Dosen Pengampu:
DISUSUN OLEH:
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nikmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia II di Jurusan Keperawatan Singkawang.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns.
Nurbani, M.Kep selaku dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah
ini. Rekan-rekan dan semua pihak yag telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya pada makalah ini,
dan kami berharap semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati saran dan kritik dari
pembaca guna peningkatan pembuatan laporan pada tugas yang lain diwaktu
mendatang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
D. MANFAAT
Diharapkan dengan makalah ini kita semua dapat lebih mengetahui
dan memahami konsep harga diri serta megerti konsep dari asuhan
keperawatan harga diri.
2
BAB II
ISI
3
B. Komponen Konsep Diri
1) Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang
bersumber dari observasi dan penelitian yang merupakan sintesis dari
semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Identitas meliputi perasaan internal akan idividualitas, menyeluruh
dan konsistensi seseorang pada waktu dan situasi yang berbeda. Identitad
menunjukan batasan dan pemisahan dari yang lainnya menjadi diri sendiri
atau hidup dalam kehidupan nyata merupakan dasar dari identitas yang
benar. Individu pertama kali mengidentifikasi figure orang tua, kemudian
dengan model peran lainnya seperti guru dan teman sebaya. Untuk
membentuk identitas, seseorang anak harus dapat menyatukan prilaku
yang telah dipelajari dan harapan kedalam satuan yang saling terkait,
konsisten , dan unik. (Erikson, 1963).
2) Citra Tubuh
Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepi dan perasaan tentang ukuran,
bentuk dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan dimasa lalu.
Perilaku yang berkaitan dengan tubuh termasuk penampilan,
struktur atau fungsi fisik. Rasa terhadap citra tubuh termasuk semua yang
berkaitan dengan seksualitas, feminitas, dan maskulinitas, berpenampilan
muda , kesehatan dan kekuatan fisik.
Beberapa penyimpangan citra tubuh berhubungan dengan
gangguan psikologi, seperti anoreksia nerfosa. Perawat harus waspada
bahwa sebagian besar laki-laki dan wanita mengalami beberapa tingkat
ketidak puasan terhdap tubuhnya, yang dapat mempengaruhi citra tubuh
dan konsep diri secara keseluruhan.
3) Harga Diri
Harga diri adalah penelitian terhadap hasil yang dicapai dengan
analisis, sejauh mana prilaku mempengaruhi idialisme diri. Jika individu
4
selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika
mengalami kegagalan cenderung harga diri menjadi rendah. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Harga diri adalah perasaan individu secara keseluruhan tentang
harga diri atau pernyataan emosional dari konsep diri. Hal ini merupakan
dasar dari evaluasi diri karena mewakili keseluruhan pendapat tentang
penghargaan atau nilai personal. Harga diri bersifat positif saat seseorang
merasa mampu, berguna dan kompeten ( Rosenberg, 1965). harga diri
seseorang anak berhubungan dengan penelianan anak terhadap
efektifasinya di sekolah, dalam keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Mempertimbangkan hubungan antara konsep dan ideal diri aktual
seseorang akan meningkat pemahaman harga diri.
Seseorang yang konsep dirinya mendekati ideal dirinya akan
memiliki harga diri yang tinggi, sedangkan seseorang yang konsep dirinya
berbeda jauh dari ideal dirinya akan memiliki harga diri yang rendah.
4) Idealisme Diri
Merupakan presepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar prilaku. Idealisme diri akan
mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
5) Peran Diri
Merupakan pola sikap, prilaku nilai yang dihapakan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat. Cara individu melakukan peran
yang berarti peran yang dimaksud mengcakup peran sebagai orang tua,
pengawas, atau teman dekat. Peran yang diikuti individu dalam berbagai
situasi mencakup sosialisasi terhadap harapan atau standar prilaku.
Polanya bersifat stabil dan berubah secara minimal selama masa dewasa.
Perilaku peran sosial yang ideal biasanya sulit dicapai dalam
kehidupan nyata individu memiliki peran berganda dan kebutuhan
personal yang terkadang menimbulkan konflik.
5
C. Tahap Perkembangan Konsep Diri
Pengertian perkembangan menujukan pada suatu proses ke arah yang lebih
sempurna dan tidak begitu saja dapat diulangi kembali. Perkembangan
menunjukan pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali
(Werner, 1969)
Perawat mengajar untuk mengenali kegagalan individu dalam mencapai
tahapan perkembangan yang sesuai umur, atau penurunan individu pada tahap
awal dalam suatu periode krisis. Pemahaman tentang hal ini membuat perawat
mampu memberikan pelayanan individual dan menentukan intervensi
keperawatan yang sesuai.
Perkembangan konsep diri merupakan suatu proses seumur hidup yang
komplek melibatkan banyak faktor. Teori perkembangan psikososial (Erikson,
1963) menunjukan kegunaanya dalam memahami tugas utama yang dihadapi
individu pada berbagai tahapan perkembangan. Setiap tahapan membangun tugas
untuk tahap sebelumnya.keberhasilan menyelesaikan setiap tahap akan
membentuk konsep diri yang kuat.
Erikson membagi perkembangan hidup manusia dilihat dari aspek
psikososial menjadi beberapa fase atas dasar proses tertentu besar akibatnya.
Proses ini dapat berkahir baik atau tidak baik. Adapun masa-masa perkembangan
yaitu :
1) Masa bayi (infan) 0-1 tahun
Ditandai dengan adanya kecendrungan trust-mistrust perilaku bayi
didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-
orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi
orang yang dianggap asing, dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena
itu kadang-kadang bayi menangis bila dipangku oleh orang yang tidak
dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kedapa orang asing, tetapi juga
kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan
sebagainya. Kalau menghadapi situasi tersebut seringkali bayi menangis.
2) Masa Kanak-Kanak Awal (Early Childhood) 1-3 Tahun
6
Ditandai dengan adanya kecenderungan autonomy-shame and
hesitating pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa
berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari
botol sendiri tanpa ditolong orang tuanya, tetapi dipihak lain dia juga
telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga
seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
3) Masa Pra-sekolah ( Preschool age) 3-6 tahun
Ditandai adanya kecenderungan inisiatif feels-guilty. Pada masa
ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan tersebut
dia dorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak
tersebut masih terbatas, adakalahnya dia mengalami kagagalan.
Kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan
untuk sementara waktu dia tidak mau berinisiatif atau berbuat.
4) Masa Sekolah (School Age) 6-12 tahun
Ditandai adanya kecenderungan industri inferiority sebagai
kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak
sangat aktif mempelajari apasaja yang ada di lingkungannya. Dorongan
untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi
di pihak lain karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya
kadang-kadang dia menghadapi kesulitan, hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
5) Masa Remaja (Adolescence) 13-18 tahun
Ditandai adanya kecenderungan identity confusion sebagai persiapan
kearah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan yang
dimilikinya. Dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identidas
dirinya, ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan
memperlihatkan identitas dirinya pada para remaja sering kali sangat ekstrim
dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai
penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang
kuat disuatu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang
besar terhadap kelompok sebayanya diantaranya kelompok sebaya mereka
7
mengadakan pembagian peran, dan sering kali mereka sangat patuh terhadap
peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
6) Masa Dewasa Awal (Young Adulthood)
Ditandai adanya kecenderungan intimacy-isolation. Kalau pada masa
sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebayanya,
namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah
mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang
tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk
hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau
renggang dengan yang lainnya.
7) Masa Dewasa (Adulthood)
Ditandai dengan adanya kecenderungan generatifity-stagnation.
Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah
mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuan
cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan
individu sangat cepat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu
sangat luas, tetapi dia tidak dapat mungkin menguasai segala jenis ilmu
dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Untuk mengerjakan atau mencapai hal-hal tertentu ia mengalami
hambatan.
8) Masa Dewasa Akhir (senescence)
Ditandai adanya kecenderungan ego intregity-despair. Pada masa ini
individu telah memiliki kesatuan atau integrasi pribadi, semua yang telah
dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah
mapan disuatu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin
ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi
karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai.
Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi
masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan
dorongan tersebut, sehingga keputusan sering kali menghantuinya.
Harga diri biasanya sangat tinggi pada anak-anak kemudian
8
menurun selama masa remaja, meningkat secara bertahap selama masa
dewasa, dan menurun lagi pada usia lanjut (Robin et al., 2002). walaupun
perubahan berfariasi, tetapi secara umum bentuk ini dipengaruhi oleh jenis
kelamin, status sosial ekonomi dan etnik. Anak-anak biasanya melaporkan
memiliki harga diri yang tinggi karena perasaan diri mereka
dikembangkan oleh berbagai sumber yang sangat positif, dan penyebab
penurunannya biasanya berhubungan dengan mulainya diterima informasi
yang lebih realistis tentang diri mereka.
Individu berfokus meningkatkan produktivitas dan kreatifitas saat
bekerja, dimana pada saat yang bersamaan mempromosikan dan
mengajarkan generasi berikutnya. Selain pada masa kanak-kanak
pertengahan usia 60-an juga menunjukan level harga diri sepanjang masa
kehidupan. Penurunan konsep diri pada usia lanjut ini merefleksikan
berkurangnya kebutuhan akan promosi diri dan pergeseran konsep diri
kepada pandangan kesederhanaan dan keseimbangan diri mengidentifikasi
interfensi keperawatan yang spesifik berdasarkan kebutuhan khusus klien
pada berbagai tahap kehidupan merupakan hal penting.
9
4) Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan fisik yang merupakan
segala sarana yang dapat menunjang perkembangan konsep diri sedangkan
lingkungan psikologis adalah segala lingkungan yang dapat menunjang
kenyamanan dan perbaikan psikologis yang dapat mempengaruhi perkembangan
konsep diri.
5) Stresor, dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan
ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat, maka akan menimbulkan depresi,
menarik diri, dan kecamasan.
6) Pengalaman sukses dan gagal, adanya kecenderungan riwayat sukses akan
meningkatkan konsep diri, demikian pula sebaliknya.
7) Usia, keadaan sakit dan trauma misalnya usia tua, keadaan sakit akan
mempengaruhi presepsi dirinya
10
1. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu
2. Tidak mau berkaca
3. Menghindari diskusi tentang topik dirinya
4. Menolak usaha rehabilitasi
5. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
6. Mengingkari perubahan pada dirinya
7. Peningkatan ketergantungan pada dirinya
8. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusan dan menangis.
9. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
10. Tingkat laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan minuman
beralkohol.
11. Menghindari kontak sosial.
12. Kurang bertanggungjawab.
Dalam mengkaji konsep dan harga diri, pertama perawat harus berfokus
pada setiap komponen konsep diri (identitas, citra tubuh, dan penampilan peran).
Pengkajian harus meliputi perilaku sugesif yang menunjukan perubahan konsep
diri atau harga diri, tekanan konsep diri actual dan potensial, dan juga pola
koping. Mengumpulkan data pengkajian yang komprehensif membutuhkan
11
sintesis informasi yang kritis dari berbagai sumber. Selain menggunakan
pertanyaan secara langsung, perawat juga bisa mengumpulkan banyak data
tentang konsep diri melalui pengamatan perilaku nonverbal klien dan
memperhatikan isi pembicaraan klien. Gunakan pengetahuan tentang tahap-tahap
perkembangan untuk menentukan area apa yang paling penting bagi klien, dan
tanyakan tentang semua aspek kehidupan individu.
Perilaku Koping
Orang-orang Terdekat
Harapan Klien
2. Diagnosa Keperawatan
12
diagnosis keperawatan tentang konsep diri bersifat kompleks. Seringkali, data
yang terisolasi merupakan karakteristik definisi untuk lebih dari satu diagnosis
keperawatan. Kesadaran bahwa klien sedang menunjukan karakteristik definisi
lebih dari satu diagnosis keperawatan membuat perawat harus mengumpulkan
data spesifik untuk memvalidasi dan membedakannya dari masalah yang
mendasarinya.
3. Perencanaan
13
Tujuan dan Hasil
Menetukan Prioritas
Perawatan Kolaborasi
14
Klien yang sedang menjalani pengobatan atau perubahan konsep diri akan
mendapat keuntungan dari kolaborasi antara kesehatan mental dan sumber daya
masyarakat dalam mempromosikan peningkatan kewaspadaan. Sumber daya
tambahan lainnya antara lain terapi fisik, terapi okupasi, perilaku sehat, pelayanan
umum, dan pelayanan pastoral. Pengetahuan tentang sumber daya yang tersedia
akan memudahkan dalam memilih rujukan yang sesuai.
4. Implementasi
Promosi Kesehatan
15
kedalam perilaku dan untuk membuat rujukan atau menyelnggarakan pengajaran
kesehatan yang dipperlukan.
Perawatan Akut
Pada tatanan perawatan akut biasanya akan terdapat lebih dari satu stresor,
yang selanjutnya dapat meningkatkan stresor bagi klien dan keluarga. Perawat
dalam tatanan perawatan akut juga menghadapi klien yang memerlukan adaptasi
terhadap perubahan citra tubuh sebagai akibat tindakan operasi atau perubahan
fisik lainnya. Karena memenuhi semua kebutuhan ini merupakan hal yang paling
sulit untuk dilakukan pada waktu berada di tatanan perawatan akut, maka rujukan
dan tindakan lebih lanjut yang sesuai, termasuk perawatan dirumah, juga menjadi
hal penting. Tetap sensitif terhadap tingkat penerimaan perubahan klien.
Mendorong konfrontasi dengan perubahan sebelum klien siap menunda
penrimaan klien.
16
mengidentifikasikan mekanisme koping yang positif dan negatif. Ciptakan
kesempatan yang menghasilkan keberhasilan, perkuat keterampilan dan kekuatan
klien, dan bantu klien mendapatkan bantuan yang diperlukan. Dorong klien untuk
membuat keputusan dan tindakan untuk mencapai tujuan dengan mengajarkan
klien berpindah dari mekanisme koping yang tidak efektif dan mengembangkan
strategi adaptasi yang efektif.
5. Evaluasi
17
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah kumpulan terintegrasi dari sikap yang disadari dan
tidak disadari serta presepsi tentang diri. Komponen dari konsep diri adalah
identitas, citra tubuh, dan penampilan peran. Setiap tahap perkembangan
melibatkan factor-faktor penting untuk perkembangan konsep diri yang sehat dan
positif. Citra tubuh merupakan gambaran mental dari tubuh seseorang dan tidak
selalu sesuai dengan struktur atau penampilan tubuh seseorang yang sebenarnya.
Stressor bagi citra tubuh meliputi perubahan pada penampilan, struktru, atau
fungsi tubuh yang disebabkan oleh perubahan perkembangan normal atau
penyakit.
B. Saran
Untuk membangun konsep diri, kita harus belajar menyukai diri sendiri,
mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang
lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam
memahami konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri
penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan
dalam hidup.
18
DAFTAR PUSTAKA
19