Disusun oleh :
1. Alfika Dewi Wijayanti
P07120213001
2. Alvionita Rosa N
P07120213002
P07120213039
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN SKIZOFRENIA TAK TERINCI
PADA TN.W DENGAN HALUSINASI PENGLIHATAN
DI WISMA GATOTKACA RSJ.GRHASIA
Hari
Tanggal :
Tempat :
Mengetahui,
Pembimbing Lapangan
Pembimbing Akademik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
Skizofrenias tak terinci dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi
penglihatan.
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Skizofrenia tak terinci
Menurut Arif (2006), skizofrenia tak terinci merupakan sejenis
skizofrenia dimana gejala-gejala yang muncul sulit dihubungkan
dengan skizofrenia lainnya. Skizofrenia tak terinci dikarakteristikkan
dengan prilaku yang disorganisasi dan gejala-gejala psikologis yang
mungkin memenuhi lebih dari satu tipe atau kelompok kriteria
skizofrenia.
Menurut Lisa (2008), skizofrenia tak terinci didiagnosis dengan
memenuhi kriteria umum untuk diagnos skizofrenia, tidak memenuhi
kriteria untuk skizofrenia paranoid; hebefrenik; katatonik dan tidak
memenuhi kriteria untuk skizofrenia tak terinci atau depresi pasca
skizofrenia.
Tanda dan gejala yang timbul pada pasien dengan skizofrenia
sebagai berikut:
a. Gejala positif
1) Waham
2) Halusinasi
3) Kekacauan alam pikir
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, gembira berlebihan,
agresif, mondar mandir, bicara dengan semangat
5) Pikiran penuh dengan kecurigaan
6) Menyimpan rasa permusuhan
b. Gejala negatif
1) Alam perasaan: tumpul atau datar
2) Menarik diri
3) Kontak emosional amat miskin atau pendiam
4) Pasif, apatis
5) Sulit dalam berpikir abstrak
6) Pola pikir sterotipy
Halusinasi
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi
sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi
yang paling sering adalah halusinasi pendengaran (auditory-hearing
voices or sounds), penglihatan (visual-seeing persons or things),
penciuman
(olfactorysmelling
odors),
pengecapan
(gustatory-
2. Etiologi
Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti
skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan kondisi yang
berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi dapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik
dengan gangguan metabolik.
Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai
pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi
dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat
terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas.
Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu normal
yaitu pada individu yang mengalami isolasi, gangguan sensorik seperti
kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada
pembicaraan. Penyebab halusinasi secara spesifik tidak diketahui
namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis,
psikologis, sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress
lingkungan, biologis, pemicu masalah sumber-sumber koping dan
mekanisme koping.
Jadi,
terjadinya
dipengaruhi oleh
gangguan
multifaktor
sensori
baik
persepsi:
eksternal
maupun
halusinasi
internal
diantaranya:
a. Koping individu tidak adekuat
b. Individu yang mengisolasi diri dari lingkungannya
c. Ada trauma yang menyebabkan rasa rendah diri
d. Koping keluarga yang tidak efektif
e. Permasalahan yang ironik dan tidak terselesaikan
3. Patofisiologi
Halusinasi terjadi mulai karena individu mempunyai koping yang
tidak adekuat, mengalami trauma, koping kelurga yang tidak efektif,
hal-hal tersebut menyebabkan individu mempunyai harga diri rendah,
klien akan lebih banyak timbul depresi karena individu tersebut tidak
mengambil
jarak
dirinya
dengan
sumber
yang
d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam
jika klien mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon
lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
4. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri,
Orang lain dan lingkungan
Core
Akibat
Problem
6. Faktor Predisposisi
Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
1
daerah
frontal,
temporal
dan
limbikberhubungandenganperilakupsikotik.
2
Beberapazatkimia di otaksepertidopaminneurotransmitter
yang
berlebihan
dan
masalah-masalah
pada
systemreceptordopamindikaitkandenganterjadinyaskizofreni
a.
3
Pembesaranventrikel
dan
penurunanmassakortikalmenunjukkanterjadinyaatropi yang
signifikan pada otakmanusia. Pada anatomi otak klien
dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut
didukung oleh otopsi (post-mortem).
b
Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
7. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu
terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
a
Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
Sumber koping
Sumber
koping
mempengaruhi
menanggapi stressor.
respon
individu
dalam
8. Jenis Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
a
yang
luas
dan
kompleks.
Penglihatan
bisa
Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
9. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang
berada dalam rentang respon neurobiologi. Jika klien yang sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera,
maka klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca
indera walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.
Berikut
ini
rentang
respon
neurobiologis
dimana
halusinasi
1. Pikiran logis
2. Persepsi akurat
3. Emosi
konsisten dengan
pengalaman
4. Perilaku sesuai
5. Hubungan
sosial harmonis
Respon Maladaptif
1. Kadang
proses pikir
terganggu
2. Ilusi
3. Emosi
4. Perilaku tidak
biasa
5. Menarik diri
1. Gangguan
proses pikir
(Waham)
2. Halusinasi
3. Kerusakan
proses
4. Perilaku tidak
terorganisir
Perubahan motorik
Perubahan motorik dapat diobservasi pada klien dengan
gangguan orientasi realita dan sering dimanifestasikan secara
eksternal baik perubahan kognitif maupun persepsi,perubahan
motorik pada klien dengan gangguan orientasi realita dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan atau penurunan kegiatan
motorik.
Perubahan sosial
Jika berhubungan sosial tidak sehat dan menimbulkan
kecemasan yang meningkat maka individu akan merasa
kekosongan internal.
10. Penatalaksanaan
a
perhatian
dan
mendorong
pasien
untuk
dipanggil
dengan
apa.
Selanjutnya
perawat
Data subjektif
Data objektif
- Mendengar suara yang- Mengarahkan telinga
menyuruh
melakukan
suara
atau
bunyi
- Mendengar
mengajak
- Marah-marah tanpa
suara
yang
sebab.
cakap
- Mendengar
sendiri.
- Mulut komat-kamit.
seseorang- Ada gerakan tangan.
suara
yang
Halusinasi
Pengelihatan
meninggal,
tempat tertentu.
ke
arah tertentu.
pada
Halusinasi
Penghidu
monster.
objek yang dilihat.
- Mencium sesuatu seperti- Ekspresi
wajah
bau mayat, darah, bayi,
seperti
atau
bau
parfum
masakan,
yang
menyenangkan.
gerakan
cuping
hidung,
mencium
mengarahkan
hidung pada tempat
tertentu.
klien
serebrovaskuler.
- Merasakan ada sesuatu- Mengusap,
yang
mengerayangi
menggaruk-garuk,
meraba-raba
permukaan
halus.
Terlihat mengerak-
- Merasakan
sesuatu
dipemukaan
kulit,
kulit.
gerakan
seperti
badan
merasakan
gerakan.
Cenesthetic
makanan
rasa
tertentu
sesuatu.
mengecap
Gerakan
mengunyah,
meludah
sesuatu
muntah
dan
terlihat
&kinestetik
tubuhnya
tidak
dapat
menatap tubuhnya
halucinations
merasakan sesuatu
atau
yang
pembentukan
sensasi
urine
dalam
tubuhnya,-
perasaan
tubuhnya
ditubuhnya.
disorder
conquering
Mekanisme Koping.
comforting
condemning
controling
aneh
Perilaku
Halusinasi
benar-benar
riil
dirasakan
oleh
klien
yang
mendapatkan
respon
negative
ketika
mencoba
klien
pengalaman
enggan
aneh
untuk
menceritakan
halusinasinya.
Selain
pengalaman
data
tentang
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah
tersebut adalah :
1) Gangguan persepsi sosial: Halusinasi
2) Isolasi sosial: Menarik Diri
3) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
i.
Fokus Intervensi
Menurut Rasmun (2001) tujuan utama, tujuan khusus, dan
rencana tindakan dari diagnosa utama : resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi adalah sebagai berikut :
1 Tujuan umum
Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.
2 Tujuan khusus
a) TUK I : Klien dapat membina hubungan saling
percaya.
i.
ii.
Intervensi
-
hubungan
dasar
saling
untuk
percaya
memperlancar
dapat
menyebutkan
Intervensi
-
Observasi
tingkah
laku
klien
terkait
timbul
memudahkan
perawat
mengenal
halusinasi
menimbulkan/tidak
menimbulkan
munculnya
halusinasi
yang
mengendalikan
dapat
biasanya
halusinasinya,
menyebutkan
dilakukan untuk
klien
dapat
Intervensi
-
yang
sehingga
halusinasi
tidak
berlanjut.
-
Diskusikan
cara
baru
untuk
sempat
muncul,
meminta
untuk
(pengajian,
gotong
royong),
satu
cara
untuk
mengendalikan
Beri
kesempatan
stimulasi
persepsi
dapat
tanda
dan
tindakan
untuk
mengendalikan halusinasi.
ii.
Intervensi
-
dengan
dan
sopan
ramah.Rasional
keluarga.
bantuan
keluarga
Untuk
dalam
mendapatkan
mengontrol
halusinasinya.
-
Diskusikan
halusinasinya
pada
saat
misalnya
beri
kegiatan, jangan
halusinasi
dan
menambah
pengetahuan
ii.
Intervensi
-
Diskusikan dengan
klien
dan keluarga
dan
merasakan
waktunya,
benar
caranya,
benar
BAB II
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Hari/tanggal
Waktu
Tempat
Oleh
Sumber data
Metode
dokumentasi
1
Identitas Klien
Nama
: Tn.W
Umur
: 40th
TTL
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku/ Bangsa
: Jawa/ Indonesia
Alamat
: Berbah, Sleman
Agama
: Islam
Pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan
: Belum kawin
No. RM
: 00.8xx.81
Dx. Medis
: IV (Empat)
Identitas Penanggungjawab
Nama
: Tn.S
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Pendamping Panti
Alasan masuk
Pendamping mengatakan klien mengamuk, marah-marah dan terkadang
berperilaku aneh di Panti.
Faktor predisposisi-presipitasi
a. Predisposisi
1) Klien mengamuk di Panti Sosial tempat ia tinggal
2) Klien tidak ada riwayat pengobatan terputus
3) Anggota keluarga tidak ada yang menderita gangguan jiwa
4) Klien mengatakan tidak jadi menikah dengan pasangannya
karena beda agama
b. Presipitasi
1) Klien mengatakan dituduh merusak listrik milik tetangga
sehingga ia mengamuk
Pemeriksaan fisik
a
Tanda vital
TD
: 110/80 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
RR
: 20 x/menit
Ukuran
TB
: 164 cm
BB
: 52.5 kg
IMT
: 19.5 kg/m2
Keluhan fisik
Klien mengatakan pusing saat dilakukan pengkajian, kepala nyeri.
Psikososial
a
Genogram
Tn.W
Keterangan :
: perempuan
: laki-laki
: garis perkawinan
: garis keturunan
: tinggal satu rumah
: pasien (Tn.W)
: meninggal
Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai apa saja yang ada di tubuhnya.
2) Identitas
Pada tahun 2000, klien menjadi tukang las kapal di Batam.
Klien mengatakan dibawa ke batam oleh Ny.P, sepupunya.
Pada tahun 2001 klien pindah ke berbah menjadi laden tukang.
Klien mengatakan puas dengan statusnya sebagai laden tukang
dan tukang las. Klien mengatakan berhenti menjadi tukang las
karena matanya buram.
3) Peran
Klien sebelum dibawa ke RSJ tinggal di Panti Sosial Hafara
Tempuran. Tetapi sebelum tinggal di Panti, klien tinggal
bersama kakaknya dan berperan sebagai adik.
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin menikah tetapi belum ada calon yang
akan ia nikahi. Klien juga ingin lekas sembuh dan kembali
pada keluarga.
5) Harga diri
Klien merasa malu dan minder karena ia miskin. Klien merasa
paling miskin diantara orang-orang yang kaya.
c. Spiritual
Klien mengatakan selalu melakukan sholat 5 waktu di dalam
Wisma Gatotkaca. Klien memiliki alat ibadah sendiri di dalam
Wisama Gatotkaca, seperti: sarung dan sajadah.
7
Status mental
a
Penampilan
Penampilan klien sedikit tidak rapi, rambut tidak disisir, tetapi
menggunakan sandal/alas kaki, kuku di tangan sudah rapi
terpotong, kumis juga rajin dicukur.
Pembicaraan
Klien berbicara dalam batas normal. Klien bila berbicara berpidahpindah dari satu kalimat ke kalimat lainnya yang tidak ada
kaitannya (inkoheren). Contoh: ketika ditanya, Siapa yang
merusak kotak listrik?. Klien menjawab,Aku adalah seorang
intel.
Aktivitas motorik
Berdasarkan hasil observasi, terdapat gerakan-gerakan kecil pada
otot muka yang tidak terkontrol (tik). Klien sering melihat ke atas
ketika diajak berbicara. Terkadang juga klien tampak melamun saat
diajak berbicara.
Alam perasaan
Klien tampak biasa saja, tidak gelisah maupun khawatir. Hanya
saja klien merasa cepat bosan dengan duduk dan berdiam saja.
Kadang klien menengok ke kanan maupun kiri.
Afek
Mimik muka klien sesuai karena apabila diajak mengobrol yang
lucu dan diajak tertawa, klien akan tersenyum bahkan tertawa.
Persepsi
Klien mengalami halusinasi penglihatan. Klien mengatakan melihat
segerombolan bidadari dan laki-laki di langit saat siang hari di
langit, ketika malam hari timbul di eternit kamar. Klien
mengatakan senang jika ada bidadari-bidadari di langit karena
bidadari tersebut cantik dan sering tersenyum manis. Klien
mengatakan belum ingin menghilangkan bidadari tersebut.
Proses pikir
Klien memiliki proses pikir sirkumstansial, pembicaraan yang
berbelit-belit tetapi sampai juga pada tujuan pembicaraan.
Isi pikir
Klien merasa di kepalanya serta tengkuk bagian belakang seperti
ditarik ke atas oleh benang sehingga merasa pusing. Benang yang
menariknya seperti bundet dan terasa susah dihilangkan. Klien
mengatakan merasa terganggu dan ingin menghilangkan rasa sakit
tersebut.
Tingkat kesadaran
Klien dapat menyebutkan waktu, tempat dan juga situasi dengan
benar. Klien mengatakan pukul 12.30 WIB (siang hari), berada di
ruang Gatotkaca dan dalam situasi yang ramai.
Memori
Klien dapat mengingat dalam jangka panjang maupun jangka
pendek. Dalam jangka pendek, klien mengingat yang membawa ke
RSJ satu minggu yang lalu adalah pendamping Panti dan Polisi.
Selain itu, saat berkenalan dengan praktikan maka klien ingat nama
praktikan satu per satu.
m Kemampuan penilaian
Klien lebih mementingkan mandi dahulu sebelum makan sehingga
dapat dikatakan ia mengambil keputusan dengan tepat. Setelah
sholat subuh, klien lalu mandi dan dilanjutkan sarapan.
n
8. Kebutuhan Klien
a
Makan
Klien makan sesuai jadwal yaitu 3x/ hari dengan menu yang
bervariasi sesuai yang diberikan rumah sakit. Klien makan secara
mandiri. Sebelum makan klien mengatakan cuci tangan.
BAB/ BAK
Klien BAB secara rutin 1x/hari dan BAK secara mandiri. Klien
melakukan BAB dan BAK di toilet yang sudah disediakan di
Wisma Gatotkaca, setelah BAK dan BAB klien mengatakan
disiram sampai bersih.
Mandi
Klien mengatakan mandi 2x/hari di kamar mandi secara rutin dan
mandiri. Klien menggosok gigi dengan pasta gigi dan mandi
menggunkan sabun. Klien mempunyai sikat gigi yang disimpan
dibawah tempat tidur.
Berpakaian
Klien menggunakan pakaian berangkap. Tampak kancing baju
tidak
terkancing.
Klien
menggunakan
ikat
kepala.
Klien
Penggunaan obat
Klien mengonsumsi obat 2x/hari yaitu Haloperidol 1.5mg dengan
dosis 1-0-1, Trihexyphenidyl 2mg dengan dosis 1/2-0-1/2dan
Clozapine 25mg dengan dosis 0-0-1.
9. Mekanisme koping
Klien mengatakan jika kepalanya sakit kadang membenturkannya di
tembok.
mengatakan
tidak
mengetahui
penyebab
dirinya
sering
Data
Masalah
Gangguan
persepsi
DS:
-
halusinasi
fase
Klien mengatakan senang jika ada bidadaribidadari di langit karena bidadari tersebut
cantik dan sering tersenyum manis.
Klien
mengatakan
belum
ingin
Kontak
mata
kurang
karena
selama
DS:
DO:
-
Klien
memiliki
sirkumstansial,
proses
pikir
pembicaraan
yang
C. Diagnosa Keperawatan
1
DO:
DO:
-
D. Perencanaan
No.
1.
TUK 1:
saling
percaya
Ekspresi
wajah
bersahabat
Jelaskan tujuan
pertemuan.
Rasional
Hubungan
percaya
saling
merupakan
interaksi
TUK 2:
Setelah
dilakukan
interaksi
asuhan
selama
diharapkan
2x
klien
1.
bertahap.
singkat selain
upaya membina
hubungan saling
Bersedia mengungkapkan
percaya dapat
Dapat
memutus
menyebutkan
halusinasinya
2.
engenal perilaku
terhadap halusinasinya
timbul,
Klien
saat halusinasi
memudahkan
dalam melakukan
3.
yang sedang
engenal
berhalusinasi tanyakan
halusinasi
memungkinkan
intervensi
klien
menghindari
faktor timbulnya
halusinasi
situasi yang
4.
engan
menimbulkan atau
mengetahui
tidak menimbulkan
waktu, isi,
halusinasi
-
frekuensi
halusinasi,
terjadinya halusinasi
mempermudah
(pagi,siang,sore,malam
tindakan
keperawatanyang
jengkel, sedih)
akan dilakukan
perawat.
5.
M
engidentifikasi
pengaruh
mengungkapkan perasaan
halusinasi pada
klien
TUK 3:
Klien dapat mengontrol
halusinasi
dilakukan
keperawatan
interaksi
selama
diharapkan
dapat
asuhan
5x
klien
mengontrol
tindakan
untuk
siklus halusinasi.
yang
dilakukan
dapat
untuk
2. Reinforcement
positif
meningkatkan
mengontrol
timbulnya
halusinasi seperti
a
mengendalikan
Katakan
sambil
menutupi
wajah
Pergi,
kamu
tidak
nyata
pada
saat
cara baru.
halusinasi muncul.
b
dapat
halusinasinya.
-
memutus
1. Merupakan upaya
bagi klien
yang
mengendalikan halusinasi.
-
Klien
dapat
lain
untuk
bercakap-cakap
atau
mengatakan halusinasi
mengikuti
yang dilihat.
Membuat
jadwal
sehari-hari
agar
Meminta
keluarga/
4. Memotivasi dapat
meningkatkan
bertahap
keinginan
mengambil
misalnya
air
membersihkan
wudhu,
untuk
alat-alat
memilih
satu
klien
mencoba
salah
cara
keanggotaan dimasyarakat.
pengendalian
halusinasi.
5. Beri
kesempatan
melakukan
cara
klien
yang
dilatih
5. Memberi
kesempatan
kepadaklien
untuk
mencoba
1. Anjurkan
Klien
mendapat
dukungan
dalam
keluarga
mengontrol
halusinasinya
Setelah
dilakukan
keperawatan
asuhan
selama
interaksi
klien
dukungan
keluarga
mengontrol
1x
mendapat
dalam
dapat
mengontrol
klien
untuk
halusinasi
1. Untuk
mendapatkan
halusinasi.
bantuan keluarga
2. Diskusikan
dengan
keluarga tentang
halusinasinya
6. TAK
dalam
mengontrol
halusinasi.
2. Meningkatkan
pengetahuan
-
Klien
dapat
menjalin
tentang
halusinasi.
dengan perawat
b. Cara
-
Keluarga
dapat
yang
dilakukan
dapat
klien
dan
menyebutkan pengertian,
keluarga
untuk
memutus halusinasi.
mengendalikan halusinasi
yang
di
rumah,
kegiatan
jangan
biarkan sendiri.
d. Beri informasi tentang
kapan
pasien
memerlukan bantuan.
TUK 5:
Klien
memanfaatkan
dengan baik
Setelah
dilakukan
keperawatan
interaksi
dapat
asuhan
selama
5x
diharapkan
klien
memanfaatkan
obat
mengetahui
efek
samping
obat
klien
Klien
mampu
dan
apa
harus
dilakukan setelah
keluarga
menyebutkan
minum obat.
2. Bantu
prinsip
samping
Klien
dapat
klien
menggunakan
tahu
yang
1. Dengan
lama
benar.
3. dengan
menginformasikan
mengetahui
prinsip
obat
kemandirian klien
maka
tentang
-
pemakain
tanpa konsultasi
obat
pengobatan dapat
ditingkatkan
secara bertahap
2.
Gangguan
pikir:
somatic
obat.
Setelah dilakukan
interaksi
dapat
asuhan 1. Bina
selama
5x
klien
perkenalan
menunjukkan
sikap
tujuan
TUK 2:
saling
Ekspresi
bersahabat
buat
diri,
interaksi,
lingkungan
wajah
saling 1.
Mempermudah
diharapkan
hubungan
yang
kontrak
dalam
yang
jelas
2.
Meningkatkan
untuk
perasaannya
dengan perawat
Setelah dilakukan
selama
klien
klien
Mempermudah
perawat
dalam
dapat
diharapkan
mengontrol
klien
waham
Klien
melakukan
mengikuti
terapi
lanjutan
2. Ajarkan nafas dalam pada 2.
pasien
Menambah
kognitif
nafas dalam.
Klien
Klien
(guide
imagery)
-
Klien
mengurangi
Meningkatkan
kepala
tidak percaya
sakit
yang perawat
imagery
klien
pada
5. Mengurangi nyeri
mengikat
dirasakan
tidak
dalam
relaks
4. Diskusikan pada klien bahwa 4.
mengikuti
hipnoterapi
Nafas
mengikat
intervens
yang
dirasakan,
memberikan
rasa
nyaman
tenang
TUK 3:
Klien
Setelah
dilakukan
keperawatan
selama
asuhan
5x
klien
konsumsi,
Membantu
klien
memanfaatkan
dengan baik
obat
diharapkan
klien
memanfaatkan
obat
obat
yang
2.
Diskusikan
obat
konsultasi
akibat dosis.
tanpa 2.
pemakain
muncul
obat
Klien menyebutkan efek
samping
obat
yang
dikonsumsi
-
benar
Meningkatkan
kemandirian
dalam
tanpa konsultasi
klien
putus obat
Mencegah
konsumsi,
3. Mengurangi cemas
dikonsumsi,
ia
harus
klien
mengonsumsi
penggunaan obat.
Setelah dilakukan asuhan 1. Beri kesempatan mencoba 1.
TUK 4:
dapat
selama
diharapkan
melakukan
5x
klien
direncanakan
kemungkinan 3.
dapat
sistem
dilakukan
keperawatan
interaksi
asuhan
selama
diharapkan
1x
klien
dalam mengontrol
dengan
kriteria
hasil:
-
Klien
Membantu
klien
menentukan aktivitas
pelaksanaan di rumah
Meningkatkan
TUK 5:
memanfaatkan
klien
Klien
yang
kegiatan
Meningkatkan
klien
merawat
waham.
3. Bantu
keluarga
memberi 2.
Keluarga
yang
menjalin
lingkungan di rumah.
3.
Keluarga
adalah
Keluarga
dengan klien
4. Mengurangi resiko
dapat
menyebutkan pengertian,
tanda dan tindakan untuk
mengendalikan waham
terjadinya kambuh
5.
Meningkatkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan skizofrenia tak terinci pada Tn.W
dengan halusinasi penglihatan, didapatkan dua diagnose yaitu:
1. Gangguan prsepsi sensori: halusinasi penglihatan teratasi sebagian.
Tindakan yang sudah dilakukan adalah bina hubungan saling percaya,
mengenal halusinasi (penyebab, tanda dan gejala), mengontrol halusinasi
(menghardik, bercakap-cakap).
2. Gangguan proses piker: waham somatic teratasi sebagian.
B. Faktor Penghambat
Waham kuat
C. Faktor Pendukung
Klien kooperatif
Keluarga kooperatif
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Jakarta: EGC.
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5.
EGC: Jakarta
Yosep, I. 2011. Keperawatan jiwa. Edisi revisi. Revika Aditama : Bandung