Anda di halaman 1dari 28

KONSEP DIRI

diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Jiwa I


dosen pengampu Siti Ulfah Rifa’atul Fitri,S.Kep.,Ners.,MNS

disusun oleh :

Afdhalun Nisa (302017002)


Asri Aprilianti (302017015)
Dimas Faisal. L. S (302017025)
Gina Fadilah (302017035)
Silviya Pebriyani (032016013)

S-1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
Jln. K.H Ahmad Dahlan No. 6 Bandung Telp. 022-7305269
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang membahas “Konsep Diri”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
serta dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan, baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis
dapat memperbaiki makalah ini.

Bandung, Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................. 3

2.1 Definisi Konsep Diri ..................................................................................... 3

2.2 Teori Perkembangan ...................................................................................... 3

2.3 Rentan Respons Konsep Diri......................................................................... 4

2.4 Komponen Konsep Diri................................................................................. 5

2.5 Proses Pengkajian .......................................................................................... 5

2.6 Tanda dan Gejala Gangguan Konsep Diri ................................................... 10

2.7 Penatalaksanaan Medis................................................................................ 11

BAB III PEMBAHASAN KASUS ....................................................................... 13

3.1 Kasus ........................................................................................................... 13

3.2 Pembahasan ................................................................................................. 13

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 24

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 24

4.2 Saran ............................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep diri merupakan hal yang kompleks dan abstrak, tidak dapat
diraba dan tidak berwujud. Diri merupakan onsep seseorang sebagai orang
yang berbeda dengan orang lain dan objek disekitarnya, terpisah dari
orang lain dan objek tetapi merupakan manusia yang utuh.
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat
untuk mengerti perilaku dan pandangan klien tentang diri, masalah serta
lingkungannya. Respon individu terhadap stresor atau stimulus dapat
dianalisis dari berbagai komponen konsep diri sehingga perawat dapat
merencanakan asuhan yang lebih tajam dan berkualitas. Didalam
perawatan kesehatan mental-psikiatri hal ini menjadi topik utama yang
harus diperhatikan sehingga asuhan keperawatan yang diberikan bersifat
komprehensif dengan memmandang manusia secara utuh baik bio-psiko-
sosial maupun spiritual.
Konsep diri merupakan konsep kritis yang perlu dimengerti oleh
semua profesi yang berhubungan dengan manusia (helping profesional).
Perawatan klien dengan gangguan konsep diri diperlukan dalam merawat
klien pada setiap tatanan pelayanan yaitu di masyarakat, dirumah sakit
umum atau dirumah sakit jiwa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari konsep diri?
2. Bagaimana teori perkembangan dari konsep diri?
3. Bagaimana rentang respon dari konsep diri?
4. Apa saja komponen dari konsep diri ?
5. Bagaimana proses pengkajian pada kasus dengan gangguan konsep diri?
6. Bagaimana tanda dan gejala dari gangguan konsep diri?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien dengan gangguan konsep
diri ?

1
2

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konsep diri.
2. Untuk mengetahui bagaimana teori perkembangan dari konsep diri.
3. Untuk mengetahui bagaimana rentang respon dari konsep diri.
4. Untuk mengetahui komponen dari konsep diri.
5. Untuk mengetahui bagaimana proses pengkajian pada kasus dengan
gangguan konsep diri.
6. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari gangguan konsep diri.
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien dengan
gangguan konsep diri .
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Konsep Diri


Konsep diri sebagai keseluruhan ide, pikiran, kepercayaan dan
keyakinan yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu tersebut dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk disini
adalah persepsi individu terhadap sifat dan kemampuannya, interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. (Stuart. W. Gail: 2015)
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang dirinya sendiri,
merupakan gambaran tentang diri dan gabungan kompleks dari perasaan,
sikap dan persepsi baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Konsep
diri juga merupakan representasi psikis individu, pusat dari “aku” yang
dikelilingi dengan semua persepsi dan pengalaman terorganisir. (Heather,
T. Herdman: 2015-2017).

2.2 Teori Perkembangan


Secara umum konsep diri belum ada saat bayi dilahirkan tetapi
konsep diri ini berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan
dapat membedakan dirinya dengan orang lain dan objek disekitarnya
sebagai individu yang terpisah.
Perkembangan konsep diri terpacu cepat dengan perkembangan
bicara. Nama dan panggilan merupakan aspek bahasa yang utama dalam
membantu perkembangan identitas. Dengan memanggil namanya anak
mengartikan dirinya secara istimewa, unik dan mandiri. Konsep diri
dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhungan dengan orang
lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana
individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Keluarga
mempunyai peran penting dalam membantu perkembangan konsep diri
terutama pada pengalaman masa kanak-kanak. (Stuart dan Sudeen,1991)

3
4

2.3 Rentan Respons Konsep Diri


Respon individu terhadap konsep diri yang berfluktuasi sepanjang
rentang respons dari aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status
depersonalisasi yang paling maladaptif. Kerancuan identitas merupakan
kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi di masa
kanak-kanak ke dalam kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing
terhadap diri sendiri. Individu mengalami kesulitan membedakan diri
sendiri dengan orang lain, ia merasa asing dan tidak nyata. Hal ini sering
berhubungan dengan ansietas individu pada tingkat panic dan kegagalan
dalam uji realita.

Keterangan :

a. Aktualisasi diri : pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman sukses.
b. Konsep diri positif : apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam perwujudan dirinya.
c. Harga diri rendah : perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berdaya dan pesimis.
d. Kerancuan identitas : kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
indentifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososisal dewasa
yang harmonis.
e. Dipersonalisasi : perasaan tidak realistis dalam kegiatan dari diri sendiiri,
kesulitan membedakan diri sendiri, merasa tidak nyata dan asing baginya.
5

2.4 Komponen Konsep Diri


Konsep diri sendiri, terbagi menjadi beberapa komponen yaitu :
a. Citra Tubuh
Citra tubuh adalah persepsi seseorang tentang tubuhnya, baik secara
internal maupun eksternal. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan
seseorang tentang sifat-sifat fisik dan kemampuan yang dimiliki dan
oleh persepsi orang lain terhadap dirinya. Citra tubuh dipengaruhi juga
oleh perkembangan kognitif dan pertumbuhan fisik. (Heather, T.
Herdman: 2015-2017)
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi seseorang tentang bagaimana dia seharusnya
berperilaku berdasarkan standar pribadi, aspirasi, tujuan atau nilai
personal tertentu. (Stuart. W. Gail : 2015)
c. Harga Diri
Harga diri adalah perasaan tentang nilai, harga atau manfaat dari diri
sendiri yang berasal dari kepercayaan positif atau negatif seorang
individu tentang kemampuannya dan menjadi berharga. Peran Diri
Peran diri adalah seperangkat perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai
kelompok sosial yang berbeda. (Stuart. W. Gail: 2015)
d. Indentitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. (Heather, T. Herdman:
2015-2017)

2.5 Proses Pengkajian


a. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua,
harapan orangtua tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain,
dan ideal diri yang tidak realistis.
6

2. Faktor yang memengaruhi peran di masyarakat umumnya peran


seseorang sesuai dengan jenis kelaminnya. Apabila tidak sesuai maka
akan menimbulkan konflik peran dan peran tidak sesuai muncul dari
faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria.
Peran yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah
peran.
3. Faktor yang memengaruhi identitas diri meliputi ketidakpercayaan,
tekanan dari teman sebaya dan perubahan structural sosial. Orangtua
yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang
percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa
bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Teman sebaya merupakan
faktor lain yang berpengaruh pada identitas.
b. Faktor Presipitasi
1) Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari alam atau
faktor dari luar individu (internal or eksternal sources) yang dibagi
5 kategori :
a) Ketegangan peran, adalah stress yang berhubungan dengan
frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang
diharapkan
b) Komplik peran, ketidaksesuaian peran antar yang dijalankan
dengan yang diinginkan
c) Peran yang tidak jelas, kurang pengethuan individu tentang
peran yang dilakukannya
d) Peran berlebihan, kurang sumber yang adekuat untuk
menampilkan seperangkat peran yang komplek
e) Perkembangn transisi, yaitu perubahan norma yang berkaotan
dengan nilai untuk menyesuaikan diri
2) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya orang
penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian
orang yang berarti
3) Transisi peran sehat-sakit yaitu peran yang diakibatkan oleh
keadaan sehat atau sakit. Transisi ini dapat disebabkan :
7

a) Kehilangan bagian tubuh


b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi
tubuh
c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan
d) Prosedur pengobatan dan perawatan
4) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan,
ketidakseimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan obat, alkohol
dan zat.
c. Respon Fisiologis
1. Napas pendek
2. Nadi dan tekanan darah naik
3. Mulut kering
4. Anoreksia
5. Diare/konstipasi
6. Gelisah
7. Berkeringat
8. Tremor
9. Sakit kepala
10. Sulit tidur
d. Respon Perilaku
1. Harga Diri Rendah
1) Mengkritik diri sendiri/orang lain
2) Produktivitas menurun
3) Gangguan berhubungan
4) Merasa diri paling penting
5) Destruktif pada orang lain
6) Merasa tidak mampu
7) Merasa bersalah dan khawatir
8) Mudah tersinggung/marah
9) Perasaan negatif terhadap tubuh
10) Ketegangan peran
8

11) Pesimis menghadapi hidup


12) Keluhan fisik
13) Penolakan kemampuan diri
14) Pandangan hidup bertentangan
15) Destruktif terhadap diri
16) Menarik diri secara sosial
17) Penyalahgunaan zat
18) Menarik diri dari realitas
2. Kerancuan Identitas
1) Tidak ada kode moral
2) Kepribadian yang bertentangan
3) Hubungan interpersonal yang eksploitatif
4) Perasaan hampa
5) Persaan mengambang tentang diri
6) Kerancuan gender
7) Tingkat ansietas tinggi
8) Tidak mampu empati terhadap orang lain
9) Masalah
e. Respon Kognitif
Respon kognitif pada klien dengan gangguan konsep diri sebagai berikut:
1. Lapang persepsi menyempit
2. Tidak mampu menerima rangsang luar
3. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
f. Respon Afektif
1. Mengalami kehilangan identitas
2. Perasaan terpisah dari diri sendiri
3. Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu
4. Perasaan tak realistis
5. Rasa terisolasi yang kuat
6. Kurang rasa kesinambungan dalam diri
7. Ketidakmampuan untuk mencari kesenangan atau perasaan
g. Penilaian Stresor
9

Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis, sosiologis


atau fisiologis namun yang masih penting adalah persepsi klien terhadap
ancaman.
h. Sumber Koping
Individu mempunyai beberapa kemampuan yang dimiliki dengan
memberikan kesempatan dan menguatkan tersebut dapat meningkatkan
kepercayaan diri individu.
i. Mekanisme Koping
Penggunaan mekanisme koping untuk melindungi diri dalam menghadapi
persepsi yang menyakitkan meliputi pertahanan koping jangka pendek
atau jangka panjang dan pertahanan ego.
1. Pertahanan jangka pendek
1) Aktivitas pelarian sementara dan krisis, contohnya ikut music rock,
balap mobil dan obsesi nonton televisi.
2) Aktivitas sebagai pengganti identitas, contohnya ikut kelompok
tertentu untuk dapat identitas yang sudah dimiliki kelompok
tertentu.
3) Aktivitas memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap
konsep diri/identitas diri yang kabur, contohnya mengikuti
kompetisi, prestasi akademi dan kontes.
4) Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, contohnya penjelasan
keisengan akan menurunkan kegairahan.
2. Pertahanan jangka panjang
Pertahanan jangka panjang mencakup penutupan identitas dan identitas
negatif. Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi
koping jangka panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan
integritas ego-identitas dan keunikan individu. Identitas negatif
merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering dilakukan adalah fantasi,
disosiasi, isolasi, proyeksi dan displacement.
10

2.6 Tanda dan Gejala Gangguan Konsep Diri


1) Gambaran Diri (Body Image)
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan
terjadi
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh
d. Persepsi negatif tentang tubuh
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
f. Mengungkapkan keputusaasaan dan ketakutan
2) Ideal Diri (Self Ideal)
a. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misal: saya
tidak dapat menjadi seorang model lagi karena bekas operasi di
wajah.
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya saya
pasti bisa sembuh padahal prognosis penyakitnya buruk.
3) Harga Diri
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakti dan akibat
tindakan terhadap penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
c. Merendahkan martabat.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri.
e. Percaya diri kurang. klien sukar mengambil keputusan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
4) Peran Diri
a. Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan
menampilkan peran.
b. Mengingkari atau menghindari peran.
c. Kegagalan transisi peran.
d. Ketegangan peran.
e. Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran.
f. Proses berkabung yang tidak berfungsi.
11

g. Kejenuhan pekerjaan.
5) Identitas Diri
a. Tidak ada percaya diri.
b. Sukar mengambil keputusan.
c. Ketergantungan.
d. Masalah dalam hubungan interpersonal.
e. Ragu/ tidak yakin terhadap keinginan.
f. Proyeksi (menyalahkan orang lain).

2.7 Penatalaksanaan Medis


Kasus dengan klien harga diri rendah termasuk dalam kelompok penyakit
skizoprenia, jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan diantaranya adalah
sebagai berikut :
1) Psikoterapi
Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama
dan merupakan bagian penting proses terapeutik, upaya dalam
psikoterapi yaitu memberikan rasa aman dan tenang. Menerima
klien apa adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada
klien.
2) Terapi Somatik
a. Elektro Convulsif Therapi (ECT)
Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal
yang menghasilkan efek terapi dengan menggunakan arus listrik
berkekuatan 75-100 volt. Cara kerja belum diketahui secara jelas
namun dapat dikatakan bahwa therapi convulsif dapat
memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat mempermudah
kontak dengan orang lain, indikasi ECT yaitu depresi berat dan bila
therapi obat-obatan belum berhasil (gangguan berpolar), klien yang
sangat mania, hiperaktif, klien resiko tinggi bunuh diri, psikosis
akut, skozoprenia.
b. Pengkajian Fisik
12

Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi.


Pengekangan mekanik dilakukan dengan menggunakan manset
untuk pergelangan tangan dan kaki serta seprei pengekang.Isolasi
yaitu menempatkan klien dalam suatu ruangan tertentu di rumah
sakit. Indikasi: Pengendalian prilaku amuk yang membahayakan
diri dan orang lain. Kontra indikasi: resiko tinggi bunuh diri,
hukuman.
3) Psikofarmakoterapi
a. Haloperidol
Indikasi digunakan untuk pengobatan psikosa, mengobati
masalah perilaku yang berat pada anak-anak yang berhubungan
dengan keadaan yang tiba-tiba meledak, mengontrol mual dan
muntah yang berat dan kecemasan berat. Kontra indikasi:
hiperaktif, galaukoma, hamil dan menyusui, efek samping yaitu
anemia, mulut kering, mual dan muntah, konstipasi, diare,
hipotensi, aritmia cordis, takikardi, eksrapiramidal, penglihatan
berkabut.
b. Cloropromazin
Indikasi digunakan untuk mengendalikan mania, terapi
schizofrenia, mengendalikan mual dan muntah, menghilangkan
kegelisahan dan ketakutan sebelum operasi, porforia intermiten
akut.
4) Terapi Modalitas
Terapi Okupasi: Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk
mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau
juga yang segala dipilih dengan maksud untuk memperbaiki,
memperkuat dan meningkatkan harga diri.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Kasus
Ibu M adalah wanita 32 tahun sudah menikah berpenampilan menarik,
telah dirawat di rumah sakit umum karena histerektomi total. Riwayat
penyakitnya disajikan dalam konferensi keperawatan karena dia membuat banyak
tuntutan dan manajer perawat mencatat bahwa banyak anggota staf yang
menghindar untuk merawatnya. Ibu M telah menikah selama 2 tahun dan tidak
memiliki anak. Hasil observasi menunjukan bapak M tidak pernah mengunjungi
istrinya, meskipun ia berbicara dengan ibu M melalui telepon. Ibu M mengeluh
bahwa ia tidak bisa tidur dimalam hari dan sering memanggil perawat untuk
permintaan yang tampaknya kecil. Ibu M telah membina hubungan dengan slah
seorang perawat, dan mampu menjelaskan beberap keprihatinan ibu M.

Ibu M tampaknya memiliki tingkat ansietas berat terkait histerektomi. Dia


takut efek operasi pada keinginan seksualnya, daya tarik, dan kemampuan untuk
melakukan hubungan intim dan melayani suaminya. Tanpa organ reproduksi, dia
mengatakan, dia akan merasa “tidak adekuat dan tidak lagi seperti seorang
wanita”. Dia mengatakan bahwa dia dan suaminya merencanakan untuk memiliki
anak, dan dia bertanya-tanya apakah suaminya akan meninggalkannya di masa
depan. Dia juga takut bahwa histerektomi akan menyebabkan dia kehilangan
kecantikan di masa mudanya.

3.2 Pembahasan
1. Definisi, faktor predisposisi dan faktor presipitasi, tanda dan gejala
a. Definisi
Konsep diri sebagai keseluruhan ide, pikiran, kepercayaan dan
keyakinan yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu tersebut dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk
disini adalah persepsi individu terhadap sifat dan kemampuannya,
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan
dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. (Stuart. W.
Gail: 2015)

13
14

b. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


Berdasarkan kasus yang menjadi faktor presipitasi adalah tindakan
histerektomi total dimana klien kehilangan rahimnya sehingga klien
mengalami tingkat ansietas berat karena klien takut pada efek operasi
yang dijalaninya terkait dengan kehidupan klien selanjutnya.
c. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala berdasarkan kasus diantaranya adalah
1) klien mengeluh tidak bisa tidur di malam hari
2) klien mengatakan takut akan efek operasi pada keinginan
seksualnya, daya tariknya, dan kemampuan untuk melakukan
hubungan intim dan melayani suaminya.
3) Klien mengatakan bahwa dia merasa tidak adekuat dan tidak lagi
seperti seorang wanita
4) klien mengungkapkan kekhawatirannya karena takut ditinggal
suaminya karena tidak bisa memiliki anak
5) klien juga takut efek operasi akan menyebabkan klien kehilangan
kecantikannya dimasa muda.
2. Penatalaksanaan
Dari segi obat-obatannya, karena klien mengeluh tidak bisa tidur di
malam hari bisa diberikan obat insomnia, dan untuk mengatasi gangguan
konsep dirinya bisa dilakukan dengan penatalaksanaan psikoterapi, dimana
psikoterapi ini merupakan bagian penting proses terapeutik. Upaya dalam
psikoterapi yaitu memberikan rasa aman dan tenang, menerima klien apa
adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara
verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada klien.
3. Aspek Etik dan Legal
Berdasarkan kasus, menurut kelompok ada beberapa aspek etik dan legal
yang dilanggar diantaranya :
a. Beneficience (bertindak untuk kebaikan pasien)
Beneficience artinya perawat memiliki kewajiban melakukan hal yang
tidak membahayakan pasien dan secara aktif berkontribusi bagi
15

keehatan dan kesejahteraan pasiennya. Sedangkan dikasus banyak


anggota staf yang menghindar untuk merawatnya.
b. Respect ( hak untuk dihormati)
Respect artinya perawat harus menghargai hak-hak pasien dimana
salah satunya adalah mendapatkan perawatan, sedangkan dikasus
banyak anggota staf yang menghindar untuk merawat klien.
c. Justice (keadilan)
Justice artinya perawat berkewajiban untuk berlaku adil kepada semua
pasien, sedangkan disini banyak perawat yang menghindar merawat
klien karena klien membuat banyak tuntutan.
4. Data lain yang harus dikaji
Data lain yang harus dikaji berdasarkan kasus salah satunya adalah riwayat
keluarga atau genogram minimal tiga generasi untuk menentukan apakah
ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kemudian riwayat
pengalaman menyakitkan atau penyakit dahulu yang berhubungan dengan
gangguan jiwa, tanda-tanda vital pasien karena dikasus disebutkan bahwa
klien mengalami ansietas berat sehingga biasanya ditandai dengan tanda-
tanda vital klien yang abnormal.
16

Asuhan Keperawatan Jiwa pada Ny. M (32 tahun) dengan Gangguan Konsep
Diri

I) PENGKAJIAN

1). Identitas Klien


Inisial : Ny. M
Umur : 32 tahun
Pendidikan Terakhir : tidak terkaji
Agama : tidak terkaji
Status Marital : Menikah

2). Faktor Predisposisi

a. Faktor yang mempengaruhi harga diri : Klien mengatakan dia takut jika
efek operasi membuat keinginan seksual,daya tarik, dan kemampuan untuk
melakukan hubungan intim dan melayani suaminya terganggu sedangkan
klien dan suaminya berencana untuk memiliki anak. Klien juga cemas jika
suaminya akan meninggalkannya dimasa depan.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran : klien mengatakan takut
bahwa histerektomi akan menyebabkan klien kehilangan kecantikan dan
masa mudanya.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri : Klien mengatakan merasa tidak
adekuat dan tidak lagi seperti seorang wanita.

3). Faktor Presipitasi

a. Konflik peran :klien telah dilakukan tindakan operasi histerektomi total,


sedangkan rencana klien dan suaminya ingin memiliki anak.
b. Situasi transisi peran : pada saat ini suami klien belum menemui klien di
RS, sehingga klien merasa takut bahwa suaminya akan meninggalkannya
dimasa depan.

4). Respon Fisiologis

a. Cemas/gelisah
17

b. Susah tidur

5). Respon Perilaku

1. Harga Diri Rendah

a. gangguan berhubungan

b. merasa tidak mampu

c. perasaan negatif terhadap tubuh

2. Kerancuan Identitas

a. Tingkat ansietas berat

6). Respon Afektif

a. Perasaan takut

b. mengalami kehilangan identitas

7). Penilaian Stresor

Klien mengatakan khawatir bahwa suaminya akan meninggalkanya di masa


depan.

8). Sumber Koping


Klien telah membina hubungan dengan salah seorang perawat dan mampu
menjelaskan beberapa keprihatinan klien kepada perawat

9). Psikososial

Konsep diri :

a. Gambaran diri : klien merasa takut histerektomi akan menghilangkan


kecantikannya dan masa mudanya
b. Identitas diri : klien merasa tidak lagi seperti seorang wanita setelah
dilakukan histerektomi
18

c. Peran diri : klien merupakan seorang istri dan klien takut efek operasi akan
berpengaruh dalam keinginan seksualnya, kemampuan melakukan
hubungan intim dan melayani suaminya.
d. Ideal diri : klien dan suami memiliki rencana untuk memiliki anak, tapi
sekarang setelah dilakukan histerektomi ia takut suaminya akan
meninggalkannya. Klien takut histerektomi akan menyebabkan dia
kehilangan masa depannya.
e. Harga diri : klien takut suaminya akan meninggalkannya di masa depan

II. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Histerektomi total Harga diri rendah


situasional b.d gangguan
Klien mengatakan takut ↓
fungsional
jika efek operasi pada
Kehilangan fungsi
keinginan seksualnya,
tubuh
daya tarik dan kempuan
untuk melakukan ↓
hubungan intim dan
Tidak lagi seperti
melayani suaminya
seorang wanita
terganggu.
Klien mengatakan tidak ↓
adekuat lagi dan tidak
Harga diri rendah
lagi seperti seorang
wanita
B. Klien mengatakan
berencana ingin
memiliki anak
Do :
1. Klien telah dioperasi
19

histerektomi total
2. Suami klien tidak
terlihat mengunjungi
klien selama di RS dan
hanya berbica melalui
telepon

2 Ds : Histerektomi total Gangguan citra tubuh b.d


prosedur pembedahan
1. Klien mengatakan bahwa ↓
histerektomi akan
Perubahan fungsi
menyebabkan klien
tubuh
kehilangan kecantikan
dan masa mudanya. ↓
2. Klien berencana
Gangguan citra
berencana ingin
tubuh
memiliki anak bersama
suami

Do :

1. Klien telah dioperasi


histerektomi total

3 Ds : Histerektomi total Ansietas b.d stresor :efek


histerektomi
1. Klien mengatakan tidak ↓
bisa tidur dimalam hari
Efek histerektomi
2. Klien selalu bertanya-
tanya apakah suaminya ↓
akana meninggalkannya
Stresor
dimasa depan.
3. Klien mengatakan takut ↓
20

jika efek histerektomi Ansietas


mempengaruhi
keinginan seksualnya
dan melayani suaminya
Do :
1. Tn. M tidak pernah
mengunjungi istrinya,
dan hanya berbicara
lewat telepon
2. Klien memiliki tingkat
ansietas berat terkait
efek histerektomi total
yang dijalaninya

Diagnosa berdasarkan prioritas :

1. Harga diri rendah situasional b.d gangguan fungsional


2. Ansietas b.d stresor : efek histerektomi
3. Gangguan citra tubuh b.d prosedur pembedahan

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama klien: NY. M Dx Medis: konsep diri


No. Medrec: tidak terkaji Ruang: tidak terkaji
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosis Rasional
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi

Harga diri Tujuan umum: 1. Klien mampu 1. Monitor 1. Mengetahui


rendah Setelah dilakukan menerima apa frekuensi sejauh mana
situasional tindakan yang ada di verbalisasi klien
b.d keperawatan dirinya negatif mengalami
gangguan diharapkan harga 2. Klien mampu terhadap diri resiko harga diri
fungsional diri rendah berkomunikasi 2. Sampaikan/un rendah
situasional dapat secara mudah gkapkan 2. Menumbuhkan
21

teratasi tanpa ada yang kepercayaan kepercayaan


ditutup – diri pasien diri dalam
Tujuan Khusus:
tutupi dalam mengatasi
1.Verbalisasi 3. Klien mampu mengatasi situasinya saat
penerimaan diri menerima situasi ini
keadaan 3. Bantu pasien 3. Memberikan
2.Komunikasi
dirinya menemukan klien semangat
terbuka
4. Klien mampu penerimaan hidup untuk
3.Penerimaan mengetahui diri menerima
terhadap bagaimana (memberikan keadaannya
keterbatasan diri dirinya motivasi agar 4. Untuk
klien lebih mengetahui
4. Perasaan tentang
bersyukur perilaku yang
nilai diri
dengan menyimpang
keadaanya saat dari diri klien
ini)
4. Dukung pasien
untuk
mengevaluasi
perilakunya
sendiri
Ansietas Tujuan umum: 1. klien dapat 1. Gunakan 1. Untuk
b.d stresor : melakukan pendekatan mendapatkan
Setelah dilakukan
efek istirahat yang tenang kepercayaan
tindakan
histerektom dan dari klien.
keperawatan, 2. klien tidak
i meyakinkan 2. Agar klien
diharapkan ansietas merasakan
2. Berikan memiliki tujuan
klien dapat teratasi gelisah terus –
informasi hidup yang
menerus
Tujuan Khusus: faktual terkait realistis.
3. klien mampu diagnosis, 3. Untuk memberi
1. Dapat
mengungkapkan perawatan dan dukungan dan
beristirahat
masalah prognosis kekuatan
22

2. Tidak merasa prilakunya 3. Dorong kepada klien.


gelisah keluarga untuk 4. Agar klien
4. klien mampu
3. Masalah mendampingi dapat
mengungkapkan
perilaku klien dengan mengungkapka
rasa takutnya
4. Rasa takut yang cara yang tepat n apa yang
disampaikan 5. klien mampu (suami) dirasakannya.
secara lisan menyampaikan 4. Dengarkan 5. Untuk
5. Rasa cemas rasa cemasnya klien mengetahui hal
yang 5. Identifikasi apa yang
disampaikan pada saat membuat
secara lisan. terjadi tingkat
perubahan kecemasan
tingkat klien bertambah
kecemasan

Gangguan Tujuan Umum : 1. klien mampu 1. Bantu pasien 1. Agar klien


citra tubuh menggambarkan untuk dapat menerima
Setelah dilakukan
b.d bagaimana diri mendiskusikan kenyataan yang
asuhan
prosedur klien yang perubahan- terjadi padanya
keperawatan,
pembedaha sesungguhnya perubahan bagian saat ini.
gangguan citra
n tubuh disebabkan 2. Untuk
tubuh klien dapat 2. klien mampu
adanya membantu klien
teratasi menjelaskan
pembedahan mengatasi rasa
bagaimana
Tujuan Khusus : dengan cara yang cemasnya yang
tubuhnya yang
tepat dapat berakibat
1. Gambaran sekarang
stres.
internal diri 2. Bantu pasien
3. klien mampu 3. Untuk
2. Deskripsi untuk
menerima mengetahui
bagian tubuh mendiskusikan
keadaan tubuhnya sejauh mana
yang terkena stressor yang
yang sekarang klien menilai
[dampak] mempengaruhi
dirinya sendiri.
23

3. Kepuasaan 4. klien mampu citra diri terkait 4. Untuk


dengan fungsi menyesuikan dengan memastikan
tubuh fungsi tubuhnya pembedahan bahwa apakah
4. Penyesuaian ketika setelah lingkungan
3.Monitor
terhadap menjalani sosial dapat
frekuensi dari
perubahan pembedahan menerima klien
pernyataan
fungsi tubuh dengan
5. klien mampu mengkritisi diri
5. Penyesuaian keadaannya
menyesuiakan
terhadap tubuh 4.Tentukan yang sekarang.
tubuhnya ketika
akibat apakah perubahan 5. Untuk
sudah menjalani
pembedahan citra tubuh meyakinkan
pembedahan.
berkontribusi klien bahwa
pada peningkatan keluarga selalu
isolasi sosial mendukungnya.

5.Identifikasi
kelompok
pendukung
(suami dan
keluarga) yang
tersedia bagi
pasien
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Konsep diri sebagai keseluruhan ide, pikiran, kepercayaan dan keyakinan
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu tersebut
dalam berhubungan dengan orang lain. Termasuk disini adalah persepsi
individu terhadap sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan
serta keinginannya.
Secara umum konsep diri belum ada saat bayi dilahirkan tetapi konsep diri
ini berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan dapat
membedakan dirinya dengan orang lain dan objek disekitarnya sebagai
individu yang terpisah. Komponen konsep diri salah satunya adalah gambaran
diri (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri
(self role) dan identitas diri (self identity).

4.2 Saran
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk
mengerti perilaku dan pandangan klien tentang diri, masalah serta
lingkungannya. Didalam perawatan kesehatan mental-psikiatri hal ini menjadi
topik utama yang harus diperhatikan sehingga asuhan keperawatan yang
diberikan bersifat komprehensif dengan memmandang manusia secara utuh
baik bio-psiko-sosial maupun spiritual.

24
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden. 2013. Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Stuart. W. Gail. 2015. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart

Buku 1. Indonesia: Elsevier.

Moorhead, Sue dkk. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). Indonesia:

Elsevier.

Purwanto, Teguh. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Heather, T. Herdman. 2015-2017. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klarifikasi

Edisi 10. Jakarta: EGC.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2017-2018. Informasi Spesialite Obat Indonesia.

Yusuf, Ah dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:

Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai