Anda di halaman 1dari 57

BIMBINGAN

MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA


“ASUHAN KEPERAWATAN, LAPORAN PENDAHULUAN, STRATEGI
PELAKSANAAN, DAN CATATAN PERKEMBANGAN JIWA PADA KLIEN
DENGAN ISOLASI SOSIAL”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

1. SAFIRA WIDYATAMI (1914401042)


2. DIANA RATU NISA (1914401046)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (masalah utama) : Isolasi sosial


Pengertian:
a. Isolasi sosial adalah keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain dianggap menilai, menyatakan, serta memperlihatkan sikap negatif dan
mengancam bagi dirinya (Towsend, 2009).
b. Isolasi sosial dalah keadaan ketika seorang klien mengalami penurunan bahkan sa
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2010).
c. Isolasi sosial sebagai suatu pengalaman menyendiri dar seseorang dan perasaan
segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang
mengancam (Herdman, 2012).
d. Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan perasaan
segan terhadap orang lain sebagai suatu yang negatif atau keadaan yang
mengancam (SAK, FIK-UI, 2014).

II. Proses terjadinya masalah


1. Faktor Predisposisi
Stuart (2009), mengatakan faktor predisposisi adalah faktor resiko timbulnya
stres yang akan mempengaruhi tipe dan sumber-sumber yang dimiliki klien untuk
menghadapi stres.
a. Biologis
Faktor biologis berhubungan dengan kondisi fisiologis yang
mempengaruhi timbunya gangguan jiwa. Beberapa teori mengkaitkan faktor
predisposisi biologis dengan teori genetik dan teori biologi terhadap timbulnya
skozofrenia. Isolasi sosial merupakan faktor negatif dari skizofrenia menurt
berbagai penelitian kejadian skiizofrenia disebabkan beberapa faktor seperti
kerusakan pada area otak, peningkatan aktivitas neurotransmitter serta faktor
genetika.

b. Psikologis
1) Teori psikoanalitik
Sigmund freud melalui teori psikoanalisa menjelaskan bahwa skizofrenia
merupakan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah dan konflik yang
tidak disadari antara impuls agresif atau kepuasan libido, serta pengakuan
terhadap ego.
2) Teori perilaku
Teori perilaku beramsumsi bahwa perilaku merupakan hasil pengalaman
yang dipelajari oleh klien sepanjang daur keidupannya, dimana setiap
pengalaman yang dialami akan mempengaruhi perilaku klien baik bersifat
adaktif maupun maladaktif.
3) Teori interpersonal
Teori interpersonal berasumsi bahwa skizorefnia terjadi karena klien
mengalami ketakutan akan penolakan interpersonal atau trauma dan kegagalan
perkembangan yang dalami pada masa pertumbuhan seperti kehilangan,
perpisahan yang mengakibatkan seseorang menjadi tidak berdaya, tidak percaya
diri, tidak mampu membina hubungan saling percaya pada orang lain, timbulnya
sikap ragu-ragu dan takut salah. Selain itu klien akan menampilkan perilaku
mudah putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, serta menghindar dari
orang lain.
Selain sistem keluarga yang kurang harmonis seperti adanya penolakan
orangtua, harapan orangtua yang tdak realistis, kurang mempunyai
tanggungjawab personal juga menjadi faktor pencetus timbulnya gangguan
dalam hubungan interpersonal. Kemampuan menjalain hubungan interpersonal
sangat berhubungan dengan kemampuan klien menjalankan peran dan
fungsinya.

c. Sosial budaya
Faktor sosial budaya meyakini bahwa penyebab skizofrenia adalah
pengalaman seseorang yang mengalami kesulitan beradaptasi terhadap tuntutan
sosial budaya karena klien memiliki harga diri rendah dan mekanisme koping
maladaktif. Stresor ini merupakan salah satu ancaman yang dapat
mempengaruhi perkembangan gangguan dalam interaksi sosial terutama dalam
menjalin hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal berkembang
sepanjang siklus kehidupan manusia. Perkembangan hubungan interpersonal
khusunya konsep diri dimulai sejak masa bayi dimana pada masa ini tugas
perkembangan yang harus dicaapai seseorang bayi adalah menetapkan
hubungan saling percaya dan terus berkembang hinggga tahap perkembangan
dewasa akhir.
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal biasanya mudah
dikenali pada saat masa remaja atau pada masa yang lebih awal dan berlanjut
sepanjang tahap perkembangan masa dewasa yang ditandai dengan adanya
respon maladaktif yaitu ketidakmampuan klien unntuk beradaptasi dengan
lingkungan sekitar serta ketidakmampuan membina hubuhang interpersonal atau
penyimpangan perilaku lain. Penelitian yang dilakukan di Amerika
menyimpulakn sekitar 10%-18% penduduknya mengalami gangguan
kepribadian (Stuart, 2009).
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal yang muncul pada saat
remaja (pubertas), disebabkan karena pada masa ini reamaj mengalami berbagai
macam perubahan fisik dan psikososial serta tuntutan masyarakat yang
mengaharuskan remaja mampu mebuat keputusan menyangkut dirinya in
mengakibatan remaja harus mampu menyesuaikan diri dengan perbuatan
tersebut, ketidakmampuan remaja yang terjadi akan mengakibtakan gangguan
kepribadian yang dpat mengakibatkan gangguan dalam hbungan sosial (Hawari,
2007).
Papalia Old dan Feldman (2008), mengatakan selain akibat dari perubahan
yang sedang terjadi pada remaja, gangguan perkembangan respon sosial juga
disebabkan karena pola asuh orangtua. Orangtua yang selalu memberikan
penghargaan terhadap anak akan menghasilkan anak dengan harga diri yang
tinggi hingga anak tersebut dewasa. Anak yang memiliki harga diri tinggi lebih
sukses dalam pekerjaan maupun dalam menjalin hubugan interpersonal.
Sebaliknya dengan orangtua dengan pola pengasuhan yang keras, tanpa kasih
sayang akan menghasilkan anak dengan harga diri rendah yang akan
mempangaruhi dalam menjalin hubungan interpersonal dengan lingkungan
sekitar. Penelitian Coopersmith (1967), menyimpulkan anak dengan harga diri
tinggi cenderung sangat ekspresif dan aktif, sukses dalam akademik dan sosial,
serta mampu menjalin hubungan interpersonal serta memiliki kepercayaan diri
tinggi. Sedangkan anak memliki harga diri sedang paling bisa menyesuaikan
diri, dan anak-anak dengan harga diri rendah berprestasi paling rendah
cenderung merasa minder, juga sensitif terhadap kritik dan secara sosial anak
tersebut paling terisolasi dari anak dengan harga diri tinggi.
Townsend, M.C (2009) mengatakan pada umunya isolasi sosial
disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri, perasaaa panik, adanya
gangguan dalam proses pikir, sukar berinteraksi dimasa lampau perkembangan
ego yang lemah serta represi dari rasa takut. Sedangkan menurut Stuart (2009)
isolasi sosial disebabkan oleh harga diri rendah bila tidak segera ditangani
perilaku isolasi sosial dapat berisiko terjadinya halusinasi.

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus internal atau eksternal yang mengancam
klien antara lain dikarenakan adanya ketegangan peran antara konflik peran, peran
yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan
transisi peran sehat sakit (Stuart, 2009).
a. Psikologis
Faktor presipitasi psikologis klien isolasi sosial berasal dari internal dan
eksternal. Stuart dan Laraia (2005) yang mengatakn bahwa isolasi sosial
disebabkan karena adanya faktor presipitasi yang berasal dalam diri sendiri
ataupun dari luar.
1) Internal
Stresor internal terdiri dari pengalaman tidak menyenangkan, perasaan
ditolak dan kehilangan orang yang berarti. Stresor yang berasal dari dalam
adalah kegagalan dan rasa bersalah yang dialaminklien. Penelitian yang
dilakukan oleh Canadian Assosiation Psychiatric (2004), menunjukkan
bahwa prevalensi ketakutan berhubungan sosial pada klien yang memiliki
harga diri rendah 14,9% lebih tinggi dibandingakn dengan klien yang
memiliki harga diri tinggi sebesar 6,6%.
2) Eksternal
Stresor eksternal adalah kurangnya dukungan dari lingkungan serta
penolakan dari lingkungan atau keluarga. Stresor dari luar klien tersebut
dapat berupa ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas,
peran berlebihan, perkembangan transiss, situasi transisi peran dan transisi
peran sehat sakit. Pendapar senada diutarakan oleh Erikson (2000, dalam
Keliat, 2006), yang menyatakan bahwa untuk kemampuan
mengembangkan hubungan yang positif setiap klien harus dapat melalui
delapan tugas perkembangan (development task) sesuai dengan proses
perkembangan usia.
Kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan dapat
mengakibatkan klien tidak percaya diri, tidak percay pada oranglain, ragu,
takut salah, pesisimtis, putus asa, menghindar dari oranglain, tidak mamlu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Pendapat senada diutarakan
oleh Stuart (2000), yang menyatakna bahwa seseorang dengan tipe
kepribadian introvert, menutup diri dari orang-orang yang
memperhhatikannya sehinggat tidak memiliki orang terdekat atau orang
yang tidak berarti dalam hidupnya.

b. Sosial budaya
Sosial budaya merupakan acaman terhadap sistem diri. Ancaman terhadap
sistem diri merupakan ancaman terhadap identitas diri, harga dir, dan fugsi
integritas sosial. Ancaman terhadap sistem diri berasal dari 2 sumber yaitu:
eksternal dan internal.
Sumber eksternl dapat disebabkan karena kehilangan orang yang sangat
dicintai karena kematian, perceraian, perubahan status pekerjaan, dilema etik,
ataupun tekanan sosial dan budaya. Sedangkan sumber internal disebakan
karena kesulitan membangun hubungan interpersonal dilingkungan sekitar
seperti dilingkungan rumah atau tempat kerja, dan ketidakmampuan
menjalaankan peran baru sebagai orangtua, pelajar atau pekerja. Penelitian
tentang faktor lingkungan sebagai salah satu penyebab isolasi sosial
menyimpulkan bahwa lingkungan memiliki andil yang cukup besar terhadap
timbulnya harga diri rendah pada klien seperti lingkungan yang tidak kondusif
dan selalu memojokkan klien yang pada akhirnya akan mempengaruhi aktivitas
klien termasuk hubungan dengan oranglain.

3. Penilaian Terhadap Stresor


Model Stres Adaptasi Stuart (2009) mengintegrasikan data dari konsep
psikoanalisis, interpersonal, perilaku, genetik dan biologis. Berbagai konsep
tersebut akan menjelaskan tentang penilaian stresor seseorang terhadap respon
yang ditimbulkan akibat megalami harga diri rendah salah satunya adalah issolasi
sosial.
a. Kognitif
Stuart (2009), yang menyatakan bahwa faktor kognitif bertugas mencatat
kejadian stresful dan reaksi yang ditimbulkan secara emosional, fisiologis,
serta perilaku dan reaksi sosia seseorang yang ditampilkan akibat kejadian
stres full dalam kehidupan selain memilih pola koping yang digunakan.
Berdasarkan penilaian tersebut klien dapat menilai adanya suatu masalah
sebagai ancaman atau potensi. Kemampuan klien melakukan penilaian
kognitif ini dipengaruhi oleh persepsi klien, sikap terbuka individu terhadap
adanya perubahan, dan kemampuan untuk melakukan kontrol diri terhadap
pengaruh lingkungan, serta kemampuan menilai masalah. Pada klien dengan
isolasi sosial kemampuan kognitif klien sangat terbatas klien lebih berfokus
pada masalah bukan bagaimana cara altrnatif pemecahan masalah yang
dihadapi.
b. Afektif
Menurut Stuart (2009) respon afektif terkait dengan ekspresi emosi, mood,
dan sikap. Respon afektif yang ditimbulkan dipengaruhi oleh ketidakmampuan
jangka panjang terhadap situasi yang membahayakan sehingga mempengaruhi
kecederungan respon terhadap ancaman terhadap harga diri klien. Respon
afektif terhadap pasien isolasi sosial adalah adanya perasaan putus ada sedih,
kecewa, merasa tidak berharga dan merasa tidak diperhatikan Menurut Stuart
dan Laraia (2005) perasaan yang dirasakan klien tersebut dapat
mengakibatkan sikap menarik diri dari lingkunagn sekitar.
c. Fisiologis
Menurut Stuart (2009) respon fisiologis terkait dengan bagaimana sistem
fisiologis tubuh berespon terhadap stresor, yang mengakibatkan perubahan
terhadap sistem neuroendokrin, dan hormonal. Respon fisiologis merupakan
respon neurobiologis yang bertujuan untuk menyiapkan klien dalam mengatasi
bahaya. Perubahan yang dialami klien akan mempengaruhi neurobiologis
untuk mencegah stimulus yang mengancam. Setiap klien yang dilahirkan
memiliki sistem saraf pusat yang sensitif terhadap stimulus yang
membahayakan.
d. Perilaku
Adalah hasil dari respon emosiomal dan fisiologis. Respon perilaku sosial
teridentifikasi 3 perilaku yang maladaktif yaitu sering melamun, tidak mau
bergaul dengan klien lain, tidak mau mengemukakan pendapat, mudah
menyerah dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan atau dalam melakukan
tindakan.
e. Sosial
Merupakan hasil perpaduan dari respon kognitif, afektif, fisiologis dan
perilaku yang akan mempengaruhi hubungan atau interaksi dengan oranglain.
Respon perilaku dan sosial memperlihatkan bahwa klien dengan isolasi sosial
lebih banyak memberi respon menghindar terhadap stresor yang dialaminya.
Respon negatif yang ditampilkan merupakan akibat keterbatasan kemampuan
klien dalam menyelesaikan masalah, dan keterbatasan klien dalam melakukan
penilaian terhadap stresor, sehingga klien memilih untuk menghindari stresor
bukan sesuatu yang harus dihadapi atau diselesaikan.

4. Sumber Koping
Menurut Stuart (2009), sumber koping merupakan pilihan atau strategi
bantuan untuk memutuskan mengenai apa yang dapat dilakukan dalam
menghadapi suatu masalah.
a. Kemampuan personal
Pada klien dengan isolasi sosial kemampuan personal yang harus dimiliki
meliputi kemampuan secara fisik dan metal. Kemampuan secara fisik
terindifikasi dari kondisi fisik sehat. Kemampuan mental meliputi kemampuan
kognitif, efektif, perilaku dan sosial. Kemampuan kognitif meliputi
kemampuan yang sudah ataupun yang sudah dimiliki klien didalam
mengindentifikasi masalah, meniali dan menyelesaikan masalah, sedangkan
kemampuan efektif meliputi kemampuan untuk meningkatkan konsep diri
klien dan kemampuan perilaku terkait dengan kemamapuan melakukan
tindakan yang adekuat dalam menyelesaikan stressor yang dialami.
b. Dukungan Sosial
Taylor, dkk (2003) menyatakan bahwa dukungan sosial akan membantu
klien untuk meningkatkan pemahaman terhadap stressor dalam mencapai
keterampilan koping yang efektif. Pendapat lain yang mendukung pernyataan
diatas mengenai pentingnya dukungan sosial didalam proses penyembuhan
klien adalah pernyataan yang diungkpakan oleh sarafino (2002), yang
menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan perasaan caring, penghargaan
yang akan membantu klien untuk dapat menerima oranglain yang berasal dari
keyakinan yang berbeda. Pendapat senada diuraikan oleh tomaras, et. Al.,
(2001 dalam keliat, 2003) yang mengatakan bahwa dukungan anggota
keluarga didalam membantu merawat klien dengan skizofrenia akan
mengurangi frekuensi kekambuhan klien.
c. Aset Material
Aset metrial yang dapat diperoleh meliputi dukungan finansial, sistem
pembiayaan layanan kesehatan seperti asuransi kesehatan ataupun program
layanan kesehatan bagi masyarakat miskin, kemudahan mendapatakan fasilitas
dan layanan kesehatan serta keterjangkauan pembiayaan pelayanan kesehatan
dan ketersediaan sarana transportasi untuk mencapai layanan kesehatan selama
dirumah sakit maupun setelah pulang. Material aset meliputi ketersediaan
dana ketidakmampuan klien dalam memenuhi aset material akan berpotensi
menimbulkan masalah akibat tidak optimalnya sumber koping yang dimilki.
d. Keyakinan Positif
Keyakinan positif adalah keyakinan dari yang menimbulkan motifasi
dalam menyelesaikan segala stressor yang dihadapi. Keyakinan positif
diperoleh dari keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengatasi
ketidakmampuan klien dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Adanya
keyakinan positif yang dimilki klien akan memotifasi dan membantu klien
untuk menggunakan mekanisme koping yang adaptif, kegiatan spritual seperti
berdoa, mengikuti kegiatan keagamaan yang ada merupakan salah satu
mekanisme koping adaptif yang dilakukan oleh klien dalam menilai stressor
yang dialami.

5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah pertahanan koping dalam
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego. Stuart (2009),
mengatakan pertahanan jangka pendek yang biasa dilakukan klien isolasi sosial
adalah lari sementara dari krisis,misalnya dengan bekerja keras, nonton televisi
secara terus menurus, melakukan kegiatan untuk mengganti identitas
sementara,misalnya ikut kelompok sosial ,keagamaan dan politik,kegiatan yang
memberi dukungan sementara, seperti mengikuti seuatu kompetisi atau kontes
popularitas,kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara,seperti
penyalah gunaan obat-obatan. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak
memberikan hasil yang diharapkan, individu akan mengembangkan mekanisme
jangka panjang antara lain menutup indentitas, dimana klien terlalu cepat
mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa
mengindahkan hasrat,aspirasi atau potensi diri sendiri. Mekanisme pertemanan
ego yang sering digunakan adalah proyeksi, merendahkan orang lain, menghindari
dari interaksi sosial dan reaksi reformasi.

A. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

N DATA MASALAH
O

1. Data subyektif: Isolasi Sosial


 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang
lain.
 Klien mengatakan tidak percaya diri dengan
dirinya.
 Klien merasa malu dengan orang lain.
Data objektif :
 Klien tampak menyendiri.
 Klien terlihat mengurung diri.
 Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang
lain.
B. Pohon Masalah
Menutut Keliath dkk (2010) pohon masalah isolasi sosial adalah sebagai
berikut:

Resiko Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

ISOLASI SOSIAL

Harga Diri Rendah

Tidak Efektifnya Koping Individu, Koping Defensif

C. Diagnosa Keperawatan:
 Isolasi sosial

STRATEGI PELAKSANAAN

I. INDIVIDU

Pertemuan ke : 1 (satu)

SP 1 : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab isolasi


sosial, akibat dari isolasi sosial, perasaan klien, keuntungan dan
kerugian klien.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan tidak percaya diri dengan dirinya..
Data objektif :
 Klien tampak menyendiri.
 Klien terlihat mengurung diri.
 Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial.
3. Tujuan:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang
lain.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain.
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
4. Rencana Keperawatan:
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamualaikum. Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Diana Ratu biasa
dipanggil Diana. Saya mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang yang akan menjaga
dari jam 07.00 pagi sampai jam 14.00 siang. Nama ibu siapa? Senangnya ibu di
panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi.
Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah Ibu masih suka menyendiri?
c. Kontrak.
 Topik:
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan ibu dan
kemampuan yang ibu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar ibu dengan
saya dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat mengetahui keuntungan
berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
 Waktu:
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja ya?
 Tempat:
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja?

2. Fase Kerja
Dengan siapa ibu tinggal serumah?
Siapa yang paling dekat dengan ibu?
Apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?
Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu?
Apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang lain?
Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga?
Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain?
Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang lain?
Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman?
Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap.
Apa lagi ibu? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu? ya apa lagi? (sampai
menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu Ibu ingin belajar berteman dengan orang lain?
Nah untuk memulainya sekarang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih dahulu.
Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan kita sebutkan dahulu nama
kita dan nama panggilan yang kita sukai.
Contohnya: nama saya Diana Ratu, senang dipanggil Diana.
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya nama
ibu siapa ? senangnya dipanggil apa?
Ayo bu coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba ibu
berkenalan dengan saya.
Ya bagus sekali ibu, coba sekali lagi ibu. Bagus sekali ibu!
Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal yang
menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan sebagainya,
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman ibu.
(dampingi pasien bercakap-cakap).

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang
lain.
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap dengan
teman? Dua kali ya ibu? Baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada jadwal
kegiatan, kita isi jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah bercakap-cakap dengan
teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan M,
jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu
menuliskan B, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. Apakah ibu
mengerti? Coba ibu ulangi? Nah bagus ibu.
c.   Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
pengalaman ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan
bercakap-cakap dengan topik tertentu. Apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
 Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau diruang tamu
saja? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok ibu.
Saya permisi Assalamualaikum.

Pertemuan ke : 2 (dua)

SP 2 : klien dapat mempraktekkan cara berkenalan dengan baik dan benar.


Berkenalan dengan 2 orang.

A. PROSES KEPERAWATAN
1.  Kondisi Klien.
Data subjektif :
 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
 Klien tidak percaya diri untuk berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
 Klien menyendiri di kamar.
 Klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar.
 Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya.
2.  Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan:
a.  Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain.
b.  Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain.
4.  Tindakan Keperawatan.
a.  Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b.  Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
satu orang.
c.  Membanatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik:
Assalamualaikum, Selamat pagi ibu, Masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian,
bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap dengan teman? Apakah ibu sudah
mulai berkenalan dengan orang lain? Bagaimana perasaan ibu setelah mulai
berkenalan?
c. Kontrak
 Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagaimana
berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar ibu semakin banyak
teman. Apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
 Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau diteras depan saja?

2. Fase Kerja
Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu, perawat yang juga dinas di
ruangan ini, ibu bisa memulai berkenalan.
Apakah ibu masih ingat bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika pasien masih
ingat, jika pasien lupa, bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan).
Nah, silahkan ibu mulai (fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat lain) wah
bagus sekali ibu, selain nama, alamat, hobby apakah ada yang ingin ibu ketahui
tentang perawat B dan C? (bantu pasien mengembangkkan topik pembicaraan) wah
bagus sekali, Nah, ibu apa kegiatan yang biasa ibu lakukan pada jam ini?
Bagaimana kalau kita menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan siang di
ruang makan sambil menolong teman, ibu bisa bercakap-cakap dengan teman yang
lain. Mari bu (dampingi pasien ke ruang makan) apa yang ingin ibu bincangkan
dengan teman ibu. ooh tentang cara menyusun piring diatas meja silahkan ibu (jika
pasien diam dapat dibantu oleh perawat) coba ibu tanyakan bagaimana cara menyusun
piring di atas meja kepada teman ibu? apakah harus rapi atau tidak? Silahkan bu,
apalagi yang ingin bu bincangkan Silahkan.
Oke sekarang piringnya sudah rapi, bagai mana kalau ibu dengan teman ibu
melakukan menyusun gelas diatas meja bersama. Silahkan bercakap-cakap ibu.

3.   Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C dan
bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di ruang makan?
Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?
b. Rencana Tindak Lanjut
Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan
bercakap-cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan siang. Mau
jam berapa ibu latihan? Oo ketika makan pagi dan makan siang.
c. Kontrak yang akan datang
 Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu berkenalan
dengan 4 orang lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan
harian lain, apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00? Baiklah ibu besok saya
akan kesini jam 10:00 WIB.
 Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau diteras depan?
Pertemuan ke : 3 (tiga)

SP 3 : klien dapat berkenalan dengan baik dan benar lebih dari 2 orang.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
 Klien mengatakan masih malu berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan masih sedikit malas berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
 Klien tampak sudah mau keluar kamar.
 Klien belum bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan:
a. Klien mampu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi:
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian?
Apakah ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan orang lain? Apa
kegiatan yang dilakukan sambil bercakap-cakap? Bagaimana dengan jadwal
berkenalan dan bercakap-cakap, apakah sudah dilakukan? Bagus ibu.
c. Kontrak:
 Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi bu
berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang masak, serta bercakap-cakap
dengan teman sekamar saat melakukan kegiatan harian. Apakah ibu
bersedia?
 Waktu :
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
 Tempat :
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

2. Fase Kerja.
Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru masak
sedang memasak dan juru masak disana berjumlah lima orang disana.
Bagaimana jika kita berangkat sekarang? Apakah ibu sudah siap bergabung dengan
banyak orang?
Nah ibu sesampainya disana ibu langsung bersalaman dan memperkenalakan diri
seperti yang sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa saja dan yakin bahwa orang-
orang disana senang dengan kedatangan ibu. Baiklah bu kita berangkat sekarang ya
bu. (selanjutnya perawat mendampingi pasien di kegiatan kelompok, sampai
dengan kembali kekamar).
Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman saat melakukan
kegiatan harian, kegiatan apa yang ingin ibu lakukan? Ooh merapikan kamar
baiklah dengan siapa ibu ingin didampingi? Dengan Nn. Y? baiklah bu.
kegiatannya merapikan tempat tidur dan menyapu kamar tidur ya bu( perawat
mengaja pasien Y untuk menemani pasien merapikan tempat tidur dan menyapu
kamar, kemudian memotivasi pasien dan teman sekamar bercakap-cakap.

3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di dapur?
kalau setelah merapikan kamar bagaimana ibu? Apa pengalaman ibu yang
menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya kita bergabung
dengan orang banyak?
b. Rencana Tindak Lanjut:
Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau ibu
bisa ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh teman-
teman ibu. Jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan tempat tidur kita
cantumkan dalam jadwal ya ibu. Setiap jam berapa ibu akan berlatih? Baiklah
pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00.
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam
melakukan berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry. apakah
ibu bersedia?
 Waktu:
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
 Tempat:
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu.

Pertemuan ke : 4 (empat)

SP 4 : klien mampu melakukan aktivitas dan berlatih berbicara saat


melakukan kegiatan sosial.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
 Klien mengatakan sudah mau berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan mampu berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
 Klien sudah mau keluar kamar.
 Klien bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan.
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu. Apakah ibu masih kenal dengan saya?
b. Evaluasi/ Validasi:
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? masih ada perasaan kesepian, rasa
enggan berbicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan hariannya
sudah dilakukan? Dilakukan sambil bercakap-cakap kan ibu? sudah berapa orang
baru yang ibu kenal? Dengan teman kamar yang lain bagaimana? Apakah sudah
bercakap-cakap juga? Bagaiman perasaan ibu setelah melakukan semua kegiatan?
Waah ibu memang luar biasa.

c. Kontrak
 Topik:
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi ibu
dalam menjemput pakaian ke laundry atau latihan berbicara saat melakukan
kegiatan sosial. Apakah ibu bersedia?
 Waktu:
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
 Tempat:
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

2. Fase Kerja.
Baiklah, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil? (sebaiknya
sudah disipakan oleh perawat) baiklah ibu mari kita berangkat ke ruangan laundry.
(komunikasi saat di ruangan laundry).
Nah ibu caranya yang pertama adalah ibu ucapkan salam untuk ibu Yanti, setelah itu
ibu bertanya kepada ibu Yanti apakah pakaian untuk ruangan melati sudah ada? Jika
ada pertanyaan dari ibu Yanti ibu jawab ya. Setelah selesai, minta ibu Yanti
menghitung total pakaian dan kemudian ibu ucapkan terimakasih pada Ibu Yanti.
Nah sekarang coba ibu mulai ( perawat mendampingi pasien)

3. Fase Terminasi
a. Subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian ke
ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan bu?
b. Rencana Tindak Lanjut :
Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal dan
melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry.
c. Kontrak yang akan datang:
 Topik:
Baiklah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
kebersihan diri. Apakah ibu bersedia?
 Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
 Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu.
saya permisi Assalamualaikum

II. KELUARGA

Pertemuan : 1 (satu)
SP 1 : membina hubungan saling percaya dengan keluarga dan
menjelaskan kondisi klien.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien mulai bisa berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Identifikasi masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
c. Penjelasan isolasi sosial.
d. Cara merawat dan melatih pasien isolasi sosial.
e. Jadwal keluarga untuk merawat pasien.

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamualaikum. Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Diana Ratu, biasa
dipanggil Diana. Saya mahasiswa Poltekkes Tanjung Karang yang akan menjaga
anak bapak dari jam 07.00 pagi sampai jam 14.00 siang. Nama bapak/ibu siapa?
Senangnya dipanggil apa?
b. Evaluasi/ Validasi:
Bagaimanakah perasaan ibu hari ini? Bagaimana kondisi Y hari ini?
c. Kontrak
 Topik:
ibu bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol tentang masalah anak ibu, isolasi
sosial, serta cara merawat Y?
 Waktu:
Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit?
 Tempat:
Ibu mau ngobrol-ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana disini saja sambil
duduk-duduk?

2. Fase Kerja
Ibu apakah ibu tahu masalah yang sedang dialami oleh anak ibu? Apakah saja
masalah yang ibu hadapi dalam merawat Y?apa saja yang sudah dilakukan?
Masalah yang dihadapi oleh Y disebut Isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain.
Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk
Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah
dengan orang terdekat.
Menurut yang diceritakan oleh Y, ia lebih suka menyendiri dan tidak mau
bergaul/berinteraksi dengan orang lain karena ia merasa malu,karena ia merasa hanya
dia yang tidak bisa melanjutkan kuliah sedangkan semua temannya berkuliah.
Sehingga pasien merasa minder dan lebih suka menyendiri.
Untuk itu disini keluarga sangat berperan penting dalam mengatasi masalah anak ibu.
Keluarga harus bersabar dalam menghadapapi Y. Untuk mengatasi masalahnya
pertama, keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan Y, caranya
bersikap peduli dan jangan ingkar janji. Kedua mengajak Y untuk berinteraksi dengan
cara berjalan-jalan, selanjutnya keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan
kepada Y untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah
pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.
Apakah ibu bisa mengerti dan melakukan hal yang sudah saya ajarkan tadi?
Ayo coba peragakan hal yang saya ajarkan tadi, sekarang..!
Bagaimana kita menyusun jadwal untuk pertemuan selanjutnya?

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Obyektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol-ngobrol? Apakah sudah mengerti
dengan apa yang sudah saya jelaskan tadi?
Apakah ibu bisa melakukan hal yang sudah saya ajarkan tadi?
b. Rencana tindak lanjut:
Ibu bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini pada Y, bapak/ibu juga
bisa mengajari anggota keluarga yang lain untuk menerapkan hal ini saat dirumah
agar lebih mudah menyelesaikan masalah ini.
c. Kontrak
 Topik :
ibu selanjutnya kita akan bertemu untuk latihan/menerapkan apa yang sudah
ibu pelajari kepada Y langsung. Ibu maunya kapan? Bagaimana kalau besok?
 Waktu :
Besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB, bagaimana?
 Tempat :
ibu besok ingin bertemu dimana ? gimana kalau di taman saja? Besok saya
akan menemani ibu untuk latihan langsung apa yang sudah kita pelajari pada
Y.
Baiklah kalau begitu perbincangan kita hari, kita sudahi dulu ya?, terima kasih
dan sampai jumpa dengan teman saya besok ya bu. Wassalamu’alaikum.
Pertemuan : 2 (dua)
SP 2 : keluarga klien melatih klien untuk berinteraksi dengan orang lain
secara baik dan benar, membuat jadwal harian.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien mulai bisa berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi social
3. Tujuan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4. Tindakan keperawatan:
a. Evaluasi SP 1.
b. Latih (langsung ke pasien).
c. Jadwal keluarga untuk merawat pasien.

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum, Selamat pagi Ibu. Bagaimana ibu masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimanakah perasaan bu hari ini?Bagaimana ibu dengan perkembangan anak
ibu saat ini? Apakah dia sekarang sudah terlihat sudah baik atau masih sering
menyendiri?
c. Kontrak
 Topik:
ibu bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol tentang masalah perkembangan
anak ibu, isolasi sosial, serta cara merawat Y?
 Tempat:
ibu mau ngobrol-ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana disini saja sambil
duduk-duduk?
 Waktu:
Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit?
2. Fase Kerja
Ibu apakah ibu ingat dengan yang kita bahas kemarin? Apakah saja masalah yang
ibu hadapi dalam merawat Y? Apa saja yang sudah dilakukan? Contohnya seperti
apa tolong dipraktekkan , dan coba sebutkan!
Oh iya bagus bu, ibu sudah mempraktekkan yang sudah saya ajarkan kemaren
dengan baik dan apakah ada kesulitan dalam berinteraksi dengan Y? Kalau begitu
bapak atau ibu usahan terus untuk mengajak Y berinteraksi baik dengan keluarga
atau dengan pasien-pasien lain yang ada disini. Bagus nanti bpk/ibu tambahkan
jadwal kegiatan saudara Y , tapi ibu yang mengajarkannya.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Obyektif:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol-ngobrol?apakah sudah mengerti
dengan apa yang sudah saya jelaskan tadi
Apakah ibu bisa untuk melakukan hal yang sudah saya ajarkan kemaren?
b. Rencana tindak lanjut:
Ibu bisa melakukan kegiatan yang kita bahas hari ini pada Y, bapak/ibu juga
bisa mengajari anggota keluarga yang lain untuk menerapkan hal ini saat
dirumah agar lebih mudah menyelesaikan masalah ini
c. Kontrak
 Topik :
ibu selanjutnya kita akan bertemu untuk mengulas lagi apa yang sudah
ibu pelajari kepada Y langsung. Bapak/Ibu maunya kapan? Bagaimana
kalau besok?
 Waktu :
Besok kita ketemu lagi jam 08.00 WIB, bagaimana?
 Tempat :
ibu besok ingin bertemu dimana? gimana kalau di taman saja? Besok
teman saya yang akan menemani ibu untuk latihan langsung apa yang
sudah kita pelajari pada S. Baiklah kalau begitu perbincangan kita hari,
kita sudahi dulu ya?, terima kasih dan sampai jumpa besok ya bu..!
Wassalamu’alaikum....!!!

Pertemuan : 3 (tiga)
SP 3 : keluarga melatih klien untuk dapat berkenalan dan berinteraksi
dengan orang lain sesuai dengan jadwal.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien mulai bisa berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi social
3. Tujuan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Evaluasi SP 1 dan 2
b. Latih (langsung ke pasien).
c. Jadwal keluarga untuk merawat pasien.

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum, Selamat pagi Ibu. Bagaimana bpk/ibu masih ingat dengan
saya?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimanakah perasaan bapak/ibu hari ini? Bagaimana kondisi S hari ini?
c. Kontrak
 Topik:
ibu bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol tentang masalah anak ibu, isolasi
sosial, serta cara merawat Y?
 Tempat:
ibu mau ngobrol-ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana disini saja sambil
duduk-duduk?
 Waktu:
Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? bagaimana kalau 20 menit?

2. Fase Kerja
ibu bagaimana dengan perkembangan keadaan Y hari ini?
Apakah sudah menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari kemaren-kemaren
atau masih sama saja seperti biasanya? Bagaimana dengan sodara Y tolong
dipraktekkan juga.
ibu bagaimana dengan yang saya praktekkan kemaren, tolong di prktekkan lagi.
Oh iya tidak apa-apa ibu, yang terpenting ibu yang sabar dan melakukan yang sudah
saya ajarkan kemaren, sehingga Y terbiasa berinteraksi dengan keluarga dan orang
lain jadi Y tidak akan sering menyendiri lagi.
Tolong ibu tambahkan kegiatan yang tadi ibu praktekkan ke dalam jadwal.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Obyektif:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol-ngobrol? Apakah sudah mengerti
dengan apa yang sudah saya jelaskan tadi?
Apakah ibu bisa melakukan hal yang sudah saya ajarkan tadi?
b. Rencana tindak lanjut
Ibu bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini pada Y, ibu juga bisa
mengajari anggota keluarga yang lain untuk menerapkan hal ini saat dirumah
agar lebih mudah menyelesaikan masalah ini.
c. Kontrak
 Topik :
ibu selanjutnya kita akan bertemu untuk latihan/menerapkan apa yang sudah
ibu pelajari kepada Y langsung. Ibu maunya kapan? Bagaimana kalau besok?
 Waktu :
Besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB, bagaimana?
 Tempat :
ibu besok ingin bertemu dimana? gimana kalau di taman saja? Besok saya
akan menemani ibu untuk latihan langsung apa yang sudah kita pelajari pada
Y. Saya permisi dulu, assalamualaikum.

Pertemuan : 4 (empat)

SP 4 : keluarga klien berhasil membuat klien berinteraksi dengan orang lain


dan mampu melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan klien.

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien mulai bisa berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi social
3. Tujuan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Evaluasi kemampuan keluarga.
b. Evaluasi kemampuan pasien
c. Rencana tindak lanjut keluarga:
 Follow up
 Rujukan

B. STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum, Selamat pagi Ibu. Bagaimana bpk/ibu masih ingat dengan
saya?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimanakah perasaan ibu hari ini? Bagaimana kondisi Y hari ini?
c. Kontrak
 Topik:
Ibu bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol tentang masalah anak ibu, isolasi
sosial, serta cara merawat Y?
 Tempat:
ibu mau ngobrol-ngobrol dengan saya dimana? Bagaimana disini saja sambil
duduk-duduk?
 Waktu:
Ibu mau ngobrol dengan saya berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit?
2. Fase Kerja
Bagaimana dengan keadaan Y hari ini, apa sudah ada perkembangan lebih baik lagi?
Bagus kalau begitu ibu, lanjutkan terus dalam berinteraksi dengan orang lain agar dia
semakin terbiasa dan tidak menyendiri lagi.
Kalau bisa Y ini di ajak berinteraksi diluar dengan orang lain juga agar dia bisa
bersosialisasi dengan baik.Dan tolong jadwal yang sudah disusun selama ini tolong
dipraktekkan dirumah. Dan juga kalau obatnya saudara Y habis bisa menebus
kembali di poli. Kalau terjadi kekambuhan pada anak ibu segera rujuk ke RSJ
kembali.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Obyektif:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol-ngobrol? Apakah sudah mengerti
dengan apa yang sudah saya jelaskan tadi?
Apakah ibu bisa melakukan hal yang sudah saya dan teman-teman ajarkan selama
ini?
b. Rencana tindak lanjut
Ibu bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini pada Y, bapak/ibu juga
bisa mengajari anggota keluarga yang lain untuk menerapkan hal ini saat dirumah
agar lebih mudah menyelesaikan masalah ini
ASUHAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL

I. Pengkajian
A. IdentitasPasien
I. Nama : Ny. Y
J. Umur : 34tahun
K. Alamat : Jl. Imam Bonjol, Kemiling, Bandar Lampung
L. Pekerjaan : Tidak kerja
M. Pendidikan : SMA
N. Agama : Islam
O. Statusperkawinan :-
P. Nomor RM : 007398
Q. Tanggal Pengkajian : 25 Mei 2019
R. Tanggal masuk RS : 24 Mei 2019

B. IdentitasPenanggungjawab
Nama : Nn.Y
Alamat : J. Imam Bonjol, Kemiling, BandarLampung
Hubungan dengan pasien : Ibu

C. AlasanMasuk

1 tahun yang lalu orang tua klien bercerai.

D. Faktor Predisposisi danPresipitasi

Pasien sulit diajak komunikasi sehingga tidak didapatkan data apapun untuk
maternitas

E. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
1. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg

N : 87x/mnt

RR : 18x/mnt

S : 36,30C
2. Status gizi
BB : 60kg

TB : 155 cm

IMT : TB2(m)/BB(kg) = 60/(1,55)2 = 24.9 kg/cm2(Normal)

3. Keluhan fisik
Pasien menyatakan tidak ada keluhan fisik.

F. Status Psikososial
1. Genogram
Tidak terkaji. Pasien lupa dengan silsilah keluarganya.

2. Konsep diri
a. Citra Tubuh
Pasien menyatakan tidak ada bagian tubuh yang spesial (disukailebih dari bagian
tubuh yang lainnya).

b. Identitas diri
Pasien menyatakan bahwa pasien adalah seorang perempuan.

c. Peran diri
Pasien menyatakan sudah tidak bekerja sejak bertahun-tahunyang lalu. Pasien
tidak menyebutkan jenis pekerjaan.

d. Ideal diri
Pasien bingung ketika ditanya ingin pulang atau tidak. Pasien dapat menyebutkan
wilayah rumahnya.

e. Harga diri
Pasien terlihat malu ketika ditanya oleh perawat. Ada kontakmatanamun jarang.
Pasien menjawab pertanyaan perawat seperlunya saja.
3. Hubungan sosial
Pasien jarang komunikasi, miskin bicara, lebih banyakmenghabiskan waktu di
tempat tidur. Pasien bingung ketika ditanya mengenai pergaulan pasien di
masyarakat.

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien menyatakan agama pasien Islam.

b. Kegiatanibadah
Pasien mengatakan tidak pernah beribadah

G. Status Mental
1. Penampilan
Pasien menggunakan seragam RSJD Lampung. Pasien berambut pendek.
2. Pembicaraan
a. Pasien menjawab pertanyaan seperlunya
b. Pasien banyak diam
c. Pasien bingung ketika diminta untuk bercerita
d. Pasien beralasan tidak ada yang bisa diceritakan.

3. Aktivitas motorik
Wajah pasien terlihat tegang. Pasien terlihat gelisah dan menghindar ketika diajak
komunikasi. Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan).

4. Alam perasaan
Pasien terlihat banyak tersenyum ketika dilakukan wawancara.

5. Afek
Afek sesuai. Pasien sering tersenyum ketika diajak berbicara, namun berubah ketika
pasien sudah merasa bosan melakukan percakapan dengan perawat.

6. Interaksi selama wawancara


Pasien kooperatif. Kontak mata selama wawancara cukup.

7. Persepsi
Pasien mengatakan “tidak”, ketika ditanya apakah mendengar dan melihat hal-hal
yang tidak dilihat dan didengar orang lain (halusinasi).

8. Proses Pikir
Pasien tidak banyak bicara. Ketika ditanya pasien hanya menjawab seperlunya saja
secara singkat.

9. Isi pikir
Sulit dinilai. Pasien menyangkal waham.

10. Tingkat kesadaran


Keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis.

11. Memori
Daya ingat pasien buruk. Ketika ditanya mengenai jumlah saudaranya berapa, pasien
menjawab “enam”, dan ketika ditanya anak keberapa, pasien menjawab “tujuh”.
12. Tingkat konsentrasi danberhitung
Pasien sulit berkonsentrasi. Kadang pasien harus ditanya beberapa kali kemudian
pasien baru menjawab.

13. Kemampuan penilaian


Pasien beraktivitas sehari-hari seperti mandi, makan, tidur dan menonton TV tanpa
instruksi siapapun.
14. Daya tilik diri
Daya tilik diri pasien jelek. Pasien tidak ingat kenapa dibawa ke RSJD Lampumg
oleh petugas.

H. Kebutuhan PersiapanPulang
1. Makan
Pasien makan 3x sehari sesuai jadwal di Bangsal Srikandi dengan menu nasi, sayur,
lauk dan buah. Pasien selalu menghabiskan makanan. Pasien terlihat membersihkan
alat makannya secara mandiri.

2. BAB /BAK
Pasien bisa BAK dan BAB sendiri di toilet.

3. Mandi
Pasien masih di ingatkan mengenai kebersihan diri. Pasien mengatakan mandi 2 kali
sehari dengan menggunakan sabun, membersihkan gigi dengan menggunakan sikat
gigi dan pasta gigi. Pasien mengatakan setiap hari keramas dengan menggunakan
shampo.

4. Berpakaian /berhias
Pasien memakai pakaian dari RSJD Lampung, dan tidak ada penyimpangan dalam
berpakaian maupun berhias.

5. Istirahat dan tidur


Tidu rsiang : Pasien menyatakan kadang tidur siang
sebentar.
Tidur malam lama : Pasien menyatakan tidur mulai pukul
20.00hingga05.00 WIB.
Kegiatan sebelum / sesudah tidur : Tidak ada.

6. Penggunan obat
Pasien selalu rutin minum obat selama perawatan di RSJD Lampung.

7. Pemeliharaan kesehatan
Kuku pasien terlihat kotor, pasien mengatakan tidak pernah cuci tangan sebelum
makan.
8. Kegiatan di dalam bangsal
Pasien mengatakan setelah bangun tidur, pasien langsung merapikan tempat tidur,
mandi, kemudian makan pagi, senam, mengikuti pemeriksaan kesehatan di bangsal
kemudian tiduran di tempat tidur.

9. Kegiatan di luar bangsal


Pasien tidak mengikuti rehabilitasi.

I. Mekanisme Koping
Pasien tidak pernah menceritakan masalahnya kepada orang lain.
J. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan lebih senang menyendiri, pasien menyatakan dulu jarang berkumpul
dengan orang lain seperti keluarga dan tentangga. Pasien tidak mau mencoba
berkomunikasi dengan pasien lain selama berada di bangsal.

K. Pengetahuan
Pasien tidak mengetahui tentang manfaat, keuntungan maupun kerugian bersosialisasi
dengan yang lain.

L. Terapi
Chlorpromazin 25 mg 0-2-1
Haloperidol 5 mg 0-2-1

M. Diagnosa Medis :
Axis I : F 20.6
AxisII : Tidak adainfo
Axis III : Belum ada diagnosa
Axis IV : Tidak adainfo
AxisV :Jelek

N. Pemeriksaan penunjang (20 November2014)

PEMERIKSAAN HASI SATUAN NILAI


L NORMA
L
KIMIA DARAH
SGOT <31 IU/L 12
SGPT <32 IU/L 11
Ureum 10-50 mg/dl 26,2
Kreatinin 0,5-0,9 mg/dl 0,93
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12-16 gr/dl 12,9
Leukosit 5-11 rb/mmk 11,2
KED 0-15 mm/jam 25
Eosinofil 1-4 % 7
Basofil 0-1 % 0
Netrofil Batang 2-5 % 0
Netrofil Segmen 36-66 % 77
Limfosit 22-40 % 14
Monosit 4-8 % 2
Eritrosit 4,5-5,5 jt/mmk 4,71
Hematokrit 40-50 % 36,9
Trombosit 150-450 rb/mm 312
IMUNOLOGI
HbsAg Negatif Negatif
II. Analisa Data
S.
T. DATA U. MASALAH
V. DS : Y. Isolasi sosial
 Lebih senang menyendiri
 Tidak mau berinteraksi.
 Tidak mengetahui mengenai manfaat,
keuntungan maupun kerugian bersosialisasi
W.
X. DO :
 Pasien jarang komunikasi
 Tidak mau bicara
 Mengurung diri dikamar
 Tampak sedih
 Ekspresi datar dan dangkal
 Kontak mata kurang
Z. DS : BB. Defisit perawatan diri
Pasien mengatakan tidak pernah cuci tangan
sebelum makan
AA. DO :
 Kuku pasien terlihat kotor
 Pasien masih di ingatkan mengenai
kebersihan diri
CC. DS : FF. Ketidakefektifan koping
 Pasien menyatakan jarang berkumpul dan individu
lebih senang menyendiri
DD.
EE. DO :
 Pasien tidak mau mencoba berkomunikasi
dengan pasien lain selama berada di bangsal
 Pasien terlihat gelisah dan menghindar ketika
diajak komunikasi
GG.
HH.
II.
JJ.
KK.
LL.
MM.
NN.
OO.
PP.
QQ.
RR.
SS.
TT.
UU.
VV.
WW.

III. Diagnosa Keperawatan


1. Isolasi sosial ditandai dengan:
DS Pasien mengatakan:

a. Lebih senangmenyendiri
b. Tidak mau berinteraksi
c. Tidak mengetahui mengenai manfaat, keuntungan maupun kerugian
bersosialisasi

DO :
a. Pasien jarangk omunikasi
b. Tidak mau bicara
c. Mengurung diri dikamar
d. Tampak sedih
e. Ekspresi datar dan dangkal

f. Kontak mata kurang

2. Defisit perawatan diri ditandaidengan:


DS : Pasien mengatakan tidak pernah cuci tangan sebelum makan.

DO :
a. Kuku pasien terlihatkotor
b. Pasien masih di ingatkan mengenai kebersihandiri

3. Koping individu tidak efektif ditandaidengan:


DS : Pasien menyatakan jarang berkumpul dan lebih senang menyendiri

DO :

a. Pasien tidak mau mencoba berkomunikasi denganpasien lain selama berada di


bangsal
b. Pasien terlihat gelisah dan menghindar ketika diajak komunikasi

IV. POHONMASALAH
XX.
YY.
ZZ.Isolasi Sosial
AAA.
BBB.
CCC.
DDD. DefisitPerawatan Diri
EEE.
FFF.
GGG.
HHH.
III. Koping Individu tidak Efekti
V. PERENCANAAN

No DIAGNOSA PERENCANAA
N
KEPERAWATA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVEN RASIONAL
N
SI
1. Isolasi sosial 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019,
Tujuan Umum: 1. Setelah 2x interaksi 1. Bina hubungan saling percayadengan:
a. Beri salam setiapinteraksi 09.00 WIB
Pasien dapat
pasien menunjukkan b. Perkenalkan nama, namapanggilan Dengan terbinanya
berinteraksi dengan
tanda-tanda percaya perawat, dan tujuan perawat hubungan saling
orang lain.
kepada atauterhadap berkenalan percaya merupakan
Tujuan Khusus: c. Tanyakan dan panggilnama
perawat:
1. Pasien dapat dasar untuk interaksi
a. Wajah cerah, kesukaaan pasien
membina hubungan d. Tunjukkan sikap jujur danmenepati perawat dengan pasien
tersenyum
saling percaya b. Mauberkenalan janji dan dasar untuk
c. Ada kontakmata e. Tanyakan perasaan pasien dan
d. Bersedia merencanakan
masalah yang dihadapi pasien
menceritakan f. Buat kontrak interaksi yangjelas perencanakan
perasaan 2. Dengarkan dengan penuhperhatian selanjutnya.
2. Bersediamengungkapkan ekspresi perasaan pasien
masalahnya

25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019,
1. Tanyakan pada pasiententang:
09.00 WIB Setelah 1x interaksi pasien a. orang yang tinggal serumahatau 09.00 WIB
Diketahuinyapenyebab
Tujuan khusus : dapat menyebutkan minimal teman sekamar pasien
2. Pasien mampu b. orang yang paling dekat denganpasien akan dapat dihubungkan
satu penyebab menarik diri
menyebutkan
penyebab menarik dari: di rumah atau di ruang perawatan dengan faktor presipitasi
1. Dirisendiri c. Apa yang membuat pasiendekat
diri yang dialami pasien
2. Oranglain dengan orang tersebut
3. Lingkungan d. Orang yang tidak dekat denganpasien
di rumah atau di ruang perawatan
e. Apa yang membuat pasien tidakdekat
dengan orang tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukanagar
dekat dengan orang lain
2. Diskusikan dengan pasienpenyebab
menarik diri
3. Beri pujian terhadap kemampuanpasien
mengungkapkan perasaannya

25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019,
1. Tanyakan pada pasiententang:
09.00 WIB Setelah 1x interaksi dengan a. Manfaat hubungansosial 09.00 WIB
3. Pasien mampu b. Kerugian menarikdiri
pasien dapat menyebutkan Dengan mengetahui
menyebutkan 2. Diskusikan bersama pasiententang
keuntungan berhubungan keuntungan dari
keuntungan manfaat berhubungan sosialdan
sosial, misalnya: berinteraksi pasien
berhubungan sosial kerugian menarik diri
1. Banyakteman 3. Beri pujian terhadap kamampuanpasien diharapkan terdorong
dankerugian 2. Tidakkesepian
3. Bisadiskusi mengungkapkan perasaannya untuk berinteraksi
menarik diri.
4. Salingmenolong
Dan kerugian menarik diri,
misalnya:
1. Sendiri
2. Kesepian
3. Tidak bisadiskusi

25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019,
09.00 WIB 1. Observasi perilaku pasiensaat
Setelah 3x interaksi pasien 09.00 WIB
4. Pasien dapat berhubungan sosial
dapat melaksanakan hubungan Pasien harus mencoba
melaksanakan 2. Beri motivasi dan bantu pasienuntuk
sosial secara bertahapdengan: berinteraksi secara
berkenalan atau berkomunikasi dengan:
hubungan sosial
a. Perawat a. Perawat lain bertahap agar terbiasa
secara bertahap. b. Perawat lain b. Pasienlain
c. Pasienlain c. Kelompok membina hubungan
d. Kelompok 3. Libatkan pasien dalam TerapiAktivitas yang sehat dengan
Kelompok Sosialisasi
orang lain
4. Diskusikan jadwal harian yangdapat
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan pasien bersosialisasi
5. Beri motivasi pasien untukmelakukan
kegiatan sesuai dengan jadwalyang
telahdibuat
6. Beri puian terhadap kemampuanpasien
memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakan
25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019,
09.00 WIB 1. Diskusikan dengan pasien tentang
Setalah 3x interaksi pasien 09.00 WIB
5. Pasien mampu perasaannya setelahberhubungan
dapat menjelaskan perasaannya Mengungkapkan
menjelaskan sosial dengan:
setelah berhubungan sosial a. Oranglain perasaan akan
perasaannya b. kelompok
dengan: membantu pasien
setelah 2. beri pujian terhadap kemampuanpasien
1. Oranglain menilai keuntungan
berhubungan 2. Kelompok mengungkapkan perasaannya
berinteraksi dengan
sosial.
orang lain.

25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019,
09.00 WIB 1. Setelah 1x interaksipasien 1. Diskusikan dengan pasien tentang
09.00 WIB
6. Pasien dapat menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minumobat,
a. Manfaat minumobat Komunikasi yang
memanfaatkan nama, warna, dosis, cara, efekterapi,
b. Kerugian tidakminum terapeutik dan disertai
obat dengan baik. dan efek samping penggunaan obat
obat dengan penggunaan
c. Nama, warna, dosis, 2. Pantau pasien saat penggunaanobat
3. Beri pujian jika kliien menggunakanobat obat secara benar
efek terapi, dan efek
dengan benar melalui prinsip 5benar
samping obat 4. Diskusikan akibat berhenti minumobat
2. Setelah 3x interaksipasien akan sangat membantu
tanpa konsultasi dokter
mendemonstrasikan 5. Anjurkan pasien untukkonsultasi pasien dalam mengatasi
penggunaan obatdengan kepada dokter atau perawat jika terjadi permasalahannya yang
benar hal-hal yang tidak diinginkan sedang dihadapi.
3. Setelah 1x interaksi pasien
menyebutkan akibat
berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter

2. Defisit perawatan 25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 10.00 WIB 25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019,
diri 10.00 WIB Pasien mampu menyebutkan : 1. Bina hubungan salingpercaya 10.00 WIB
2. Diskusikan dengan pasien:
Tujuan umum: 1. Penyebab tidak merawat a. Penyebab pasien tidak merawatdiri Meningkatkan
Setelah 2x interaksi diri b. Manfaat menjaga perawatan diriuntuk pengetahuan pasien dan
2. Manfaat menjaga keadaan fisik, mental dan sosial.
pasien mampu memotivasi pasien untuk
perawatan diri c. Tanda-tanda perawatan diri yangbaik
melakukan perawatan d. Penyakit atau gangguankesehatan meningkatkan
3. Tanda-tanda bersih dan
diri secara mandiri yang bisa dialami oleh pasien bila perawatandiri
rapi
Tujuan khusus: 4. Kerugian yang dialami jika perawatan diri tidak adekuat
3. Berikan pujian untuk setiap responpasien
1. Pasien dapat perawatan diri tidak
yang positif
membinahubungan diperhatikan
4. Pantau dan bantu pasien saatperawatan
saling percaya diri
2. Pasienmengetahui
pentingnya
perawatan diri

3. Ketidakefektifa 25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019,
n koping 11.00 WIB Setelah 3x interaksi pasien Bina hubungan saling percaya dengan: 11.00 WIB
individu Tujuan umum: menunjukkan tanda-tanda 1. Berisalam Hubungan saling
Pasien dapat percaya kepada perawat 2. Perkenalkan diri,tanyakan nama percaya merupakan
menggunakan 1. Wajah cerah,tersenyum panggilan yangdisukai. dasar untuk kelancaran
2. Mauberkenalan
mekanisme koping 3. Ada kontakmata 3. Jelaskan tujuaninteraksi. hubungan selanjutnya.
yang efektif 4. Bersediamenceritakan 4. Yakinkan pada pasien perawat akan
Tujuankhusus: perasaan. menolong.
1. Pasien mampu 5. Yakinkan kerahasiaan akanterjaga.
membina hubungan 6. Tunjukkan sikapterbuka.

saling percaya
dengan perawat.

25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019, 11.00 WIB Motivasi 25 Mei 2019,
11.00 WIB Setelah 2x interaksi pasien pasien untuk mengungkapkan perasaan 11.00 WIB
Tujuan khusus: dapat mengungkapkan dan pikirannya saat ini Mengetahui perasaan
2. Pasien dapat perasaannya secara bebas dan pikirannya saatini
membuka
perasaannya secara
bebas

25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019,
25 Mei 2019,
Setelah 3x interaksi pasien Diskusikan dengan pasien tentang pasien 11.00 WIB
11.00 WIB
dapat : tentang : Memberikan
Tujuan khusus:
informasi
3. Pasien dapat 1. Mengungkapkan cara-cara 1. Cara-cara yang dapat dilakukandalam pada pasien tentang
mengidentifikasi yang dapat dilakukan mengatasi perasaan dan masalah. koping apa saja yang
2. Koping yang pernahdipakai
koping dan perilaku dalam mengatasiperasaan 3. Alternatif koping yang tepat bagipasien boleh dan tidak boleh
yang berkaitan dan masalah. dilakukan dalam
2. Mengidentifikasikoping
dengan kejadian menghadapi suatu
yang pernah dipakai.
yang dihadapi 3. Menyebutkanalternatif masalah
koping yang tepat bagi
pasien

25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019, 11.00 WIB
25 Mei 2019, 11.00 WIB
13.00 WIB Setelah 3x interaksi pasien Bantu pasien untuk :
Membantu pasien untuk
Tujuan khusus: dapat : 1. Meningkatkan pemikiran yangpositif.
2. Mengidentifikasi ketetapanpersepsi mengubah perilaku
4. Pasien dapat 1. Mengidentifikasipemikira
pasien yang tepat, penyimpangan dan negatif ke perilakupositif
memodifikasi pola n negatif dan bantu untuk
pendapat yang tidak rasional.
kognitif yang menurunkanmelalui 3. Mengurangi penilaian yangnegatif
negatif interupsi/substitusi. terhadap dirinya.
2. Mengidentifikasi ketetapan 4. Mengevaluasi ketepatan persepsi,logika
persepsi pasien yang tepat, dan kesimpulan yang dibuat pasien
penyimpangan dan
pendapat yangtidak
rasional
3. Mengurangi penilaianyang
negatif terhadap dirinya.
4. Menyadari nilai yang
dimilikinya/perilakunya
dan
perubahan yang terjadi

VI. CATATANPERKEMBANGAN

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
Isolasi sosial Senin 25 Mei 2019, Sabtu , 25 Mei 2019,
09.00 WIB 09.00 WIB
Mengikutsertakan dan memotivasi pasien S : Pasien mengatakan “Selamat pagi teman-teman, nama saya Erni, hobi saya bernyanyi”
mengikuti TAK: Sosialisasi sesi 1 O : Pasien mengangguk ketika diminta ikut TAK sesi 1, pasien kooperatif, pasien
mengikuti TAKS sesi 1 hingga selesai
A : Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan pasien lain
dan kelompok
P : N : Bina hubungan saling percaya, ikut sertakan serta motivasi pasien mengikuti
semua sesi TAKS
K : Membina hubungan saling percaya dengan perawat, mengikuti semua sesi TAK

Isolasi sosial Sabtu , 25 Mei 2019, Sabtu , 25 Mei 2019,


09.00 WIB 09.00 WIB
1. Membina hubungan saling percaya S : Pasien menyebutkan kegiatan sehari-harinya “Bangun tidur, merapikan tempat tidur,
dengan: mandi, makan pagi, tidur siang, makan siang, tidur, mandi, makan malam”, pasien
a. Memberi salam setiapinteraksi
b. Memperkenalkan nama, nama mengatakan suka tidur
panggilan perawat, dan tujuan O : Pasien mau duduk berdampingan, pasien terlihat gelisah, pasien menjawab
perawat berkenalan pertanyaan seperlunya saja sambil tersenyum, pasien tidak mau bercerita
c. Menananyakan dan panggilnama
A : Pasien menunjukkan sedikit tanda-tanda percaya kepada perawat, pasoen belum
kesukaaan pasien
d. Menunjukkan sikap jujur dan bersedia mengungkapkan masalahnya
menepati janji P : N : Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaanpasien
e. Menanyakan perasaan pasiendan K : Mengekspresikanperasaan
masalah yang dihadapi pasien
f. Membuat kontrak interaksi yangjelas
2. Mendengarkan dengan penuhperhatian
ekspresi perasaan pasien

Isolasi sosial Sabtu , 25 Mei 2019 Sabtu , 25 Mei 2019


09.30 WIB 09.40 WIB
1. Tanyakan pada pasiententang: S : Pasien mengatakan lebih banyak tiduran di kamar, pasien mengatakan tidak suka
a. Orang yang tinggal serumahatau
berkumpul dan mengobrol, lebih suka tiduran dan menyendiri di tempat tidur
teman sekamar pasien
b. Orang yang paling dekatdengan O : Pasien jarang berkomunikasi dengan perawat dan pasien lain, pasien tidak banyak
pasien di rumah atau di ruang bicara, pasien harus banyak ditanya agar bicara, pasien terlihat sungkan untuk bicara,
perawatan pasien terlihat bingung dan senyum-senyum ketika ditanya mengenai kehidupan di
c. Apa yang membuat pasiendekat
rumah
dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat dengan A : Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

pasien di rumah atau di ruang P : N : Ajak pasien untuk benkenalan dengan yang lain

perawatan K : Pasien mau berkenalan dengan pasien lain dan perawat


e. Apa yang membuat pasien tidak
dekat dengan orang tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukanagar
dekat dengan orang lain
2. Diskusikan dengan pasien penyebab
menarik diri
3. Beri pujian terhadap kemampuanpasien

Defisit perawatan
Sabtu , 25 Mei 2019 Sabtu , 25 Mei 2019
diri
Pukul 10.00 WIB Pukul 10.30 WIB
1. Membina hubungan salingpercaya S : Pasien menyatakan mengerti tentang perawatan diri
2. Mendiskusikan pentingnyakebersihan
O : Pasien terlihat bingung saat dianjurkan untuk menjelaskan kembali cara perawatan
diri dan berdandan, pemenuhan diri yang baik.
kebutuhan nutrisi dan eliminasi yang A : Pasien dapat membina hubungan saling percaya dan pasien mengetahui pentingnya
baik perawatandiri
3. Menjelaskan cara perawatan diri
P : N : Motivasi pasien dalam perawatan diri secara mandiri
K : Melakukan perawatan diri secara mandiri

Isolasi sosial Minggu, 26 Mei 2019 Minggu, 26 Mei 2019


15.1 WIB 15.30 WIB
1. Membina hubungan salingpercaya S : Ketika ditanya mengenai keuntungan berhubungan sosial, pasien mengatakan
2. Menanyakan pada pasiententang:
a. Manfaat hubungansosial “Banyak teman”, “Senang”, ketika ditanya mengenai kerugian berhubungan sosial
b. Kerugian menarikdiri pasien mengatakan “Sendirian”
3. Mendiskusikan bersama pasien tentang
O : Pasien menjawab pertanyaan perawat seperlunya, pasien mampu menyebutkan nama
manfaat berhubungan sosial dan
perawat setelah berkenalan, pasien hanya tersenyum dan kebingunganketika ditanya
kerugian menarik diri
4. Memberi pujian terhadapkamampuan mengenai keuntungan dan kerugian menarik diri
pasien mengungkapkan perasaannya A: Pasien dapat menyebutkan keuntungan dan keuntungan berhubungan sosial
P : Latih pasien berkenalan dengan 2 orang ataulebih
K : Pasien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap

Ketidakefektifan Minggu, 26 Mei 2019 Minggu, 26 Mei 2019


koping individu 15.30 WIB 16.00 WIB
1. Mendiskusikan dengan pasiententang: S : Pasien mengatakan “tidak punya” ketika ditanya mempunyai teman dekat tidak,
a. Cara-cara yang dapatdilakukan
pasien mengatakan tidak pernah bercerita dengan orang atau sahabat saat mempunyai
dalam mengatasi perasaandan
masalah, pasien mengatakan setuju jika ada masalah bercerita dengan lainnya,
masalah.
b. Koping yang pernahdipakai O : Pasien terlihat lebih akrab dengan mahasiswa dari pertemuan sebelumnya, pasien
c. Alternatif koping yang tepatbagi terlihat belum mau untuk berdidkusi banyak mengenai apa yang dialami dan cara
pasien mengatasinya
A : Pasien dapat mengungkapkan cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi
perasaan dan masalah, mengidentifikasi koping yang pernah dipakai, menyebutkan
alternatif koping yang tepat bagi pasien
P : N: Anjurkan pasien untuk mempraktekkan apa yang sudah disepakati bersama dalam
menghadapi sebuah masalah
K : Bercerita kepada teman satu bangsal atau perawat mengenai masalahnya

Isolasi sosial Sabtu , 25 Mei 2019, Sabtu , 25 Mei 2019,


08.00 WIB 08.30 WIB
Mengikutsertakan dan memotivasi pasien S : Pasien mengatakan “Di rumah sering melakukan apa“ kepada pasien di sebelahnya
mengikuti TAK: Sosialisasi sesi 3
O : Pasien mengangguk ketika diminta ikut TAKS sesi 3, pasien kooperatif, pasien
mengikuti TAKS sesi 3 hingga selesai, pasien berperan aktif walaupun dengan sedikit
dorongan dan bantuan untuk berbicara
A : Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan pasien lain
dan kelompok
P : N : Ikut sertakan serta motivasi pasien mengikuti semua sesi TAK

K : Mengikuti semua sesi TAK

Isolasi sosial Senin, 27 Mei 2019 Senin, 27 Mei 2019


10.30 WIB 11.00 WIB
1. Menjelaskan jenis obat yang diminum oleh S : Pasien mengatakan paham tentang kerugian jika tidak minum obat, pasien
pasien, kegunaan serta efek mengatakan lupa ketika ditanya efek samping obat secara umum, pasien mengatakan
sampingnya lupa obat apa yang harus diminum
2. Mendiskusikan kerugiannya jikaberhenti
O : Pasien kurang antusias ketika dijelaskan, pasien masih terlihat pasif ketika
minum obat
3. Menjelaskan pinsip-prinsip minumobat berinteraksi dengan mahasiswa, pasien belum mampu menjelaskan kembali mengenai 5
benar obat
A : Pasien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar dan dapat mengerti akibat
berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
P : N : Kelola pemberian obat pasien
K : Meminum obat secara mandiri dan sadar diri

ketidafefektifa Senin, 27 Mei 2019 Senin, 27 Mei 2019


n koping 13.00 WIB 14.00 WIB
individu Memotivasi pasien untuk mengungkapkan S : Pasien mengatakan tidak ada yang ingin diceritakan, pasien mengatakan tidak mau
perasaan dan pikirannya saat ini bercerita, pasien mengatakan perasaannya senang tidak ada masalah.
O : Pasien masih terlihat tertutup belum ingin bercerita
A : Pasien belum mampu mengungkapkan perasaanya
secara bebas P : N : Motivasi ulang untuk bercerita
tentang apa yang dialaminya
K : Mengungkapkan perasaanya secara bebas
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo, Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : PUSTAKA BARU PRESS

Kusumo, Satrio, dkk. 2015. BUKU AJAR KEPERAWATAN JIWA. Bandar


Lampung : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M)

http://www.academia.edu/28333219/STRATEGI_PELAKSANAAN_1_SP_1_ISOL
ASI_SOSIAL (diakses 16 januari 2020)

http://www.academia.edu/35756269/ISOS.docx (diakses 16 januari 2020)

Anda mungkin juga menyukai