarakat yang dilayaninya. Merupakan kewajiban seorang profesi/ professional.

Ciri Profesi :

1. Self Governing
2. Self Regulating
3. Self Disciplining
Menurut American ethics commission bureau on teaching, tujuan profesi
keperawata adalah mampu:
1. Mengenal dan mengidentiikasi unsur moral dalam praktik keperwatan
2. Membentuk strategi dan menganalisa masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan .
3. Mengubungkan prinsip moral yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan pada diri
sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada tuhan sesuai kepercayaannya.

2.5 Nursing Advocacy


Istilah advokasi sering digunakan dalam konteks hukum yang berkaitan dengan
upaya melindungi hak manusia bagi mereka yang tidak mampu membela diri. Arti
advokasi menurut ANA (1985) adalah “Melindungi klien atau masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan
melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun”.

22 | ETIKA KEPERAWATAN
Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal
yang memiliki penyebab atau dampak penting. Definisi ini mirip dengan yang dinyatakan
Gadow (1983) bahwa “Advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang
melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan
nasibnya sendiri”.
Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8-10 atau 12 jam memungkinkannya
mempunyai banyak waktu untuk mengadakan hubungan baik dengan mengetahui
keunikan klien sebagai manusia holistic sehingga berposisi sebagai advokat klien (Curtin,
1986). Pada dasarnya, peran perawat sebagai advokat klien adalah memberi informasi
dan memberi bantuan kepada klien atas keputusan apapun yang dibuat klien; memberi
informasi berarti menyediakan penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan klien;
memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan peran non aksi. Dalam
menjelaskan peran aksi, perawat memberi keyakinan kepada klien bahwa mereka
mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menentukan pilihan atau keputusan sendiri
dan tidak tertekan dengan pengaruh orang lain, sedangkan peran non aksi mengandung
arti pihak advokat seharusnya menahan diri untuk tidak mempengaruhi keputusan klien
(Konke,1982). Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus menghargai
klien sebagai individu yang memiliki berbagai karakteristik. Dalam hal ini, perawat
memberikan perlindungan terhadap martabat dan nilai manusiawi klien selama dalam
keadaan sakit.
Fungsi perawat sebagai advokat :
d. Penghubung dengan klien dengan tim kesehatan klien dalam upaya
pemenuhan kebutuhan klien
e. Membela kepentingan klien dan membantu klien memahami sebua informasi
dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun professional.
f. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai
narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya kesehatan yang harus dijalaini oleh klien

23 | ETIKA KEPERAWATAN
g. Dalam menjalankan peran sebagai advokat perawat harus dapat melindungi
dan memfasilitasi keluaraga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus Tanggung Gugat Mandiri


Seorang perempuan bernama Bunga berusia 17 tahun didampingi oleh orang tua
dan seorang psikolog dating ke poli kebidanan. Dari hasil keterangan pasikolog tersebut,
mengatakan bahwa Bunga sedang hamil akibat tindakan perkosaan dari orang yang tidak
dikenalnya beberapa minggu yang lain. Saat ini Bunga sangat trauma dan depresi akibat
kejadian tersebut sehingga selalu menunduk ketika bebicara dengan orang asing.
Psikolog dan orang tua dari Bunga ingin agar kehamilan Bunga diaborsi saja dikarenakan
khawatir kehamilan tersebut akan memperparah kondisi kejiwaan Bunga. Dari hasil
pemeriksaan ternyata janin bunga memasuki usia kehamilan 7 minggu dan janin tampak
sehat. Apa yang anda lakukan sebagai seorang perawat? Bagaimana anda harus bersikap?

24 | ETIKA KEPERAWATAN
3.2 Pembagian Peran
1. Pasien Bunga : Sita Ayurana Husna
2. Ibu Pasien : Farah Donna Maulidiane
3. Rohanian : Anita Noviyanti
4. Psikolog : Gina Indah Aulia
5. Polisi : Siti Rahmadini
6. Dokter : Indah Ayu Lestari Hidayatullah
7. Perawat : Siti Fazriyanti

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Prinsip Etika Keperawatan Berkaitan Dengan Aborsi


4.1.1 Otonomi (Autonomy)

Perawat memberikan kebebasan kepada pasien dalam pengambilan


keputusan, tetapi sebelumnya harus menjelaskan tentang bahaya ataupun
kebijakan-kebijakan yang ada, berkaitan dengan aborsi.

4.1.2 Berbuat Baik (Beneficience)


Perawat berkewajiban melakukan hal yang baik sebagai kebalikan hal
yang membahayakan. Prinsip beneficence adalah suatu kewajiban moral untuk

25 | ETIKA KEPERAWATAN
bertindak demi keuntungan orang lain. Disini perawat telah berbuat baik kepada
pasien dengan terus menerus memberikan motivasi kepada pasien supaya pasien
selalu berfikiran positif dan tidak menggugurkan bayi yang ada di dalam
kandungannya.
4.1.3 Keadilan (Justice)
Suatu pernyataan pernah dikemukakan bahwa janin yang ada dalam
kandungan seorang wanita merupakan makhluk hidup yang harus dijaga haknya
untuk hidup. Maka dari itu perawat menerapkan prinsip keadilan dengan cara
memberi pengertian kepada keluarga pasien untuk tidak meminta tindakan aborsi.
4.1.4 Tidak Merugikan (Non Maleficience)
Perawat tidak merugikan pasien dalam masalah aborsi, psikolog dan orang
tua Nn. Bunga menyarankan untuk aborsi tanpa melihat resiko yang akan timbul
bagi Nn. Bunga seperti Syok yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan
yang banyak) dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis) yang
akan memperparah keadaan Nn. Bunga. Tindakan ini berpotensi membahayakan
klien dan janin yang dikandungnya. Maka dari itu perawat telah memberikan
penjelasan tentang risiko-risiko yang dapat terjadi apabila dilakukannya aborsi
yang bertujuan agar tidak merugikan klien.

4.1.5 Kejujuran (Veracity)


Perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien. Contohnya memberitau keadaan Nn. Bunga yang
sebenarnya, memberitahu tentang kondisi janin yang dikandungnya, memberitahu
tentang efek dari aborsi.
4.1.6 Menepati Janji (Fidelity)
Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpanan
rahasaia klien.
4.1.7 Kerahasiaan (Confidentiality)

26 | ETIKA KEPERAWATAN
Perawat wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang klien, kecuali kepentingan hukum. Hal ini menyangkut privasi klien yang
berada dalam asuhan keperawatan karena disisi lain perawat juga wajib
menhormati hak-hak klien dan profesi klien sesuai dengan ketentuan dan
peraturan ysng berlaku.
4.1.8 Akuntabilitas (Accountability)
Perawat bertanggung jawab pada dirinya sendiri karna perawat tau bahwa
aborsi itu haram hukumnya. Perawat bertanggung jawab pada profesi karena
dalam profesinya aborsi hanya dapat dilakukan dengan ketentuan-ketentuan
tertentu. Perawat bertanggung jawab pada pasiennya karna perawat tahu ada
banyak risiko yang dapat terjadi dari tindakan aborsi.
4.2 Kode Etik Keperawatan di Indonesia Berkaitan Dengan Aborsi
4.2.1 Perawat dan klien
Perawat menghargai pasien dan keluarganya dalam masalah ini, tetapi
perawat terus berusaha memotivasi dan memberikan penjelasan-penjelasan
tentang bahaya aborsi karna semata-mata untuk melindungi pasien dan juga
janinnya.
4.2.2 Perawat dan praktik
Perawat meningkatkan mutu pelayanan, dalam membuat keputusan juga
didasari dengan alasan-alasan dan hukum yang berlaku untuk memberikan
kepercayaan kepada kliennya.

4.2.3 Perawat dan teman sejawat


Disini perawat menjalin hubungan baik dengan bidan dalam memecahkan
masalah ini untuk memberikan pelayanan yang baik kepada pasien.
4.2.4 Perawat dan masyarakat
Perawat sebagai tenaga kesehatan dapat memberikan pengetahuan tentang
risiko yang dapat terjadi akibat tindakan aborsi.

27 | ETIKA KEPERAWATAN
4.2.5 Perawat dan profesi
Perawat menerapkan pelayanan keperawatan dengan baik, menjunjung
tinggi nama baik profesi dan menunjukkan perilaku professional dengan cara
ketika menyampaikan pendapat didasari oleh ilmu pengetahuan dan hukum yang
berlaku.
4.3 Profesionalisme Keperawatan Berkaitan Dengan Aborsi
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan harus secara professional, dan
harus selalu menjunjung tinggi nama profesi agar tindakan keperawatan dapat berjalan
dengan baik dan sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku. Dalam
menghadapi massalah aborsi ini perawat selalu patuh dengan aturan yang ada seperti
menjelaskan tentang hukuman dan sanksi yang dapat terjadi jika tetap melakukan
tindakan aborsi kepada pasien.
4.4 Nursing Advocacy Berkaitan Dengan Aborsi

Sebagai perawat kita harus melindungi pasien karena tindakan aborsi ini
bertentangan dengan hukum dan agama yang berlaku. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalaini oleh klien.

4.5 Teori Pengambilan Keputusan Etika Berkaitan Dengan Aborsi


a. Pengkajian : Aborsi dilarang oleh KUHP dan undang-undang kesehatan
namun dalam undang-undang kesehatan aborsi dapat dilakukan namun dengan
ketentuan Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan,baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang
menderitapenyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapatdiperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan;atau
Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologisbagi
korban perkosaan.

b. Perencanaan : Pasien hamil 7 minggu akibat kejadian pemerkosaan oleh orang


yang tidak dikenal. Maka direncanakannya tindakan rehabilitasi.

28 | ETIKA KEPERAWATAN
c. Implementasi : Melakukan tindakan rehabilitasi pasien berkolaborasi dengan
psikolog.
d. Evaluasi : Tindakan yang dilakukan adalah tidak mengaborsi janin yang
ada dalam kandungannya dan untuk kejiwaannya psikolog dapat membantu menerapi
keaadan pasien agar menerima janin yang ada didalam kandungannya.
4.6 Hukum/Kebijakan Praktik Keperawatan Berkaitan Dengan Aborsi
Psikolog dan orang tua dari Nn. Bunga bisa terancam KHUP BAB XIV tentang
Kejahatan Kesusilaan atas saran yang diberikan untuk mengaborsi yang terdapat pada
pasal 229 ayat 1 “Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa
karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah”.

BAB V

PENUTUP

29 | ETIKA KEPERAWATAN
5.1 Kesimpulan

Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan
interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga
keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan
penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dalam membuat
keputusan terhadap masalah etik, perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang
menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang
diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang
dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat
dipertahankan.
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima dan
dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan
nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai komitmen yang kuat
dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima
tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap
etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan
tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap
hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
Selain itu dalam menyelesaikan permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan
salah satu pihak.
Aborsi adalah pengguguran seorang janin baik dilakukan sendiri ataupun orang
lain oleh seorang perempuan atau seorang ibu. Dalam hukum yang berlaku di Indonesia
mengenai aborsi apapun alasan yang dikemukakan, abrtus sering menimbulkan konflik
nilai bagi perawat bila ia harus terlibat dalam tindakan abortus. Di Indonesia, tindakan
abortus dilarang sejak tahun 1978 sesuai dengan pasal 346 sampai dengan 349 KUHP,
dinyatakan bahwa “Barang siapa melakukan suatu dengan sengaja yang menyebabkan
keguguran atau matinya kandungan, dapat dikenai penjara”. Masalah abortus memang

30 | ETIKA KEPERAWATAN
kompleks namun perawat professional tidak diperkenankan memaksakan nilai-nilai yang
ia yakini kepada klien yang memiliki nilai yang berbeda,termasuk pandangan terhadap
abortus.
5.2 Saran
Isu etik dalam praktik keperawatan tentu saja bukan masalah yang asing, yang
bisa didapatkan oleh calon perawat sekalipun. Dengan mempelajarinya secara rinci, dan
dengan mengatahui akibat yang dapat ditimbulkannya. Maka tidaklah bisa dikatakan
seorang perawat yang baik, apabila masih melakukan tindakan di luar batas yang
diperbolehkan.
Dengan adanya pembahasan menganai isu etik seperti ini, kita akan diingatkan
batapa kejinya perbuatan yang melanggar aturan itu. Dan kita juga diajarkan tentang
bagaimana menyikapi semuanya itu dalam praktik keseharian kita. Semoga makalah ini
dapat menjadi acuan, atau referensi dalam pengajaran mata kuliah etika keperawatan.

31 | ETIKA KEPERAWATAN
32 | ETIKA KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai