Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK LUKA BAKAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak 1

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Dzikrina Farikhatus Solikhah (A12020038)


2. Elia Mustika (A12020039)
3. Elsa Dwi Yuliana (A12020040)
4. Elsa Suryani (A12020041)
5. Ely Astuti Rahmawati (A12020042)
6. Endah Nuritasari (A12020043)
7. Endra Priyanto (A12020044)
8. Erfina Rahmawati (A12020045)
9. Estu Wibowo (A12020046)
10. Fadilah Nurma Andriasari (A12020047)
11. Farach Aini Fauzia (A12020048)
12. Febri Maysarohaeni (A12020049)
Kelas:3A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan anak 1 yang berjudul
“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Luka Bakar Pada Anak” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah keperawatan anak 1. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan
dan pemahaman tentang luka bakar yang terjadi pada anak.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Wuri Utami S.Kep.Ns.,M.Kep dan
dosen tim teaching selaku dosen mata kuliah keperawatan anak 1 yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami menyadari makalah asuhan keperawatan obesitas yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran kami harapkan agar tercipta makalah
yang lebih baik.

Gombong,10 November 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I TINJAUAN MEDIS.................................................................................................1

A. Definisi.........................................................................................................................1

B. Etiologi.........................................................................................................................1

C. Pathway........................................................................................................................3

D. Manifestasi Klinis........................................................................................................4

E. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................5

BAB II TINJAUAN KEPERAWATAN.............................................................................7

A. Pengkajian Fokus Keperawatan...................................................................................7

B. Daftar Diagnosa Keperawatan......................................................................................12

C. Intervensi Keperawatan................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

iii
BAB 1
TINJAUAN MEDIS
A. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu kondisi kerusakan atau kemalangan jaringan khas
yang disebabkan oleh kontak langsung dengan sumber panas seperti kobaran api,
pengenalan air panas, kontak dengan benda panas, sengatan listrik, paparan bahan
kimia, dan paparan radiasi. Luka bakar yang disebabkan oleh benda panas
berhubungan dengan kemungkinan besar untuk kematian pada pasien (Kara, 2018).
Luka bakar adalah penyebab umum dari kerusakan traumatis dan kondisi krisis utama
di dalam ruang krisis yang memiliki berbagai jenis masalah, tingkat mortalitas dan
morbiditas yang memerlukan penatalaksanaan yang luar biasa dari tahap syok sampai
fase lanjutan (Young et al, 2019). Luka bakar adalah penyebab ketiga dari kematian
yang tidak disengaja dalam beberapa kelompok usia (Ardabili ,2016)
Luka bakar adalah cedera jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan panas
kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi (seperti, bahan korosif),
barang elektrik (aliran listrik atau lampu), atau energi elektromagnetik dan radiasi.
B. Etiologi Luka Bakar
Luka bakar sering terjadi dikehidupan dan menjadi tantangan bagi tenaga
medis. Luka bakar paling sering terjadi di negara menengah ke bawah (WHO, 2018).
Etiologi luka bakar adalah api, air panas, listrik, kimia, kontak radiasi, dan cedera
dingin. Luka bakar dapat mengenai segala usia, jenis kelamin, serta dapat
memengaruhi kondisi psikologis dan fisik pasien, bahkan dapat kehilangan pekerjaan
akibat luka bakar. Luka bakar dan komplikasinya memengaruhi mortalitas dan
morbiditas (KEMENKES RI, 2019). Luka bakar dengan etiologi terbanyak pada anak
usia 0 – 5 tahun adalah luka bakar api, berbeda dengan studi yang lain dengan hasil
terbanyak merupakan scald burn. (Frans et al, 2018). Data menyebutkan bahwa 65%
kasus luka bakar pada balita terjadi akibat kontak dengan air panas (scald burn), 20%
terjadi akibat kobaran api (flame burn), dan 15% terjadi akibat etiologi lainnya,
seperti akibat aliran listrik dan paparan bahan kimia. Luka bakar jenis ini mampu
merusak kulit hingga bagian dermis, sehingga dapat digolongkan sebagai luka bakar
grade II (Partial Thickness Burn) (Kara, 2018). (Kai-Yang, et al, dan Qian Xu, et al)
menyataan bahwa air panas, sup, dan minyak panas sebagai penyebab tersering di

1
dalam rumah. Berikut penjelasan etiologi luka bakar, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal adalah luka bakar yang disebabkan oleh panas yang tak
terkontrol, seperti kontak langsung dengan air panas (scald burn), permukaan
benda yang panas, hingga kobaran api (flame burn). Luka bakar jenis ini dapat
merusak kulit hingga bagian epidermis, sehingga dapat digolongkan sebagai luka
bakar grade I (Superficial Partial Thickness Burn). Luka bakar jenis ini dapat
menyebabkan pasien mengalami luka hingga bagian subkutis, sehingga dapat
diklasifikasikan sebagai luka bakar grade III (Full Thickness Burn) (Belleza,
2016)
2. Luka Bakar Listrik ((Electrical Burn)
Listrik menyebabkan berbagai macam kerusakan akibat arus, kebakaran, dan
ledakan. Arus listrik di sepanjang bagian tubuh yang memiliki hambatan paling
kecil. Kerusakan terutama pada pembuluh darah terutama tunika intima,
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali risikonya jauh dari titik
kontak, baik dalam kontak dengan sumber saat ini maupun yang dikembangkan
(brunner, 2015).
3. Luka Bakar Kimiawi (Chemical Burn)
Luka bakar kimiawi adalah luka bakar yang terjadi akibat pajanan zat
yang bersifat asam maupun basa.
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau antasida yang biasa
digunakan dalam industri militer atau pembersih yang sering digunakan untuk
keperluan keluarga. (brunner, 2015)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh paparan sumber radioaktif. Kerusakan
semacam ini sering disebabkan oleh penggunaan radio hidup untuk keperluan
penting di bidang farmasi dan mekanik. Pengenalan matahari terlalu lama juga
dapat menyebabkan luka bakar radiasi (brunner, 2015).

2
C. Pathway

3
D. Manifestasi Klinis
1. Dalamnya Luka Bakar

Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan


Kekebalan Jilatan api, sinar ultra Kering tidak ada Bertambah Nyeri
partial violet (terbakar oleh gelembung. Oedem merah
superfisial matahari) minimal atau tidak ada.
(Tingkat 1) Pucat bila ditekan dengan
ujung jari, berisi kedalam
bila tekanan dilepas.
Lebih dalam dari Kontak dengan bahan air, Blister besar dan lembab Berbintik Sangat
ketebalan partial atau bahan padat. Jilatan yang ukurannya bintik yang Nyeri
(tingkat II) api pada pakaian. Jilatan bertambah besar. Pucat kurang jelas,
d. Superfisial langsung kimiawi. Sinar bila ditekan dengan putih, coklat,
e. Dalam ultra violet ujung jari, bila tekanan pink, daerah
dilepas berisi kembali merah coklat.
Ketebalan Kontak dengan bahan cair Kering disertai kulit Putih, kering, Tidak
sepenuhnya atau padat. Nyala api. mengelupas. Pembuluh hitam, coklat sakit,
(tingkat III) Kimia. Kontak dengan darah seperti arang tua. Hitam. sedikit
arus listrik terlihat di bawah kulit Merah. sakit.
yang mengelupas. Rambut
Gelembung jarang, mudah
dindingnya sangat tipis, lepas bila
tidak membesar. Tidak dicabut.
pucat bila ditekan.
2. Luas luka bakar, Menurut Musliha (2010)
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atau rule of wallace yaitu :
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 18% : 36% e. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
3. Berat ringannya luka bakar, Menurut Musliha (2010)

4
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor
antara lain :
a. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh
b. Kedalaman luka bakar
c. Anatomi lokasi luka bakar
d. Umur klien
e. Riwayat pengobatan yang lalu
f. Trauma yang menyertai atau bersamaan
4. Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai
dengan kerusakannya :
a. Grade I
Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh
dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut.
b. Grade II
Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema subkutan,
luka merah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari
tergantung komplikasi infeksi.
c. Grade III
Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah
keputihputihan dan hitam keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak
tidak sembuh sendiri maka perlu Skin graff.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :
1. Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya Hematokrit dan sel darah
merah terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi
3. Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cidera inhalasi
4. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan,
hipokalemia terjadi bila diuresis.
5. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
6. Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
7. EKG : Tanda iskemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar

5
8. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya

6
BAB II

TINJAUAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian Keperawatan
1. Identifikasi Data
Nama, umur, jenis kelamin, agama, nama anggota keluarga yang tinggal dalam
satu rumah, alamat tempat tinggal keluarga dan diagnose keperawatan.
2. Komposisi keluarga
Resiko luka bakar setiap umur berbeda:anak dibawah 2 tahun dan di atas 60
tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, Pada umur 2 tahun lebih rentan
terkena infeksi.
3. Tipe keluarga
Garis keturunan atau silsilah keluarga dari tiga generasi apakah ada yang
menderita diabetes melitus atau penyakit keturunan lain yang mungkin dapat
mempengaruhi proses penyembuhan pasien.
4. Latar belakang budaya
Adat istiadat di tempat tinggal keluarga, suku bangsa, agama, sosial, budaya,
rekreasi, kegiatan pendidikan, kebiasaan makan dan berpakaian. Adanya
pengaruh budaya pada peran keluarga dan kekuatan struktur, bentuk rumah,
bahasa yang digunakan sehari-hari, komunikasi dalam keluarga, penggunaan
tempat pelayanan kesehatan.
5. Pola spiritual
Agama yang dianut dalam keluarga dan kegiatan agama yang diikuti.
6. Status sosial ekonomi budaya
Penghasilan keluarga yang kurang dapat meyebabkan keluarga kesulitan
dalam menentukan pilihan. Sehingga kemungkinan besar dapat terjadi resiko
infeksi atau proses penyembuhan yang terhambat. Sedangkan keyakinan
budaya dapat menyebabkan terjadinya salah penanganan oleh anggota
keluarga sebelum dibawa ke fasilitas layanan kesehatan. Dalam proses
perawatan luka bakar juga memerlukan waktu yang lama, rutin, dan biaya
untuk pengobatan.

7
7. Pendidikan
Keadaan ekonomi yang rendah sangat berkaitan dengan masalah pendidikan,
ini disebabkan karena ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi masalah
yang mereka hadapi dan kurangnya pengetahuan tentang luka bakar pada salah
satu anggota keluarga, sehingga tidak mampu merawat balita dengan baik
yang mengakibatkan kondisi bertambah buruk, resiko infeksi dan timbul
komplikasi.
8. Aktivitas rekreasi keluarga
Identifikasi aktivitas dalam keluarga, frekuensi aktivitas tiap anggota keluarga
dan penggunaan waktu senggang.
9. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan setiap anggota keluarga dari yang usia bayi sampai
lanjut usia.
10. Riwayat keluarga sebelumnya
Adakah anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit diabetes melitus
atau penyakit keturunan lain yang mungkin dapat mempengaruhi proses
penyembuhan luka bakar pada pasien.
11. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
b. Lingkungan : lingkungan sangat mempengaruhi resiko pasien menderita
luka bakar, seperti kurang pengamanan di dapur atau tata letak alat dan
bahan berbahaya yang diletakkan sembarangan.
c. Macam lingkungan tempat tinggal yang sempit, padat, tidak tersedianya
kotak p3k, kurang pengawasan pada lingkungan dengan keluarga ekonomi
menengah ke bawah.
d. Mobilitas geografis keluarga, status rumah yang dihuni oleh keluarga
apakah rumah sendiri atau menyewa, sudah berapa lama tinggal di daerah
tersebut, dan pindah dari daerah mana.
e. Interaksi keluarga dengan masyarakat
12. Fasilitas sosial dan Kesehatan
Tingkat ekonomi yang rendah dapat mengakibatkan sulitnya pengobatan dan
pemenuhan perawatan luka bakar dalam mengunjungi pelayanan kesehatan
yang ada.

8
13. Fasilitas transportasi
Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar
penderita mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana
transportasi menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan
kesehatan sehingga kondisi akan semakin memburuk.
14. Sistem pendukung dalam keluarga
Dukungan keluarga untuk proses penyembuhan luka bakar mengenai
kepatuhan perawatan dan pengobatan.
15. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari di dalam keluarga
dan waktu yang sering digunakan untuk berkomunikasi.
b. Struktur peran
Apakah keluarga sudah menjalankan perannya dalam menjalankan
fungsinya, struktur kekuatan keluarga sejauh mana keluarga mampu
mengambil keputusan dengan tepat dalam mengatasi luka bakar yang
terjadi.
16. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Perlindungan psikologis dan rasa aman sangat di butuhkan oleh anak
dengan luka bakar karena rasa nyeri yang dirasakan dapat membuat anak
mudah menangis dan stres. Belum lagi kerusakan jaringan kulit yang tidak
seperti sebelumnya dapat membuat anak malu dan enggan bertemu
dengan anak sebaya karena takut di bully.
b) Fungsi sosialisasi
Fungsi afektif Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah
bagaimana keluarga mempersiapkan anggota keluarganya menjadi
anggota masyarakat yang baik, mampu menyesuaikan diri dan dapat
berinteraksi dengan lingkungan (Effendy, Nasrul, 1998).
c) Fungsi kesehatan
1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Kesehatan
Adakah perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan
sehingga dapat menimbulkan masalah perawatan diri.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
9
Pada pasien luka bakar akan terjadi gangguan nutrisi karena
peningkatan metabolik seperti mual dan muntah,diit TKTP.
3. Pola Aktifitas
Pada pasien luka bakar akan terjadi keterbatasan aktifitas yang
disebabkan oleh kontraktur.
4. Pola Eliminasi
Terjadi penurunan volume intravaskular maka aliran plasma ke ginjal
dan GFR (Laju Filtrasi Glomerular) akan menurun yang berakibat
haluaran urine,jika resusitasi cairan tidak adekuat atau terlambat
diberikan akan terjadi gagal ginjal akut.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur akan terganggu akibat adanya nyeri,pasien merasa
gelisah,cemas sehingga terjadi gangguan rasa nyaman.
6. Pola Persepsi dan Tata Laksana Kesehatan
Adakah perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan
sehingga dapat menimbulkan masalah perawatan diri.
7. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada pasien luka bakar akan terjadi gangguan nutrisi karena
peningkatan metabolik seperti mual dan muntah,diit TKTP.
8. Pola Aktifitas
Pada pasien luka bakar akan terjadi keterbatasan aktifitas yang
disebabkan oleh kontraktur.
9. Pola Eliminasi
Terjadi penurunan volume intravaskular maka aliran plasma ke ginjal
dan GFR (Laju Filtrasi Glomerular) akan menurun yang berakibat
haluaran urine,jika resusitasi cairan tidak adekuat atau terlambat
diberikan akan terjadi gagal ginjal akut.
10. Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur akan terganggu akibat adanya nyeri,pasien merasa
gelisah,cemas sehingga terjadi gangguan rasa nyaman.
17. Pemeriksaan Fisik Pada Anak
a. Status Kesehatan Umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, gelisah, tekanan darah, nadi,
frekuensi pernapasan luka bakar derajat II B luka terasa nyeri, membentuk
10
lepuh serta edema subkutan. Luka bakar derajat III,luka tidak nyeri karena
reseptor sensoris mengalami kerusakan total, nadi dalam batas normal
(80-100/menit), suhu tubuh meningkat (37,5-
38,5℃).
b. Kepala dan leher
Kesimetrisan muka dan tengkorak,warna dan distribusi rambut kulit
kepala, keadaan rambut dan kulit kepala bersih, tidak ada pembengkakan,
tidak nyeri tekan.
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan, tidak ada jaringan parut.
c. Sistem respirasi
Bentuk hidung simetris,frekuensi pernafasan meningkat (20
24“/menit).Bila luka mengenai muka,hidung,leher akan terjadi edema
yang menyebabkan obstruksi jalan nafas, adanya dispnea,stridor.
d. Sistem Kardiovaskuler
Adanya edema,perubahan permeabilitas kapiler, adanya tanda palpitasi,
takikardi, tidak nyeri tekan, adanya penurunan curah jantung
e. Sistem Integumen
Pada pemeriksaan derajat II B dan III 20% dapat mengenai
epidermis,dermis,termasuk kelenjar keringat,saraf sensoris,
motorik,kapiler,folikel rambut, warna kulit/luka pink(II B) dan warna luka
coklat,putih,merah,hitam juga terjadi kerusakan kulit total dan tidak
menimbulkan rasa sakit pada grade III.
f. Sistem Genitourinaria
Tidak ada hematuri, tidak terjadi retensi urine, adanya oliguri dan anuri,
tidak nyeri waktu buang air kecil(BAK), tidak bengkak, tidak ada
hemoroid, kebersihan terjaga.
g. Sistem Gastrointestinal
Terjadi penurunan bising usus atau berhenti karena syok atau kekurangan
ion kalium,tidak nyeri tekan,dapat terjadi hematemesis melena bila ada
gejala tukak peptik.
h. Sistem Muskuloskeletal
Apabila klien tidak pernah melakukan aktivitas atau mobilisasi akan
terjadi kontraktur dari persendian akibat jaringan eskar dan terjadi
11
keterbatasan dalam beraktivitas seperti berjalan, buang air kecil (BAK),
makan, minum.Hal ini disebabkan adanya luka bakar pada extremitas
bawah kanan dan kiri, adanya nyeri bila digerakkan.
i. Analisa data
Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah
pasien,analisa merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan
menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data dan membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
pasien. (Nasrul Effendi,1995,24).
B. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077) b.d Agen Pencedera Fisik
2. Gangguan Integritas Kulit (D0129) b.d Kerusakan Jaringan Kulit Luka Bakar
3. Resiko Infeksi (0142) b.d Kerusakan Integritas Kulit
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif(D0009) b.d Kekurangan Volume Cairan
5. Resiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036) b.d Luka Bakar
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut (D.0077) b.d Agen Pencedera Fisik
SLKI
Tingkat Nyeri (L.08066)
a) Keluhan nyeri menurun
b) Meringis menurun
c) Gelisah menurun
d) Kesulitan tidur menurun
e) Sikap protektif menurun
SIKI
Manajemen Nyeri (I. 08238)
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
d) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Terapeutik

12
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
a) Jelaskan strategi meredakan nyeri
b) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan Integritas Kulit (D0129) b.d Kerusakan Jaringan Kulit Luka
Bakar
SLKI
Penyembuhan Luka (L.14130)
a) Penyatuan kulit meningkat
b) Penyatuan tepi luka meningkat
c) Jaringan granulasi meningkat
d) Nyeri menurun
e) Peradangan luka menurun
SIKI
Perawatan luka bakar (I.14565)
Observasi
a) Identifikasi penyebab luka bakar
b) Monitor kondisi luka
Terapeutik
a) Gunakan teknik aseptik selama merawat luka
b) Bersihkan luka dengan air steril
c) Lakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri
d) Jadwal kan frekuensi perawatan luka berdasarkan ada atau tidaknya infeksi,
jumlah eksudat dan jenis balutan yang digunakan
e) Berikan suplemen vitamin dan mineral
Edukasi
b) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
c) Anjurkan mengonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
13
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian antibiotik
3. Resiko Infeksi (0142) b.d Kerusakan Integritas Kulit
SLKI
Integrasi Kulit dan Jaringan (L.14125)
a) Kerusakan jaringan menurun
b) Kerusakan lapisan kulit menurun
c) Nyeri menurun
d) Kemerahan menurun
SIKI
Perawatan Luka Bakar (I.14565)
Observasi
a) Identifikasi penyebab luka bakar
b) Monitor kondisi luka
Terapeutik
a) Gunakan teknik aseptik selama merawat luka
b) Bersihkan luka dengan air steril
c) Lakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri
d) Jadwal kan frekuensi perawatan luka berdasarkan ada atau tidaknya infeksi,
jumlah eksudat dan jenis balutan yang digunakan
e) Berikan suplemen vitamin dan mineral
Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b) Anjurkan mengonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian antibiotik
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif(D0009) b.d Kekurangan Volume Cairan
SLKI
Penyembuhan Luka (L.14130)
a) Penyatuan kulit meningkat
b) Penyatuan tepi luka meningkat
c) Jaringan granulasi meningkat
d) Nyeri menurun
e) Peradangan luka menurun
14
SIKI
Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Observasi
a) Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler,
warna, suhu, indeks brakialis sudut)
b) Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang
tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
c) Monitor panas, nyeri, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
a) kendala pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
b) menentukan pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada keterbatasan
perfusi
c) memperhatikan penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cidera
d) lakukan pencegahan infeksi
e) lakukan perawatan kaki dan kuku
f) lakukan hidrasi
Edukasi
a) Ajurkan melakukan perawatan kulit yang tepat(mis. Melembabkan kulit
kering pada kaki)
b) Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah lemak
jenuh, minyak ikan, omega3)
c) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan( mis. Rasa
sakit yang tidak hilang, tidak sembuh, hilang saat rasa)
5. Resiko Ketidakseimbangan Cairan (D.0036) b.d Luka Bakar
SLKI
Keseimbangan Cairan (L.03020)
a) Asupan cairan meningkat
b) Haluaran urin meningkat
c) Kelembaban membran mukosa meningkat
d) Asupan makanan meningkat
e) Edema menurun
f) Dehidrasi menurun

15
g) Asites menurun
h) Konfusi menurun
i) Tekanan darah membaik
j) Denyut nadi radial membaik
k) Tekanan arteri rata-rata membaik
l) Membran mukosa membaik
m) Mata cekung membaik
n) Turgor kulit membaik
o) Berat badan membaik
SIKI
Manajemen Cairan (I.03098)
Observasi
a) Monitor status hidrasi (mis: frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
b) Monitor berat badan harian
c) Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
d) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis: hematokrit, Na, K, Cl, berat
jenis urin, BUN)
e) Monitor status hemodinamik (mis: MAP, CVP, PAP, PCWP, jika tersedia)
Terapeutik
a) Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
b) Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
c) Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu

6.

16
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Christie, C. D., Dewi, R., Pardede, S. O., & Wardhana, A. (2018). Luka Bakar Pada Anak
Karakteristik dan Penyebab Kematian. Majalah Kedokteran UKI, 34(3), 131–143.
Patricia, C. O. S. (2021). LUKA BAKAR. 3(2), 6.
Pengertian, A. (1999). Fleksi, Ekstensi, Abduksi, Adduksi Dan Rotasi. 1–11.

17

Anda mungkin juga menyukai