Anda di halaman 1dari 10

Vol.

XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPERTENSI


INTRADIALITIK PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSI JEMURSARI SURABAYA
Desi Ferdianan1, Joko Suwito2, Padoli2
1RS Wiyung Sejahtera Surabaya
2Prodi D3 Keperawatan Soetomo Poltekkes Kemenkes Surabaya

ABSTRAK

Hipertensi intradialitik (HI) merupakan salah satu komplikasi terbanyak yang dialami oleh klien
gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Faktor usia, Interdyalitic Weight Gain (IDWG), jenis
kelamin, lama menjalani hemodialisis, Ureum Reduction Ratio (URR), jumlah obat anti hipertensi, diabetes
melitus berkaitan dengan kejadian komplikasi HI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi komplikasi HI pada klien gagal ginjal kronik yang yang menjalani terapi hemodialisis
di unit hemodialisis RSI Jemursari Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. 78 klien yang
memenuhi syarat dipilih secara aksidental sampling. Variabel independent adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi komplikasi hipertensi intradialitik dan variabel dependent adalah hipertensi intradialitik.
Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi pada klien sebagai data primer.
Peneliti juga menggunakan catatan rekam medis sebagai data sekunder, dan melakukan pengkajian
meliputi observasi. Analisis deskriptif menggunakan tabel frekuensi terdiri dari kolom yang memuat
frekuensi setiap kategori faktor yang mempengaruhi komplikasi hipertensi intradialitik pada klien gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien gagal ginjal
kronik sebagian besar (74%) tidak terjadi hipertensi intradialitik, dan hampir setengahnya (26%) terjadi
hipertensi intradialitik. Kejadian hipertensi intradialitik lebih banyak terjadi pada klien berusia <60 tahun,
memiliki IDWG > 3 %, menjalani hemodialisis > 12 bulan, berjenis kelamin laki-laki, mengkonsumsi > 2
golongan obat anti hipertensi, memiliki riwayat diabetes melitus. Disarankan pada klien membatasi asupan
cairan dan membatasi konsumsi garam agar tidak terjadi kenaikan berat badan secara berlebih.

Kata kunci : Hipertensi intradialitik, usia, IDWG, diabetes melitus, jenis kelamin, jumlah obat

FACTORS THAT INFLUENCE INTRADIALITIC HYPERTENSION IN CHRONIC KIDNEY FAILURE


CLIENTS WHICH UNDERGOING HEMODIALYSIS THERAPY IN RSI JEMURSARI SURABAYA

ABSTRACT

Intradialytic hypertension (HI) is one of the most complications experienced by clients with
chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy. Factors of age, Interdyalitic Weight Gain (IDWG),
gender, length of undergoing hemodialysis, Ureum Reduction Ratio (URR), number of anti-hypertensive
drugs, diabetes mellitus were associated with the incidence of HI complications. This study aims to
determine the factors that influence the complications of HI in chronic renal failure clients undergoing
hemodialysis therapy at the hemodialysis unit of RSI Jemursari Surabaya. This research uses a descriptive
method. The 78 eligible clients were selected by accidental sampling. The independent variable is the
factors that affect the complications of intradialytic hypertension and the dependent variable is intradialytic
hypertension. The research data were collected using the method of observation on the client as primary
data. Researchers also used medical records as secondary data, and conducted an assessment including
observation. Descriptive analysis using a frequency table consisting of a column containing the frequency
of each factor category that affects complications of intradialytic hypertension in chronic renal failure
clients undergoing hemodialysis therapy. The results showed that most of the chronic renal failure clients
(74%) had no intradialytic hypertension, and almost half (26%) had intradialytic hypertension. The
incidence of intradialytic hypertension is more common in clients aged <60 years, has IDWG> 3%,
undergoes hemodialysis> 12 months, is male, takes> 2 classes of anti-hypertensive drugs, has a history
of diabetes mellitus. It is advisable for clients to limit fluid intake and limit salt consumption to prevent
excessive weight gain.

Key words: Intradialytic hypertension, age, IDWG, diabetes mellitus, gender, amount of drug

JURNAL KEPERAWATAN 30
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

PENDAHULUAN hipertensi saat proses dialisis. Berdasarkan


penelitian Inrig et al., (2007) klien yang
Tindakan hemodialisis saat ini mengalami mengalami hipertensi intradialitik memiliki
perkembangan yang cukup pesat, namun masih karakteristik usia lanjut, Interdialytic Weight
banyak klien mengalami komplikasi medis pada Gain lebih rendah, Ureum Reduction Ratio lebih
saat menjalani terapi hemodialisis, salah satunya tinggi, lama hemodialisis lebih panjang, dan
adalah hipertensi intradialitik. Setiap jumlah obat anti hipertensi lebih banyak
peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 10 dibandingkan dengan klien tanpa hipertensi
mmHg selama hemodialisis berhubungan intradialitik. Sedangkan Rocco et al. (2001)
dengan penurunan angka ketahanan hidup mengatakan bahwa faktor resiko hipretensi
selama 2 tahun (Inrig et. al., 2009). Penelitian intradialitik adalah adanya penyakit diabetes
mengenai hipertensi intradialitik terus mellitus, usia yang lebih tua, peningkatan
berkembang mencakup penelitian epidemiologi, jumlah obat antihipertensi, hematokrit yang
patofisiologi, strategi penanganan, dan lebih rendah, dan ada tidaknya aritmia.
pencegahan. Salah satu upaya dalam Komplikasi ini dapat mengakibatkan timbulnya
pencegahan hipertensi intradialitik adalah masalah baru yang lebih kompleks antara lain
dengan mengetahui faktor-faktor yang ketidaknyamanan, meningkatkan stress dan
mempengaruhi hipertensi intradialitik (Naysilla, mempengaruhi kualitas hidup atau
2012). memperburuk kondisi klien bahkan menimbulkan
Menurut data dari Indonesian Renal kematian (Jablonski, 2007). Inrig et al.
Registry (IRR), pada tahun 2014 terdapat 17193 menemukan bahwa setiap peningkatan tekanan
klien yang baru akan menjalani hemodialisis dan darah sistolik sebesar 10 mmHg selama
11689 klien yang tercatat aktif menjalani hemodialisis berhubungan dengan penurunan
hemodialisis. Pada tahun 2015 terjadi angka ketahanan hidup selama 2 tahun (Inrig
peningkatan, klien yang baru akan menjalani et. al., 2009).
hemodialisis berjumlah 21.050 dan klien yang Penatalaksanaan klien dengan hipertensi
aktif menjalani hemodialisis 30554 orang (IRR, intradialitik yaitu dengan melakukan penilaian
2016). Diikuti dengan peningkatan pada klien ulang awal berat badan kering. Penyesuaian
yang aktif menjalani terapi hemodialis, kejadian pada kandungan natrium dalam dialisat juga
komplikasi hipertensi intradialitik juga tinggi di dapat dipertimbangkan, meskipun hasil
indonesia, menurut data IRR pada tahun 2014 laboratorium dan status hemodinamik harus
terdapat 39703 klien yang mengalami hipertensi dipantau secara intensif (Van Buren and Inrig,
intradialitik (IRR, 2015). Pada tahun 2015 2016). Hal inilah yang melatar belakangi peneliti
tercatat 33400 klien yang mengalami komplikasi untuk melakukan penelitian tentang faktor-
hipertensi intradialitik. Meskipun mengalami faktor yang mempengaruhi komplikasi hipertensi
penurunan, tetapi hipertensi intradialitik masih intradialitik pada klien gagal ginjal kronik yang
menjadi komplikasi terbanyak yang dialami oleh menjalani terapi hemodialisis di unit hemodialisis
klien yang menjalani terapi hemodialisis RSI Jemursari Surabaya..
dibandingkan dengan komplikasi hemodialisis
yang lain (sakit kepala 4147 kasus, mual dan BAHAN DAN METODE
muntah 3898 kasus, kram otot 5581 kasus, Metode penelitian ini adalah penelitian
hipotensi 12507 kasus, nyeri dada 1134 kasus, deksriptif yaknimenggambarkan faktor-faktor
aritmia 399 kasus, gatal-gatal 2798 kasus, yang mempengaruhi komplikasi hipertensi
demam 1753 kasus, menggigil 3990 kasus) intradialitik pada klien gagal ginjal kronik yang
(IRR, 2016). menjalani terapi hemodialisis. Populasi dari
Inrig et al. (2010) mendefinisikan penelitian ini adalah klien di unit hemodialisis
hipertensi intradialitik sebagai peningkatan RSI Jemursari Surabaya. 78 klien yang
tekanan darah sistolik pascadialisis dengan delta memenuhi syarat dipilih secara aksidental
Sistolic Blood Pressure (SBP) (tekanan darah sampling. Variabel bebas (independent variabel)
sistolik pascadialisis - tekanan darah sistolik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
predialisis) > 10 mmHg. Patofisiologi hipertensi komplikasi hipertensi intradialitik dan variabel
intradialitik sangat kompleks dan masih dalam terikat (dependent variabel) adalah hipertensi
penelitian intensif. Sedangkan penyebab intradialitik.
potensial terjadinya hipertensi intradialitik adalah Data penelitian dikumpulkan dengan
volume overload, peningkatan curah jantung, menggunakan metode observasi pada klien
overaktivitas sistem syaraf simpatis, stimulasi sebagai data primer. Peneliti juga menggunakan
Renin-Angiotensin System (RAS), perubahan catatan rekam medis sebagai data sekunder,
elektrolit selama proses dialisis, disfungsi dan melakukan pengkajian meliputi observasi.
endotel, terapi Erythropoiesis Stimulating Agents Berikut data variabel yang akan diukur.
(ESAs) intravena, dan hilangnya obat anti

JURNAL KEPERAWATAN 31
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

Hipertensi intradialitik : data hipertensi (60%) sudah menderita gagal ginjal kronik
intradialitik didapatkan dari hasil pengukuran selama 1-3 tahun (table 1).
tekanan darah saat pradialisis dan pascadialisis Tabel 1 Distribusi Karakteristik klien gagal ginjal
pada rekam medik klien lalu dicatat dilembar kronik yang menjalani terapi
observasi. Selanjutnya dihitung delta Sistolic hemodialisis di RS Islam Jemursari
Blood Pressure yaitu selisih tekanan darah Surabaya
sistolik pascadialisis dikurangi predialisis. Data
dibedakan menjadi 2 yaitu : > 10 mmHg : Karakteristik Kategori f %
terjadi hipertensi Intradialitik dan < 10 mmHg : Usia 26-35 5 6
tidak terjadi hipertensi intradialitik. Usia : data (tahun)
usia klien didapatkan dari rekam medik klien lalu 36-45 5 6
dicatat dilembar observasi. Data dibedakan 46-55 33 44
menjadi 5 yaitu: > 60 tahun dan < 60 tahun 56-65 19 25
Interdialytic Weight Gain : Interdialytic Weight >65 16 19
Gain diukur dengan cara mencatat berat badan Jumlah 78 100
klien setelah (post) HD pada periode Jenis Laki-laki 47 60
hemodialisis pertama (pengukuran I)yang ada di kelamin
rekam medik pada lembar observasi. Periode Perempuan 31 40
hemodialisis kedua, berat badan klien ditimbang
Jumlah 78 100
lagi sebelum (pre) HD (pengukuran II),
selanjutnya menghitung selisih antara Pendidikan TidakSekolah 0 0
pengukuran II dikurangi pengukuran I dibagi SD 13 16
pengukuran II dikalikan 100%. Data dibedakan SMP 7 9
menjadi 2 yaitu: IDWG >3% dan IDWG < 3%. SMA 34 44
Lama sudah menjalani terapi hemodialisis : data PerguruanTinggi 24 31
lama sudah menjalani terapi hemodialisis klien Jumlah 78 100
gagal ginjal kronik menjalani terapi hemodialisis Lamanya < 1 tahun 13 17
didapatkan dari catatan rekam medik klien. lalu menderita 1 - 3 tahun 47 60
dicatat dilembar observasi. Data dibedakan GGK 4 - 6 tahun 17 22
menjadi 3 yaitu: < 12 bulan dan > 12 bulan. 7 - 10 tahun 1 1
Jumlah obat anti hipertensi : data jumlah obat >10 tahun 0 0
anti hipertensi yang dikonsumsi klien yang Jumlah 78 100
menjalani terapi hemodialisis didapatkan dari
catatan rekam medik klien dan ditulis dilembar 2. Kejadian Komplikasi Hipertensi
observasi. Data dibedakan menjadi 2, yaitu: >2 Intradialitik
golongan obat dan < 2 golongan obat. Diabetes
: data didapatkan dari rekam medik klien Hasil penelitian didapatkan bahwa
kemudian dicatat dilembar observasi. Jika Ya sebagian besar (74%) klien tidak terjadi
maka selanjutnya ditulis tipe Diabetes melitus hipertensi intradialitik, dan hampir setengahnya
yang dialami. Data dibedakan menjadi 2 yaitu: (26%) terjadi hipertensi intradialitik.
tidak ada dan ada.
Setelah data terkumpul, diedit, dikode dan Tabel 2 Distribusi kejadian komplikasi hipertensi
dihitung frekuensi katagorinya. Analisis deskriptif intradialitik pada klien GGK yang
menggunakan tabel frekuensi terdiri dari kolom menjalani terapi hemodialisis RS Islam
yang memuat frekuensi setiap kategori faktor Jemursari Surabaya
yang mempengaruhi komplikasi hipertensi
intradialitik pada klien gagal ginjal kronik yang Kejadian komplikasi
menjalani terapi hemodialisis. f %
hipertensi intradialitik
Terjadi 20 26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tidak terjadi 58 74
Jumlah 78 100
1. Karakteristik Klien
Definisi terbaru dikemukakan oleh Inrig
Karakteristik klien gagal ginjal kronik yang
et al. (2007) yaitu peningkatan tekanan darah
menjalani terapi hemodialisis meliputi usia, jenis
sistolik pascadialisis dengan delta SBP (tekanan
kelamin, tingkat pendidikan, lamanya menderita
darah sistolik pascadialisis- tekanan darah
gagal ginjal kronik. Hasil penelitian dibawah ini
sistolik predialisis) > 10 mmHg. Stephen, An,
menunjukkan bahwa karakteristik klien gagal
Thakur, Zhang dan Reisin (2003) menyebutkan
ginjal kronik hampir setengahnya (44%) berusia
hipertensi intradialisis berkontribusi terhadap
46-55 tahun. Sebagian besar (60%) berjenis
peningkatan kegagalan jantung dan kematian
kelamin laki-laki, hampir setengahnya (44%)
klien. Studi yang dilakukan oleh Inrig, et al
berpendidikan lulusan SMA, sebagian besar
(2007) menunjukkan bahwa setiap peningkatan

JURNAL KEPERAWATAN 32
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

tekanan darah >10 mmHg selama hemodialisis mengalami hipertensi intradialitik yaitu sebanyak
meningkatkan resiko mortalitas 3,68 kali. 74%. Pada penelitian ini telah dilakukan uji
Penelitian yang dilakukan pada 405 klien statistik untuk mencari nilai Oods Ratio faktor-
hemodialisis juga menunjukkan bahwa klien faktor yang mempengaruhi hipertensi
dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg intradialitik. Kejadian hipertensi intradialisis pada
memiliki resiko mortalitas yang tinggi (Mazzuchi, klien hemodialisis sangat perlu mendapat
Carbonell & Cean, 2000). perhatian.Pemantauan tekanan darah setiap jam
Dari hasil peneitian ini didapatkan saat hemodialisis perlu dilakukan oleh perawat
prevalensi kejadian hipertensi intradialitik untuk mengantisipasi memburuknya masalah
sebanyak 26%, hasil tersebut lebih tinggi (Armiyati, 2012). Perawat hendaknya selalu
dibandingkan dengan Penelitian yang dilakukan memperbarui ilmunya tentang mekanisme
oleh Inrig et al. (2009) yang mengatakan bahwa hipertensi intradialisis agar dapat memberikan
kejadian hipertensi intradialitik terjadi pada 5 – asuhan keperawatan yang tepat pada klien yang
15% populasi hemodialisis. Penelitian yang mengalami hipertensi intradialitik.
dilakukan oleh Dewi. A (2015) menyebutkan
bahwa prevalensi hipertensi intradialitik pada 3. Faktor Usia Dan Komplikasi Hipertensi
klien gagal ginjal kronik yang menjalani Intradialitik
hemodialisis reguler yaitu 32,1%. Hasil yang Hasil tabulasi silang pada faktor usia
tersebut hampir sama dengan penelitian yang dengan hipertensi intradialitik didapatkan bahwa
dilakukan oleh Nilrohit pada tahun 2017 dari 25 klien yang berusia > 60 tahun, 7 klien
menyebutkan kejadian komplikasi hipertensi (8,9%) mengalami hipertensi intradialitik dan 18
intradialitik pada klien yang menjalani hipertensi klien (23%) tidak mengalami hipertensi
intradialitik sebanyak 34,5%. Penelitian yang intradialitik. 53 klien yang berusia < 60 tahun
dilakukan oleh Naysilla (2012) didapatkan didapatkan 13 klien (16,7%) mengalami
kejadian hipertensi intradialitik sebanyak hipertensi intradialitik dan 40 klien (51,3%) tidak
53,66%. mengalami hipertensi intradialitik. Hasil tabulasi
Pada penelitian ini didapatkan bahwa silang diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi
klien yang tidak mengalami hipertensi intradialitik lebih banyak terjadi pada usia < 60
intradialitik lebih banyak daripada klien yang tahun (table 3)

Tabel 3 Tabulasi silang antara faktor usia dan hipertensi


intradialitik di ruang Hemodialisis RS Islam Jemursari
Surabaya
Hipertensi Intradialitik
Jumlah
Usia Terjadi Tidak terjadi
f % f % f %
> 60 tahun 7 8,9 18 23 25 31,9
< 60 tahun 13 16,7 40 51,3 53 68,0
Jumlah 20 25,6 58 74,3 78 100
Secara teoritis, kejadian hipertensi secara dapat mempengaruhi tekanan darah karena
umum pada klien GGK lebih banyak semakin menua usia klien, maka elastisitas
didapatkan pada usia muda karena pada usia arteri mengalami penurunan dan arteri lebih
lanjut dihubungkan dengan adanya penyakit kaku dan kurang mampu merespon tekanan
komorbid seperti gagal jantung dan terapi obat darah sehingga menyebabkan peningkatan
hipertensi yang banyak sehingga banyak tekanan darah. Usia juga erat hubungannya
didapatkan kejadian hipotensi (Agarwal, 2005). dengan prognosis penyakit. Mereka yang
Jika dikaitkan dengan teori patofisiologi berusia di atas 55 tahun memiliki
hipertensi intradialitik mengenai hilangnya kecenderungan sangat besar terjadi berbagai
obat anti hipertensi selama proses hemodialisis komplikasi yang memperberat fungsi ginjal
dan adanya disfungsi endotel yang lazim pada dibanding dengan yang usia di bawah 40
usia lanjut, maka usia lanjut lebih berpotensi tahun (Indonesian nursing, 2008).
mengalami hipertensi intradialitik (Naysilla, Berdasarkan penelitian Inrig et al,
2012). Menurut Smeltzer & Bare (2002) hipertensi intradialitik banyak terjadi pada
seseklien dengan usia sesudah 40 tahun akan klien gagal ginjal kronik yang menjalani
terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus hemodialisis rutin dengan karakteristik usia
secara progresif hingga usia 70 tahun lanjut. Van Buren (2016) juga mengatakan
sebanyak kurang lebih 50% dari normalnya. bahwa karakteristik klien yang konsisten
Teori ini sebanding dengan pendapat Kozier mengalami hipertensi intradialitik adalah pada
(2010) yang mengatakan bahwa usia juga usia lanjut.Inrig et al. menemukan bahwa

JURNAL KEPERAWATAN 33
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

sebagian besar subyek yang mengalami 3. Faktor Interdialytic Weight Gain Dan
komplikasi hipertensi intradialitik berusia ≥ 60 Komplikasi Hipertensi Intradialitik
tahun.(Inrig, 2010). Berdasarkan hasil tabulasi silang faktor
Hasil penelitian ini sebanding dengan IDWG didapatkan dari 47 klien yang memiliki
penelitian Naysilla (2012) yang mengatakan IDWG > 3 %, 13 klien (16,7%) mengalami
bahwa sebagian besar klien dengan hipertensi hipertensi intradialitik dan 34 klien (43,5%)
intradialitik berusia <60 tahun. Namun setelah tidak mengalami hipertensi intradialitik. 31 klien
dilakukan uji statistik didapatkan usia > 60 yang memiliki IDWG <3%, 7 klien (8,9%)
tahun berisiko 1,197 kali mengalami hipertensi mengalami hipertensi intradialitik dan 24 klien
intradialitik. Namun belum diketahui apakah (30,8%) tidak mengalami hipertensi
usia mempengaruhi terjadinya hipertensi intradialitik. Hasil tabulasi silang diatas
intradialitik. didapatkan hipertensi intradialitik lebih banyak
terjadi pada klien gagal ginjal kronik yang
memiliki IDWG > 3% (table 4).

Tabel 4 Tabulasi silang antara faktor IDWG dan hipertensi intradialitik


yang mengalami komplikasi hipertensi intradialitik di ruang
Hemodialisis RS Islam Jemursari Surabaya

hipertensi intradialitik
Jumlah
IDWG Terjadi Tidak terjadi
f % f % f %
IDWG > 3 % 13 16,7 34 43,5 47 60,2
IDWG < 3 % 7 8,9 24 30,8 31 39,7
Jumlah 20 25,6 58 74,3 78 100
IDWG adalah peningkatan volume cairan Interdialitic Weight Gain yang berlebih
yang dimanifestasikan dengan peningkatan merupakan tanda dari kelebihan natrium dan air
berat badan sebagai dasar untuk mengetahui yang merupakan faktor penting terjadinya
jumlah cairan yang masuk selama periode hipertensi arterial pada klien gagal ginjal kronik
interdialitik (Arnold, 2007). IDWG adalah yang menjalani hemodialisis rutin.
peningkatan berat badan antar hemodialisis Pada penelitian ini telah dilakukan uji
yang paling utama dihasilkan oleh asupan garam statistik untuk mencari nilai Oods ratio dan
dan cairan. Klasifikasi menurut Neumann (2013) didapatkan klien klien yang memiliki IDWG >
IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh adalah 3% berisiko 1,22 kali mengalami hipertensi
tidak lebih dari 3% dari berat kering. Dampak intradialitik. Penanganan yang bisa dilakukan
yang timbul apabila IDWG yang berlebihan pada adalah membatasi peningkatan berat badan
klien dapat menimbulkan masalah, diantaranya antar dialisis dan menurunkan secara bertahap
adalah hipotensi dan hipertensi yang semakin berat badan kering. Hal ini bisa dicapai melalui
berat, sesak nafas, gangguan fungsi fisik konseling melalui diet dan pembatasan konsumsi
(Istanti, 2014). Kelebihan cairan memegang garam.
peranan penting dalam kejadian hipertensi pada
pasien hemodialisis (Schimdt, 2002; Tomson, 4. Faktor Lama Menjalani Terapi
2009). Kelebihan cairan pradialisis akan Hemodialisis Dan Komplikasi
meningkatkan resistensi vaskuler dan pompa Hipertensi Intradialitik
jantung. Pasien yang mengalami hipertensi Berdasarkan hasil tabulasi silang,
intradialisis terjadi peningkatan nilai tahanan didapatkan bahwa dari 22 klien yang sudah
vaskuler perifer yang bermakna pada jam akhir menjalani terapi HD dalam < 12 bulan, 4 klien
dialisis (Landry, Oliver, Chou, Lee, Chen, Hsu, (5,1%) mengalami hipertensi intradialitik dan 18
Chung, Liu dan Fang (2006). Juan (2005) klien (20,5%) tidak mengalami hipertensi
mengatakan bahwa semakin besar Interdialytic intradialitik. 56 klien yang telah melakukan
Weight Gains (IDWG), semakin buruk prognosis terapi hemodialisis dalam > 12 bulan, 16 klien
jangka panjang serta mengakibatkan tekanan (20,5%) mengalami hipertensi intradialitik, 40
darah yang tinggi waktu predialisis. klien (12,8%) tidak mengalami hipertensi
Inrig et al. menemukan bahwa intradialitik. Hasil tabulasi silang diatas
persentase interdialitic weight gain klien dengan menunjukkan bahwa hipertensi intradialitik lebih
hipertensi intradialitik lebih rendah daripada banyak terjadi pada klien dengan lama
klien tanpa hipertensi intradialitik (Inrig JK et al. menjalani terapi hemodialisis > 12 bulan (table
2009). Pendapat yang berbeda dikemukakan 5).
oleh Gomez JL (2005) menyatakan bahwa

JURNAL KEPERAWATAN 34
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

Tabel 5 Tabulasi Silang Antara Lama Sudah Menjalani Terapi Hemodialisis Dan
Hipertenssi Intradialitik Di Ruang Hemodialisis Rs Islam Jemursari
Surabaya
Hipertensi intradialitik
Lama Jumlah
Terjadi Tidak terjadi
terapi hemodialisis
f % f % f %
< 12 bulan 4 5,1 18 23,1 22 28,2
> 12 bulan 16 20,5 40 51,3 56 71,8
Jumlah 20 25,6 58 74,3 78 100

Semakin lama klien telah menjalani Nakashima et al., klien dengan lama
hemodialisis maka akan semakin sering klien hemodialisis yang lama (>36 bulan) memiliki
terpapar oleh efek samping dari hemodialisis risiko untuk terjadinya arterial stiffness. Kondisi
baik akut maupun kronis. Klien CKD meskipun tersebut dapat memperburuk kejadian hipertensi
semakin sering mendapat terapi hemodialisis, intradialitik berdasarkan teori overaktivitas
klien tetap akan mengalami gangguan dalam sistem simpatis dimana hilangnya cairan selama
nefron ginjal yang akan mengganggu system proses hemodialisis memicu aktivasi sistem
sirkulasi dan system kardiovaskuler terutama simpatis termasuk terjadinya vasokontriksi.
mempengaruhi viskositas darah. Perubahan Pada penelitian ini telah dilakukan uji
viskositas tersebut akan menggangu system statistik untuk mencari nilai Oods ratio dan
arterial baroreflex sensitivity (BRS) yang didapatkan klien yang menjalani hemodialisis <
selanjutnya akan mempengaruhi jantung pada 12 bulan berisiko 0,556 kali mengalami
tekanan darah tubuh yang semakin tidak hipertensi intradialitik. Peneliti menyimpulkan
teratur. Kondisi perubahan pada BSR tersebut bahwa prevalensi hipertensi intradialitik lebih
yang menyebabkan klien yang lebih sering banyak terjadi pada klien dengan lama
mendapat hemodialisis lebih akan berpeluang menjalani hemodialisis >12 bulan namun klien
mengalami hipertensi intradialitik (Thomas, dengan lama hemodialisis < 12 bulan beresiko
Kanso and Sedor, 2008). 0,556 kali mengalami hipertensi intradialitik
Hipertensi intradialitik sering terjadi pada sehingga perlu untuk dilakukan evaluasi
klien yang baru memulai terapi hemodialisis, terhadap klien dimulai dari 1 bulan pertama
namun hipertensi intradialitik juga terjadi pada menjalani HD.
klien dengan lama hemodialisis panjang (Chazot
& Jean, 2010). Inrig et al. menemukan 5. Faktor Jenis Kelamin Dan Komplikasi
prevalensi hipertensi intradialitik lebih sering Hipertensi Intradialitik
pada klien dengan lama hemodialisis 1 tahun. Berdasarkan hasil tabulasi silang
Dalam riset Herlin and Wann-Hansson (2010) didapatkan bahwa dari 47 klien berjenis kelamin
menjelaskan bahwa komplikasi saat HD sering laki-laki, 15 klien (19,2 %) mengalami hipertensi
terjadi pada responden yang sudah menjalani intradialitik dan 32 (41%) klien tidak mengalami
terapi hemodialisis lebih dari dari satu tahun, hipertensi intradialitik. 31 klien berjenis kelamin
karena seiring lamanya responden menjalani perempuan, didapatkan 5 klien (6,4 %)
terapi hemodialisis sel endotel yang mengalami mengalami hipertensi intradialitik dan 26 klien
disfungsi, setelah itu lama kelamaan akan (33,3%) tidak mengalami hipertensi intradialitik.
menyebabkan terjadinya apoptosis, yang pada Hasil tabulasi silang diatas menunjukkan bahwa
akhirnya akan menyebabkan disintegrasi dari klien gagal ginjal kronik yang berjenis kelamin
struktur maupun fungsi endotel. (Herlin and laki-laki lebih banyak mengalami hipertensi
Wann-Hansson, 2010). Berdasarkan penelitian intradialitik (table 6).
Tabel 6 Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dan Hipertenssi
Intradialitik Di Ruang Hemodialisis Rs Islam Jemursari
Surabaya
Hipertensi Intradialitik Jumlah
Jenis kelamin Terjadi Tidak terjadi
f % f % f %
laki-laki 15 19,2 32 41 47 60,2
perempuan 5 6,4 26 33,3 31 39,7
Jumlah 20 25,6 58 74,3 78 100

JURNAL KEPERAWATAN 35
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

Laki-laki berpotensi mengalami hipertensi pada hemodialisis menyebutkan dari


penurunan fungsi ginjal secara lebih progresif 387 klien, 231 diantaranya berjenis kelamin laki-
sehingga sering membutuhkan terapi pengganti laki.
ginjal daripada perempuan.Faktor penyebab Pada penelitian ini didapatkan klien yang
perbedaan progresifitas penyakit ginjal pada mengalami hipertensi intradialitik lebih banyak
laki-laki danperempuan masih dalam tahap dialami oleh klien berjenis kelamin laki-laki. Hal
penelitian, salah satu teori yang berkembang ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan
adalah kadar estrogen yang rendah pada laki- oleh Nitrohit. P et.al (2017) dimana sebagian
laki. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa besar klien yang mengalami hipertensi
estrogen mengurangi proses pembentukan intradialitik berjenis kelamin laki-laki. Ini
jaringan ikat (scarring) pada kerusakan ginjal, menunjukkan bahwa klien berjenis kelamin lebih
serta laki-laki berisiko lebih tinggi untuk beresiko mengalami hipertensi intradialitik
menderita penyakit CKD dibandingkan daripada perempuan. Pada penelitian ini juga
perempuan yaitu dikarenakan pola hidup klien ditemukan bahwa jenis kelamin laki-laki beresiko
laki-laki yang tidak baik termasuk kebiasaan 2,44 kali mengalami hipertensi intradialitik.
merokok (Neugarten, Acharya and Silbiger,
2000; Haroun et al., 2003). 6. Faktor Jumlah Obat Anti Hipertensi
Penelitian oleh (Shastri and Sarnak, Dan Komplikasi Hipertensi
2017)dan (Caplin, Kumar and Davenport, 2011) Intradialitik
menyebutkan bahwa jenis kelamin laki-laki Berdasarkan hasil tabulasi silang
berisiko lebih tinggi untuk menderita penyakit didapatkan dari 38 klien yang memiliki >2
CKD dibandingkan perempuan. Burmeister et al. Golongan obat anti hipertensi, 13 klien (16,7%)
(2014) menunjukkan bahwa sebanyak 59,5 % mengalami hipertensi intradialitik dan 25 klien
klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi (32%) tidak mengalami hipertensi intradialitik.
hemodialisis berjenis kelamin laki-laki. Jika Sedangkan dari 40 klien yang memiliki < 2
dihubungkan dengan teori tentang tekanan Golongan obat anti hipertensi, 7 (8,9%)klien
darah maka jenis kelamin laki-laki lebih beresiko mengalami hipertensi intradialitik dan 33 klien
mengalami hipertensi daripada perempuan (42,3%) tidak mengalami hipertensi intradialitik.
(Prasetyaningrum, 2014). Hal ini sebanding Hasil tabulasi silang diatas disimpulkan bahwa
dengan penelitian oleh Sedangkan penelitian klien yang memiliki > 2 golongan obat
yang dilakukan oleh Poch E et al. (2006) tentang antihipertensi lebih banyak mengalami hipertensi
prevalensi dan faktor yang mempengaruhi intradialitik (table 7) .

Tabel 7 Tabulasi Silang Antara Jumlah Obat Anti Hipertensi Dengan


Hipertensi Intradialitik Di Ruang Hemodialisis RS Islam
Jemursari Surabaya
Hipertensi Intradialitik
Jumlah Jumlah
Terjadi Tidak terjadi
Obat Anti Hipertensi
f % f % f %

>2 Golongan 13 16,7 25 32 38 48,7


< 2 Golongan 7 8,9 33 42,3 40 51,2
Jumlah 20 25,6 58 74,3 78 100

Terapi yang digunakan pada klien dengan ditujukan untuk mengatasi hipertensi sistolik pra
hemodialisis kronis memiliki tujuan utama untuk dialisis daripada sistolik pasca-dialisis (Hort dan
mencegah manifestasi progresifitas penyakit Horl, 2002). Proses hemodialisis dan terapi anti-
pada kardiovaskular (Hort dan Horl, 2002 ; hipertensi dalam kasus hipertensi intradialitik
Rahman dan Griffin, 2004) yang diakibatkan dari seringkali berlawanan. Terapi yang diberikan
hipertensi tidak terkontrol. Agarwal (1999) berfungsi menurunkan tekanan darah
menyebutkan bahwa penghentian obat sebelum sedangkan proses hemodialisis merangsang
dialisis yang dimaksudkan untuk menghindarkan tubuh untuk terjadinya hipertensi. Proses
klien dari ancaman hipotensi intradialitik hemodialisis yang meningkatkan kliren obat-obat
ironisnya akan berakibat berkembangnya tertentu berakibat meningkatkan tekanan darah.
hipertrofi ventrikel kiri yang akan menyebabkan Penurunan kadar anti hipertensi selama proses
terjadinya efek hipotensif akibat menurunnya dialisis dapat memicu terjadinya hipertensi
compliance jantung. Risiko gangguan intradialitik (Chen et al,2006).
kardiovaskuler dicerminkan dengan hipertensi Pada penelitian ini didapatkan bahwa
sistolik (ESH-ECH, 2003) sehingga terapi klien yang meminum > 2 golongan obat anti

JURNAL KEPERAWATAN 36
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

hipertensi berisiko 1,98 kali mengalami vasodilator yang kuat juga dapat diberikan pada
hipertensi intradialitik. hasil ini sesuai dengan kondisi ini. Obat ini bekerja dengan efek pada
penelitian Inrig et al. yang menemukan bahwa cAMP, menghasilkan vasodilatasi dengan cara
sebagian besar klien dengan hipertensi relaksasi langsung otot polos arteriolar (Rizzioli
intradialitik mengonsumsi obat anti hipertensi ≥ et al., 2009). Obat - obat anti hipertensi seperti
2 golongan. (Inrig, 2010). Hal yang sama juga penghambat ACE sudah digunakan dalam
dikemukakan oleh Nilrohit P et al. (2017) bahwa penanganan hipertensi intradialitik, obat ini tidak
kejadian hipertensi intradialitik lebih banyak difiltrasi saat hemodialisis sehingga bisa
terjadi pada klien yang mengkonsumsi lebih dari digunakan untuk klien hipertensi intradialitik
2 golongan obat anti hipertensi. Pada penelitian (Inrig, 2010).
ini ditemukan distribusi kombinasi pemberian
obat anti hipertensi paling banyak adalah 7. Faktor Diabetes Melitus Dan
antagonis reseptor angiostensin II dengan Ca- Komplikasi Hipertensi Intradialitik
channel blockers yaitu sebanyak 7 klien. 2 klien Berdasarkan hasil tabulasi silang
klien dengan kombinasi 3 golongan obat anti didapatkan dari 38 klien yang memiliki riwayat
hipertensi yaitu ACE-inhibitor, Ca-channel diabetes melitus, 10 klien (12,8%) mengalami
blockers, dan Antagonis reseptor-β untuk klien hipertensi intradialitik dan 28 klien (35,9%) tidak
pertama. Kombinasi diuretik, Antagonis mengalami hipertensi intradialitik. Sedangkan
reseptor-β dan Antagonis reseptor angiostensin dari 40 klien yang tidak memiliki riwayat
II untuk klien kedua. diabetes melitus, 10 klien (12,8%) mengalami
Beberapa obat disarankan dalam hipertensi intradialitik dan 30 klien (74,3%) tidak
penanganan hipertensi intradialitik untuk mengalami hipertensi intradialitik. Hasil tabulasi
mencegah krisis hipertensi antara lain penyekat silang diatas didapatkan hipertensi intradialitik
kanal kalsium (CCB) tetapi keamanan obat ini dapat terjadi pada klien yang memiliki riwayat
pada kondisi hipertensi intradialitik belum diteliti diabetes maupun yang tidak memiliki riwayat
(Chazot dan Jean, 2010). Minoxidil, merupakan diabetes melitus (table 8)

Tabel 8 Tabulasi Silang Antara Diabetes Melitus Dan Hipertensi


Intradialitik Di Ruang Hemodialisis RS Islam Jemursari
Surabaya

Hipertensi Intradialitik Jumlah


Diabetes
Melitus Terjadi Tidak terjadi
f % f % f %
Ya 10 12,8 28 35,9 38 48,7
Tidak 10 12,8 30 38,4 40 51,2
Jumlah 20 25,6 58 74,3 78 100

Diabetes mellitus merupakan penyebab hemodialisis, yang mana berkaitan dengan


utama gagal ginjal dan juga penyebab kematian komplikasi kardiovaskuler dan perkembangan
pada klien gagal ginjal kronik. Diabetes yang gagal ginjal (Dasgupta, 2017).
tidak terkontrol dapat menyebabkan diabetes Menurut Nilrohit P. et.al (2017)
nefropati yang merupakan penyebab gagal mengatakan bahwa tidak ada hubungan pasti
ginjal. (Adamczak et al., 2002) mengatakan antara kejadian hipertensi intradialitik dengan
bahwa diabetes merupakan faktor komorbiditas riwayat diabetes melitus pada klien gagal ginjal
hingga 50% klien dan sebesar 65%klien gagal kronik. Namun pendapat yang berbeda
ginjal kronik meninggal yang menjalani disampaikan oleh Gorsane (2015) yang
hemodialis memiliki riwayat penyakit diabetes. menyatakan bahwa salah satu faktor resiko
Colvy (2010) mengatakan bahwa ginjal hipertensi pada hemodialisis adalah adanya
mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah riwayat diabetes melitus. Hal yang sama juga
kecil. Diabetes dapat merusak pembuluh darah dikatakan oleh Rocco et al. (2001) yang
tersebut sehingga pada gilirannya melakukan penelitian tentang faktor resiko
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk hipertensi pada klien hemodialisis mengatakan
menyaring darah dengan baik. Karena situasi bahwa diabetes melitus adalah salah satu faktor
seperti itu, protein tertentu (albumin) dapat resiko terjadinya hipertensi pada klien gagal
bocor ke dalam urin (albuminaria),yang dapat ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Poch
menyebabkan gagal ginjal. Diabetes merupakan E et al. (2006) yang meneliti tentang prevalensi
salah satu faktor komorbiditas pada klien gagal dan faktor yang mempengaruhi hipertensi pada
ginjal kronik yang sedang menjalani terapi hemodialisis menyebutkan bahwa 81% penyakit

JURNAL KEPERAWATAN 37
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

penyerta pada klien gagal ginjal kronik adalah ,1999. Supervised Atenolol
diabetes melitus dan hipertensi. Hasil penelitian Therapy in The Management of
Burmeister (2014) prevalensi faktor resiko Hemodialysis Hypertension, Kidney
kardiovaskuler didapatkan riwayat hipertensi Int.,;55:1528-35.
sebanyak 87,5% , diabetes melitus 35,8%
Pada penelitian ini prevalensi klien yang Armiyati, Y. (2012) ‘Hipotensi dan hipertensi
mengalami hipertensi intradialitik menunjukkan intradialisis pada pasien chronic kidney
hasil yang sama pada klien dengan riwayat disease ( Ckd ) saat menjalani
diabetes melitus maupun tanpa riwayat diabetes hemodialisis’, Seminar Hasil-Hasil
melitus. Setelah dilakukan uji statistik maka Penelitian-LPPM UNIMUS 2012, (ISBN:
didapatkan bahwa klien yang memiliki riwayat 978-602018809-0-6), pp. 126–135.
diabetes melitus beresiko 1,403 kali mengalami Available at: http://jurnal.unimus.ac.id.
hipertensi intradialitik. Peneliti berpendapat
bahwa penyakit komorbid lain seperti hipertensi Arnold, T. L. (2007), Predicting Fluid Adherence
juga perlu diteliti. In Hemodialysis Patient, Di unduh
Pada faktor usia, dari 53 klien (12,5%) tanggal 28 Mei 2018.
gagal ginjal kronik yang berusia < 60 tahun,
sebanyak 13 klien (3,1%) mengalami hipertensi Burmeister, J. E. et al. (2014) ‘Prevalence of
intradialitik. Pada faktor IDWG, dari 47 klien Cardiovascular Risk Factors in
dengan IDWG > 3 % (11 %), 13 klien (3 %) Hemodialysis Patients - The CORDIAL
mengalami hipertensi intradialitik. pada faktor Study’, Arquivos Brasileiros de
jenis kelamin, dari 47 klien yang berjenis Cardiologia. doi: 10.5935/abc.20140048.
kelamin laki-laki, 15 klien (3,5%) mengalami
hipertensi intradialitik. Caplin, B., Kumar, S. and Davenport, A. (2011)
‘Patients’ perspective of dhaemodialysis-
SIMPULAN DAN SARAN associated symptoms.’, Nephrology,
Berdasarkan hasil penelitian dan dialysis, transplantation : official
pembahasan tentang faktor-faktor yang publication of the European Dialysis and
mempengaruhi komplikasi hipertensi intradialitik Transplant Association - European Renal
pada klien gagal ginjal kronik yang menjalani Association. England, 26(8), pp. 2656–
terapi hemodialisis di unit hemodialisis RSI 2663. doi: 10.1093/ndt/gfq763.
Jemursari Surabaya dapat disimpulkan
Karakteristik klien gagal ginjal kronik hampir Chazot C & Jean G, 2010. Intradialytic
setengahnya (44%) berusia 46-55 tahun dan hypertension: it is time to act. Nephron
lulusan SMA, sebagian besar (60%) laki-laki, dan Clin Pract, Volume 115, pp. c182-c188.
menderita gagal ginjal kronik selama 1-3 tahun.
Sebagian besar (74%) klien tidak terjadi Chen, J., Gul, A. & Sarnak, M., 2006.
hipertensi intradialitik, dan hampir setengahnya Management of intradialytic
(26%) terjadi hipertensi intradialitik. Kejadian hypertension: the ongoing challenge.
hipertensi intradialitik lebih banyak terjadi pada SeminDial, Volume 19, pp. 141-145.
klien berusia <60 tahun, memiliki IDWG > 3 %,
menjalani hemodialisis > 12 bulan, berjenis Chou KJ, et al., 2006. Physiological changes
kelamin laki-laki, mengkonsumsi > 2 golongan during hemodialysis in patients with
obat anti hipertensi, memiliki riwayat diabetes intradialysis hypertension. Kidney Int.,
melitus. Disarankan pada klien membatasi Volume 69, pp. 1833-1838.
asupan cairan dan membatasi konsumsi garam
agar tidak terjadi kenaikan berat badan secara Cirit M, Akcicek F & Terzioglu E, 1995.
berlebih. 'Paradoxical' rise in blood pressure during
. ultrafiltration in dialysis patients. Nephrol
DAFTAR PUSTAKA Dial Transplant, Volume 10, pp. 1417-
1420.
Adamczak, M. et al. (2002) ‘Kidney and
hypertension.’, Kidney international. Colvy, Jack. 2010. Tips Cerdas Mengenali dan
Supplement. United States, (80), pp. 62– Mencegah Gagal Ginjal.Yogyakarta: DAFA
67. doi: 10.1046/j.1523-1755.61.s80.28.x Publishing.

Agarwal R, 2005. Hypertension and survival in Dasgupta, K. et al. (2017) ‘Physician step
chronic hemodialysis patients: past prescription and monitoring to improve
lessons and future opportunities. Kidney ARTERial health (SMARTER): A
Int, Volume 67, pp. 1-13. randomized controlled trial in patients
with type 2 diabetes and hypertension.’,

JURNAL KEPERAWATAN 38
Vol. XII No 1 April 2019 ISSN 1979 - 8091

Diabetes, obesity & metabolism. England, Muhammmadiyah Yogyakarta, Jurnal


19(5), pp. 695–704. doi: Profesi, Vol.10
10.1111/dom.12874.
Mazzuchi, N., Carbonell, E. and Fernandez-Cean,
Gomez JL, et al., 2005. Interdialytic weight gain J. (2000) ‘Importance of blood pressure
as a marker of blood pressure, nutrition, control in hemodialysis patient survival.’,
and survival in hemodialysis patients. Kidney international. United States,
Kidney Int, Volume 67, pp. 63-68. 58(5), pp. 2147–2154. doi:
10.1111/j.1523-1755.2000.00388.x.
Gorsane, I. et al. (2015) ‘Prevalence and Risk
Factors of Hypertension in Hemodialysis’, Naysilla, A. M. (2012). Faktor Risiko Hipertensi
(June), pp. 54–60 Intradialitik Pasien Penyakit Ginjal Kronik.
Karya Tulis Ilmiah Program Sarjana
Herlin, C. and Wann-Hansson, C. (2010) ‘The Pendidikan Kedokteran Umum Universitas
experience of being 30-45 years of age Diponegoro. Retrieved from
and depending on haemodialysis http://eprints.undip.ac.id/37285/1/Adhell
treatment: a phenomenological study.’, a_Menur_G2A008004_LAP_KTI.pdf
Scandinavian journal of caring sciences.
Sweden, 24(4), pp. 693–699. doi: Nilrohit P, Nilesh B, Ajeya U, Kshitija G, Sudhir K.
10.1111/j.1471-6712.2009.00764.x. Study of intradialytic hypertension: A
single centre analysis. Nephrol Open J.
Horl, M.T., Horl,W.H. 2002. Hemodialysis- 2017; SE(2): S1-S6. doi: 10.17140/NPOJ-
Associated Hypertension: SE-2-101
Pathophysiology and Therapy. Am J
Kidney Dis.2002; 39(2):227-44. Nissenson, A. R. & Fine , R. N., 2008. Handbook
of Dialysis Therapy. 4th penyunt.
Inrig JK, 2010. Intradialytic hypertension: A less- Philadelphia: Elsevier Saunders.
recognized cardiovascular complication of
hemodialysis. Am J Kidney Dis, 55(3), pp. Poch, E. et al. (2006) ‘[Hypertension in
580-589. hemodialysis: prevalence and associated
, Oddone EZ, Hasselblad V & Gillespire B, factors in Catalonia. The PRESDIAL
2007. Association of intradialytic blood study].’, Nefrologia : publicacion oficial de
pressure changes with hospitalization and la Sociedad Espanola Nefrologia, 26(5),
mortality rates in prevalent ESRD patient. pp. 564–72. Available at:
Kidney Int, Volume 71, pp. 454-461. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17
, et al., 2007. Relationship between 117899.
interdialytic weught gain and blood
pressure among prevalent hemodialysis Prasetyaningrum, Y. I. (2014), Hipertensi Bukan
patients. Am J Kidney Dis, 50(1), pp. Untuk Ditakuti, FMedia, Jakarta.
108-118.
., Patel, U., Toto, R. & Szczech, L., 2009. Rocco, M. V. et al. (2001) ‘Risk factors for
Association of Blood Pressure Increase hypertension in chronic hemodialysis
during Hemodialysis with 2-year Mortality patients: baseline data from the HEMO
in Incident Hemodialysis Patient : A study.’, American journal of nephrology,
secondary analysis of the Dialysis 21(4), pp. 280–8. doi:
Morbidity and Mortality Wave 2 Study. 10.1159/000046262.
Am J Kidney Dis, Volume 54, pp. 881-
890. Shastri S, Sarnak MJ. Cardiovascular disease and
CKD: core curriculum 2010. American
IRR (Indonesian Renal Registry), 2015. 7th Journal of Kidney Diseases.
Report of Indonesian Renal Registry 2010;56(2):399-417.
, 2016. 8th
Report Of Indonesian Renal Registry Thomas, R., Kanso, A. & Sedor, J. R., 2008.
Istanti, 2011. Faktor-faktor yang berkontribusi Chronic Kidney Disease and Its
terhadap IDWG pasien CKD Di Unit Complications. Elsevier Inc.
Hemodialisis RS PKU. Jurnal Mutiara
Medika, 11(2). Van Buren, P. N., & Inrig, J. K. (2016).
, (2014). Hubungan Antara Masukan Mechanisms and Treatment of
Cairan dengan Interdialytic Weight Gain Intradialytic Hypertension. Blood
Pada Pasien Chronic Kidney Disease di Purification, 41(1–3), 188–193.
Unit Hemodialisis RS PKU https://doi.org/10.1159/000441313

JURNAL KEPERAWATAN 39

Anda mungkin juga menyukai