Anda di halaman 1dari 20

DASAR ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI PADA KEPERAWATAN

KOMUNITAS SEBAGAI SUATU PROFESI MENURUT FLORENCE NIGHTINGALE

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu)

OLEH :

BELLA DARA ANGGUN PRATIWI

JOAN HERLY HERWAWAN

PUTRI MAYANG SARI

KELAS: 1.B – 306

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan Kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Dasar Ontologi, Epistemiologi

dan Aksiologi pada Keperawatan Komunitas sebagai suatu Profesi menurut Florence

Nightingale”. Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Ilmu.

Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi

gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan Dasar

Ontologi, Epistemiologi dan Aksiologi pada Keperawatan Komunitas sebagai suatu Profesi

menurut Florence Nightingale.

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui hambatan dan juga

kesulitan. Namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah

ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh, karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih

sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil makalah ini

berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha penulis selama ini.

Jakarta, November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ………………………………………………………………….. 1

B. MANFAAT …………………………………………………………………………….. 2

C. TUJUAN ……………………………………………………………………………….. 2

BAB II KONSEP YANG TERKAIT

A. KONSEPTUAL MODEL FLORENCE NIGHTINGALE ……………………………. 3

B. PARADIGMA KEPERAWATAN MENURUT F. NIGHTINGALE ………………… 7

BAB III PEMBAHASAN

A. ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI ILMU KEPERAWATAN …….. 11

B. HUBUNGAN KONSEP TEORI F. NIGHTINGALE DENGAN FILSAFAT ILMU … 13

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN ……………………………………………………………………….. 16

B. REKOMENDASI …………………………………………………………………….. 16

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal dalam arti mulai dari radix

suatu gejala dari akar suatu hal yang hendak dimasalahkan, dan dengan jalan penjajagan

yang radikal filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan yang universal.

Filsafat saat ini telah berkembang lebih maju dalam berbagai bidang dan

mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Cabang filsafat sendiri saat ini telah

berkembang dalam berbagai bidang yaitu filsafat pengetahuan, filsafat moral, filsafat

seni, metafisika, politik, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum,

filsafat sejarah, filsafat matematika dan lain sebagainya. Filsafat juga sangat berperan

dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan. Filsafat dalam bidang keperawatan ini

dapat dipandang atau dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi filsafat pendidikannya dan

filsafat ilmu keperawatannya serta pelayanannya. Sehingga perlu dikaitkan atau

dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan guna

memajukan ilmu keperawatan.

Filsafat dalam bidang pendidikan keperawatan mampu memberikan pedoman

kepada para pendidik (dosen/guru) sehingga akan dapat mewarnai sikap perilakunya

dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM), sehingga orang yang di ajarnya

mampu mengembangkan dan mengaplikasian konsep teori keperawatan. Selain itu

dengan adanya filsafat akan didapatkan pengetahuan yang murni atau kemajuan

pengetahuan di bidang pelayanan keperawatan untuk dapat diaplikasikan demi

kesembuhan pasien dengan didasarkan pada premis-premis pendukung hal tersebut.


1
Oleh karena itu, inilah alasan mengapa ilmu filsafat itu sangat penting untuk

dipelajari terutama filsafat keperawatan, sebagai tuntunan atau dasar untuk melakukan

penalaran yang tepat dan berpikir secara mandiri, logika, kritis.

Florence Nightingale merupakan salah satu filosof dalam dunia keperawatan, dan

sangat menrik untuk kita melihat bagaimana konsep teori keperawatan Florence dalam

pandangan filsafat ilmu.

B. Tujuan

a. Mengetahui konsep teori dari Florence Nightingale

b. Mengetahui Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi)

c. Mengetahui hubungan teori Florence Nightingale dengan Filsafat Ilmu

C. Manfaat

a. Dapat mengetahui konsep teori Florence Nightingale

b. Dapat mengetahui konsep Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi)

d. Dapat mengetahui hubungan teori Florence Nightingale dengan Filsafat Ilmu

2
BAB II

KONSEP TEORI YANG TERKAIT

A. Konseptual Model Teori Florence Nightingale

Florence Nightingale mencetuskan Teori Environmental yaitu menempatkan

lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan perhatian di mana perawat tidak perlu

memahami seluruh proses penyakit, dalam upaya awal untuk memisahkan antara profesi

keperawatan dan kedokteran. Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang

hanya sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi

pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan, ketenangan dan

nutrisi yang adekuat (Nightingale, 1860; Torres, 1986). Melalui observasi dan

pengumpulan data, Nightingale menghubungkan antara status kesehatan klien dengan

faktor lingkungan dan sebagai hasil yang menimbulkan perbaikan kondisi higiene dan

sanitasi selama perang Crimean.

Torres mencatat (1986) bahwa Nightingale memberikan konsep dan penawaran

yang dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik keperawatan.

Nightingale dalam teori deskripsinya memberikan cara berpikir tentang keperawatan dan

kerangka rujukan yang berfokus pada klien dan lingkungannya (Torres, 1986). Murray

dan Zentner (1975) mendefinisikan lingkungan adalah semua kondisi eksternal dan

mempengaruhi efektivitas kehidupan dan perkembangan dari makhluk hidup dan

kemampuan untuk pencegahan, penekanan atau kontribusi penyakit, kecelakaan, atau

kematian. Walaupun Nightingle tidak pernah menggunakan istilah lingkungan dalam

tulisannya, dia mendefinisikan dan menggambarkan secara detail konsep dari ventilasi,

3
hangat, cahaya, diet atau nutrisi, kebersihan dan suara yang merupakan komponen dari

lingkungan. Meski Nightingale sering mendefinisikan konsep-konsep dengan tepat, ia

masih kurang jelas memisahkan lingkungan pasien dalam aspek fisik, emosional, atau

aspek-aspek sosial. Ia menganggapnya telah tercakup dalam lingkungan, tetapi tidak

membuat perbedaan yang jelas bagaimana memisahkan semua itu, meski ia cenderung

lebih menekankan fisik daripada psikologis atau lingkungan sosial.

Aspek lingkungan yang menjadi perhatian Nightingale terutama adalah adanya

ventilasi yang cukup bagi pasien. Hal ini berarti seorang perawat “menjaga udara yang

dihirup pasien sebersih udara yang di luar ruang, dengan tanpa membuatnya kedinginan”.

Nightingale yakin tersedianya udara segar (fresh air) secara terus menerus merupakan

prinsip paling penting dalam perawatan. Ia mengatakan udara bersih merupakan

peraturan paling awal dalam perawatan.

Cahaya (sinar matahari) adalah elemen dari penanganan perawatan yang diyakini

Nightingale tidak boleh diabaikan. Tanpa harus memasuki penjelasan rinci secara ilmiah

kita harus mengakui bila cahaya matahari memiliki pengaruh yang nyata terhadap tubuh

manusia, siapa yang belum pernah mengamati efek pemurnian cahaya, terutama sinar

matahari, terhadap udara di ruangan. Nightingale benar-benar meyakini manfaat dari

sinar langsung matahari. Ia bahkan menyarankan perawat bisa saja membawa keluar

pasien “mencari sinar matahari, mengacu pada aspek-aspek ruangan, bila kondisinya

mengizinkan”.

Nightingale meyakini perlunya kebersihan pada si pasien, perawat dan

lingkungan. Dia nyatakan bahwa karpet dan dinding yang kotor mengandung banyak zat-

zat organik dan sumber infeksi, seperti halnya selimut dan tempat tidur yang kotor.

4
Menurutnya tangan yang tidak dicuci dapat mengganggu proses penyembuhan dan

mencucinya akan menghilangkan zat-zat berbahaya dari sistem dengan cepat. Karenanya

para perawat harus sering mencuci tangan mereka dan menjaga pasiennya tetap bersih.

Nightingale juga meyakini seorang perawat harus memperhatikan kehangatan

(warmth), ketenangan dan makanan yang sehat. Dia menyarankan perawat memantau

terus suhu tubuh pasien dengan melakukan palpating di seluruh tubuh untuk mencegah

dampak vital turunnya panas tubuh. Nightingale memberikan instruksi-instruksi tertentu

dalam memberikan udara segar sambil mencegah kondisi berubah menjadi dingin. Dia

memberi sanksi pekerja medis dan perawatan yang mengabaikan masalah ventilasi

berkaitan masalah suhu ruangan karena dengan demikian pasien mereka menjadi tak

terlindungi, terancam udara yang buruk dan tercemar. “The safest atmosphere of all for a

patient is a good fire and open window, excepting in extremes of temperature” (suasana

yang paling aman untuk seorang pasien adalah panas yang cukup dan jendela terbuka,

kecuali bila suhu luar sangat ekstrim).

Kebisingan (noise) merupakan elemen lingkungan lain yang diyakini Nightingale

harus ditangani oleh perawat. “Suara-suara yang tidak perlu, atau suara yang membuat

tanda tanya dalam pikiran, ini menyakiti pasien, karena sebaik apapun udara, tidak akan

berarti apa-apa tanpa ketenangan”.

Nightingale juga memperhatikan makanan pasien. Menurutnya perawat

seharusnya tidak hanya mencatat makanan yang masuk (dietary intake), tetapi juga

memperkirakan waktu yang tepat (timeliness) antara makanan dan pengaruhnya pada

pasien. Observasi, kecerdasan, dan ketekunan menjadi ukuran kualitas menurut

5
Nightingale untuk membedakan perawat yang baik sehingga pasien tidak mati kelaparan

karena penyakitnya yang kronis.

Mayor Bidang Konsentrasi Contoh

Udara segar, adalah kebutuhan dasar yang sangat

penting, dapat dicapai melalui jendela yang

terbuka. udara yang pengap dapat memperburuk


Ventilasi
kondisi. Outlet di perlukan untuk kemurnian udara.

Karpet kotor dan furniture merupakan sumber

kotoran di udara.

Yang terpenting adalah menjaga hilangnya panas,

hal ini adalah penting untuk pemulihan pasien.

Kehangatan Pendinginan harus dihindari. Botol panas, batu

bata, dan minuman dapat digunakan untuk

mengembalikan panas yang hilang.

Ruangan rawat pasien harus bersih, perawat yang

Kebersihan merawat pasien juga perlu menjaga kebersihan

dirinya sebelum menangani/melayani pasien.

Menimbulkan suara yang keras harus dihindari,

terutama saat pasien tidur. Semakin banyak tidur,

maka keadaan pasien akan menjadi labih baik.


Kebisingan
Berjalan ringan, berbisik atau mendiskusikan

kondisi pasien di luar kamarnya itu hal yang baik

dilakukan.

6
Untuk kebutuhan udara segar adalah cahaya.

Tempat tidur harus di tempatkan dalam posisi yang


Cahaya
memungkinkan pasien untuk melihat keluar

jendela, langit dan sinar matahari.

B. Paradigma Keperawatan Menurut Florence Nigthtingale

Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan

lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap

(afektif), dan bertingkah laku (konatif). Lorens Bagus (2005) paradigma keperawatan

Florence Nightingale berorientasi pada lingkungan. Dia percaya bahwa lingkungan

pasien harus diubah untuk memungkinkan alam untuk bertindak atas pasien (McKenna,

1997; Nightingale, 1969). Dalam Alligood, (2006) menurut Nightingale ada empat

komponen paradigma keperawatan, yakni :

TABEL 2.1 FLORENCE NIGHTINGALE KONSEP LINGKUNGAN

Manusia

Kesehatan Lingkungan

Keperawatan

1. Manusia

Manusia adalah sistem yang terbuka, senantiasa berinteraksi secara tetap

dengan lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan

7
keadaan internalnya (homeoatatis). Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan

jiwa dan raga, mampu beradaptasi dan merupakan kesatuan sistem yang saling

berinteraksi, interelasi dan interdependensi. Florance Nightingale telah menginspirasi

dunia keperawatan melalui pemikiran-pemikiran hebatnya. Nightingale beranggapan

bahwa setiap manusia merupakan individu yang berbeda. Nightingale berfokus pada

tujuan dalam meningkatkan kesembuhan klien, yaitu lebih bertindak produktif dan

memberikan asuhan keperawatan yang lebih efisien.

2. Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian

integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, spiritual

dan kultural secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan

masyarakat sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. Florance Nightingale

percaya bahwa setiap wanita dapat menjadi perawat, tentu dalam pengertian

perawatan sebagai wujud tanggung jawab seseorang terhadap kesehatan. Menurut

Florence Nightingale (1895), keperawatan adalah suatu keadaan dimana pasien dalam

kondisi paling baik untuk beraktivitas, Nightingale melihat keperawatan sebagai

"ilmu manajemen lingkungan" (Whall, 1996). Perawat yang menggunakan akal sehat,

pengamatan, dan kecerdasan memungkinkan alam untuk efektif memperbaiki pasien

(DeGraaf, Marriner Tomey, Mossman, et al., 1994).

3. Kesehatan

Nightingale mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan baik dan

menggunakan semua kekuatan atau sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain

itu, dia melihat penyakit dan sakit sebagai proses penyembuhan yang natural dimulai

8
ketika seseorang tidak memperhatikan kesehatan. Nightingale mengharapkan

pemeliharaan kesehatan melalui pencegahan penyakit dari kontrol lingkungan dan

tanggungjawab sosial; yang menggambarkan modern perawatan kesehatan

masyarakat dan lebih banyak konsep modern promosi kesehatan. Dia terkenal dengan

konsep perawatan kesehatan karena berbeda dari perawatan pasien sakit untuk

meningkatkan kesembuhan atau dari kehidupan lebih baik sampai meninggal

(Alligood & Tomey, 2010).

4. Lingkungan

Fitzpatrik and Whall menggambarkan konsep lingkungan dari Nightingale

adalah “ banyak elemen eksternal dan yang mempengaruhi kesehatan dari sakit dan

sehat seseorang” dan termasuk ‘segala sesuatu dari makanan pasien untuk interaksi

verbal dan non verbal pasien “1983). Peringatannya untuk perawat, memberikan

perawatan di rumah dan pelatihan perawat di rumah sakit adalah untuk menciptakan

dan memelihara lingkungan terapeutik yang akan meningkatkan kenyamanan dan

penyembuhan pasien (Halsall, 1997 dalam Alligood dan Tomey, 2010). Lingkungan

menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang mempengaruhi

proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen dalam

mempertahankan kesehatan individu, yang meliputi : Udara segar, Air bersih, Saluran

pembuangan yang efisien, Kebersihan dan Cahaya.

Konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam konteks lingkungan

secara keseluruhan terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan

lingkungan sosial.

9
a. Lingkungan fisik (physical environment)

Merupakan lingkungan dasar/alami berhubungan dengan ventilasi dan udara.

Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih dan selalu

akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada. Dalam ruangan harus bebas

dari debu, asap, bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga

memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Tempat

tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.

b. Lingkungan psikologi (psychological environment)

Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan

stres fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Tidak boleh

memberikan harapan yang terlalu muluk, atau menasehati yang berlebihan tentang

kondisi penyakitnya.

c. Lingkungan sosial (social environment)

Observasi dari lingkunngan terutama hubungan yang spesifik dihubungkan

dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Lingkungan

sosial selalu dibicarakan dalam hubungannya dengan pasien yaitu lingkungan

pasien yang secara menyeluruh.

Florence lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial

dan psikologis yang digali secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanan

terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannya bahwa jika ingin melihat

status kesehatan seseorang, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan

rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji fisik / tubuhnya.

10
BAB III

PEMBAHASAN

A. Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Ilmu Keperawatan

1. Ontologi

Ontology berbicara tentang apa itu ilmu keperawatan. Jawaban tentang tentang

apa itu ilmu keperawatan dapat didefinisikan dalam beberapa pendapat. Calilista

Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan definisi ilmiah yang

berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan

untuk memberikan pelayanan kepada klien. Sedangkan Florence Nightingale (1895)

mendefinisikan keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik

bagi alam dan isinya untuk bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat

disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang

bersifat humanistic dan expert, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, serta standart

pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat expert

secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.

2. Epistemologi

Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia. Orang-

orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan original. Namun demikian mereka

sudah mampu memiliki sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau

mengobati. Perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh semakin majunya

11
peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan. Pekerjaan “merawat”

dikerjakan berdasarkan naluri (instink) “mother instinct” (naluri keibuan) yang

merupakan suatu naluri yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak,

dan merawat orang lemah).

Diawali oleh seorang Florence Nightingale yang mengamati fenomena bahwa

pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat

sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini

membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan dalam keberhasilan

perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma keperawatan berdasarkan

lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari dengan

berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi

(pengalaman pribadi), otoritas dari seorang yang ahli, intuisi (diluar kesadaran),

dump common sense (pengalaman tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah

dengan penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan. Misalnya Orlando (1961)

menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan, Roy (1970) menemukan

teori adaptasi sebagai dasar perawatan, Johnson (1961) menemukan stabilitas

sebagai tujuan perawatan dan Rogers (1970) menemukan konsep manusia yang unik.

3. Aksiologi

Aksiologi menekankan tentang untuk apa ilmu itu digunakan. Jawaban pertanyaan

aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan digunakan sebagai ilmu,

pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan

berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat

12
luas guna meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga bisa merubah

kondisi seseorang atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan

yang sudah sehat dapat mempertahankan atau mengoptimalkan derajat kesehatannya

B. Hubungan Konsep Teori Florence Nightingale dengan Filsafat Ilmu

1. Ontologi

Konsep teori dari seorang Florence adalah berbicara tentang

lingkungan/environment. Dalam teorinya Florence menekankan tentang; kebutuhan

akan udara murni (ventilasi), kehangantan, kebersihan, pencahayaan, dan kebisingan,

selain itu Florence juga menekankan tentang diet yang baik bagi pasien.

Florence merasa bahwa sirkulasi udara yang baik akan sangat membantu proses

kesembuhan dari pasien, begitupun dengan mendapatkan asupan dari matahari akan

sangat membantu meningkatkan daya tahan tubuh pasien, juga dengan

memperhatikan kehangatan dan kebisingan waktu istirahat dan kualitas tidur yang

baik akan terjadi sehingga pasien akan didapati dalam kindisi yang lebih baik dari

sebelumnya, juga dengan memperhatikan kebersihan maka proses penyebara kuman

dapat dicegah dan membantu proses kesembuhan dari pasien. Selain itu kesehatan

pasien juga perlu ditunjang dengan asupan makanan yang bersih dan sehat sehingga

dapat membantu meningkatkan kualitas kesehatan dari pasien.

2. Epistemologi

Latar belakang munculnya teori lingkungan dari Florence adalah meletusnya

perang di Semenanjung Krimea pada tahun 1854. Florence mengajukan surat kepada

13
menteri penerangan Ingris umtuk menjadi sukarelawan. Kondisi rumah sakit di sana

sanagat mengerikan, semua ruangan penuh dengan prajurit yang terluka dan berates-

ratus prajurit bergelimpangan di halaman tanpa tempat berteduh dan tanap ada yang

merawat. Potongan-ptotongan tubuh sisa amputasi tertumpuk diluar jendela dan tidak

ada yang membuangnya, sehingga menggunung dan menimbulkan bau tak sedap.

Sebagian besar prajurit mati karena penyakit tipes, kolera dan disentri dibandingkan

kematian akibat luka-luka perang. Kondisi rumah sakit yang terbatas daya

tampungnya meyebabkan pembuangan limbah dan ventilasi memburuk.

Saat tiba disana Florence segera menyadari apa yang menjai masalah dari situasi

saat itu. Sehingga ia sangat gigih untuk mengkapanyekan tentang kebersihan

lingkungan, dan dari sinilah konsep teori Florence tercipta. Namun selain lingkungan

fisik yang menjadi titik berat dari teori Florence, kepedulian dan perhatiannya kepada

pasienpun sangat mempengaruhi kesehatan dari para prajurit yang dia rawat. Setiap

malam, pada jam tertentu Florence akan bejalan mengitari bangsal untuk melihat

kondisi para prajurit dengan menggunakan sebuah pelita sebagai alat penerangnya,

hal itulah yang membuat Florence mendapat panggilan “The Lady with the Lamp”.

Dari sinilah timbul model teori keperawatan Florence Nigtingale yang

menekankan pentingnya kondisi lingkungan yang bersih, hangat dan tenang.

3. Aksiologi

Konsep teori dari Florence Nightingale sangat berperan dalam menurunkan angka

kematian saat peperangan di Krimea, hingga saat ini. Filosofi dan teori keperawatan

Florence sebagai batang pohon dari teori-teori keperawatan (Torville dan Ingalls,

14
2013), bahkan tulisan-tulisannya dijadikan epidemiologis oleh para professional di

bidang kesehatan, terkhusunya terkait dengan promosi kesehatan dan pencegahan

penyakit.

Israfil, dkk (2014) melakukan penelitian berdasarkan pendekatan teori Florence,

hasil penelitian ini menunjukkan dengan pemenuhan kebutuhan udara yang baik,

kebersihan yang dijaga dengan baik dan pemenuhan asupan nutrisi yang tepat dapat

menurunkan kejadian ISPA pada Balita di wilayah kerja PKM Alak Kota Kupang,

NTT.

RE Mardiyanti, dkk (2015) juga melakukan penelitian berdasarkan pendekatan

teori Florence dalam Fundamental keperawatan bahwa konsep utama dalam model

keperawatannya adalah pasien dipandang dalam konteks lingkungan secara

keseluruhan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat depresi pada lansia

setelah dilakukan terapi lingkungan plant therapy efektif terhadap penurunan tingkat

depresi pada lansia di Panti Werdha.

R Suci (2014), melakukan penelitian berdasarkan pendekatan teori Florence

untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan penyembuhan yaitu dengan

memperhatikan karakteristik lingkungan eksternal seperti pencahayaan, kebisingan

dan stimulasi sensorik. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh perbedaan

yang bermakna pada penggunaan earplugs dan eyemasks terhadap kualitus tidur

pasien di High Care Unit IRNA penyakit dalam di RSUP Dr. M Djamil Padang.

15
BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Konsep teori Florence berbicara tentang lingkungan, dimana dengan

mempertahankan lingkungan yang bersih, hangat dan tenang akan sangat membantu

proses kesembuhan pasien

2. Teori Florence bermula dari peperangan di Krimea, di mana dia melihat kondisi dan

situasi lingkungan yang tidak sehat dan merubahnya menjadi lebih baik, mampu

merunkan angka kematian pada saat itu, dan hingga kini teorinya tetap dipertahankan

dan dikembangkan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan.

3. Selain memperhatikan keadaan lingkungan secara fisik perlu juga ditunjang dengan

pemberian nutrisi yang baik sehingga dapat membantu proses kesembuhan pasien,

serta dengan memberikan perhatian dan dukungan (pendekatan emosional) akan

sangat mempengaruhi kondisi pasien yang kita rawat.

B. Rekomendasi

1. Perlu di lakukan penelitian-penelitan yang menerapkan teori Florence

2. Setelah mengetahui teori Florence dalam pandngan filasafat ilmu, sebagai perawat

kita perlu menumbuhkan rasa ingin tahu dengan memperhatikan segala sitauai,

keadaan atau kejadian yang ada disekitar kita untuk memperbaiki segala hal yang kita

temukan tidak sesuai. Sehingga dibutuhkan para perawat yang memiliki rasa ingin

tahu yang besar dan kemampuan analisis yang baik, serta mau bekerja untuk

mendatangkan perubahan yang lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alligood M R. 2017. Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka. Elsevie, AIPNI :

Singapura, Jakarta

Israfil, dkk. 2014. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian IPSA Pada Balita

Berdasarkan Pendekatan Teori Florence Nigtingale Di Wilayah Kerja Puskesmas

Alak Kota Kupang NTT. http://journal.unair.ac.id/downloadfull/IJCHN6937-

a223c829ddfullabstract.pdf.

Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Vol.1, 2., Ed.4.,EGC :Jakarta.

Ratnawati, Emmelia. 2017. Keperawatan Komunitas. Pustaka Baru Press: Yogyakarta.

RE Mardiyanti. 2015. Depresi pada Usia Lanjut: Implementasi Terapi Lingkungan di Panti

Werdha. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2598/3243.

R. Suci. 2014. Pengaruh Penggunaan Earplugs dan Eye Masks terhadap Kualitas Tidur

Pasien di High Care Unit IRNA Penyakit Dalam di RSUP DR. M. Djamil Padang

2013. http://repo.unand.ac.id/331/.

Shafira K. 2016. Florence Nightingale (The Lady With The Lamp).

https://www.academia.edu/29689574/Florence_Nightingale_The_Lady_With_The_Lamp

Soemowinoto, Sarkowo. 2010. Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan suatu Epistemologi

Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai