Anda di halaman 1dari 21

1

MAKALAH
KEPERAWATAN JIWA
ISOLASI SOSIAL

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh Kelompok 4:


1. Ika Dewi Aprianti
2. Rizqi Vandi Zuhro Khusnani
3. Farida Nur Aini
4. Hariyani
5. Agus Floriyanto
6. Siswa Aini

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
2

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya kelompok dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Keperawatan Jiwa
Isolasi Sosial”

Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa. Dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, arahan dan
bimbingan dari segala pihak. Untuk itu dengan segala hormat kami sampaikan
ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak dan Ibu dosen Prodi S1 Keperawatan STIKES Hafshawaty


Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
2. Bapak Mashuri,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing sekaligus pengajar
mata kuliah Keperawatan Jiwa
3. Teman-teman kelas D Prodi S1 Keperawatan STIKES Hafshawaty
Pesantren Zainul Hasan Probolinggo yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas ini

Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekeliruan dan kesalahan dalam


penulisan makalah ini, oleh karena itu kami harapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Lumajang, Agustus 2021

Kelompok 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
3

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Menarik Diri
2.1.1 Definisi....................................................................................... 7
2.1.2 Rentang Respon Sosial........................................................... 8
2.1.3 Perkembangan Hubungan Sosial........................................... 8
2.1.4 Penyebab Menarik Diri............................................................. 9
2.1.5 Tanda dan Gejala………………………………………………….. 10
2.1.6 Konsep Asuhan Keperawatan .............................................. 11
BAB 3 PENUTUP 18
DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULAN

I. Latar belakang

Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa


yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosial. Individu yang sehat jiwa meliputi
menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu
menghadapi stres kehidupan yang wajar, mampu bekerja
produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan
serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa
yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan
orang lain (Keliat dkk, 2011). Menarik diri adalah percobaan
untuk menghindari interaksi dengan orang lain atau
menghindari hubungan dengan orang lain. Menurut depkes RI
tahun 2013, menarik diri adalah suatu tindakan melepaskan diri
baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial
secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak
dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan
dan perilaku aneh dan terganggu. Perkembangan jaman
menurut kehidupan maniusia semakin modern, begitu juga
semakin bertambahnya stressor psikososial akibat budaya
masyarakat modern yang cenderung lebih sekuler, hal ini
dapat menyebabkan manusia semakin sulit menghadapi
tekanan-tekanan hidup yang datang. Kondisi kritis ini juga
membaw dampak terhadap peningkatan kualitas maupun
kuantitas penyakit mental-emosional manusia. Sebagai akibat
maka akan timbul gangguan jiwa khususnya pada ganggguan
isolasi sosial: Menarik diri dalam tingkat ringan ataupun berat
yang memerlukan penanganan dirumah sakit baik dirumah
5

sakit jiwa atau diunit perawatan jiwa dirumah sakit


umum(Nurjannah, 2005).
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), Isolasi sosial:
Menarik diri adalah keadaan dimana seseorang mengalami
atau tidak mampu berintraksi dengan orang lain disekitarnya.
Klien mungkin merasa ditolak,tidak diterima, kesepian dan
tidak mampu menbina hubungan yang berarti dengan orang
lain.
Menurut WHO memperkirakan 450 juta orang seluruh

dunia mengalami gangguan jiwa saat ini dan (25%) penduduk

diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu

selama hidupnya. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar

(RISKESDAS) tahun 2013, angka rata-rata nasional gangguan

mental emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas yaitu

6%, angka ini setara dengan 14 juta penduduk. Sedangkan

gangguan jiwa berat, rata-rata sebesar 0,17% atau setara

dengan 400.000 penduduk. Berdasarkan dari data tersebut

bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan

jiwa selalu meningkat. Berdasarkan data Departemen

Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia

mencapai 2,5 juta orang diperkirakan terdapat 200.000 kasus

baru yang di diagnosa skizofrenia setiap tahun di United

States,dan 2 juta diseluruh dunia. Kira-kira sekitar 1% dari

populasi di United States menderita skizofrenia. Angka kejadian

skizofrenia biasanya terjadi pada remaja tua dan dewasa muda,

dan angka itu kadang-kadang terjadi setelah usia 50 tahun,

walaupun lebih jarang. 50% klien skizofrenia melakukan

percobaan bunuh diri. Berdasarkan hasil pencatatan Rekam

Medik (RM) Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan

Januari dan Februari 2015, ditemukan masalah keperawatan


6

pada klien rawat inap dan rawat jalan yaitu Halusinasi

mencapai 5.077klien, Risiko Prilaku Kekerasan 4.074 klien,

Defisit perawatan Diri 1.634 klien, Isolasi Sosial 1.617 klien,

Harga Diri Rendah 1.087 klien dan Waham 363 klien.

Data diatas tersebut didapatkan masalah isolasi sosial

di Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta menempati posisi ke

empat dan perawat bertanggung jawab dalam meningkatkan

derajat kemampuan jiwa klien seperti meningkatkan percaya

diri klien dan mengajarkan untuk berinteraksi dengan orang

lain. Memberikan pengertian tentang kerugian menyendiri dan

keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain sehingga

diharapkan mampu terjadi peningkatan interaksi pada klien.

Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang

mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran,

persepsi, emosi, gerakan dan perilaku aneh yang terganggu

(keliat dkk, 2012). Salah satu gejala umum dari skizofrenia

paranoid adanya adanya kekerasan, berdebat dengan orang

lain, merasa dirinya penting atau memandang orang lain

rendah, dan pikiran serta perilaku menuju kekerasan atau

bunuh diri. Pada pederita skizofrenia akan mengalami

gangguan dalam kognitif, emosional, persepsi serta gangguan

dalam tingkah laku. Pasien skizofrenia kronis pada umumnya

tidak mampu melaksanakan fungsi dasar secara mandiri,

misalnya kebersihan diri, penampilan dan sosialisasi. Pasien

skizofrenia mengalami kemunduran dalam fungsi

psikososialnya. Mereka mengalami penurunan kemampuan


7

untuk bergerak dan berkomunikasi dengan orang lain, serta

tidak mampu menghadapi realitas.

Upaya optimalisasi penatalaksanaan klien dengan

skizofrenia dalam menangani gangguan persepsi sensori

(Skrizofenia) dirumah sakit antara lain melakukan penerapan

standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok dan

melatih keluarga untuk merawat pasien dengan Skrizofenia.

Standar Asuhan Keperawatan mencakup penerapan strategi

pelaksanaan. Strategi pelaksanaan pada pasien mencakup

kegiatan mengenal Skrizofenia, mengajarkan pasien

menghardik, minum obat dengan teratur, bercakap-cakap

dengan orang lain saat muncul, serta melakukan aktivitas

terjadwal untuk mencegah Skrizofernia (Keliat dkk, 2010). Jika

klien sudah pulang maka anjurkan pasien untuk membuat

jadwal kegiatan harian dirumah sesuai dengan kegiatan sehari

– hari untuk mengurangi terjadinya perilaku menarik diri,

anjurkan klien untuk minum obat tepat waktu, dan anjurkan

klien untuk konsultasi kepada dokter sesuai dengan jadwal

yang sudah di anjurkan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Menarik Diri


2.1.1 Definisi

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang

lain atau menghindari hubungan dengan orang lain (Abdul Muhith,2015)

Penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri

baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang

dapat bersifat sementara ataupun menetap. Jadi menarik diri adalah keadaan

dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan

menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat

sementara atau menetap (Abdul Muhith,2015)

2.1.2 Rentang Respon Sosial

Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yang

adaptif sampai dengan maladaptif sampai dengan. Respon adaptif merupakan respon

yang dapat di terima oleh norma norma sosial dan kebudayaan yang secara umum

berlaku. Sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang di lakukan individu

dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat di terima oleh norma sosial dan

budaya setempat. Respon sosial yang maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan

sehari- hari adalah menarik diri, tergantung (dependen) ,manipulasi, curiga,

gangguan komunikasi, dan komunikasi (Abdul Muhith,2015).


9
Rentang Respon Sosial

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri merasa sendiri Manipulasi


Otonomi menarik diri Inpulsif
Bekerjasama tergantung Narcissism
Saling
tergantung

Rentang Respon Perilaku Sosial “ Menarik Diri”

2.1.3 Perkembangan Hubungan Sosial


Untuk mengembangkan hubungan sosial yang positif, setiap tugas

perkembangan sepanjang daur kehidupan di harapkan di lalui dengan sukses

sehingga kemampuan membina hubungan sosial dapat menghasilkan kepuasan

dalam individu (Abdul muhith,2015)

1. Bayi

Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan

biologis dan psikologisnya. Bayi umumnya menggunakan komunikasi yang

sangat sederhana dalam menyampaikan kebutuhannya, misalnya menangis

untuk semua kebutuhan. Konsisten ibu dan anak seperti stimulus sentuhan,

kontak mata, komunikasi yang hangat merupakan aspek penting yang harus

di bina sejak dini karena akan menghasilkan rasa aman dan rasa percaya

yang mendasar. Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui

ketergantungan pada orang lain kan mengakibatkan rasa tidak percaya diri

sendiri dan orang lain serta menarik diri(Abdul Muhith,2015).

2. Prasekolah

Materson menamakan masa antara usia 18 bulan – 3 tahun yang

merupakan taraf masa pemisahan pribadi. Anak prasekolah mulai

memperluas hubungan sosialnya di luar lingkungan keluarga,khususnya ibu


10
(pengasuh). Anak menggunakan kemampuan berhubungan yang telah di

miliki untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga. Dalam hal

ini,anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya

pemberian pengakuan yang positif terhadap perilaku yang adaptif. Hal ini

merupakan dasar otonomi anak yang berguna untuk mengembangkan

kemampuan hubungan interdependen. Kegagalan anak dalam berhubungan

dengan lingkungannya disertai respon keluarga yang negatif akan

mengakibatkan anak menjadi tidak mampu mengontrol diri ,tidak mandiri,

ragu, menarik diri dari lingkungan, kurang percaya diri, pesimis, takut

perilakunya salah(Abdul Muhith,2015)

3. Anak-anak

Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri

dan mulai mengenal lingkungan lebih luas,dimana anak mulai membina

hubungan dengan teman temanny. Pada usia ini anak mulai mengenal

kerjasama, kompetisi, dan kompromi. Konflik sering terjadi dengan orang tua

karena pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten. Teman dengan

orang dewasa di luar keluarga (guru,orang tua teman) merupakan sumber

pendukung yang penting bagi anak. Kegagalan dalam membina hubungan

dengan teman di sekolah, kurangnya dukungan guru dan pembatasan serta

dukungan yang tidak konsisten dari orang tua mengakibatkan frustasi

terhadap kemampuannya , putus asa,merasa tidak mampu, dan menarik diri

dari lingkungan(Abdul muhith,2015)

4. Remaja

Pada usia ini, individu mempertahankan hubungan interdependen

dengan orang tua dan teman sebaya. Individu belajar mengalami keputusan

dengan mempertahatikan saran dan pendapat orang lain seperti memilih

pekerjaan,memilih karier,dan melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu

menghindari hubungan intim,menjauhi orang lain, dan putus asa akan karier.

5. Dewasa Muda

Pada usia ini, individu mempertahankan hubungan interdependen

dengan orang tua dan teman sebaya. Individu belajar mengambil keputusan
11
dengan mempertahatikan saran dan pendapat orang lain, seperti memilih

pekerjaan,memilih karier, dan melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu

dalam melanjutkan sekolah,pekerjaan,pernikahan mengakibatkan individu

menghindari hubungan intim,menjauhi orang lain,dan putus asa akan karier.

6. Dewasa Tengah

Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat tinggal

dengan orang tua, khususnya individu telah menikah. Jika ia telah

menikah,maka peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar

orang dewasa merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan

interdependen. Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua,membina

hubungan yang baru dan tidak mendapatkan dukungan dari orang dewasa

lain akan mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada diri sendiri,produktivitas

dan kreativitas berkurang, dan perhatian pada orang lain berkurang.

7. Dewasa Lanjut

Pada masa ini,individu akan mengalami kehilangan,baik kehilangan

fungsi fisik,kegiatan,pekerjaan,teman hidup(teman sebaya dan

pasangan),anggota keluarga(kematian orang tua). Individu tetap memerlukan

hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Individu yang mempunyai

perkembangan yang baik dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam

kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan orang lain dapat membantu

dalam menghadapi kehilangannya. Kegagalan dalam masa ini dapat

menyebabkan individu merasa tidak berguna,tidak di hargai, dan hal lain

dapat membuat individu menarik diri dan rendah diri(Abdul muhith,2015)

2.1.4 Penyebab Menarik Diri


Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan

negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai

keinginan, yang di tandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri,

rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan

martabat, percaya diri kurang, dan juga dapat mencederai diri (Abdul muhith,2015)

1. Faktor Predisposisi
12

Beberapa faktor predisposisi(pendukung) terjadi gangguan hubungan sosial

yaitu:

a. Faktor perkembangan, kemampuan membina hubungan yang sehat

tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap

tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan

sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat di penuhi akan

menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi,kasih

sayang,perhatian,dan kehangatan dari orang tua/pengasuh akan

memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa

tidak percaya.

b. Faktor biologis, genetik merupakan salah satu faktor pendukung

gangguan jiwa. Kelainan struktur otak seperti atropi,pembesaran

ventrikel,penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga

dapat menyebabkan skizofrenia.

c. Faktor sosial dan budaya, faktor sosial budaya dapat menjadi faktor

pendukung terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang

lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang

lain (lingkungan sosialnya).

2. Stressor Presipitasi

a. Stressor sosial budaya, stressor sosial budaya dapat menyebabkan

terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain,

misalnya anggota keluarga yang labil yang di rawat di rumah sakit.

b. Stressor psikologis, tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan

menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.

Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya

kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan

berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).

2.1.5 Tanda dan Gejala

Kurang spontan, apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan), ekspresi


13
wajah kurang berseri (ekspresi sedih), efek tumpul, tidak merawat dan

memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien

tidak bercakap cakap dengan klien lain/perawat, mengisolasi diri (menyendiri),

tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya, pemasukan makan dan

minuman terganggu, retensi urin dan feses, aktivitas menurun, kurang energi,

harga diri rendah, menolak berhubungan dengan orang lain(Abdul muhith,2015).

2.1.6 Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Skizofrenia dengan

Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri

1. Identitas Klien

Identitas ditulis lengkap meliputi nama, usia dalam tahun, alamat,

pendidikan, agama, status perkawinan, pekerjaan, jenis kelamin, nomer

rekam medis dan diagnosa medisnya.

2. Alasan Masuk

Menanyakan kepada klien/ keluarga/ pihak yang berkaitan dan tulis

hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang kerumah sakit, apa yang

sudah dilakukan oleh klien/ keluarga sebelumnya atau dirumah untuk

mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya. Klien dengan halusinasi

biasanya dilaporkan oleh keluarga bahwa klien sering melamun,

menyendiri dan terlihat berbicara sendiri, tertawa sendiri.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Menanyakan riwayat timbulnya gejala gangguan jiwa saat ini,

penyebab munculnya gejala, upaya yang dilakukan keluarga untuk

mengatasi dan bagaimana hasilnya.

4. Faktor predisposisi

Menanyakan apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa

lalu, pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya, adanya trauma masa

lalu, faktor genetik dan silsilah orang tuanya dan pengalaman masa

lalu yang tidak menyenangkan.

5. Pemeriksaan Fisik
14
Mengkaji keadaan umum klien, tanda-tanda vital, tinggi badan/ berat

badan, ada/ tidak keluhan fisik seperti nyeri dan lain-lain.

6. Pengkajian Psikososial

a. Genogram

Membuat genogram beserta keterangannya untuk mengetahui

kemungkinan adanya riwayat genetik yang menyebabkan/ menurunkan

gangguan jiwa.

b. Konsep Diri

1) Citra tubuh, bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian

tubuhnya yang paling/ tidak disukai.

2) Identitas diri, bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien

sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap suatu/ posisi tersebut,

kepuasan klien sebagi laki-laki atau perempuan.

3) Peran, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,

tugas/ peran yang harapannya dalam keluarga, kelompok,

masyarakat dan bagaimana kemampuan klien dalam melaksanakan

tugas/ peran tersebut.

4) Ideal diri, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,

tugas/ peran dan harapan klien terhadap lingkungan.

5) Harga diri, bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam

hubungannya dengan orang lain sesuai dengan kondisi dan

bagaimana penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan

lingkungan klien.

c. Hubungan Sosial

Mengkaji siapa orang yang berarti/ terdekat dengan klien,

bagaimana peran serta dalam kegiatan dalam kelompok/ masyarakat

serta ada/ tidak hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.

d. Spiritual

Apa agama/ keyakinan klien. Bagaimana persepsi, nilai, norma,

pandangan dan keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat


15
tentang gangguan jiwa sesui dengan norma budaya dan agama yang

dianut.

e. Status Mental

1. Penampilan

Observasi penampilan umum klien yaitu penampilan usia,

cara berpakaian, kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi

wajah, kontak mata.

2. Pembicaraan

Bagaimana pembicaraan yang didapatkan pada klien, apakah

cepat, keras. Gagap, inkoheren, apatis, lambat, membisu dan lain-

lain.

3. Aktivitas motorik (psikomotor)

Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik perlu

dicacat dalam hal tingkat aktivitas (latergik, tegang, gelisah, agitasi),

jenis (TIK, tremor) dan isyarat tubuh yang tidak wajar.

4. Afek dan emosi

Afek merupakan nada perasaan yang menyenangkan atau

tidak menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung

relatif lama dan dengan sedikit komponen fisiologis/ fisik serta

bangga, kecewa. Emosi merupakan manifestasi afek yang

ditampilkan/ diekspresikan keluar, disertai banyak komponen

fisiologis dan berlangsung relatif lebih singkat/ spontan seperti

sedih, ketakutan, putus asa, kuatir atau gembira berlebihan.

5. Interaksi selama wawancara

Bagaimana respon klien saat wawancara, kooperatif/tidak,

bagaimana kontak mata dengan perawat dan lain-lain.

6. Persepsi sensori

Memberikan pertanyaan kepada klien seperti “apakah anda

sering mendengar suara saat tidak ada orang? Apa anda

mendengar suara yang tidak dapat anda lihat? Apa yang anda

lakukan oleh suara itu. Memeriksa ada/ tidak halusinasi, ilusi.


16
7. Proses pikir

Bagaimana proses pikir klien, bagaimana alur pikirnya

(koheren/inkoheren), bagaimana isi pikirannya realitas/ tidak.

8. Kesadaran

Bagaimana tingkat kesadaran klien menurun atau meninggi.

9. Orientasi.

Bagaimana orientasi klien terhadap waktu, tempat dan orang

10. Memori

Apakah klien mengalami gangguan daya ingat, seperti:

efek samping dari obat dan dari psikologis.

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Apakah klien mengalami kesulitan saat berkonsentrasi,

bagaimana kemampuan berhitung klien, seperti: disaat ditanya

apakah klien menjawab pentanyaan sesuai dengan yang ditanyakan

oleh observer.

Standart asuhan keperawatan atau standart praktik keperawatan

mengacu pada standart praktik professional dan standart kinerja

profesional. Standart praktik professional di indonesia telah di jabarkan

oleh(PPNI 2009), standart praktik professional tersebut juga mengacu pada

proses keperwatan jiwa yang terdiri dari lima tahap standart yaitu: 1)

pengkajian,2) diagnosis, 3) perencanaan, 4) pelaksanaan (implementasi),

dan 5) evaluasi (PPNI,2009).

7. Masalah keperawatan:

a. Gangguan hubungan sosial: menarik diri

b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Personal Approach

1. Memenuhi kebutuhan biologis

a. Memonitor pemasukan dan pengeluaran


17
b. Memperhatikan kebersihan klien

c. Mempertahankan sikap empati dan kesabaran perawat

untuk mengenali kebutuhan klien.

2. Komunikasi verbal dan nonverbal

a. Pilih topik pembicaraan yang disukai

b. Gunakan pertanyaan terbuka

c. Kaji bahasa tubuh klien

d. Pertahankan kontak mata antara perawat dan klien

e. Sentuhan halus dapat mempererat hubungan antara

perawat dan klien

f. Tatap klien waktu berbicara,badan agak membungkuk ke

depan untuk memperlihatkan bahwa perawat siap untuk

membantu klien

3. Melibatkan orang lain dengan klien

Di awali dengan membina hubungan perawat-klien secara

one to one kemudian di lanjutkan dan di tingkatkan dengan

orang lain.

4. Intervensi keluarga

a. Bantu keluarga untuk mengerti kebutuhan klien

b. Bantu keluarga untuk tetap mempertahankan hubungan

dengan klien

c. Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga maupun

klien mengenai proses pengobatan

5. Terminasi

Evaluasi keberhasilan intervensi keperawatan berfokus pada

perawat dan klien. Berfokus pada perawat:evaluasi diri

sendiri(selft evaluation) dan supervisi oleh perawat lain yang

lebih berpengalaman.

Berfokus pada klien:

a. Perilaku klien berubah,validasi dengan klien


18

b. Dengan komunikasi non verbal:kontak mata,sentuhan

c. Klien dapat memulai percakapan

d. Klien mampu mengambil keputusan dan mengemukakan

pendapat sehingga harga diri dan rasa percaya diri klien

meningkat

e. Klien menggunakan sumber koping yang adekuat


19
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWA
N DIAGNOSA TINDAKAN PERTEMUAN
O 1 2 3 4 5 S.D 12
1 ISOLASI PASIEN 1. Identifikasipenyebabisolasisosial, siapa yang 1. Evaluasikegiatanbercakap-cakap 1. Evaluasikegiatanbercakap- 1. Evaluasikegiatanbercakap- 1. Evaluasikegiatanbercak
SOSIAL: serumah, siapa yang dekat, yang tidakdekat, (berapa orang). Beri pujian. cakap (berapa orang) cakapsaatmelakukan 4 ap-
MENARIK dan apasebabnya. 2. Latihcarabercakap-cakapdengan 2 saatmelakukan 2 kegiatanharian. Beri pujian. cakapsaatmelakukanke
DIRI 2. Keuntungan punya teman dan bercakap- orang lain dalam 2 kegiatanharian. kegiatanharian. Beri pujian. 2. Latihcarabercakap- giatanharian dan
cakap. 3. Masukkan pada 2. Latihcarabercakap-cakap cakapdalamkegiatansosial: sosialisasi. Beri pujian.
3. Kerugiantidak punya teman dan jadwalkegiatanuntuklatihanbercakap- (4-5 orang) dalam 2 belanjakewarung, 2. Latihkegiatanharian.
tidakbercakap-cakap. cakapdengan 2-3 orang: kegiatanharianbaru. memintasesuatu, 3. Nilai kemampuan yang
4. Latihcarabercakap- tetanggaatautamu, 3. Masukkan pada menjawabpertanyaan. telahmandiri.
cakapdengananggotakeluargadalam 1 saatmelakukankegiatanharian. jadwalkegiatanuntuklatihanb 3. Masukkan pada 4. Nilai
kegiatanharian. ercakap-cakapdengan 4-5 jadwalkegiatanuntuklatihanbercaka apakahisolasisosialterat
5. Masukkan dalamjadwaluntukkegiatanharian. orang saatmelakukan 4 p-cakapdengan>5 orang, orang asi.
kegiatanharian. baru,
saatmelakukankegiatanharian, dan
sosialisasi.
KELUARGA 1. Diskusikanmasalah yang 1. Evaluasikegiatankeluargadalammera 1. Evaluasikegiatankeluargada 1. Evaluasikegiatankeluargadalamme 1. Evaluasikegiatankeluar
dirasakandalammerawatpasien. wat/melatihpasienbercakap- lammerawat/ rawat/melatihpasienbercakap- gadalammerawat/
2. Jelaskanpengertian, tanda dan gejala, dan cakapsaatmelakukankegiatanharian. melatihpasienbercakap- cakapsaatmelakukankegiatanharia melatihpasienbercakap-
proses terjadinyaisolasisosial (gunakan Beri pujian. cakapsaatmelakukankegiata n, RT, berbelanja. Beri pujian. cakapsaatmelakukanke
booklet). 2. Jelaskankegiatanrumahtangga yang nharian dan rumahtangga. 2. Jelaskanfollow up ke PKM, giatanharian, RT,
3. Jelaskancaramerawatisolasisosial. dapatmelibatkanpasienbercakap- Beri pujian. tandakambuh dan rujukan. berbelanja, kegiatan
4. Latihcaramerawat: bercakap- cakap (makan, solatbersama). 2. Jelaskancaramelatihpasiend 3. Anjurkanmembantupasiensesuaija lain dan follow up. Beri
cakapsaatmelakukankegiatanharian. 3. Latihcaramembimbingpasienbercaka alammelakukankegiatansosi dual dan memberipujian. pujian.
p-cakap dan member pujian. al, sepertiberbelanja, 2. Nilai
memintasesuatu, dll. kemampuankeluargame
3. Latihkeluargamengajakpasi rawatpasien.
enbelanja. 3. Nilai
kemampuankeluargame
lakukan control ke PKM.
2 HARGA DIRI PASIEN 1. Identifikasikemampuanmelakukankegiatan 1. Evaluasikegiatanpertama yang 1. Evaluasikegiatanpertama 1. Evaluasikegiatanpertama, kedua, 1. Evaluasikegiatanlatihan
RENDAH dan aspekpositifpasien (buat daftar kegiatan) dipilih dan berikanpujian. dan keduayang dan ketigayang telahdilatih dan dan berikanpujian.
2. Bantu pasienmenilaikegiatan yang 2. Bantu telahdilatih dan berikanpujian. 2. Latihkegiatandilanjutkan
dapatdilakukansaatini (pilihdari daftar pasienmemilihkegiatankedua yang berikanpujian. 2. Bantu sampaitakterhingga.
kegiatan) : buat daftar kegiatan yang akandilatih 2. Bantu pasienmemilihkegiatankeempat 3. Nilai kemampuan yang
dapatdilakukansaatini 3. Latihkegiatankedua (alat dan cara) pasienmemilihkegiatanketi yang akandilatih telahmandiri.
3. Bantu pasienmemilih salah satukegiatan yang 4. Masukkan pada ga yang akandilatih 3. Latihkegiatankeempat (alat dan 4. Nilai
dapatdilakukansaatiniuntukdilatih jadualkegiatanuntuklatihan: 3. Latihkegiatanketiga (alat cara) apakahhargadiripasien
4. Latihkegiatan yang dipilih (alat dan duakegiatanmasing-masingdua dan cara) 4. Masukkan pada meningkat.
caramelakukannya) kali per hari 4. Masukkan pada jadualkegiatanuntuklatihan:
5. Masukkan pada jadualkegiatanuntuklatiha empatkegiatan, masing-masingdua
jadualkegiatanuntuklatihandua kali per hari n: tigakegiatan, masing- kali per hari
masingdua kali per hari

KELUARGA 1. Diskusikanmasalah yang 1. Evaluasikegiatankeluargadalammem 1. Evaluasikegiatankeluargada 1. Evaluasikegiatankeluargadalamme 1. Evaluasikegiatankeluar


dirasakandalammerawatklien. bimbingpasienmelaksanakankegiata lammembimbingpasienmela mbimbingpasienmelaksanakankegi gadalammembimbingpa
2. Jelaskanpengertian, tanda dan gejala, dan nkebersihandiri, beripujian. ksanakankegiatan yang atan, beripujian. sienmelakukankegiatan
proses terjadinyahargadirirendah (gunakan 2. Bersama telahdilatih, beripujian. 2. Bersama yang dipilih oleh pasien,
20
booklet). keluargamelatihpasiendalammelakuk 2. Bersama keluargamelatihpasiendalammelak beripujian.
3. Jelaskancaramerawathargadirirendahterutam ankegiatankedua yang dipilihpasien keluargamelatihpasiendala ukankegiatankeempat yang 2. Nilai
amemberikanpujiansemuahal yang positif 3. Anjurkanmembantupasiensesuaijadu mmelakukankegiatanketigay dipilihpasien kemampuankeluargame
pada pasien. al dan memberipujian. ang dipilihpasien 3. Jelaskan follow up ke PKM, mbimbingpasien.
4. Latihkeluargamemberitanggungjawabkegiata 3. Anjurkanmembantupasiense tandakambuh, rujukan, 3. Nilai
n yang dipilihpasien: bimbing dan beripujian. suaijadual dan 4. Anjurkanmembantupasiensesuaija kemampuankeluargame
5. Anjurkanmembantupasiensesuaijadual dan memberipujian. dual dan memberikanpujian. lakukankontrolke PKM.
caramemberikanpujian.
21

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan pasien dengan Isolasi Sosial sebelum pasien diberikan intervensi terlihat adanya

tanda dan gejala dari isolasi sosial yaitu nampak suka menyendiri, kurang bergaul, jarang mau

berinteraksi. Sedangkan pada saat pasien diberikan intervensi peningkatan sosialisasi yaitu dengan

meningkatkan hubungan dengan orang- orang yang memiliki minat dan tujuan yang sama melalui

kegiatan harian yang telah di sepakati bersama, pasien terlihat sibuk dengan kegiatan yang

dilakukanya bersama-sama dan mulai terjalin komunikasi yang baik setiap harinya sehingga pasien

menunjukan kepercayaan dengan melakukan kegiatan tersebut terus menerus sehingga pasien lebih

sering berinteraksi dan bergaul dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai