Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KEPERAWATAN JIWA 2

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Sesi V: Mencegah Perilaku


Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat Pada Pasien Skizofrenia

DOSEN : HENNY LILYANTI

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

1. DEWI AYU WULANDARI D


2. DEWI HIKMATUS S
3. KURNIA ASIH
4. ANAH LAELASARI
5. SOSAN ELEN
6. RIZKI SETIAWAN
7. DENI RESTU
8. M. ALPIYAN S
9. FARHAN ABDURROHMAN
10. IKRA PRIYATNA

PRODI S1 KEPERAWATAN

TINGKAT 3A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIkes HORIZON KARAWANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

JL. BY PASS KM.1 TANJUNGPURA KARAWANG 2021

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul tentang Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Henny Lilyanti  pada Mata kuliah Keperawatan Jiwa 2. Selain itu, proposal ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara Mencegah Perilaku
Kekerasan pasien dengan Patuh Mengonsumsi Obat Pada Pasien
Skizofrenia  bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Henny Lilyanti, selak Dosen
Mata kuliah Keperawatan Jiwa 2  yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Dalam penyusunan proposal ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa proposal


ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis
yang terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi terciptanya proposal yang lebih baik lagi untuk masa mendatang

Karawang, 17 November 2021

Penulis

2
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis
yang ditandai dengan ganggguan komunikasi, gangguan realitas, resiko
perilaku kekerasan (RPK), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan fungsi
kognitif serta mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(Pardede, 2020). Skizofrenia merupakan gangguan mental berat dan kronis
yang menyerang 20 juta orang diseluruh dunia (WHO,2019). Di Indonesia
berdasarkan hasil Riskesdes (2018) didapatkan estimasi orevalensi orang
yang pernah menderita skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per 1000
penduduk.Skizofrenia menimbulkan distorsi pikiran, distorsi persepsi, emosi,
dan tingkah laku sehingga pasien dengan skizofrenia memiliki resiko lebih
tinggi berperilaku agresif dimana perubahan perilaku secara dramatis terjadi
dalam beberapa hari atau minggu. Pasien skizoprenia sering dikaitkan dengan
perilaku kekerasan (Wehring & Carpenter, 2011) yang dapat membahayakan
diri sendiri maupun orang lain ataupun berisiko juga dengan lingkungan
sekitarnya, baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal (Baradero, 2016;
Sutejo,2018).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang


dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik
kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan
merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressivebehavior) yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Diperkirakan sekitar
60% penderita perilaku kekerasan (Wirnata, 2012).

Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah


diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun
orang lain dan dapat merusak lingkangan sekitar. Tanda dan gejala resiko
perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif,

3
fisiologis, perilaku dan social. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat
denyut nadi dan pernapasan meningkat mudah tersinggung, marah, amuk
serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain (Keliat, dan Muhith,
2016).

World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 450 juta


orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental. Terdapat sekitar 10%
orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk
diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama
hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan
dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030 (Wakhid,
2016)

Berdasarkan data nasional Indonesia tahun 2017 dengan resiko perilaku


kekerasan sekitar 0,8 % atau dari 10.000 orang. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa angka kejadian resiko perilaku kekerasan sangatlah tinggi.
Dampak yang dapay ditimbulkan oleh pasien yang mengalami resiko perilaku
kekerasan adalah dapat mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Adapun
dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang mengalami perilaku kekerasan
yaitu kehilangan kontrol akan dirinya, dimana pasien akan dikuasi oleh rasa
amarahnya sehingga pasien dapat melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan, bila tidak ditangani dengan baik maka perilaku kekerasan dapat
mengakibatkan kehilangan kontrol, risiko kekerasan terhadap diri sendiri,
orang lain serta lingkungan, sehingga adapun upaya-upaya penanganan
perilaku kekerasan yaitu mengatasi strees termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri, bersama pasien mengidentifikasi situasi yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan dan terapi medik. Survei awal yang di
lakukan di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera dengan jumlah pasien 70 orang
tetapi yang menjadi subjek di dalam pembuatan TAK ini adalah 6 orang
dengan pasien gangguan Resiko Perilaku Kekerasan.

4
1.2 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan ini klien dapat lebih menerapkan stategi
pelaksanaan Resiko Perilaku Kekerasan secara fisik dan sosial dalam
mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengonsumsi Obat
Pada Pasien Skizofrenia.

1.3 Tujuan Khusus


1. Klien dapat mengetahui cara mengendalikan Resiko Perilaku Kekerasan
dengan Patuh Mengonsumsi Obat Pada Pasien Skizofrenia.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Definisi
Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun
orang lain dan dapat merusak lingkungan sekitar. Tanda dan gejala resiko
perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat,
denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah tersinggung, marah, amuk
serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain (Pardede, Siregar &
Hulu, 2020).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendari perilaku


seseorang yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk
bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Perilaku
kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai
atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat
berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting dan semua
yang ada di lingkungan. Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian
besar melakukan kekerasan dirumah. Perawat harus jeli dalam melakukan
pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan
selama dirumah (Yusuf, 2015).

B. Topik
Cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat
C. Latar belakang

6
Manusia adalah makhluk social, yang terus menerus membutuhkan
adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk
melakukan interaksi dengan sesame manusia. Interaksi ini dilakukan tidak
selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
individu. Sedingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan
individu untuk interaksi dengan orang lain.
Salah satu contoh gangguan interaksi dengan orang lain (gangguan
berhubungan social) klien menarik diri, curiga. Alas an untuk memilih
menarik diri, curiga dalam terapi aktivitas kelompok, karena banyak klien
menarik diri yang ditemui di ruangan dan sesuai dengan kebutuhan ruangan
sebagai transisi dimana klien perlu belajar untuk interaksi.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu
dengan yang lain. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar
belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif,
takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan
menarik
Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh
sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain
yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan
sejumlah klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok,
agar klien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang
lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan
hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang
lain. Sehingga klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat
merasakan arti berhubungan dengan orang lain.
Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk
melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Dan
perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adaah perasaan
jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman.

7
Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini
kadang menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang tidak
diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak
langsung.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan
individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang
dan fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas
kelompok (TAK) klien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal
sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti
terapi ini adalah klien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku
kekerasan sehingga saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak
mengganggu anggota kelompok lain.
Karena dengan cara patuh minum obat maka perilaku pasien dengan
Resiko perilaku kekerasan dapat dikendalikan.

D. Tujuan Umum dan Khusus


1. Tujuan Umum
 Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara patuh
minum obat
2. Tujuan Khusus
 Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
 Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara melakukan
aktivitas fisik
 Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara interaksi
sosial
 Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan
spiritual yang biasa dilakuan

8
 Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh
minum obat

E. Seleksi Klien
 Kriteria Pasien : Pasien yang sudah dapat mengendalikan
perilakunya, pasien yang sudah dapat diajak komunikasi
 Jumlah pasien TAK : 10 orang
 Nama Pasien TAK :
 Ny. A
 Nn. P
 Ny. L
 Ny. Y
 Ny. S
 Ny. S
 Ny. N
 Ny. J

F. Jadwal Kegiatan
1. Tempat pelaksanaan TAK: Di bangsal Wisma Endang Pregiwa
2. Waktu pelaksanaan TAK: 09:00-09:20
3. Lama pelaksanaan TAK: 20 menit

G. Metode
 Ceramah
 Tannya jawab
 Demonstrasi
 Brain storming

H. Media dan Alat


 Papan tulis/whiteboard
 Spidol

9
 Buku tulis
 Bolfein

I. Pengorganisasian
 Leader
 Co Leader
 Observer
 Fasilitator
 Setting tempat

Leader Co Leader

Pasien Pasien

Pasien Pasien

Pasien Pasien

Pasien Pasien

Pasien
Pasien
Observer

10
J. Langkah-langkah TAK
1. Persiapan
 Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah dibuat
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
 Salam terapeutik
 Evaluas/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Terapis menanyakan pengalaman klien mencegah
perilaku kekerasan setelah menggunakan 4 carayang
telah dipelajari.
 Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mencegah
perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
 Menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok harus meminta izin kepada
perawat
 Lama kegiatan20 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
 Setiap pasien harus berkonsentrasi
 Tahap kerja
 Perawat menjelaskan pengertian minum obat
 Perawat menjelaskan keuntungan patuh minum
obat, yaitu mencegah kambuh karena obat memberi
perasaan tenang dan memperlambat kambuh
 Perawat menjelaskan kerugian tidak patuh minum
obat, yaitu penyebab kambuh
 Perawat meminta tiap klien menyampaikan obat
yang diminum dan waktu meminumnya

11
 Perawat menjelaskan lima benar minum obat,yaitu
benar obat, benar waktu, benar orang, benar cara,
dan benar dosis obat.
 Meminta klien menjelaskan lima benar minum obat,
secara bergiliran.
 Berikan pujian pada klien yang benar
 Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat
 Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur
minum obat
 Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu
salah satu cara mencegah perilaku
kekerasan/kambuh
 Menjelaskan kerugian/akibat tidak patuh minum
obat, yaitu kejadian perilaku kekerasan/kambuh
 Minta klien untuk menyebutkan kembali
keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum
obat.
 Memberikan pujian tiap kali klien benar

 Tahap terminasi
 Evaluasi
a. Perawat menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
b. Perawat menanyakan jumlah cara mencegah
perilaku kekerasan yang sudah dipelajari
c. Perawat memberikan pujian atau
keberhasilan kelompok.
 Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan beberapa cara
mencegahperilaku kekerasan, yaitu tarik nafas
dalam, memukul bantal/memukul kasur, melakukan

12
aktivitas, mengungkapkan bahwadirinya sedang
kesal terhadap orang lain.
 Kontrak yang akan datang
a) Perawat mengakhiri sesi TAK stimulasi
persepsi untuk mencegah perilaku kekerasan
b) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain
sesuai dengan indikasi.

K. Program Antisipasi
1) Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan
perawat atau klien lain
2) Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
3) Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien
yang telah dipilih
b. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin
didikuti oleh klien tersebut
c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan
tidak memberi pesan pada kegiatan ini
L. Evaluasi
a. Evaluasi Proses
Selama proses kegiatan TAK dalam membawakan acara TAK Leader
kurang bersemangat, suara pelan, leader lebihbanyak dibantu oleh
coleader, dalam membawakan materi kurang runtut
b. Evaluasi Hasil
peserta yang mengikuti TAK berjumlah 7 orang yang aktif hanya 5
orang

13
No Nama Menyebutkan Menyebutkan Menyebutka Menyebutkan
Peserta keuntungan kerugian tidak n jenis obat, prinsip 5
patuh minum patuh minum warna obat, benar minum
obat obat kegunaan obat
obat & efek
samping obat
1. Nn. P -dapat -mudah -warna -benar pasien
berkonsentrasi kambuh kuning -benar obat
-bisa istirahat -halusinasi -warna putih -benar waktu
-perilaku sering di -benar dosis
dapat di dengar -benar cara
kendalikan -mudah marah
-bisa dan
bersosialisasi tersinggung
-perilaku sulit
di kendalikan
-susah istirahat
2. Ny. Y -bisa istiraha -cepat kamnuh - -benar pasien
-susah tidur -benar obat
-benar waktu
-benar cara
3. Ny. S -dapat -mudah - -benar obat
berkonsentrasi kambuh -benar psaien
-bisa istirahat -mudah -benar cara
tersinggung -benar dosis
dan marah -benar waktu
-susah istirahat
4. Ny. A -dapat -mudah - -benar pasien
berkonsentrasi kambuh -benar obat
-bisa tidur Susah tidur -benar dosis
-tidak mudah -benar waktu
marah -benar cara
5. Ny. S -bisa istirahat -mudah - -benar obat
-tidak mudah kambuh -benar pasien
marah -tidak bisa -benar cara
-bisa tidur -benar waktu
berkonsentrasi -perilakutidak -benar dosis
dapat
dikendalika

14
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi adalah Pasien
dilatih mempersiapkan Stimulus yang disediakan atau Stimulus yang pernah
dialami. Tujuan dari Terapi Aktivitas untuk memantau dan meningkatkan
Hubungan Interpersonal antar anggota. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan atau Alternatif Penyelesaian masalah.

Salah satu bentuk penanganan medis untuk pasien dengan resiko perilaku
kekerasan adalah dengan Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi yaitu
dengan Patuh Mengonsumsi Obat Pada Pasien Skizofrenia, dimana TAK
(Terapi Aktifitas Kelompok) merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada kelompok pasien dengan Resiko perilaku
kekerasan. Aktivitas digunakan sebagai terapi,dan kelompok digunakan
sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang
saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat
pasien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama
yang maladaptif.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/380644803/Proposal-Terapi-
Aktivitas-Kelompok-Cara-Mencegah-Perilaku-Kekerasan-Dengan-
Cara-Patuh-Minum-Obat

16

Anda mungkin juga menyukai