Anda di halaman 1dari 21

1

MAKALAH

Teori Hildegard E. Peplau

Dosen Pengampu : Sri Lestari DA, SKp.,Ns.,M.Kes

Mata Kuliah : Komunikasi dalam Keperawatan

Disusun Oleh :

1. Baskoro Sunu Karimahdhon (P27220017091)


2. Fitrianingrum (P27220017118)
3. Rafika Alma (P27220017101)

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SURAKARTA

2017 / 2018
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan anugerah kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang

berjudul “Mengenal Teori Peplau”.

Makalah ini disusun bersumber dari buku dan berdasarkan hasil data-data

dari media elektronik berupa internet dan media cetak. Ucapan terima kasih kepada

rekan-rekan kelompok yang telah memberikan partisipasinya dalam penyusunan

makalah ini.

Penyusun berharap makalah ini d

apat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah pengetahuan atau

wawasan mengenai keperawatan dalam Teori Peplau. Penyusun sadar makalah ini

belumlah sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca agar makalah ini menjadi sempurna.

Surakarta, September 2017

Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah.......................................................................... 2

1.3 Tujuan penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

2.1 Pengertian Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau...................... 3

2.2 Tahapan Peplau dalam Keperawatan ............................................. 4

2.3 Hubungan Antara Tahapan Peplau dan Proses Keperawatan ........ 12

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan...................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keperawatan merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana halnya

dengan semua usaha untuk memajukan kesejahteraan. Uraian tentang keperawatan

yang baik harus dilakukan oleh seseorang perawat dengan sendirinya harus dimulai

perawat itu sendiri. Model keperawatan yang dijelaskan oleh Hildegard peplau

mencakup segala sesuatu tentang diri individu itu sendiri yang tepatnya didalam

dirinya, yaitu interpersonal, dan ini mengarah pada kejiwaan seseorang. Ini lah

model konsep teori yang dijadikan acuan perawat untuk melakukan tindakan

keperawatan.

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi

tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai

sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Mampu menghadapi kecemasan

didalam diri individu.

Jika seseorang tidak sanggup untuk mengatasi permasalahn didalam hidup

mereka, terutama pada dalam diri mereka sendiri, akan timbul permasalahan

permasalahan yang akan berakibat fatal yang tentunya akan mengganggu

kehidupan orang yang mengalami permasalahan interpersonal ini. untuk itu

diperlukan peran perawat dalam mengatasi masalah ini, untuk membantu pasien

mengatasi masalah yang mungkin tidak bisa diselesaikan sendiri oleh seseorang.

Perawat juga harus tau apa saja yang harus dilakukan, untuk inilah penulis

mengangkat model konseputual jiwa interpersonal yang dimana model konsep ini
5

erat sekali dengan teori Hildegard E. Peplau. Sehingga perawat memiliki gambaran

untuk melakukan tindakan keperawatan yang tepat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah tersebut di atas, maka

rumusan masalah pokok penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimanakah teori keperawatan Hildegard E. Peplau?

1.2.2 Bagaimanakah tahapan model keperawatan Hildegard E. Peplau?

1.2.3 Bagaimanakah hubungan antara tahapan Peplau dan proses keperawatan?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Atas dasar permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka dapat

ditetapkan bahwa tujuan penelitian ini adalah

1.3.1 Mengetahui bagaimanakah teori keperawatan Hildegard E. Peplau

1.3.2 Mengetahui bagaimanakah tahapan model keperawatan Hildegard E.

Peplau

1.3.3 Mengetahui bagaimanakahhubungan antara tahapan Peplau dan proses

keperawatan
6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau

Peplau mendefinisikan konsep utama teorinya sebagai “psychodynamic

nursing” karena bertujuan memahami suatu perilaku untuk membantu orang lain

mengidentifikasi kesulitan yang dimilikinya dan untuk mengaplikasikan prinsip –

prinsip human relation dalam menyelesaikan masalah yang dibangun dari semua

tingkat pengalaman (Tomey & Alligood, 1998).

Menurut Peplau, keperawatan adalah terapeutik karena hal ini mengandung

suatu seni menyembuhkan, menolong individu yang sakit atau membutuhkan

pelayanan kesehatan. Keperawatan dapat dipandang sebagai satu proses

interpersonal karena melibatkan interaksi antara dua atau lebih individu dengan

tujuan yang sama. Dalam keperawatan tujuan bersama ini akan mendorong kearah

proses terapeutik dimana perawat dan pasien saling menghormati satu dengan yang

lain sebagai individu, kedua-duanya mereka belajar dan berkembang sebagai hasil

dari interaksi (George, 1995).

Untuk mencapai tujuan ini atau tujuan-tujuan yang lain di capai melalui

penggunaan serangkaian langkah-langkah dan pola yang pasti. Saat hubungan

perawat dan pasien berkembang pada pola terapeutik ini, ada cara yang fleksibel

dimana fungsi perawat dalam berpraktek – dengan membuat penilaian – dengan

keahlian yang didapatkan melalui ilmu pengetahuan, serta dengan menggunakan

kemampuan teknis dan berbagai asumsi (George, 1995).


7

Ketika perawat dan pasien mengidentifikasi satu masalah pertama kalinya,

mereka mulai menyusun tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

Masing – masing pendekatan yang gunakan sebagai tindakan nantinya, tergantung

dari perbedaan latar-belakang dan keunikan individu. Setiap individu dapat

pandang sebagai satu struktur yang unik biologis-psikologis-spritual-sosial, dimana

reaksi antara individu satu dengan yang lain tidak sama. Perawat dan pasien

mempelajari persepsi yang unik tersebut dari perbedaan lingkungan, adat-istiadat,

kebiasaan, dan kepercayaan yang membentuk budaya individu tersebut. Setiap

orang mempunyai pemikiran yang berbeda sehingga mempengaruhi persepsi dan

perbedaan persepsi inilah sangat penting dalam proses interpersonal.

Selama perawat dan klien bekerja sama, mereka akan memiliki banyak

pengetahuan dan kematangan berfikir selama proses. Peplau memandang

keperawatan sebagai “ maturing force and an educative instrument”. Dia percaya

bahwa keperawatan adalah hasil pengalaman belajar mengenai diri sendiri sebaik

individu lainnya yang terlibat dalam hubungan interpersonal (George,1995).

2.2 Tahapan Peplau dalam Keperawatan

Hubungan perawat-pasien menurut Peplau dideskripsikan sebagai empat

fase, meskipun terpisah, fase – fase tersebut tumpang tindih dan terjadi terus

menerus selama hubungan itu terjalin.

1. Orientasi

Pada tahap awal orientasi, perawat dan pasien bertemu sebagai dua

orang asing. Pasien dengan keluarga memiliki kebutuhan yang dirasakan,


8

oleh karena itu bantuan profesional akan dicari. Namun, kebutuhan ini tidak

dapat dengan mudah diidentifikasi atau dipahami oleh individu-individu yang

terlibat. Ini sangat penting bahwa perawat bekerja sama dengan pasien dan

keluarga dalam menganalisis situasi, sehingga mereka bersama-sama

dapat mengenali, memperjelas, dan mendefinisikan masalah yang ada.

Contoh: Perawat dalam peran konselor membantu gadis remaja yang merasa

"sangat down". Untuk menyadari bahwa perasaan ini adalah hasil dari sebuah

pertengkaran dengan ibunya kemarin malam. Sebagai seorang perawat terus

mendengarkan, ada faktor yang membuat gadis itu berdebat dengan ibunya

dan perasaan tertekan. Karena perasaan ini dibahas, gadis itu mengakui

berdebat sebagai faktor pencetus yang menyebabkan depresi.

Dengan demikian perawat dan pasien telah menetapkan masalah. Anak

dan orang tua kemudian setuju untuk mendiskusikan masalah tersebut dengan

perawat. Jadi dengan saling menjelaskan dan mendefinisikan masalah dalam

fase orientasi, pasien dapat mengarahkan energi yang terakumulasi dari

kecemasan kebutuhan yang tak terpenuhi untuk lebih konstruktif berhadapan

dengan masalah yang diajukan. Hubungan didirikan dan terus diperkuat

sementara kekhawatiran sedang diidentifikasi.

Saat pasien dan keluarga berbicara dengan perawat, keputusan bersama

perlu dibuat tentang jenis layanan professional apa yang harus

digunakan. Perawat sebagai narasumber, dapat bekerja dengan pasien dan

keluarga. Sebagai alternatif perawat membuat kesepakatan bersama dari

semua pihak yang terlibat, lihat keluarga untuk sumber lain seperti psikolog,
9

psikiater, atau pekerja sosial. Pada tahap orientasi, perawat, pasien dan

merencanakan keluarga apa jenis layanan yang dibutuhkan.

Tahap orientasi secara langsung dipengaruhi oleh sikap pasien dan

perawat tentang memberi atau menerima bantuan. Oleh karena itu, dalam

tahap awal perawat perlu menyadari reaksi diri kepada pasien. Perawatan

adalah proses interpersonal, baik pasien dan perawat memiliki bagian yang

sama penting dalam interaksi terapeutik.

Perawat, pasien, dan keluarga bekerja sama untuk mengenali,

memperjelas, dan mendefinisikan masalah yang ada. Hal ini dapat

mengurangi ketegangan dan kecemasan terkait dengan kebutuhan yang

dirasakan dan rasa takut yang tidak diketahui. Penurunan ketegangan dan

kecemasan mencegah masalah lain yang timbul sebagai akibat dari represi.

Dengan demikian, pada awal fase orientasi, perawat dan pasien bertemu

sebagai orang asing. Pada akhir fase orientasi, mereka secara bersamaan

berusaha untuk mengidentifikasi masalah dan menjadi lebih nyaman satu

sama lain. Para perawat dan pasien sekarang siap untuk maju ke tahap

berikutnya.

2. Identifikasi

Tahap berikutnya identifikasi, adalah dimana pasien merespon

selektif terhadap orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya.

Perawat membiarkan pasien mengeksplorasi perasaannya untuk membantu

kondisinya yang sedang sakit sebagai pengalaman yang me-reorientasi


10

perasaan dan kekuatan positif pada individu tersebut (Tomey &

Alligood,1998).

Setiap pasien mempunyai respon berbeda dalam fase ini..

Tanggapan pasien terhadap perawat ada tiga macam: (1) berpartisipasi dan

saling bergantung dengan perawat, (2) otonomi dan independen dari perawat,

atau (3) menjadi pasif dan bergantung pada perawat. Contoh: Seorang

pria berusia tujuh puluh tahun yang ingin merencanakan diet diabetes baru

1600 kalori. Jika hubungan adalah saling bergantung, perawat dan pasien

berkolaborasi pada perencanaan makan. Jika hubungan menjadi independen,

pasien akan berencana diet sendiri dengan masukan minimal dari perawat.

Dalam hubungan tergantung, perawat melakukan perencanaan makan untuk

pasien.

Sepanjang fase identifikasi, baik pasien dan perawat harus

menjelaskan persepsi masing-masing dan harapan. Bagian pengalaman dari

pasien dan perawat akan memiliki titik tengah, apa harapan mereka selama

proses interpersonal. Seperti disebutkan dalam fase orientasi, sikap awal dari

pasien dan perawat sangat penting dalam membangun hubungan kerja untuk

mengidentifikasi masalah dan memutuskan bantuan yang tepat. Persepsi dan

harapan pasien dan perawat dalam fase identifikasi lebih kompleks dari pada

fase sebelumnya. Pasien sekarang menanggapi seorang yang membantu

secara selektif. Hal ini memerlukan hubungan terapeutik lebih intensif.


11

Sementara bekerja melalui fase identifikasi, pasien mulai memiliki rasa

dan kemampuan menghadapi masalah, yang menurunkan perasaan tidak

berdaya. Hal ini pada gilirannya menciptakan sikap optimistis dari mana

kekuatan batin terjadi kemudian.

3. Eksploitasi

Setelah identifikasi, pasien bergerak ke tahap eksploitasi, di

manapasien dapat menilai keuntungan - keuntungan dari semua

layanankesehatan yang tersedia. Tingkat dimana layanan ini

digunakan berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan

pasien (George,1995). Individu mulai merasakan sebagai bagian integral dari

lingkungan yang membantunya dan mengontrol situasi dengan cara memilah

bantuan dari layanan yang ditawarkan. Contoh: Wanita dengan lengan yang

bengkak. Selama fase ini pasien mulai memahami informasi yang diberikan

kepadanya untuk latihan lengan. Dia membaca pamflet dan sebuah film yang

menggambarkan bentuk latihan lengannya ia berdiskusi dengan

perawat tentang masalah yang terkait, dan ia mungkin menanyakan

tentang cara bergabung dengan kelompok latihan melalui bagian terapi fisik.

Selama tahap ini, beberapa pasien kemungkinan menuntut lebih

dibandingkan dengan ketika saat mereka sakit parah. Mereka mungkin

mengajukan sedikit permintaan atau perhatian lain untuk mendapatkan teknik

tergantung dari kebutuhan individu tersebut. Prinsip-prinsip teknik


12

wawancara harus digunakan dalam rangka untuk menggali, memahami,

memecahkan masalah yang mendasari.

Tujuannya bagi perawat dan pasien adalah mencoba mencapai tujuan

yang telah dirumuskan sebelumnya. Sehingga memungkinkan suatu situasi

dimana pasien dapat merasakan nilai hubungan sesuai pandangan terhadap

situasi. Fase ini merupakan inti hubungan dalam proses interpersonal. Dalam

fase ini perawat membantu klien dalam memberikan gambaran kondisi klien

dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.

4. Resolusi

Tahap terakhir dari proses antar pribadi Peplau adalah resolusi.

Kebutuhan pasien telah dipenuhi oleh upaya kolaboratif dari perawat dan

pasien. Pasien dan perawat sekarang perlu untuk mengakhiri hubungan terapi

mereka dan membubarkan hubungan antara mereka. Secara bertahap klien

melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan penguatan

kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi

ke arah realisasi potensi.

Seringkali ini sangat sulit bagi kedua pasien dan perawat.

Ketergantungan kebutuhan dalam hubungan terapeutik sering melanjutkan

psikologis setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi. Pasien mungkin merasa

bahwa belum waktunya untuk mengakhiri hubungan. Contoh: Seorang ibu

yang telah melahirkan sudah diperbolehkan pulang. Namun, setelah satu

minggu, perawat menelpon untuk menanyakan mengenai perawatan


13

bayi. Resolusi akhir juga mungkin sulit bagi perawat. Dalam contoh di atas,

ibu mungkin bersedia untuk mengakhiri hubungan itu, tapi perawat dapat

terus mengunjungi rumah untuk melihat bagaimana bayi berkembang.

Selama fase resolusi berhasil dilakukan, maka pasien terlepas dari

proses identifikasi untuk membantu seseorang. Pasien akan menjadi

independen dari perawat,seperti halnya perawat yang independen dari pasien.

Sebagai hasil dari proses ini, pasien dan perawat menjadi individu yang kuat

dan matur. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi, dan dapat melangkah ke tujuan

baru. Resolusi terjadi hanya bila semua fase/tahap dapat terlewati secara baik.

Indikasi fokus dari masing – masing fase ada pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Fase Hubungan Perawat-Pasien


Fase Fokus

Orientasi Fase untuk mendefinisikan masalah

Identifikasi Pemilihan bantuan profesional yang tepat

Eksploitasi Penggunaan bantuan profesional sebagai alternatif


pemecahan masalah
Resolusi
Pemutusan hubungan profesional

Pandangan lain yang dianggap relevan dengan Hubungan Interpersonal

perawat – pasien adalah peran perawat. Peplau secara terperinci menguraikan

beberapa peran perawat, jika dilakukan dengan baik, maka hubungan

interpersonal pun akan akan menjadi baik sehingga berdampak pada


14

kepuasan pasien. Peran-peran tersebut antara lain (Tomey & Alligood,

1998):

1) Stranger ; Peplau menyatakan bahwa, karena perawat dan pasien

adalah orang asing diantara keduanya, maka perawat tidak boleh

mendakwa pasien tetapi harus menerimanya seperti menerima

dirinya sendiri,

2) Resource Person ; pada peran resource person, perawat

menyediakan jawaban spesifik, khususnya informasi tentang

kesehatan, dan menginterpretasikan ke pasien tentang penanganan

atau rencana perawatan medis

3) Teaching role; Teaching role merupakan kombinasi dari semua

peran. Peplau mengembangkan bentuk mengajarnya ke dalam dua

kategori, yakni instructional yang berisi pemberian informasi dan

format yang dijelaskan dalam literatur pendidikan, serta

experiental yang digunakan oleh learner sebagai dasar dari produk

pembelajaran. Konsep learning ini digunakan di dalam teaching role

secara tumpang tindih dengan peran perawat sebagai konselor,

karena konsep learning menggunakan tehnik psikoterapeutik

4) Leadership role ; leadership role meliputi proses

demokratik. Perawat membantu pasien menemukan tugasnya /

kewajibannya melalui hubungan yang kooperatif dan partisipasi

aktif.
15

5) Surrogate role; pasien melimpahkan ke perawat dalam surrogate

role ini. Fungsi perawat adalah membantu pasien mengenali

persamaan antara dirinya dengan perawat tersebut. Pada fase ini,

antara pasien dan perawat mengenali area dependen, independen dan

terakhir interdependen.

6) Counseling role ; fungsi konseling pada hubungan perawat-pasien

adalah sebagai jalan bagi perawat untuk merespon kebutuhan

pasien.

2.3 Hubungan Antara Tahapan Peplau dan Proses Keperawatan

Dari empat fase orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi dapat

dibandingkan dengan proses keperawatan seperti yang dibahas dalam (Tabel 4-2).

Proses keperawatan didefinisikan sebagai "aktivitas’’, yang disengaja intelektual

dimana praktek keperawatan didekati secara tertib, sistematis.

Ada kesamaan mendasar antara proses keperawatan dan fase antarpribadi

Peplau itu. Kedua fase Peplau dan proses keperawatan berurutan dan fokus pada

interaksi terapeutik. Menggunakan kedua teknik pemecahan masalah bagi perawat

dan pasien untuk berkolaborasi pada tujuan akhir. Keduanya pergi dari umum ke

khusus, misalnya, perasaan yang samar-samar pasien terhadap fakta-fakta spesifik

tentang perasaan samar-samar. Kedua meliputi observasi, komunikasi, dan

rekaman sebagai alat dasar yang digunakan oleh perawat.


16

Tabel 4-2. Perbandingan Proses Keperawatan dan Tahapan Peplau


Proses Keperawatan Tahapan Peplau
 Orientasi
 Penilaian
Perawat dan pasien datang bersama-
Pengumpulan data dan analisis sama sebagai orang asing, pertemuan
yang diprakarsai oleh pasien yang
Tidak perlu selalu berarti
mengungkapkan "kebutuhan yang
"kebutuhan yang dirasakan"
dirasakan", bekerja sama untuk
mungkin perawat dimulai.
mengenali, memperjelas, dan
 Diagnosa keperawatan mendefinisikan fakta terkait dengan

Ringkasan pernyataan berdasarkan kebutuhan.

analisis. (Catatan: pengumpulan data kontinu.)

 Perencanaan Pasien menjelaskan "kebutuhan yang


dirasakan."
Saling menetapkan tujuan.
 Identifikasi
 Pelaksanaan
Saling tergantung penetapan tujuan.
Rencana memulai ke arah
Pasien memiliki rasa memiliki dan
pencapaian tujuan yang saling
selektif menanggapi mereka yang bisa
ditetapkan.Dapat dicapai dengan
memenuhi kebutuhan.
perawatan pasien, kesehatan
profesional, atau keluarga pasien. Pasien-dimulai.

 Evaluasi  Eksploitasi

Berdasarkan saling didirikan Pasien secara aktif mencari dan


perilaku akhir yang diharapkan. menggambar pada pengetahuan dan
keahlian dari mereka yang dapat
Dapat menyebabkan penghentian
membantu.
atau inisiasi rencana baru.
17

 Resolusi

Terjadi setelah fase lain yang berhasil


diselesaikan dan telah dipenuhi.

Menyebabkan diberhentikan.

Perawatan menurut Peplau, termasuk klarifikasi dari informasi dokter, serta

pengumpulan data tentang pasien yang mungkin menunjukkan masalah daerah

lainnya. Melalui peran diperluas seperti ini, keperawatan menjadi lebih akuntabel

dan bertanggung jawab memberikan kemerdekaan keperawatan profesional yang

lebih besar. Proses keperawatan menyediakan modus untuk mengevaluasi kualitas

asuhan keperawatan yang diberikan yang merupakan inti dari akuntabilitas hukum.

Peplau memberikan variabel dalam situasi keperawatan sebagai kebutuhan,

frustrasi, konflik dan kecemasan. Variabel-variabel ini harus ditangani untuk

pertumbuhan yang terjadi, sebagai perawat memfasilitasi perkembangan yang sehat

dari kepribadian masing-masing. Hal ini mudah dilihat bahwa Peplau dipengaruhi

oleh beberapa teori waktu, terutama teori Harry S. Sullivan interpersonal dan teori

Sigmund Freud tentang psikodinamika.

Perawatan juga telah memperluas perspektif dalam membantu pasien

mencapai potensi kesehatan lebih lengkap melalui penekanan lebih besar pada

pemeliharaan kesehatan dan promosi. Martha Rogers menyatakan, "Pemeliharaan

dan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis keperawatan, intervensi,

dan rehabilitasi mencakup lingkup tujuan jompo". Perawat secara aktif mencari
18

untuk mengidentifikasi masalah kesehatan di berbagai komunitas dan pengaturan

kelembagaan ini.

Tahap orientasi Peplau yang sejajar dengan awal fase penilaian bahwa baik

perawat dan pasien datang bersama-sama sebagai orang asing. Pertemuan ini

diprakarsai oleh pasien yang menyatakan kebutuhan, meskipun kebutuhan tidak

selalu bisa dipahami. Secara bersama, perawat dan pasien mulai bekerja melalui

mengenali, memperjelas dan mendefinisikan fakta terkait kebutuhan ini. Langkah

ini disebut sebagai pengumpulan data dalam tahap penilaian dari proses

keperawatan.

Orientasi dan penilaian yang tidak sama, tidak harus bingung.

Mengumpulkan data kontinyu sepanjang fase Peplau. Dalam proses keperawatan,

pengumpulan data awal adalah pengkajian keperawatan, dan pengumpulan data

lebih lanjut menjadi bagian integral dari penilaian kembali.

Diagnosis keperawatan berkembang pada masalah kesehatan atau defisit

diidentifikasi. Diagnosis keperawatan adalah pernyataan ringkasan dari data yang

dikumpulkan. Ini melukiskan masalah pasien atau masalah potensial. Peplau

menyatakan bahwa "selama periode orientasi pasien menjelaskan pertama, kesan

keseluruhan masalahnya", sedangkan dalam proses keperawatan, perawat

menyimpulkan diagnosis dari data yang dikumpulkan.

Dalam tahap perencanaan proses keperawatan, perawat secara khusus

merumuskan bagaimana pasien akan mencapai tujuan yang akan ditetapkan. Pasien

masukan secara aktif dicari oleh perawat sehingga pasien merasa merupakan bagian
19

integral dari rencana dan kepatuhan. Pada langkah ini, perawat mempertimbangkan

kemampuan pasien sendiri untuk menangani masalah-masalah pribadinya.

Peplau menekankan bahwa perawat ingin mengembangkan hubungan

terapeutik sehingga kecemasan pasien akan disalurkan secara konstruktif untuk

mencari sumber daya, sehingga menurunkan perasaan putus asa. Langkah dalam

perencanaan masih dapat dipertimbangkan dalam fase identifikasi Peplau.

Pada tahap implementasi, seperti dalam eksploitasi, pasien akhirnya menuai

manfaat dari hubungan terapeutik dengan menggambar pada pengetahuan dan

keahlian perawat. Dalam kedua fase (implementasi dan eksploitasi), rencana

individual telah terbentuk, berdasarkan kepentingan dan kebutuhan pasien. Oleh

karena itu, dalam kedua tahap rencana yang diprakarsai menuju penyelesaian tujuan

yang diinginkan. Ada perbedaan, namun antara eksploitasi, di mana pasien adalah

orang yang aktif mencari berbagai jenis layanan dalam memperoleh manfaat

maksimal yang tersedia dan implementasi. Eksploitasi adalah pasien berorientasi,

sedangkan pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pasien atau oleh orang lain

termasuk para profesional kesehatan dan keluarga pasien.

Pada fase resolusi Peplau, fase-fase lainnya telah berhasil bekerja melalui

kebutuhan telah dipenuhi, resolusi dan pemberhentian adalah hasil akhir. Meskipun

Peplau tidak membahas evaluasi. Evaluasi merupakan faktor yang melekat dalam

menentukan status kesiapan pasien untuk melanjutkan melalui fase resolusi.

Dalam proses keperawatan, evaluasi merupakan langkah terpisah, dan

diharapkan saling berkaitan. Dalam evaluasi, jika situasinya jelas, masalah


20

bergerak ke arah penghentian. Jika masalah tidak terselesaikan, bagaimanapun

tujuan dan sasaran tidak terpenuhi, dan jika perawatan tidak efektif, penilaian ulang

harus dilakukan. Tujuan-tujuan baru, perencanaan, implementasi dan evaluasi

kemudian didirikan (Peplau, 1952).

BAB III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Peplau mendefinisikan konsep utama teorinya sebagai “psychodynamic

nursing” karena bertujuan memahami suatu perilaku untuk membantu orang lain

mengidentifikasi kesulitan yang dimilikinya dan untuk mengaplikasikan prinsip –

prinsip human relation dalam menyelesaikan masalah yang dibangun dari semua

tingkat pengalaman

Pada dasarnya, tahapan model keperawatan Hildegard E. Peplau dapat dibagi

menjadi ada 4 hal, yaitu :

1) Orientasi, merupakan fase untuk mendefinisikan masalah.

2) Identifikasi, merupakan pemilihan bantuan profesional yang tepat.

3) Eksploitasi, merupakan penggunaan bantuan profesional sebagai alternatif

pemecahan masalah.

4) Resolusi, merupakan pemutusan hubungan profesional.


21

Dari empat fase tersebut akan memiliki hubungan penting dengan proses

keperawatan. Proses keperawatan itu sendiri dibagi menjadi lima hal, yaitu :

1) Penilaian, merupakan pengumpulan data dan analisis


2) Diagnosa keperawatan, merupakan ringkasan pernyataan berdasarkan
analisis.
3) Perencanaan, merupakan saling menetapkan tujuan.
4) Pelaksanaan, merupakan rencana memulai ke arah pencapaian tujuan
yang saling ditetapkan.
5) Evaluasi, berdasarkan saling didirikan perilaku akhir yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai