Anda di halaman 1dari 38

KONSEP INTERVENSI KEPERAWATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Keperawatan

DOSEN MATA KULIAH:

Ns.Aditiya Rahman ,S.Kep.

Disusun Oleh:

Rahma Oktavia

NIM.1900001032

Tingkat:

1-B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA PURWAKARTA

2020

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Dan Nabi Muhammad saw
beserta para pengikutnya, karena dengan rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat melewati
kehidupan dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan modern seperti
sekarang ini, sehingga kami dapat bertemu,berkumpul dan dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya

Makalah ini dibuat tidak lain adalah memenuhi tugas (semester II) yaitu
“METODOLOGI KEPERAWATAN ” yang telah diberikan oleh dosen Mata Kuliah,selain
itu juga sebagai penambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi yang membacanya.

Penulis berharap, walaupun makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Tapi mudah-
mudahan isinya bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.Dan bisa menambah ilmu
pengetahuan bagi yang membacanya.

Purwakarta ,8 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Runusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Keperawatan Keluarga
B. Indikasi Intervensi Keperawatan Keluarga
C. Klarifikasi Intervensi Keperawatan Keluarga
D. Menetapkan Tujuan Intervensi Keperawatan Keluarga
E. Menetapkan Intervensi Keperawatan Keluarga
F. Domain Intervensi Keperawatan Keluarga
G. Hambatan-Hambatan Keperawatan Keluarga
H. Pengertian Perencanaan
I. Tahap Intervensi Keperawatan
J. Intervensi Keperawatan Menurut Nanda NIC NOC
K. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
L. Contoh Tabel Kasus Perencanaan Intervensi
M. Proses Keperawatan Pengkajian, diagnosa, dll
N. Diagnosa Keperawatan
O. Komponen Diagnosa Keperawatan
P. Penentuan Prioritas Diagnosis
Q. Perencanaan Intervensi
R. Kriteria Hasil yang Diharapkan
S. Intervensi Keperawatan

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah pengkajian kesehatan komunitas, menganalisis data, dan menetapkan
diagnosis keperawatan komunitas langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan
intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan kesehatan komunitas tersebut untuk
memformulasikan rencana berfokus- komunitas. Masing- masing pernyataan diagnosis
gambaran masalah yang aktual atau potensial, penyebab, dan gejala dan tanda
mengarahkan upaya perencanaan perawat. Ketiganya merupakan informasi yang sama
pentingnya bagi proses perencanaan.   
Dalam dunia keperawatan dikenal proses keperawatan, langkah ketiga dari proses
keperawatan adalah rencana (intervensi) keperawatan . Intervensi diidentifikasi untuk
memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien . Intervensi mempunyai maksud
mengindividualkan perawatan dengan memenuhi kebutuhan spesifik pasien serta harus
menyertakan kekuatan – kekuatan pasien yang telah diidentifikasi bila memungkinkan.
Perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap
yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan
pemecahan masalah (Kozier et al 1995).
Langkah – langkah dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi :
penetapan prioritas, penetapan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan
intervensi keperawatan yang tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan .
Setelah diagnosa keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat menggunakan
kemampuan berfikir kritis untuk segera menetapkan prioritas diagnosa keperawatan dan
intervensi yang penting sesuai dengan kebutuhan klien (Potter & Perry, 1997).

B. Rumusan Masalah
1. Definisi Intervensi Keperawatan Keluarga
2. Indikasi Intervensi Keperawatan Keluarga   
3. Klasifikasi Intervensi  Keperawatan Keluarga  
4. Mengidentifikasi pengertian intervensi ?
5. Mengidentifikasi komponen intervensi ?
6. Mengidentifikasi Intervensi menurut NANDA NIC NOC?
4
7. Mengidentifikasi hal – hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan intervensi ?
        
C. Tujuan

1. Mengetahui Definisi Intervensi Keperawatan Keluarga


2. Mengetahui Indikasi Intervensi Keperawatan Keluarga
3. Mengetahui Klasifikasi Intervensi Keperawatan Keluarga
4. Menjelaskan pengertian intervensi.
5. Menjelaskan komponen intervensi.
6. Menjelaskan intervensi menurut NANDA NIC NOC.
7. Menjelaskan hal – hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan intervensi.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Keperawatan Keluarga
ANA (1995) mendefinisikan intervensi sebagai rencana tindakan perawat untuk
kepentingan kilen atau keluarga.

B. Indikasi Intervensi Keperawatan Keluarga


Wright dan Leahey dalam Friedman (1998) menganjurkan bahwa intervensi keperawatan
keluarga dapat di lakukan pada :
1. Keluarga dengan satu masalah yang mempengaruhi anggota keluarga lainnya
2. Keluarga dengan anggota keluarga berpenyakit yang berdampak pada anggota
keluarga lainnya.
3. Anggota keluarga yang mendukung permasalahan kesehatan yang muncul.
4. Salah satu anggota keluarga menunjukkan perbaikan atau kemunduran dalam
status kesehatan.
5. Anggota keluarga yang didiagnosis penyakit pertama kali.
6. Perkembangan anak atau remaja secara emosional.
7. Keluarga dengan penyakit kronis.
8. Keluarga dengan penyakit mematikan.

C. Klasifikasi Intervensi Keperawatan Keluarga


Friedman (1998) memberikan gambaran berkaitan dengan klasifikasi intervensi,
antara lain :
1. Suplemental
Intervensi yang terkait dengan rencana pemberian pelayanan secara langsung pada
keluarga sebagai sarana.
Contoh :
a. Imunisasi pada balita
b. Imunisasi TT pada ibu hamil
c. Perawatan luka dengan anggota keluarga DM
d. Pembelajaran pembuatan obat tradisional untuk klien dengan Hipertensi.

6
2. Fasilitatif
Intervensi ini terkait dengan rencana dalam membantu mengatasi hambatan dari
keluarga dalam memperoleh pelayanan medis, kesejahteraan sosial dan
transportasi.

3. Developmental
Intervensi ini terkait dengan rencana perawat membantu keluarga dalam
kapasitasnya untuk menolong dirinya sendiri (membuat kelurga belajar mandiri)
dengan kekuatan dan sumber pendukung yang terdapat pada keluarga.

D. Menetapkan Tujauan Intervensi Keperawatan Keluarga


1. Tujuan Umum
Tujuan Umum merupakan tujuan yang lebih menekankan pada pencapaian akhir
sebuah masalah, dimana perubahan perilaku dari yang merugikan kesehatan
kearah perilaku yang menguntungksn kesehatan. Tujaun umum ini lebih mengarah
pada kemandirian klien dan keluarga sebagai sasaran asuhan keperawatan
keluarga.
Contoh :
a. Setelah dilakukan kunjungan keluarga pemenuhan nutrisi pada An. B (5 th)
dengan malnutrisi kembali optimal.
b. Setelah di lakukan kunjungan keluarga bersihan jalan nafas pada An. A (3 th)
dengan ISPA kembali normal.

2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dalam rencana perawatan lebih menekankan pada pencapaian 
hasil dari masing-masing kegiatan.
Contoh :
Setelah dilakukan tindakan selama 1x45 menit diharapkan keluarga mampu :
a. Menyebutkan arti gizi.
b. Menyebutkan arti kurang gizi.
c. Menyebutkan jenis-jenis makanan yang bergizi.

E. Menetapkan Intervensi Keperawatan Keluarga

7
1. Rencana tindakan yang disusun harus berorientasi pada pemecahan masalah.
2. Rencana tindakan yang dibuat dapat dilakukan mandiri oleh keluarga
3. Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan.
4. Rencana tindakan perawatan dapat dilakukan secara terus menerus oleh keluarga

F. Domain Intervensi Keperawatan Keluarga


Ada tiga domain yang bisa kita gunakan dalam menyusun intervensi (Calgary), yaitu :
1. Domain Kognitif
Intervensi dengan domain kognitif ditunjukan untuk memberikan informasi,
gagasan, motivasi, dan saran kepada keluarga sebagai target asuhan keperawatan
keluarga.
2. Domain Afektif
Intervensi ini ditunjukan membantu keluarga dalam berespon emosional, sehingga
dalam keluarga terdapat perubahan sikap terhadap masalah yang dihadapi.
3. Domain Psikomotor
Intervensi ini ditunjukan untuk membantu anggota keluarga dalam perubahan
perilaku yang merugikan ke perilaku yang menguntungkan.
G. Hambatan-Hambatan Intervensi Keperawatan Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (1978) hambatan yang sering kali dihadapi  perawat
keluarga saat melakukan intervensi keperawatan adalah :
1. Kurangnya informasi yang diterima keluarga.
2. Tidak menyeluruhnya informasi yang diterima oleh keluarga.
3. Informasi yang diperoleh keluarga tidak dikaitkan dengan masalah yang
dihadapi.
4. Keluarga tidak mau menghadapi situasi.
5. Keluarga berusaha mempertahankan pola kebiasaan yang sudah ada.
6. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga.
7. Kurang percaya pada tindakan yang diusulkan.
H. Pengertian Perencanaan/Intervensi
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien
dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang
diharapkan. Dapat juga diartikan sebagai semua tindakan asuhan yang perawat lakukan
atas nama klien . Adapun pendapat dari beberapa tokoh :

8
a) Hunt Jeniffer dan Mark : Rencana asuhan keperawatan adalah catatan yang berisi
tentang intervensi dan rencana keperawatan.
b) Mayer : Rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian dan pengidentifikasian
masalah yang sistematis, penentuan tujuan, serta strategi pelaksanaan pemecahan
masalah.
c) Pusdiklat DJJ Keperawatan : Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien.
d) Lu Verne RN. M. dkk : Rencana pelayanan keperawatan adlah tindakan yang
dilakukan ketikan memberikan pelayanan keperawatan kepada seseorang.
e) Zaidin Ali : Perencanaan keperawatan adalah perumusan tujuan, tindakan, dan
penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien/klien berdasarkan analisa
pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi.
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, klien, keluarga, dan
orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi
masalah yang dialami klien. Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk tertulis yang
menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap
klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan

I. Tahap Intervensi Keperawatan


a. Komponen :

1.   Menentukan Prioritas Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan tingkat kegawatan
    

a.    Prioritas Tinggi : Keadaan yang mengancam jiwa.


b.    Prioritas Sedang : Keadaan yang mengancam kesehatan.
c.    Prioritas Rendah : Sesuatu yang meningkat dari kebutuhan perkembangan
normal, atau sedikit memerlukan pertolongan perawat.
     Dapat memakai teori Maslow.
  Dll.

2.   Menentukan Tujuan dan Hasil yang Diharapkan


Syarat tujuan dapat diobservasi.

9
Komponen tujuan, subjek, kata kerja yang dapat diukur, hasil, kriteria, target
dan waktu.
Beberapa literatur membedakan antara Tujuan dan Kriteria Hasil (Outcome).
      Tujuan : Merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi
masalah diagnose keperawatan.
         Kriteria Hasil (outcome) : Merupakan standar evaluasi yang
merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa
tujuan telah tercapai / tidak (lebih spesifik).
Contoh :
Tujuan : Klien Mampu mengeluarkan Sekresi paru Tanpa bantuan pd tgl 9-
      

7-2018
Kriteria Hasil : k/u baik, pernafasan ireguler, teratur, tidak ada suara nafas
      

tambahan, tidak batu/sesak, tidak sianosis, suhu : 36-37 derajat Celsius, RR : 16-
20 x/menit, LabRo membaik .

3.   Menentukan Rencana Tindakan


Persyaratan dalam penulisan intervensi :
a.    Tanggal.
b.    Kata kerja yang dapat diukur, dilihat, didengar, dirasakan.
c.    Hasil.
d.    Subjek.
e.    Target tanggal.
f.     Nama dan tanda tangan perawat.

J. Intervensi Keperawatan Menurut NANDA NIC NOC


Intervensi keperawatan didenifisikan sebagai “berbagai perawatan, berdasarkan
penilaian klinis dan pengetahuan, yang dilakukan oleh seorang perawat untuk
meningkatkan hasil klien/pasien” (CNC, n.d.)
The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) didirikan sebagai
badan formal untuk meningkatkan, mengkaji kembali dengan mengesahkan daftar terbaru
dari diagnosis keperawatan yang digunakan oleh perawat praktisi. Ketika daftar diagnosis
keperawatan diperluas, NANDA mengembangkan sebuah sistem klasifikasi atau
taksonomi untuk mengatur label diagnostik.
Nursing Interventions Classification (NIC) adalah sebuah taksonomi tindakan
komprehensif berbasis bukti yang perawat lakukan di berbagai tatanan perawat. Dengan

10
menggunakan pengetahuan keperawatan, perawat melakukan dua intervensi yaitu
mandiri/independen dan kolaborasi/interdisipliner.
Intervensi kolaborasi tumpang tindih dengan perawatan yang diberikan oleh para
profesional kesehata lain (mis., dokter, terapis fisik). Sebagai contoh, manajemen glukosa
darah adalah konsep penting untuk perawat, risiko ketidak stabilan kadar glukosa darah
(00179) adalah diagnosis keperawatan, dan perawat menerapkan tindakan keperawatan
untuk merawat gangguan ini. Sebaliknya diabetes melitus, adalah diagnosis medis, tetapi
perawat memberikan tindakan baik mandiri maupun kolaorasi untuk klien dengan
diabetes yang memiliki berbagai jenis masalah atau keadaan risiko. Rujuk pada
Kamitsuru’s Tripartite of Nursing Practice.
Sebuah format umum yang digunakan ketika belajar diagnosis keperawatan
mencakup [diagnosis keperawatan] yang berhubungan dengan [faktor penyebab/yang
berhubungan]. Sebagai contoh, ketegangan peran pemberi asuhan yang berhubungan
dengan tanggung jawabasuhan dua puluh empat jam, kompleksitas aktivitas asuhan, dan
kondisi kesehatan penerima asuhan yang tidak stabil yang dibuktikan dengan kesulitan
melakukan tugas yang dituntut, terus memilikirkan rutinitas asuhan, kelelahan, dan
gangguan pola tidur. Bergantung pada catatan kesehatan elektronik di lembaga kesehatan
khusus, tentang
“yang berhubungan dengan” dan “yang dibuktikan dengan”, komponen ini mungkin
tidak termasuk dalam sistem elektronik.
Dengan demikian data pengkajian yang dikumpulkan dan dicatat dalam rekam medik
pasien dalam rangka mendukung untuk diagnosis keperawatan. Tanpa data ini, tidak
mungkin untuk memverifikasi akurasi diagnostik, yang menyebabkan kualitas asuhan
keperawatan diragukan.
Bulecheck dan McClokey (1996) menyatakan bahwa keuntungan NIC adalah sebagai
berikut :
1. Membantu menunjukkan aksi perawat dalam sistem pelayanan kesehatan.
2. Menstandarisasi dan mendefinisikan dasar pengetahuan untuk kurikulum dan praktik
keperawatan.
3. Memudahkan memilih intervensi keperawatan yang tepat.
4. Memudahkan komunikasi tentang perawat kepada perawat lain dan penyedia layanan
kesehatan lain.
5. Memperbolehkan peneliti untuk menguji keefektifan dan biaya perawatan.
6. Memudahkan pengajaran pengambilan keputusan klinis bagi perawat baru.
7. Membantu tenaga administrasi dalam perencanaan staf dan peralatan yang dibutuhkan
lebih efektif.
8. Memudahkan perkembangan dan penggunaan sistem informasi perawat.
9. Mengkomunikasikan kealamiahan perawat kepada publik.
Adapun kelebihan NIC adalah :
1. Komprehensif.
2. Berdasarkan riset.
3. Dikembangkan lebih didasarkan pada praktek yang ada.

11
4. Mempunyai kemudahan untuk menggunakan struktur organisasi (Domain, kelas,
intervensi, aktivitas).
5. Bahasa jelas dan penuh arti klinik.
6. Dikembangkan oleh tim riset yang besar dan bermacam-macam tim.
7. Menjadi dasar pengujian.
8. Dapat diakses melalui beberapa publikasi
9. Dapat dihubungkan Diagnosa Keperawatan NANDA
10. Dapat dikembangkan bersama NOC.
11. Dapat diakui dan diterima secara nasional. (Bulecheck dan McClokey, 1996).
Nursing Outcome Classification (NOC) adalah suatu sistem yang dapat digunakan
untuk memilih ukuran hasil yang berhubungan dengan diagnosis keperawatan. Nursing
Outcome Classification mempunyai tujuh domain yaitu fungsi kesehatan, fisiologi
kesehatan, kesehatan psikososial, pengetahuan dan perilaku kesehatan, persepsi
kesehatan, kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat.
Manfaat NOC dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Memberikan label dan ukuran-ukuran untuk kriteria hasil yang komprehensif.
2. Sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
3. Mendefinisikan kriteria hasil yang berfokus pada pasien dan dapat digunakan
perawat-perawat dan disiplin ilmu lain.
4. Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status kesehatan yang
umum.
5. Menggunakan skala untuk mengukur kriteria hasil dan memberikan informasi
kuantitatif (Bulecheck dan McClokey, 1996).

K. Hal – Hal Yang Harus Diperhatikan


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan rencana intervensi keperawatan
adalah:
1. Mengidentifikasi alternatif tindakan.
2. Menetapkan dan menguasai teknik serta prosedur keperawatan yang akan dilakukan.
3. Melibatkan klien dan keluarganya.
4. Melibatkan anggota tim kesehatan lainnya.
5. Mengetahui latar belakang budaya dan agama klien.
6. Mempertimbangkan lingkungan, sumber, dan fasilitas yang tersedia.
7. Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku. Harus dapat menjamin
rasa aman klien.
8. Mengarah pada tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai.
9. Bersifat realistik dan rasional.
10. Rencana tindakan disusun secara berurutan sesuai prioritas.

12
L. CONTOH TABEL KASUS PERENCANAAN ( INTERVENSI )

Contoh Noc Nic

a. Resiko aspirasi kriteria hasil : Aspiration precaution :

Definisi : resiko - Klien dapat bernafas - Monitor tingkat


masuknya secret secret dengan mudah , tidak kesadaran , reflek
gastrointestinal , irama , frekuensi batuk dan
oropharingeal , benda – pernafasan normal kemampuan
benda padat , atau - Pasien mampu menelan
cairan kedalam menelan , mengunyah , - Monitor status paru
tracheobronkhial tanpa terjadi aspirasi - Lakukan suction jika
dan mampu melakukan di perlukan
Faktor – faktor oral hyhgiene - Cek nasogastrik
penyebab : - Jalan nafas paten , sebelum makan
mudah bernafas , tidak - Potong makanan
- Peningkatan tekanan merasa tercekik , dan kecil – kecil
dalam lambung tidak ada suara nafas - Haluskan obat
- Selang makanan abnormal sebelum pemberian
- Situasi yang menghambat - Naikan kepala 30
- Elevasi tubuh bagian atas -45 derajat setelah
- Penurunan tingkat makan
kesadaran
- Adanya trascheostomy
atau selang endotrancheal
- Keperluan pengobatan
- Gangguan menelan
- NGT
- Batuk dan tidak reflek

13
M. PROSES KEPERAWATAN (PENGKAJIAN, DIAGNOSA, PERENCANAAN,
IMPLIMENTASI DAN EVALUASI)
   a.   PENGKAJIAN
Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostic dan laboratorium serta informasi
dari tim kesehatan serta keluarga klien.

1.  Pengumpulan data
Merupakan informasi yang dilakukan secara sistematis dan kontinyu tentang
status kesehatan klien untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan-
kebutuhan kesehatan klien. Informasi yang diperlukan adalah segala sesuatu
penyimpangan tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual,
kemampuan dalam mengatasi masalah sehari-hari, masalah kesehatan dan
keperawatan yang mengganggu kemampuan klien, dan keadaan sekarang yang
berkaitan dengan rencana asuhan keperawatan yang akan dilakukan terhadap klien
.

Jenis data yang dikumpulkan dapat berupa data subjektif dan data objektif.
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan
oleh klien, termasuk sensasi klien,perasaan, nilai-nilai, kepercayaan, pengetahuan,
dan persepsi terhadap status kesehatan dan situasi kehidupan, misalnya: rasa nyeri,
mual, sakit kepala, rasa kuatir, cemas dll. Sedangkan data objektif adalah data
yang diperoleh melalui suatu pengamatan, pengukuran, pemeriksaan dengan
menggunakan standar yang diakui(berlaku), misalnya: perubahan warna kulit,
tekanan darah, suhu tubuh, perubahan perilaku, dll.

a.      Sumber data ada 3 yaitu:


1)   Data Primer

14
Data Primer adalah data yang diperoleh dari pasien langsung
2)   Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari kluarga pasien
3)   Data Tersier
Data Tersier adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan perawat.

b.      Cara yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah:


1) Wawancara ( interview/ anamneses)
Menurut potter dan perry (1997) wawancara adalah suatu pola dalam
memuai komunikasi dengan tujuan yang spesifik dan terarah dalam area
tertentu. Dalam keperawatan tujuan utama dari wawancara adalah untuk
mengetahui riwayat kesehatan/ keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan
kesehatan dan factor-faktor resiko danfactor-faktor spesifik dari perubahan
dari perubahan status kesehatan dan pola kehidupan klien , serta untuk
menjalin hubungan perawt klien .
a)      Cara wawancara ada 2 yaitu:
            Allo wawancara, yaitu wawancara dengan kerabat / keluarga pasien.
           Auto wawancara, yaitu wawancara dengan pasien langsung.

b)      Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat perawat melakukan wawancara dengan
klien ( craven & Hirnle, 2000; potter & perry, 1997 ; kozier et al., 1995)
adalah:
         Menerima keberadaan klien sebagai mana adanya
          Memberikan kesempatan kepada klien dan keluarganya untuk menyampaikan
keluhan/ pendapat secara bebas.
         Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
         Menciptakan lingkungan yang mendukung

2)      Pengamatan ( observasi)

15
Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh
data tentang masalah kepawatan. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pengamatan:
a)      Tidak melakukan stimuli kepada klien/ tidak diketahui oleh klien sehingga data yang
diperoleh murni.
b)      Lakukan seleksi atau intrpretasi dari data yang diamati menyangkut aspek bio-psiko-
sosial-spiritual klien

3)      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara keseluruhan mulai dari kepala hingga ujung kaki.

a)      Teknik-teknik pemeriksaan fisik ada 4 yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
         Inspeksi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh  yang
diperiksa melalui pemeriksaan melalui pengamatan, hasil yang diperoleh misalnya: sclera
mata berwarna kuning, kulit kebiruan, wajah pucat dll.
         Auskultasi adalah  pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan pendengaran yang dibantu
dengan penggunaan statescope, misalnya: mendengar bisin usus, bunyi jantung, bunyi paru-
paru dll.
         Palpasi adalah  pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara perabaan terhadap bagian-
bagian tubuh yang mengalami kelaianan, misalnya: perabaan bagian tubuh yang diduga
adanya radang, pembengkakan,  pemeriksaan kehamilan dll.
         Perkusi  adalah  pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetuk bagian tubuh
dengan cara menggunakan ujung-ujung jari tangan atau menggunakan alat seperti reflek
hammer pada pemeriksaan reflek.

4)      Pemeriksaan penunjang
            Pemeriksaan laboratorium dan tes diaknostik merupakan sebagian dari tahap
pengumpulan data, hal ini sangat membantu dalam menatalaksanaan, pemeliharaan dan
restorasi kesehatan.

2.      Orientasi data

16
            Orientasi data adalah sebuah variasi kerangka kerja keperawatan untuk keteraturan
pengumpulan data dan pencatatan hasil pengelompokan data. Kerangka kerja membantu
sebagai pedoman selama perawat melakukan wawancara , pemeriksaan fisik, mencegah tidak
tercantumnya informasi yang berhubungan, dan memudahkan dalam analisa data pada tahap
perumusan diagnose keperawan.

3.      Validasi data
            Validasi data adalah perbandingan data subjektif dan data objektif yang dikumpulkan
dari sumber primer(klien) dan sekunder( misal: catatan kesehatan) dengan standard an nilai
normal yang diterima. Suatu standar atau nilai merupakan aturan atau ukuran yang lazim
dipakai.

4.      Anlisa data
            Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan daya berfikir
dan penalaran yang dipengaruhi latar belakang ilmu dan pengetahua, pengalaman, dan
pengertian tentang subtansi  ilmu keperawatan dan proses penyakit. Fungsi analida data
adalah perawat yang menginterprestasi data yang diperoleh dari pasien atau dati sumber lain,
sehingga data yang diperoleh memiliki makna dan arti pengambilan keputusan untuk
menentukan masalah keperawatan dan kebutuhan klien. 
a.       Dalam melakukan analisa data, perawat harus memperhatikan  langkah-langkah sebagai
berikut:
1)      Validasi data kembali, teliti kembali data yang dikumpul
2)      Identifikasi kesenjangan data
3)      Susun katagorisasi data secara sistematik dan logis
4)      Identivikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan keperawatan klien
5)      Buat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang yang timbul seta
penyebabnya
6)      Buat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.

N.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      DEFINISI

17
a.    Definisi secara umum : Pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial klien
terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk
mengatasinya.

b.    Menurut para ahli (perry & potter, 2005) :

1)   Abdellah ( 1957 ) :
Diagnosa keperawatan adalah penentuan sifat dan keluasan masalah keperawatan yang
ditunjukkan oleh pasien individual atau keluarga yang menerima asuhan keperawatan.

2)   Durand Prince ( 1966) :


Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan tentang konklusi yang dihasilkan dari
pengenalan terhadap pola yang berasal dari penyelidikan keperawatan dari pasien.

3)   Gebble Lavin ( 1975) :


Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau konklusi yang terjadi sebagai akibat dan
pengkajian keperawatan .

4)   Bircher ( 1975 ) :
Diagnosa keperawatan adalah suatu fungsi keperawatan yang mandiri.Suatu evaluasi tentang
respon personal klien terhadap pengalaman kemanusiaannya sepanjang siklus kehidupan,
apakah respon merupakan krisis perkembangan atau kecelakaan, penyakit, kesukaran, atau
stres lainnya.

5)   Gordon ( 1976 ) :
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dimana perawat,
dengan pendidikan dan pengalamannya, mampu dan mempunyai izin untuk mengatasinya.

6)   Aspinall (1976) :
Diagnosa keperawatan adalah suatu proses kesimpulan klinis dari perubahan yang teramati
dalam kondisi fisik atau fisiologis pasien; jika proses ini terjadi secara akurat dan rasional,

18
maka proses tersebut akan mengarah pada indentifikasi tentang kesimpulan penyebab
simptomatologi.

7)   Roy ( 1982) :
Diagnosa keperawatan adalah frase singkat atau istilah yang meringkaskan kelompok
indikator penting (empiris) yang mewakili pola keutuhan manusia.

8)   Carpenito ( 1987)
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia ( keadaan
sehat atau perubahan pola interakasi aktual atau potensial ) dari individu atau kelompok
perawat yang secara legal mengidentifikasi dan dimana perawat dapat mengintruksikan
intervensi definitif untuk mempertanyakan keadaan sehat atau untuk mengurangi,
menyingkirkan, atau mencegah perubahan.
       
9)   NANDA (1990) :
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu , keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual atau potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
dimana perawat bertanggunggugat.

b.      BAGAIMANA MEMBUAT DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG AKURAT

Perawat harus mampu :

1)        Mengumpulkan data yang valid dan berkaitan

2)        Menganalisis data ke dalam kelompok

3)        Membedakan diagnosa keperawatan dari masalah kolaboratif

4)        Merumuskan diagnosa prioritas

2.        TIPE-TIPE DAN PERSYARATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

19
Diagnosa keperawatan menurut Carpenito (2001) dapat dibedakan menjadi 5 kategori:

a.       Aktual :
            suatu diagnosa keperawatan aktual menggambarkan penilaian klinis yang harus
divalidasi perawat karena adanya batasan karakteristik mayor.
1.      Syarat :Menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur PES. Symptom (S) harus
memenuhi kriteria mayor (80%-100%) dan sebagian kriteria minor dari pedoman diagnosa
NANDA. Misalnya, ada data : muntah, diare, dan turgor jelek selama 5 hari.
         Diagnosa : Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan secara
abnormal (taylor, lilis, dan LeMoni, 1988, p.283)
Jika masalah semakin jelek dan menganggu kesehatan “perineal”, klien tersebut akan terjadi
resiko kerusakan kulit, dan disebu sebagai “resiko diagnosa”.

b.      Resiko
            diagnosa keperawatan resiko menggambarkan penilaian klinis dimana in dividu atau
kelompok lebih rentan mengalami masalah di banding orang lain dalam situasi yang sama
atau serupa.
2.      Syarat:Menegakkan resiko diagnosa keperawatan ada unsur PE (problem and etiologi)
penggunaan istilah “resiko dan resiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan/kerentanan
terhadap masalah.
         Diagnosa : “resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus
menurus”.
Jika perawat menduga adanya gangguan self-concept, tetepi kurang data yang cukup
mendukung (defenisi karakteristik/tanda dan gejala) untuk memastikan permasalahan, maka
dapat dicantumkan sebagai : “kemungkinan diagnosa”.

c.       Kemungkinan:
            Diagnosis keperawatan yang mungkin adalah pernyataan yang menjelaskan masalah
yang diduga memerlukan data tambahan.itu adalah un beruntung bahwa banyak perawat telah
disosialisasikan untuk menghindari muncul tentatif. dalam pengambilan keputusan ilmiah,

20
pendekatan tentatif bukanlah tanda kelemahan atau keraguan, tetapi merupakan bagian
penting dari proses. perawat harus menunda diagnosis akhir sampai ia atau dia telah
mengumpulkan dan menganalisis semua informasi yang diperlukan untuk tiba pada suatu
conclusion.physicians ilmiah menunjukkan kesementaraan dengan aturan pernyataan keluar
(R / O). Perawat juga harus mengadopsi posisi tentatif sampai mereka telah menyelesaikan
pengumpulan data dan evaluasi dan dapat mengkonfirmasi atau menyingkirkan.
3.      Syarat: menegakkan kemungkinan diagnosa keperawatan adanya unsur respon (problem)
dan faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada.
         Diagnosa: kemungkinan gangguan konsep diri: rendah diri/terilosasi berhubungan dengan
diare.
Keperawat dituntut untuk berfikir lebih kritis dan mengumpulkan data tambahan yang
berhubungan dengan konbsep diri.

d.      Diagnosa Keperawatan “Wellness”


            Diagnosa keperawatan kesejahteraaan adalah penilaian klinis tentang keadaan
individu, keluarga, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat
sejahtera yang lebih tinggi (NANDA).
  Ada 2 kunci yang harus ada:
1)      Sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
2)      Ada status dan fungsi yang efektif.
            Pernyataan diagnosa keperawatan yang dituliskan adalah “potensi untuk
peningkatan..”. perlu dicatat bahwa diagnosa keperawatan kategori ini mengandung unsur
“faktor yang berhubungan”.
Contoh : Potensial peningkatan hubungan dalam keluarga
               Hasil yang diharapkan meliputi :
1. Makan pagi bersama selama lima hari / minggu
2. Mrlibatkan anak dalam pengambilan keputusan keluarga
3. Menjaga kerahasiaan setiap anggota keluarga
e.       Diagnosa keperawatan “syndrome”

21
            Diagnosa keperawatan syndrom adalah diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa
keperawatan aktual atau resiko yang diperkirakan ada karena situasi atau peristiwa tertentu.

Manfaat diagnosa keperawatan syndrom adalah agar perawat selalu waspada dan
memerlukan keahlian perawat dalam setiap melakukan pengkajian dan tindakan keperawatan.
Menurut NANDA ada dua diagnosa keperawatan syndrom:
1)      Syndrom trauma pemerkosaan (Rape trauma syndrome)
Pada diagnosa keperawatan diatas lebih menunjukkan adanya kelompok tanda dan gejala dari
pada kelompok diagnosa keperawatan. Tanda dan gejala tersebut meliputi:
Cemas, takut,sedih, gangguan istirahat dan tidur, dan resiko tinggi nyeri sewaktu melakukan
melakukan hubungan seksual.
2)      Resiko Syndrome penyalahgunaan (Risk for Disuse Syndrome)
a. Resiko konstipasi
b. Resiko perubahan fungsi pernafasan
c. Resiko infeksi
d. Resiko trombosis
e. Resiko gangguan aktivitas
f. Resiko perlukaan
g. Kerusakan mobilisasi fisik
h. Resiko gangguan proses pikir
i. Resiko gangguan gambaran diri
j. Resiko ketidakberdayaan (powerlessness)
k. Resiko kerusakan integritas jaringan.

O.      KOMPONEN DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.     Problem (masalah)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah
kesehatan klien secara jelas dan sesingkatkan mungkin. Karena pada bagian ini dari diagnose
keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat tentang klien dan apa yang harus diubah
tentang status kesehatan klien dan juga memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan

22
keperawatan. Dengan menggunakan standar diagnose keperawatan dari  NANDA
mempunyai keuntungan yang signifikan.
1)      Membantu perawat untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan
istilah yang dimengerti secara umum.
2)      Memfasilitasi penggunaan computer dalam keperawatan, Karena perawat akan mampu
mengakses diagnose keperawatan.
3)      Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan yang ada dengan
masalah medis.
4)      Semua perawat dapat bekerja sama dalam menguji dan mendefinisikan kategori diagnose
dalam mengidentifikasi criteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam meningkatan
asuhan keperawatan.

b.      Etiologi (penyebab)
Etiologi (penyebab) adalah factor klinik dan personal yang dapat merubah status ksehatan
atau  mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi mengidentifikasi fisiologis, psikologis,
sosiologis, spiritual dan factor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan
masalah baik sebagai penyebab ataupun factor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi factor
yang mendukung terhadap masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau
sasaran langsung dari intervensi keperawatan.Jika terjadi kesalahan dalam menentukan
penyebab maka tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien. Misalnya, klien
dengan diabetes mellitus masuk RS biasanya dengan hiperglikeni dan mempunyai riwayat
yang tidak baik tentang pola makan dan pengobatan (insulin) didiagnosa dengan “
ketidaktaatan”. Katakana lah ketidaktaatan tersebut berhubungan dengan kuramgnya
pengetahuan kien dan tindakan keperawatan diprioritaskan mengajarkan klien cara mengatasi
diabetes melitus dan tidak berhasil, jika penyebab ketidaktaatan tersebut karena klien putus
asa untuk hidup.
Penulisan etiologi dari diagnose keperawatan meliputi unsure PSMM
            P          = Patofisiologi dari penyakit
            S          = Situational (keadaan lingkungan perawatan)
            M         = Medication ( pengobatan yang diberikan)
            M         = Maturasi  (tingkat kematangan/kedewasaan klien)

23
Etiologi, factor penunjang dan resiko, meliputi:
1)      Pathofisiologi:
Semua proses penyakit, akut dan kronis, yang dapat menyebabkan atau mendukung masalah,
misalnya masalah “powerlessness”
Penyebab yang umum:
a)      ketidakmampuan berkomunikasi  ( CV A, intubation)
b)      ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari (CV A, trauma servical, nyeri, IMA)
c)      ketidakmampuan memenuhi tanggungjawabnya (pembedahan, trauma, dan arthritis)

2)      Situasional (personal, enfironment)


Kurangnya pengetahuan, isolasi social, kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan,
kurangnya partisipasi klien dalam mengabil keputusan, relokasi, kekurangmampuan biaya,
pelecehan sexual, pemindahan status social, dan perubahan personal teritori.

3)      Medication (treatment-related)
Keterbatasan institusi atau RS: tidak sanggup memberikan perawatan dan tidak ada
kerahasiaan.

4)      Maturational
Adolescent: ketergantungan dalam kelompok, independen dari keluarga
Young adult: menikah, hamil, orangtua
Dewasa: tekanan karir,  dan tanda-tanda pubertas
Elderly: kurangnya sensori, motor, kehilangan (uang, factor lain)

c.       Sign/symptom (tanda/gejala)
Identifikasi data subjektif dan objektif sebagai tanda dari masalah keperawatan. Memerlukan
kriteria evaluasi, misalnya : bau “pesing”, rambut tidak pernah di keramas. “saya takut jalan
di kamar mandi dan memecahkan barang”.

P.    PENENTUAN PRIORITAS DIAGNOSIS

24
Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis mana yang akan
dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segara dilakukan dalam menentukan prioritas
terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, diantaranya :
a.       Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan atau mengancam jiwa yang dilatar
belakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas
diantaranya prioritas tinggi, prioritas sedang , dan prioritas rendah.
1)      Prioritas tinggi : mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang)
sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan
nafas.contoh diagnosa..................
2)      Prioritas sedang : menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup
klien seperti masalah higiene perseorangan.contoh diagnosa..................
3)      Prioritas rendah : menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari
suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangan atau lainnya.contoh
diagnosa..................

b.      Berdasarkan kebutuhan maslow

Maslow mentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan


diantaranya kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, harga
diri dan aktualisasi diri, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

25
Untuk prioritas diagnosis yang akan direncanakan maslow membagi urutan tersebut
berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia di antaranya :
1)      Kebutuhan fisiologis, meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan,
perawatan kulit, mobilitas, eliminasi.
2)      Kebutuhan keamanan dan keselamatan, meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat
tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
3)      Kebutuhan mencintai dan dicintai, meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi
dalam kelompok, hubungan antar manusia.
4)      Kebutuhan harga diri, meliputi masalah respect dari keluarga, perasaan menghargai diri
sendiri.
5)      Kebutuhan masalah aktualisasi diri, meliputi kepuasan terhadap lingkungan.

Q.    PERENCANAAN (INTERVENSI)

1.      Pengertian
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada
klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut.(Potter & Perry, 2005).

2.      Langkah-langkah intervensi keperawatan :


a.      Menetapkan Prioritas
            Setelah merumuskan diagnosa keperawatan spesifik, perawat menggunakan
ketermpilan berpikir kritis untuk menetapkan prioritas diagnosa dengan membuat peringkat
dalam urutan kepentingannya.Prioritas ditegakkan untuk mengidentifikasi urutan intervensi
keperawatan ketika klien mempunyai masalah atau perubahan multiple.(Carpenito, 1995).
            Prioritas pemilihan adalah metoda yang digunakan perawat dan klien untuk secara
mutualisme membuat peringkat diagnosa dalam urutan kepentingan yang didasarkan pada
keinginan, kebutuhan dan keselamatan klien.Perawat menggunakan prioritas untuk mengatur
intervensi untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan untuk memenuhi kebutuhan
klien.Prioritas diklasifikasikan sebagai tinggi, menengah dan rendah.Prioritas bergantung
pada urgensi dari masalah, sifat dari pengobatan yang diberikan, dan interaksi diantara
diagnosa keperawatan.
            Hirarki Maslow (1970) tentang kebutuhan merupakan metoda yang sangat berguna
untuk merancang prioritas.Kebutuhan dasar fisiologis dan keselamatan biasanya merupakan

26
prioritas pertama atau prioritas tertinggi.Kebutuhan mencintai dan memiliki serta harga diri
termasuk prioritas menengah.Sedangkan aktualisasi diri termasuk prioritas rendah.

b.      Menetapkan Tujuan
            Setelah mengkaji, mendiagnosis, dan menetapkan prioritas tentang kebutuhan
perawatan kesehatan klien, perawat merumuskan tujuan dan hasil yang diperkirakan dengan
klien untuk setiap diagnosa keperawatan (Gordon,1994). Maksud dari penulisan tujuan dan
hasil yang diperkirakan ada dua.Pertama, tujuan dan hasil yang diperkirakan memberikan
arahan untuk intervensi keperawatan yang individual.Kedua, tujuan dan hasil yang
diperkirakan untuk menentukan keefektifan intervensi.Bulechek & McCloskey (1985),
mendefinisikan tujuan sebagai “petunjuk untuk pemilihan intervensi keperawatan dan kriteria
dalam evaluasi intervensi keperawatan”.Tujuan harus tidak hanya memenuhi kebutuhan klien
tetapi juga harus mencakup pencegahan dan rehabilitasi.
1.      Dua tipe tujuan dikembangkan untuk klien; yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang.

1)      Tujuan jangka pendek adalah sasaran yang diharapkan tercapai dalam periode waktu
yang singkat, biasanya kurang dari satu minggu (Carpenito, 1995).

2)      Tujuan jangka panjang adalah sasaran yang diperkirakan untuk dicapai sepanjang


periode waktu yang lebih lama, biasanya lebih dari satu minggu atau berbulan-bulan
(Carpenito, 1995). Tujuan jangka panjang dapat dilanjutkan saat pemulangan ke fasilitas
keperawatan terampil, lingkungan rehabilitasi, atau kembali ke rumah.

            Penetapan tujuan menegakkan kerangka kerja untuk rencana asuhan


keperawatan.Melalui tujuan, perawat mampu untuk memberikan asuhan yang
bersinambungan dan meninngkatkan penggunaan waktu serta sumber yang optimal.

R.      Kriteria Hasil atau Hasil Yang Diharapkan

27
            Hasil yang diharapkan adalah sasaran spesifik, langkah demi langkah yang mengarah
pada pencapaian tujuan dan penghilangan etiologi untuk diagnose keperawatan. Suatu hasil
adalah perubahan dalam status klien yang dapat diukur dalam berespons terhadap asuhan
keperawatan (Gordon, 1994; Carpenito, 1995).Hasil adalah respons yang diinginkan dari
kondisi klien dalam dimensi fisiologis, sosial, emosional, perkembangan atau spiritual.
2.      Untuk menentukan hasil yang diharapkan, ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan,
yaitu :
a.       Faktor yang berpusat pada klien
Karena asuhan keperawatan diarahkan dari diagnose keperawatan, maka tujuan dan hasil
yang diperkirakan difokuskan pada klien. Pernyataan ini mencerminkan perilaku dan respons
klien yang diperkirakan sebagai hasil dari intervensi keperawatan.

b.      Faktor Tunggal
Setiap penetapan tujuan atau hasil yang diperkirakan harus menunjukkan hanya satu respons
perilaku.Kemanunggalan ini memberikan metoda yang lebih tepat untuk mengevaluasi
respons klien terhadap tindakan keperawatan.

c.       Faktor yang dapat diamati


Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan harus dapat diamati.Melalui pengamatan
peawat mencatat bahwa telah terjadi perubahan. Perubahan yang dapat diamati dapat terjadi
dalam temuan fisiologis, tingkat pengetahuan klien, dan perilaku  Hasilnya dapat dicapai
dengan menanyakan secara langsung klien tentang kondisi atau dapat diamati dengan
menggunakan keterampilan pengkajian. Faktor yang dapat diamati ini kita dapati dari data
subjektif.

d.      Faktor yang dapat diukur


Tujuan dan hasil yang diharapkan ditulis untuk memberi perawat standar yang dapat
digunakan untuk mengukur respons klien terhadap asuhan keperawatan.Faktor yang dapat
diukur ini kita dapat dari data obektif.

e.       Faktor batasan waktu

28
Batasan waktu untuk setiap tujuan dan hasil yang diharapkan menunjukkan kapan respons
yang diharapkan harus terjadi.Batasan waktu membantu perawat dan klien dalam
menentukan bahwa kemajuan sedang dilakukan dengan kecepatan yang jelas.

f.       Faktor Mutual
Penetapan tujuan dan hasil yang diharapkan secara mutual memastikan bahwa klien dan
perawat setuju mengenai arah dan batasan waktu dari perawatan. Penetapan tujuan secara
mutual dapat meningkatkan motivasi dan kerja sama klien.

g.      Faktor realistik
Tujuan dan hasil yang diharapkan yang singkat dan realistic dapat dengan cepat memberikan
klien dan perawat suatu rasa pencapaian. Sebaliknya, rasa pencapaian ini dapat meningkatkan
motivasi dan kerja sama klien. Ketika menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkanyang
realistik, perawat, melalui pengkajian, harus mengetahui sumber-sumber fasilitas perawatan
kesehatan, keluarga, dan klien.

S.      Intervensi Keperawatan
            Intervensi, strategi, atau tindakan keperawatan dipilih setelah tujuan dan hasil yang
diharapkan ditetapkan.Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat kesehatan yang
diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Memilih intervensi keperawatan
sesuai adalah proses pembuatan keputusan (Bulechek & McCloskey, 1990). Intervensi
keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat lakukan atas nama klien. Perawat
memilih intervensi untuk mencapai hasil. Metoda pemilihan intervensi adalah selalu sama ;
tetapi tipe intervensinya adalah bersifat individual bagi klien.
  Tipe intervensi terbagi 3, yaitu :
a.       Intervensi perawat
Intervensi perawat adalah respons perawat terhadap kebutuhan perawatan kesehatan dan
diagnose keperawatan klien.Tipe intervensi ini adalah “suatu tindakan autonoomi
berdasarkan rasional ilmiahyang dilakukan untuk keuntungan klien dalam cara yang
diprediksi yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan klien” (Bulechek &

29
McCloskey, 1994). Intervensi ini tidak membutuhkan supervisi atau arahan dari orag lain.
Sebagai contoh, intervensi untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi yang
adekuat atau aktivitas kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan higiene adalah
tindakan keperawatan mandiri.Intervensi perawat tidak membutuhkan instruksi dari dokter
atau profesi lainnya.

b.      Intervensi dokter
Intervensi dokter didasarkan pada respons dokter terhadap diagnose medis, dan perawat
menyelesaikan instruksi tertulis  dokter (Bulechek & McCloskey, 1994). Memberikan
medikasi, mengimplementasikan suatu prosedur invasif, mengganti balutan, dan
menyiapkkan klien untuk pemeriksaan diagnostik adalah contoh-contoh dari intervensi
tersebut.Intervensi ini tidak selalu berada dalam praktik legal keperawtan bagi perawat untuk
meresepkan atau menginstruksikan tindakan ini, tetapi intervensi tersebut berada dalam
praktik keperawatan bagoi perawat untuk menyelesaikan insruksi tersebut dan untuk
mengkhususkan pendekatan tindakan.Setiap intervensi dokter membutuhkan tanggung jawab
keperawatan spesifik dan pengetahuan keperawatan tehnik spesifik.

c.       Intervensi kolaborasi
Intervensi kolaborasi adalah terapi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan
keahlian dari berbagai professional perawatan kesehatan.Intervensi perawat, dokter dan
kolaborasi membutuhkan penilaian keperawatan yang kritis dan pembuatan keputusan.Ketika
menghadapi intervensi dokter, atau intervensi kolaboratif, perawat tidak secara otomatis
mengimplementasikan terapi, tetapi harus menentukan apakah intervensi yang diminta sesuai
untuk klien.
Pemilihan intervensi
Ketika memilih intervensi, perawat menggunakan keterampilan membuat keputusam klinis
yang menunjukkan tentang enam faktor untuk memilih intervensi keperawatan pada klien
spesifik, yaitu :

1)      Karakteristik diagnosa keperawatan

30
a)      Intervensi harus diarahkan pada pengubahan etiologi atau tanda dan gejala yang berkaitan
dengan label diagnostik.
b)      Intervensi diarahkan pada pengubahan atau menghilangakan faktor-faktor risiko yang

berkaitan dengan diagnosa keperawatan faktor risiko.

2)      Hasil yang diharapkan


a)      Hasil dinyatakan dalam istilah yang dapat diukur dan digunakan untuk mengevaluasi
keefektifan intervensi.

3)      Dasar riset
a)      Tinjauan riset keperawatn klinis yang berhubungan dengan label diagnostik dan masalah
klien.
b)      Tinjauan artikel yang menguraikan penggunaan temuan riset dalam situasi dan lingkungan
klinis yang serupa.

4)      Kemungkinan untuk dikerjakan


a)      Interaksi dan intervensi keperawatan dengan tindakan yang sedang diberikan oleh
profesional kesehatan lain.
b)      Biaya. Apakah intervensi mempunyai nilai yang efektif baik secara klinis maupun biaya?
c)      Waktu. Apakah waktu dan sumber tenaga tertangani dengan baik ?

5)      Keberterimaan klien
a)      Rencana tindakan harus selalu dengan tujuan klien dan nnilai perawatan kesehatan klien.
b)      Tujuan keperawatan yang diputuskan secara mutual.
c)      Klien harus mampu melakukan perawatan diri atau mempunyai orang yang dapat
membantu dalam perawatan kesehatan tersebut.

6)      Kompetensi dari perawat


a)      Berpengetahuan banyak tentang rasional ilmiah intervensi.
b)      Memiliki keterampilan fisiologis dam psikomotor yang diperlukan untuk menyelesaikan
intervensi.

31
c)      Kemampuan untuk berfungsi dalam lingkungan dan secara efektif dan efisien
menggunakan sumber perawatan kesehatan.

32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi Keperawatan Keluarga menurut ANA (1995) mendefinisikan intervensi sebagai
rencana tindakan perawat untuk kepentingan kilen atau keluarga.
Intervensi keperawatan keluarga dapat di lakukan pada :
1. Keluarga dengan satu masalah yang mempengaruhi anggota keluarga lainnya
2. Keluarga dengan anggota keluarga berpenyakit yang berdampak pada anggota
keluarga lainnya.
3. Anggota keluarga yang mendukung permasalahan kesehatan yang muncul.
4. Salah satu anggota keluarga menunjukkan perbaikan atau kemunduran dalam
status kesehatan.
5. Anggota keluarga yang didiagnosis penyakit pertama kali.
6. Perkembangan anak atau remaja secara emosional.
7. Keluarga dengan penyakit kronis.
8. Keluarga dengan penyakit mematikan.

Klasifikasi intervensi, antara lain :


1. Suplemental
2. Fasilitatif
3. Developmental

Domain Intervensi Keperawatan Keluarga


1. Domain Kognitif
2. Domain Afektif
3. Domain Psikomotor
4. Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien
dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam
hasil yang diharapkan.
B. Saran
Untuk membuat perencanaan, anda harus belajar menentukan prioritas,
merumuskan tujuan, dan membuat intervensi. Melalui perencanaan perawatan yang

33
berkomitmen pada waktu, maka anda akan dapat memiliki kemampuan dalam memecahkan
masalah dan memiliki kemampuan menentukan validitas keputusan yang dibuat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall,2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta: EGC

Harnowo Sapto, H. Fitri Susanto, 2002, Keperawatan Medical Bedah, Jakarta : EGC

Brunner & suddath, 2001, Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3, Jakarta : EGC

Lukman, ningsih Nurna, 2009. Asuhan keperawata pada klien dengan gangguan system
muskuloskeletal. Jakarta: Selemba Medika

http://iwansaing.wordpress.com/2009/06/08/askep-gangguan-sistem- muskuloskeletal/ ,
diakses tanggal 8 April 2020, jam 10.38.

35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai