Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II

“Konsep Harga Diri”

Dosen Pengampu:

Ns. Nurbani, M.Kep

DISUSUN OLEH:

Fatima Azzahra 191111004

Suci Natasya Firdia Lala 191111014

Yoram Valentino Aduana S 191111016

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

PRODI D-IV KEPERAWATAN

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nikmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia II di Jurusan Keperawatan Singkawang. 

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns.
Nurbani, M.Kep selaku dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah
ini. Rekan-rekan dan semua pihak yag telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Makalah ini berjudul “Konsep Harga Diri” yang didalamnya membahas


tentang pengertian, komponen, tahap perkembangan, faktor yang mempengaruhi
dari konsep harga diri, kriteria kepribadian yang sehat, karakteristik konsep
rendah diri, faktor resiko konsep diri, dan konsep askep harga diri.

Akhirnya kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya pada makalah ini,
dan kami berharap semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati saran dan kritik dari
pembaca guna peningkatan pembuatan laporan pada tugas yang lain diwaktu
mendatang.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................. 2
D. Manfaat ........................................................................................... 2
BAB II ISI ......................................................................................................... 3
A. Pengertian Konsep Diri.................................................................... 3
B. Komponen Konsep Diri................................................................... 4
C. Tahap Perkembangan Konsep Diri ................................................. 6
D. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ....................................... 9
E. Kriteria Kepribadaian yang Sehat ................................................... 10
F. Karakteristik Konsep Diri Rendah ................................................... 10
G. Faktor Resiko Gangguan Konsep Diri ............................................ 11
H. Konsep Asuhan Keperawatan Konsep Diri .................................... 11

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 21


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep


diri. Konsep diri (self concept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik
pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari
makhluk hidup lainnya.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan
dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki.
Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang
kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas
kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas
sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting
untuk seorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih
dahulu baru bisa memahami klien
Konsep diri adalah manusia, dan Manusia adalah makhluk biopsikososial
yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia
selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan
yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman
unik melalui eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi
dirinya. Dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan
orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana
individu.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan konsep harga diri?


2. Bagaimana tahap perkembangan harga diri?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kosep harga diri?
4. Apa saja kriteria kepribadian yang sehat?
5. Bagaimana konsep rendah diri?
6. Apa saja faktor resiko konsep diri?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan harga diri?
C. TUJUAN

Dapat mengetahui untuk mengetahui pengertian, komponen, tahap


perkembangan, faktor yang mempengaruhi dari konsep harga diri, kriteria
kepribadian yang sehat, karakteristik konsep rendah diri, faktor resiko
konsep diri, dan konsep askep harga diri.

D. MANFAAT
Diharapkan dengan makalah ini kita semua dapat lebih mengetahui
dan memahami konsep harga diri serta megerti konsep dari asuhan
keperawatan harga diri.

2
BAB II
ISI

A. Pengertian Konsep Diri


Kebutuhan Maslow menyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam
kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai
aktualisasi diri maka diperlukan konsep diri yang sehat. Konsep diri adalah semua
perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya serta
memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri berkembang saat bayi mulai mengenal dan membedakan
dirinya dengan orang lain. Pembentukan konsep diri dipengaruhi asuhan orang tua
dan lingkungan. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya serta mengetahui individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998).
Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri. Ini
merupakan perasaan subjektif individu dan kombinasi yang kompleks dari
pemikiran yang disadari atau tidak disadari, sikap dan persepsi. Konsep diri secara
langsung memengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri.
Meskipun dua istilah ini sering digunakan secara bersamaan, tetapi perawat harus
membedakan keduanya agar dapat mengkaji klien dengan benar dan lengkap,
serta membangun rencana perawatan berdasarkan kebutuhan klien.
Perawat merawat klien yang menghadapi berbagai masalah kesehatan
yang mengancam konsep diri dan harga diri mereka. Kehilangan fungsi tubuh,
penurunan toleransi aktivitas, dan kesulitan dalam menangani penyakit kronis
adalah contoh dari situasi yang mengubah konsep diri klien. Perawat harus
membantu klien untuk menilai perubahan dalam konsep diri dan mendukung
komponen-komponen konsep diri mereka guna meningkatkan keberhasilan
adaptasi.

3
B. Komponen Konsep Diri
1) Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang
bersumber dari observasi dan penelitian yang merupakan sintesis dari
semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Identitas meliputi perasaan internal akan idividualitas, menyeluruh
dan konsistensi seseorang pada waktu dan situasi yang berbeda. Identitad
menunjukan batasan dan pemisahan dari yang lainnya menjadi diri sendiri
atau hidup dalam kehidupan nyata merupakan dasar dari identitas yang
benar. Individu pertama kali mengidentifikasi figure orang tua, kemudian
dengan model peran lainnya seperti guru dan teman sebaya. Untuk
membentuk identitas, seseorang anak harus dapat menyatukan prilaku
yang telah dipelajari dan harapan kedalam satuan yang saling terkait,
konsisten , dan unik. (Erikson, 1963).
2) Citra Tubuh
Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepi dan perasaan tentang ukuran,
bentuk dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan dimasa lalu.
Perilaku yang berkaitan dengan tubuh termasuk penampilan,
struktur atau fungsi fisik. Rasa terhadap citra tubuh termasuk semua yang
berkaitan dengan seksualitas, feminitas, dan maskulinitas, berpenampilan
muda , kesehatan dan kekuatan fisik.
Beberapa penyimpangan citra tubuh berhubungan dengan
gangguan psikologi, seperti anoreksia nerfosa. Perawat harus waspada
bahwa sebagian besar laki-laki dan wanita mengalami beberapa tingkat
ketidak puasan terhdap tubuhnya, yang dapat mempengaruhi citra tubuh
dan konsep diri secara keseluruhan.
3) Harga Diri
Harga diri adalah penelitian terhadap hasil yang dicapai dengan
analisis, sejauh mana prilaku mempengaruhi idialisme diri. Jika individu

4
selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika
mengalami kegagalan cenderung harga diri menjadi rendah. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Harga diri adalah perasaan individu secara keseluruhan tentang
harga diri atau pernyataan emosional dari konsep diri. Hal ini merupakan
dasar dari evaluasi diri karena mewakili keseluruhan pendapat tentang
penghargaan atau nilai personal. Harga diri bersifat positif saat seseorang
merasa mampu, berguna dan kompeten ( Rosenberg, 1965). harga diri
seseorang anak berhubungan dengan penelianan anak terhadap
efektifasinya di sekolah, dalam keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Mempertimbangkan hubungan antara konsep dan ideal diri aktual
seseorang akan meningkat pemahaman harga diri.
Seseorang yang konsep dirinya mendekati ideal dirinya akan
memiliki harga diri yang tinggi, sedangkan seseorang yang konsep dirinya
berbeda jauh dari ideal dirinya akan memiliki harga diri yang rendah.
4) Idealisme Diri
Merupakan presepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar prilaku. Idealisme diri akan
mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
5) Peran Diri
Merupakan pola sikap, prilaku nilai yang dihapakan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat. Cara individu melakukan peran
yang berarti peran yang dimaksud mengcakup peran sebagai orang tua,
pengawas, atau teman dekat. Peran yang diikuti individu dalam berbagai
situasi mencakup sosialisasi terhadap harapan atau standar prilaku.
Polanya bersifat stabil dan berubah secara minimal selama masa dewasa.
Perilaku peran sosial yang ideal biasanya sulit dicapai dalam
kehidupan nyata individu memiliki peran berganda dan kebutuhan
personal yang terkadang menimbulkan konflik.

5
C. Tahap Perkembangan Konsep Diri
Pengertian perkembangan menujukan pada suatu proses ke arah yang lebih
sempurna dan tidak begitu saja dapat diulangi kembali. Perkembangan
menunjukan pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali
(Werner, 1969)
Perawat mengajar untuk mengenali kegagalan individu dalam mencapai
tahapan perkembangan yang sesuai umur, atau penurunan individu pada tahap
awal dalam suatu periode krisis. Pemahaman tentang hal ini membuat perawat
mampu memberikan pelayanan individual dan menentukan intervensi
keperawatan yang sesuai.
Perkembangan konsep diri merupakan suatu proses seumur hidup yang
komplek melibatkan banyak faktor. Teori perkembangan psikososial (Erikson,
1963) menunjukan kegunaanya dalam memahami tugas utama yang dihadapi
individu pada berbagai tahapan perkembangan. Setiap tahapan membangun tugas
untuk tahap sebelumnya.keberhasilan menyelesaikan setiap tahap akan
membentuk konsep diri yang kuat.
Erikson membagi perkembangan hidup manusia dilihat dari aspek
psikososial menjadi beberapa fase atas dasar proses tertentu besar akibatnya.
Proses ini dapat berkahir baik atau tidak baik. Adapun masa-masa perkembangan
yaitu :
1) Masa bayi (infan) 0-1 tahun
Ditandai dengan adanya kecendrungan trust-mistrust perilaku bayi
didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-
orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi
orang yang dianggap asing, dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena
itu kadang-kadang bayi menangis bila dipangku oleh orang yang tidak
dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kedapa orang asing, tetapi juga
kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan
sebagainya. Kalau menghadapi situasi tersebut seringkali bayi menangis.
2) Masa Kanak-Kanak Awal (Early Childhood) 1-3 Tahun

6
Ditandai dengan adanya kecenderungan autonomy-shame and
hesitating pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa
berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari
botol sendiri tanpa ditolong orang tuanya, tetapi dipihak lain dia juga
telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga
seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
3) Masa Pra-sekolah ( Preschool age) 3-6 tahun
Ditandai adanya kecenderungan inisiatif feels-guilty. Pada masa
ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan tersebut
dia dorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak
tersebut masih terbatas, adakalahnya dia mengalami kagagalan.
Kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan
untuk sementara waktu dia tidak mau berinisiatif atau berbuat.
4) Masa Sekolah (School Age) 6-12 tahun
Ditandai adanya kecenderungan industri inferiority sebagai
kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak
sangat aktif mempelajari apasaja yang ada di lingkungannya. Dorongan
untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi
di pihak lain karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya
kadang-kadang dia menghadapi kesulitan, hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
5) Masa Remaja (Adolescence) 13-18 tahun
Ditandai adanya kecenderungan identity confusion sebagai persiapan
kearah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan yang
dimilikinya. Dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identidas
dirinya, ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan
memperlihatkan identitas dirinya pada para remaja sering kali sangat ekstrim
dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai
penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang
kuat disuatu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang
besar terhadap kelompok sebayanya diantaranya kelompok sebaya mereka

7
mengadakan pembagian peran, dan sering kali mereka sangat patuh terhadap
peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
6) Masa Dewasa Awal (Young Adulthood)
Ditandai adanya kecenderungan intimacy-isolation. Kalau pada masa
sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebayanya,
namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah
mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang
tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk
hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau
renggang dengan yang lainnya.
7) Masa Dewasa (Adulthood)
Ditandai dengan adanya kecenderungan generatifity-stagnation.
Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah
mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuan
cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan
individu sangat cepat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu
sangat luas, tetapi dia tidak dapat mungkin menguasai segala jenis ilmu
dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Untuk mengerjakan atau mencapai hal-hal tertentu ia mengalami
hambatan.
8) Masa Dewasa Akhir (senescence)
Ditandai adanya kecenderungan ego intregity-despair. Pada masa ini
individu telah memiliki kesatuan atau integrasi pribadi, semua yang telah
dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah
mapan disuatu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin
ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi
karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai.
Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi
masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan
dorongan tersebut, sehingga keputusan sering kali menghantuinya.
Harga diri biasanya sangat tinggi pada anak-anak kemudian

8
menurun selama masa remaja, meningkat secara bertahap selama masa
dewasa, dan menurun lagi pada usia lanjut (Robin et al., 2002). walaupun
perubahan berfariasi, tetapi secara umum bentuk ini dipengaruhi oleh jenis
kelamin, status sosial ekonomi dan etnik. Anak-anak biasanya melaporkan
memiliki harga diri yang tinggi karena perasaan diri mereka
dikembangkan oleh berbagai sumber yang sangat positif, dan penyebab
penurunannya biasanya berhubungan dengan mulainya diterima informasi
yang lebih realistis tentang diri mereka.
Individu berfokus meningkatkan produktivitas dan kreatifitas saat
bekerja, dimana pada saat yang bersamaan mempromosikan dan
mengajarkan generasi berikutnya. Selain pada masa kanak-kanak
pertengahan usia 60-an juga menunjukan level harga diri sepanjang masa
kehidupan. Penurunan konsep diri pada usia lanjut ini merefleksikan
berkurangnya kebutuhan akan promosi diri dan pergeseran konsep diri
kepada pandangan kesederhanaan dan keseimbangan diri mengidentifikasi
interfensi keperawatan yang spesifik berdasarkan kebutuhan khusus klien
pada berbagai tahap kehidupan merupakan hal penting.

D. Faktor yang Mempengaruhi


1) Tingkat perkembangan dan kematangan / tingkat tumbuh kembang adanya
dukungan mental yang cukup akan membentuk konsep diri yang cukup baik.
Sebaliknya, kegagalan selama masa tumbuh kembang akan membentuk konsep
diri yang kurang memadai. Perkemabangan anak yaitu dukungan mental,
perlakuan dan pembentukan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.
2) Budaya pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya,
kelompok dan lingkungan. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak
lebih dekat dengan lingkunganya.
3) Sumber eksternal dan internal kekuatan dan perkembangan pada individu
sangat berpengaruh pada konsep diri. Pada sumber internal misalnya orang yang
humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya
dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.

9
4) Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan fisik yang merupakan
segala sarana yang dapat menunjang perkembangan konsep diri sedangkan
lingkungan psikologis adalah segala lingkungan yang dapat menunjang
kenyamanan dan perbaikan psikologis yang dapat mempengaruhi perkembangan
konsep diri.
5) Stresor, dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan
ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat, maka akan menimbulkan depresi,
menarik diri, dan kecamasan.
6) Pengalaman sukses dan gagal, adanya kecenderungan riwayat sukses akan
meningkatkan konsep diri, demikian pula sebaliknya.
7) Usia, keadaan sakit dan trauma misalnya usia tua, keadaan sakit akan
mempengaruhi presepsi dirinya

E. Kriteria Kepribadian yang Sehat


1. Citra tubuh positif dan akurat, kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi
mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri termasuk presepsi saat ini
dan masa lalu.
2. Ideal dan realitas individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai
tujuan hidup yang dapat dicapai.
3. Konsep diri yang positif menunjukan bahwa individu akan sesuai dalam
hidupnya.
4. Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya
sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat.
5. Kepuasan penampilan peran individu yang mempunyai kepribadian sehat akan
dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan.
6. Identitas jelas, individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arahan
kehidupan dalam mencapai tujuan.

F. Karakteristik Konsep Diri yang Rendah


Menurut Carpenito 1995 karakteristik konsep diri yang rendah adalah
sebagai berikut :

10
1. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu
2. Tidak mau berkaca
3. Menghindari diskusi tentang topik dirinya
4. Menolak usaha rehabilitasi
5. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
6. Mengingkari perubahan pada dirinya
7. Peningkatan ketergantungan pada dirinya
8. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusan dan menangis.
9. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
10. Tingkat laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan minuman
beralkohol.
11. Menghindari kontak sosial.
12. Kurang bertanggungjawab.

G. Faktor Resiko Gangguan Konsep Diri


1. Gangguan identitas diri merupakan perubahan perkembangan, trauma, jenis
kelamin yang tidak sesuai dan budaya yang tidak sesuai.
2. Gangguan citra tubuh (body image) hilangnya bagian tubuh, perubahan
perkembangan dan akibat kecacatan.
3. Gangguan harga diri, hubungan interpersonal yang tidak harmonis, kegagalan
perkembangan, kegagalan mencapai tujuan hidup, dan kegagalan dalam
mengikuti aturan moral.
4. Gangguan peran, kehilangan peran, adanya peran ganda, konflik peran dan
ketidak mampuan menampilkan peran.

H. Konsep Asuhan Keperawatan Konsep Harga Diri


1. Pengkajian

Dalam mengkaji konsep dan harga diri, pertama perawat harus berfokus
pada setiap komponen konsep diri (identitas, citra tubuh, dan penampilan peran).
Pengkajian harus meliputi perilaku sugesif yang menunjukan perubahan konsep
diri atau harga diri, tekanan konsep diri actual dan potensial, dan juga pola
koping. Mengumpulkan data pengkajian yang komprehensif membutuhkan

11
sintesis informasi yang kritis dari berbagai sumber. Selain menggunakan
pertanyaan secara langsung, perawat juga bisa mengumpulkan banyak data
tentang konsep diri melalui pengamatan perilaku nonverbal klien dan
memperhatikan isi pembicaraan klien. Gunakan pengetahuan tentang tahap-tahap
perkembangan untuk menentukan area apa yang paling penting bagi klien, dan
tanyakan tentang semua aspek kehidupan individu.

 Perilaku Koping

Pengkajian keperawatan juga meliputi pertimbangan perilaku koping


sebelumnya, seperti : sifat, jumlah, dan eksternal klien. Pengetahuan tentang
bagaimana seorang klien menghadapi stressor pada masa lalu akan memberikan
gambaran tentang mekanisme perilaku koping milik klien. Klien tidak tidak
mengatasi semua masalah dengan cara yang sama, tapi biasnya mereka akan
menggunakan pola koping yang biasa digunakan untuk menghadapi tekanan yang
baru. Identifikasi strategi koping sebelumnya untuk menentukan apakah semua
pola ini telah memberikan efek yang baik atau justru menciptakan lebih banyak
masalah.

 Orang-orang Terdekat

Menggali sumber daya dan kekuatan, seperti adanya orang-orang terdekat


atau penggunaan sumber daya masyarakat sebelumnya, merupakan hal yang
paling penting dalam membuat rencana perawatan yang nyata dan efektif.
Informasi penting bisa didapatkan dengan pembicaraan dengan keluarga dan
orang terdekat. Orang-orang terdekat terkadang paham cara klien menghadapi
stresor.

 Harapan Klien

Faktor penting lain dalam mengkaji konsep diri adalah harapan-harapan


klien. Bertanya pada klien tentang bagaimana interverensi akan membuat
perbedaan akan memberikan informasi yang berguna sesuai harapan klien. Ini
juga menjadi kesempatan untuk membahas tujuan-tujuan klien. Respon klien
memberikan perawat informasi yang berguna tentang kepercayaan dan sikap klien
terhadap efikasi intervensi, dan potensi untuk memodifikasi pendekatan
keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Pertimbangan data pengkajian dengan hati-hati untuk menidentifikasi area


masalah aktual dan potensi klien. Gunakan pengetahuan dan pengalamann
karakteristik definisi yang menunjukan suatu diagnosis keperawatan. Membuat

12
diagnosis keperawatan tentang konsep diri bersifat kompleks. Seringkali, data
yang terisolasi merupakan karakteristik definisi untuk lebih dari satu diagnosis
keperawatan. Kesadaran bahwa klien sedang menunjukan karakteristik definisi
lebih dari satu diagnosis keperawatan membuat perawat harus mengumpulkan
data spesifik untuk memvalidasi dan membedakannya dari masalah yang
mendasarinya.

Untuk mengkaji kemungkinan kecemasan sebagai diagnosis keperawatan,


pertimbangkan apakah individu memiliki karakteristik definisi sebagai berikut :
Apakah individu mengalami peningkatan ketegangan otot, ketidak stabilan,
perasaan terdesak, atau kegelisahan? Gejala ini menuinjukan kecemasan sebagai
diagnosis yang lebih sesuai. Dilain pihak, jika seseorang mengungkapkan
penghargaan diri negatif secara pedominan, termasuk ketidakmampuan mengatasi
situasi atau kejadian serta kesulitan membuat keputusan, karakteristik ini
menunjukan bahwa harga diri yang rendah situasional merupakan diagnosis yang
lebih sesuai. Untuk membedakan antara kedua diagnosis yang ditunjukan,
informasi tentang kejadian terbaru dalam kehidupan seseorang dan bagaimana
individu memandang dirinya pada masa lalu memberikan arah diagnosis
keperawatan mana yang lebih sesuai. Setelah perawat mengumpulkan data
tambahan, biasanya diagnosis keperawatan utama menjadi lebih jelas.

Untuk memvalidasi pemikiran kritis tentang suatu diagnosis keperawatan,


bagikan hasil pengamatan anda kepada klien dan izinkan klien untuk menjelaskan
presepsinya. Pendekatan ini biasanya akan menghasilkan data tambahan tentang
klien, yang selanjutnya akan membantu menjelaskan situasi.

3. Perencanaan

Selama perencanaan, lakukan sintesis pengetahuan, pengalaman, sikap


berpiir kritis, dan standar. Pemikiran kritis dapat memastikan bahwa rencana
perawatan klien sudah mencakup informasi yang diketahui tentang individu,
demikian juga dengan peran elemen pemikiran kritis. Standar professional sangat
penting untuk dipertimbangkan saat mengembangkan suatu rencana perawatan.
Standar ini biasanya membuat petunjuk praktik berbasis bukti atau etika untuk
memilih intervensi keperawatan yang efektif.

Metode lain untuk membantu penyusunan rencana perawatan adalah peta


konsep. Ilustrasi peta konsep menunjukan hubungan diagnosis medis pascaoperasi
rekontruksi jaringat parut berat pada wajah dengan empat diagnosis kperawatan.
Peta konsep menunjukan bagaimana diagnosis keperawatan dihungkan. Ini juga
membantu dalam menunjukan hubungan antar intervensi keperawatan. Satu
intervensi bisa efektif untuk lebih dari satu diagnosis.

13
 Tujuan dan Hasil

Mengembangkan rencana perawatan individual untuk setiap diagnosis


keperawatan. Bekerja secara kolaborasi dengan klien untuk menentukan harapan
nyata terkait perawatan. Yakinkan bahwa tujuan bersifat individual dan nyata
dengan hasil yang dapat diukur.

Dalam menentukan tujuan, konsultasikan dengan klien tentang apakah


tujuan yang dapat dicapai. Konsultasi dengan orang terdekat, praktisi kesehatan
mental, dan sumber daya masyarakat akan menghasilkan rencana yang lebih
menyeluruh dan dapat dilakukan. Setelah tujuan dibuat, pertimbangkan
bagaimana data yang menggambarkan masalah akan berubah jika masalah
dikurangi. Kriteria hasil harus mencerminkan perubahan tersebut.

 Menetukan Prioritas

Rencana perawatan memperlihatkan tujuan, hasil yang diharapkan, dan


intervensi untuk klien dengan perubahan konsep diri. Intervensi membantu klien
beradaptasi dengan stersor yang menyebabkan gangguan konsep diri serta
mendukung dan memperkuat metode koping. Sering kali seorang klien merasakan
kewalahan dan merasa putus asa untuk kembali ketingkat fungsi sebelumnya.
Klien dalam kondisi tersebut biasanya membutuhkan waktu untuk beradaptasi
terhadap perubahan fisik, tetapi tetap dapat bekerja untuk kemajuan perbaikan
konsep diri dan harga diri.

Menentukan prioritas meliputi penggunaan komunikasi teraputik untuk


menyelesaikan masalah konsep diri yang menjamin bahwa klien mampu
memenuhi kebutuhan fisiknya secara maksimal. Cari kekuatan dalam diri klien
dan keluarganya, kemudian sediakan sumber daya dan Pendidikan untuk
mengubah ketrbatasan menjadi kekuatan. Edukasi klien menciptakan pemahaman
tentang situasi normal yang ada. Biasanya, sekali saja klien memahami situasi
yang dihadapinya, maka rasa putus asa dan ketidakberdayaan dapat dikurangi.

 Perawatan Kolaborasi

Presepsi dari orang-orang terdekat penting untuk dimasukan kedalam


rencana perawatan. Individu yang pernah mengalami penurunan konsep diri
sebelumnya biasanya telah memiliki suatu sutau sistem dukungan meliputi ahli
kesehatan mental, pendeta, dan sumber daya masyarakat lainnya. Sebelum
melibatkan keluarga, pertimbangkan keinginan klien untuk keterlibatan mereka
dan norma-norma budaya tentang siapa yang paling sering membuat keputusan
dalam keluarga.

14
Klien yang sedang menjalani pengobatan atau perubahan konsep diri akan
mendapat keuntungan dari kolaborasi antara kesehatan mental dan sumber daya
masyarakat dalam mempromosikan peningkatan kewaspadaan. Sumber daya
tambahan lainnya antara lain terapi fisik, terapi okupasi, perilaku sehat, pelayanan
umum, dan pelayanan pastoral. Pengetahuan tentang sumber daya yang tersedia
akan memudahkan dalam memilih rujukan yang sesuai.

4. Implementasi

Sama seperti semua tahap dalam proses keperawatan, hubungan teraputik


antara klien dan perawat merupakan pusat dari fase implementasi. Perawat
mengembangkan tujuan dan kriteria hasil, kemudian mempertimbangkan
intervensi keperawatan untuk meningkatkan konsep diri yang sehat dan
membantu klien mencapai tujuan. Untuk mengembangkan intervensi
keperawatan, pertimbangkan diagnosis keperawatan dan intervensi individual
yang sesuai diagnosis.

Kolaborasi dengan anggota tim pelayanan kesehatan dan memaksimalkan


pendekatan yang menyeluruh terhadap masalah konsep diri. Tanpa
memperlihatkan bentuk tatanan pelayanan kesehatan, penting bagi perawat untuk
bekerja sama dengan klien, keluarga, atau orang-orang terdekat guna menciptakan
konsep diri yang sehat. Pilihlah intervensi keperawatan yang dapat membantu
klien untuk mendapatkan atau memulihkan kembali elemen-elemen yang
membuatv perasaan diri yang aman dan kuat. Pemilihan pendekatan akan
bervariasi sesuai dengan tingkat perawatan yang dibutuhkan.

 Promosi Kesehatan

Bekerjalah Bersama klien untuk membantu mereka mengembangkan


prilaku gaya hidup sehat yang mendukup konsep diri yang positif. Ukur tindakan
yang mendukung adaptasi terhadap stresor, seperti : gizi yang sesuai, latihan
teratur sesuai kemampuan klien, istirahat dan tidur yang cukup, dan praktik
menurunkan stressor yang berperan dalam menciptakan konsep diri yang sehat.
Perawat berada dalam posisi unik untuk mengidentifikasi praktik gaya hidup yang
menempatkan konsep diri seseorang pada resiko atau perilaku negatif yang
menunjukan perubahan konsep diri.

Dalam mengumpulkan riwayat keperawatan, kaji praktik gaya hidup


seperti sedikit istirahat, sejumlah perubahan hidup yang terjadi secara simultan,
dan penggunaan alkohol secara berlebihan. Semua data ini, jika disatukan, akan
menunjukan gangguan konsep diri aktual, atau resiko. Tentukan bagaimana klien
memandang berbagai elemen gaya hidup untuk memfasilitasi pemahaman klien

15
kedalam perilaku dan untuk membuat rujukan atau menyelnggarakan pengajaran
kesehatan yang dipperlukan.

 Perawatan Akut

Dalam tatanan perawatan akut, beberapa klien mengalami tindakan terkait


konsep diri sebagai efek dari pengobatan dan prosedur diagnosis. Tindakan pada
konsep diri seseorang biasanya menghasilkan kecemasan atau ketakutan.
Beberapa stressor, termasuk diagnosis yang tidak diketahui, kebutuhan untuk
memodifikasi gaya hidup, dan perubahan fungsi, sering timbul, dan perawat harus
mengatasinya.

Pada tatanan perawatan akut biasanya akan terdapat lebih dari satu stresor,
yang selanjutnya dapat meningkatkan stresor bagi klien dan keluarga. Perawat
dalam tatanan perawatan akut juga menghadapi klien yang memerlukan adaptasi
terhadap perubahan citra tubuh sebagai akibat tindakan operasi atau perubahan
fisik lainnya. Karena memenuhi semua kebutuhan ini merupakan hal yang paling
sulit untuk dilakukan pada waktu berada di tatanan perawatan akut, maka rujukan
dan tindakan lebih lanjut yang sesuai, termasuk perawatan dirumah, juga menjadi
hal penting. Tetap sensitif terhadap tingkat penerimaan perubahan klien.
Mendorong konfrontasi dengan perubahan sebelum klien siap menunda
penrimaan klien.

Tanda-tanda individu mau menerima sebuah kunjungan bisa didapatkan


dengan mengajukan pertanyaan bagaimana memelihara aspek terntentu dari apa
yang telah terjadi atau mlihat area yang berubah. Setelah klien mengungkapkan
kesiapannya untuk mengintregasi perubahan tubuh kedalam konsep dirinya,
perbolehkan klien untuk mengetahui tentang kelompok yang tersedia dan
membuat hubungan yang akrab.

 Perawatan Pemulihan dan Berkelanjutan

Dalam lingkungan perawatan rumah, seorang perawat memiliki lebih


banyak kesempatan untuk bekerja dengan klien mencapai tujuan konsep diri yang
lebih positif adalah berdasarkan pada pikiran yang pertama kali dikembangkan
klien dan kewaspadaan diri terhadap masalah dan stresor, kemudian bertindak
menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan stressor. Masukan pendekatan ini
kedalam pengajaran klien tentang perubahan konsep diri, termasuk harga diri
rendah situasional, yang kadang terjadi di tatanan perawatan rumah.

Bantu klien untuk mendefinisikan masalah dengan jelas dan

16
mengidentifikasikan mekanisme koping yang positif dan negatif. Ciptakan
kesempatan yang menghasilkan keberhasilan, perkuat keterampilan dan kekuatan
klien, dan bantu klien mendapatkan bantuan yang diperlukan. Dorong klien untuk
membuat keputusan dan tindakan untuk mencapai tujuan dengan mengajarkan
klien berpindah dari mekanisme koping yang tidak efektif dan mengembangkan
strategi adaptasi yang efektif.

5. Evaluasi

Gunakan pikiran kritis untuk mengevaluasi keberhasilan klien dalam


mencapai setiap tujuan dan hasil yang diharapkan. Evaluasi berkala terhadap
kemajuan klien sangat diperlukan. Terapkan pengetahuan tentang perilaku dan
karakteristik konsep diri yang sehat ketika meninjau ulang prilaku aktual klien.
Hal ini membantu untuk menentukan apakah hasil tercapai.

Hasil yang diharapkan pada klien dengan menggunakan konsep diri


meliputi perilaku nonverbal yang mengindikasikan konsep diri yang positif,
pernyataan tentang penerimaan diri, dan penerimaan terhadap perubahan
penampilan atau fungsi. Indikator kunci dari konsep diri klien adalah nonverbal.
Tujuan perawatan terkadang menjadi tidak realistis atau tidak sesuai dengan
perubahan kondisi klien. Jika diperlukan, tinjau ulang rencana perawatan,
berkacalah pada pengalaman keberhasilan klien lainnya. Adaptasi klien terhadap
perubahan utama bisa memakan waktu satu tahun atau lebih, tapi pada
kenyataannya periode yang Panjang ini tidak menunjukan adanya masalah dengan
adaptasi

17
BAB III

PENUTUPAN

A.     Kesimpulan

Konsep diri adalah kumpulan terintegrasi dari sikap yang disadari dan
tidak disadari serta presepsi tentang diri. Komponen dari konsep diri adalah
identitas, citra tubuh, dan penampilan peran. Setiap tahap perkembangan
melibatkan factor-faktor penting untuk perkembangan konsep diri yang sehat dan
positif. Citra tubuh merupakan gambaran mental dari tubuh seseorang dan tidak
selalu sesuai dengan struktur atau penampilan tubuh seseorang yang sebenarnya.
Stressor bagi citra tubuh meliputi perubahan pada penampilan, struktru, atau
fungsi tubuh yang disebabkan oleh perubahan perkembangan normal atau
penyakit.

Stressor bagi harga diri meliputi perubahan hubungan dan perkembangan,


penyakit, operasi, kecelakaan, dan respons individu lain terhadap perubahan yang
terjadi. Stressor peran, termasuk konflik peran, peran berganda, dan ketegangan
peran, berasal dari harapan peran yang tidak jelas atau bermasalah; efek dari
penyakit juga dapat memperburuk keadaan ini. Konsep diri perawat dan tindakan
keperawatan berpengaruh pada konsep diri klien. Perencanaan dan implementasi
keperawatan pada konsep diri yang terganggu melibatkan pengembangan
kewaspadaan diri klien, mendorong ekplorasi diri, membantu proses evaluasi diri,
membantu membuat tujuan-tujuan dalam hal beradaptasi, dan membantu klien
menerima tujuan-tujuan tersebut.

B. Saran

Untuk membangun konsep diri, kita harus belajar menyukai diri sendiri,
mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang
lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.

Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam
memahami konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri
penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan
dalam hidup.

18
DAFTAR PUSTAKA

Heriana, Pelapina. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang


Selatan: Karisma Publishing, 2014.

Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing edisi 7 buku 2. Jakarta :


Salemba medika.

19

Anda mungkin juga menyukai