LAPORAN PENDAHULUAN
b. Psikologis
1) Teori psikoanalitik
Sigmund freud melalui teori psikoanalisa menjelaskan bahwa skizofrenia
merupakan hasil dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah dan konflik yang
tidak disadari antara impuls agresif atau kepuasan libido, serta pengakuan
terhadap ego.
2) Teori perilaku
Teori perilaku beramsumsi bahwa perilaku merupakan hasil pengalaman
yang dipelajari oleh klien sepanjang daur keidupannya, dimana setiap
pengalaman yang dialami akan mempengaruhi perilaku klien baik bersifat
adaktif maupun maladaktif.
3) Teori interpersonal
Teori interpersonal berasumsi bahwa skizorefnia terjadi karena klien
mengalami ketakutan akan penolakan interpersonal atau trauma dan kegagalan
perkembangan yang dalami pada masa pertumbuhan seperti kehilangan,
perpisahan yang mengakibatkan seseorang menjadi tidak berdaya, tidak percaya
diri, tidak mampu membina hubungan saling percaya pada orang lain, timbulnya
sikap ragu-ragu dan takut salah. Selain itu klien akan menampilkan perilaku
mudah putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, serta menghindar dari
orang lain.
Selain sistem keluarga yang kurang harmonis seperti adanya penolakan
orangtua, harapan orangtua yang tdak realistis, kurang mempunyai
tanggungjawab personal juga menjadi faktor pencetus timbulnya gangguan
dalam hubungan interpersonal. Kemampuan menjalain hubungan interpersonal
sangat berhubungan dengan kemampuan klien menjalankan peran dan
fungsinya.
c. Sosial budaya
Faktor sosial budaya meyakini bahwa penyebab skizofrenia adalah
pengalaman seseorang yang mengalami kesulitan beradaptasi terhadap tuntutan
sosial budaya karena klien memiliki harga diri rendah dan mekanisme koping
maladaktif. Stresor ini merupakan salah satu ancaman yang dapat
mempengaruhi perkembangan gangguan dalam interaksi sosial terutama dalam
menjalin hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal berkembang
sepanjang siklus kehidupan manusia. Perkembangan hubungan interpersonal
khusunya konsep diri dimulai sejak masa bayi dimana pada masa ini tugas
perkembangan yang harus dicaapai seseorang bayi adalah menetapkan
hubungan saling percaya dan terus berkembang hinggga tahap perkembangan
dewasa akhir.
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal biasanya mudah
dikenali pada saat masa remaja atau pada masa yang lebih awal dan berlanjut
sepanjang tahap perkembangan masa dewasa yang ditandai dengan adanya
respon maladaktif yaitu ketidakmampuan klien unntuk beradaptasi dengan
lingkungan sekitar serta ketidakmampuan membina hubuhang interpersonal atau
penyimpangan perilaku lain. Penelitian yang dilakukan di Amerika
menyimpulakn sekitar 10%-18% penduduknya mengalami gangguan
kepribadian (Stuart, 2009).
Gangguan dalam membina hubungan interpersonal yang muncul pada saat
remaja (pubertas), disebabkan karena pada masa ini reamaj mengalami berbagai
macam perubahan fisik dan psikososial serta tuntutan masyarakat yang
mengaharuskan remaja mampu mebuat keputusan menyangkut dirinya in
mengakibatan remaja harus mampu menyesuaikan diri dengan perbuatan
tersebut, ketidakmampuan remaja yang terjadi akan mengakibtakan gangguan
kepribadian yang dpat mengakibatkan gangguan dalam hbungan sosial (Hawari,
2007).
Papalia Old dan Feldman (2008), mengatakan selain akibat dari perubahan
yang sedang terjadi pada remaja, gangguan perkembangan respon sosial juga
disebabkan karena pola asuh orangtua. Orangtua yang selalu memberikan
penghargaan terhadap anak akan menghasilkan anak dengan harga diri yang
tinggi hingga anak tersebut dewasa. Anak yang memiliki harga diri tinggi lebih
sukses dalam pekerjaan maupun dalam menjalin hubugan interpersonal.
Sebaliknya dengan orangtua dengan pola pengasuhan yang keras, tanpa kasih
sayang akan menghasilkan anak dengan harga diri rendah yang akan
mempangaruhi dalam menjalin hubungan interpersonal dengan lingkungan
sekitar. Penelitian Coopersmith (1967), menyimpulkan anak dengan harga diri
tinggi cenderung sangat ekspresif dan aktif, sukses dalam akademik dan sosial,
serta mampu menjalin hubungan interpersonal serta memiliki kepercayaan diri
tinggi. Sedangkan anak memliki harga diri sedang paling bisa menyesuaikan
diri, dan anak-anak dengan harga diri rendah berprestasi paling rendah
cenderung merasa minder, juga sensitif terhadap kritik dan secara sosial anak
tersebut paling terisolasi dari anak dengan harga diri tinggi.
Townsend, M.C (2009) mengatakan pada umunya isolasi sosial
disebabkan karena kurangnya rasa percaya diri, perasaaa panik, adanya
gangguan dalam proses pikir, sukar berinteraksi dimasa lampau perkembangan
ego yang lemah serta represi dari rasa takut. Sedangkan menurut Stuart (2009)
isolasi sosial disebabkan oleh harga diri rendah bila tidak segera ditangani
perilaku isolasi sosial dapat berisiko terjadinya halusinasi.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus internal atau eksternal yang mengancam
klien antara lain dikarenakan adanya ketegangan peran antara konflik peran, peran
yang tidak jelas, peran berlebihan, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan
transisi peran sehat sakit (Stuart, 2009).
a. Psikologis
Faktor presipitasi psikologis klien isolasi sosial berasal dari internal dan
eksternal. Stuart dan Laraia (2005) yang mengatakn bahwa isolasi sosial
disebabkan karena adanya faktor presipitasi yang berasal dalam diri sendiri
ataupun dari luar.
1) Internal
Stresor internal terdiri dari pengalaman tidak menyenangkan, perasaan
ditolak dan kehilangan orang yang berarti. Stresor yang berasal dari dalam
adalah kegagalan dan rasa bersalah yang dialaminklien. Penelitian yang
dilakukan oleh Canadian Assosiation Psychiatric (2004), menunjukkan
bahwa prevalensi ketakutan berhubungan sosial pada klien yang memiliki
harga diri rendah 14,9% lebih tinggi dibandingakn dengan klien yang
memiliki harga diri tinggi sebesar 6,6%.
2) Eksternal
Stresor eksternal adalah kurangnya dukungan dari lingkungan serta
penolakan dari lingkungan atau keluarga. Stresor dari luar klien tersebut
dapat berupa ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas,
peran berlebihan, perkembangan transiss, situasi transisi peran dan transisi
peran sehat sakit. Pendapar senada diutarakan oleh Erikson (2000, dalam
Keliat, 2006), yang menyatakan bahwa untuk kemampuan
mengembangkan hubungan yang positif setiap klien harus dapat melalui
delapan tugas perkembangan (development task) sesuai dengan proses
perkembangan usia.
Kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan dapat
mengakibatkan klien tidak percaya diri, tidak percay pada oranglain, ragu,
takut salah, pesisimtis, putus asa, menghindar dari oranglain, tidak mamlu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Pendapat senada diutarakan
oleh Stuart (2000), yang menyatakna bahwa seseorang dengan tipe
kepribadian introvert, menutup diri dari orang-orang yang
memperhhatikannya sehinggat tidak memiliki orang terdekat atau orang
yang tidak berarti dalam hidupnya.
b. Sosial budaya
Sosial budaya merupakan acaman terhadap sistem diri. Ancaman terhadap
sistem diri merupakan ancaman terhadap identitas diri, harga dir, dan fugsi
integritas sosial. Ancaman terhadap sistem diri berasal dari 2 sumber yaitu:
eksternal dan internal.
Sumber eksternl dapat disebabkan karena kehilangan orang yang sangat
dicintai karena kematian, perceraian, perubahan status pekerjaan, dilema etik,
ataupun tekanan sosial dan budaya. Sedangkan sumber internal disebakan
karena kesulitan membangun hubungan interpersonal dilingkungan sekitar
seperti dilingkungan rumah atau tempat kerja, dan ketidakmampuan
menjalaankan peran baru sebagai orangtua, pelajar atau pekerja. Penelitian
tentang faktor lingkungan sebagai salah satu penyebab isolasi sosial
menyimpulkan bahwa lingkungan memiliki andil yang cukup besar terhadap
timbulnya harga diri rendah pada klien seperti lingkungan yang tidak kondusif
dan selalu memojokkan klien yang pada akhirnya akan mempengaruhi aktivitas
klien termasuk hubungan dengan oranglain.
4. Sumber Koping
Menurut Stuart (2009), sumber koping merupakan pilihan atau strategi
bantuan untuk memutuskan mengenai apa yang dapat dilakukan dalam
menghadapi suatu masalah.
a. Kemampuan personal
Pada klien dengan isolasi sosial kemampuan personal yang harus dimiliki
meliputi kemampuan secara fisik dan metal. Kemampuan secara fisik
terindifikasi dari kondisi fisik sehat. Kemampuan mental meliputi kemampuan
kognitif, efektif, perilaku dan sosial. Kemampuan kognitif meliputi
kemampuan yang sudah ataupun yang sudah dimiliki klien didalam
mengindentifikasi masalah, meniali dan menyelesaikan masalah, sedangkan
kemampuan efektif meliputi kemampuan untuk meningkatkan konsep diri
klien dan kemampuan perilaku terkait dengan kemamapuan melakukan
tindakan yang adekuat dalam menyelesaikan stressor yang dialami.
b. Dukungan Sosial
Taylor, dkk (2003) menyatakan bahwa dukungan sosial akan membantu
klien untuk meningkatkan pemahaman terhadap stressor dalam mencapai
keterampilan koping yang efektif. Pendapat lain yang mendukung pernyataan
diatas mengenai pentingnya dukungan sosial didalam proses penyembuhan
klien adalah pernyataan yang diungkpakan oleh sarafino (2002), yang
menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan perasaan caring, penghargaan
yang akan membantu klien untuk dapat menerima oranglain yang berasal dari
keyakinan yang berbeda. Pendapat senada diuraikan oleh tomaras, et. Al.,
(2001 dalam keliat, 2003) yang mengatakan bahwa dukungan anggota
keluarga didalam membantu merawat klien dengan skizofrenia akan
mengurangi frekuensi kekambuhan klien.
c. Aset Material
Aset metrial yang dapat diperoleh meliputi dukungan finansial, sistem
pembiayaan layanan kesehatan seperti asuransi kesehatan ataupun program
layanan kesehatan bagi masyarakat miskin, kemudahan mendapatakan fasilitas
dan layanan kesehatan serta keterjangkauan pembiayaan pelayanan kesehatan
dan ketersediaan sarana transportasi untuk mencapai layanan kesehatan selama
dirumah sakit maupun setelah pulang. Material aset meliputi ketersediaan
dana ketidakmampuan klien dalam memenuhi aset material akan berpotensi
menimbulkan masalah akibat tidak optimalnya sumber koping yang dimilki.
d. Keyakinan Positif
Keyakinan positif adalah keyakinan dari yang menimbulkan motifasi
dalam menyelesaikan segala stressor yang dihadapi. Keyakinan positif
diperoleh dari keyakinan terhadap kemampuan diri dalam mengatasi
ketidakmampuan klien dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Adanya
keyakinan positif yang dimilki klien akan memotifasi dan membantu klien
untuk menggunakan mekanisme koping yang adaptif, kegiatan spritual seperti
berdoa, mengikuti kegiatan keagamaan yang ada merupakan salah satu
mekanisme koping adaptif yang dilakukan oleh klien dalam menilai stressor
yang dialami.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah pertahanan koping dalam
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego. Stuart (2009),
mengatakan pertahanan jangka pendek yang biasa dilakukan klien isolasi sosial
adalah lari sementara dari krisis,misalnya dengan bekerja keras, nonton televisi
secara terus menurus, melakukan kegiatan untuk mengganti identitas
sementara,misalnya ikut kelompok sosial ,keagamaan dan politik,kegiatan yang
memberi dukungan sementara, seperti mengikuti seuatu kompetisi atau kontes
popularitas,kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara,seperti
penyalah gunaan obat-obatan. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak
memberikan hasil yang diharapkan, individu akan mengembangkan mekanisme
jangka panjang antara lain menutup indentitas, dimana klien terlalu cepat
mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa
mengindahkan hasrat,aspirasi atau potensi diri sendiri. Mekanisme pertemanan
ego yang sering digunakan adalah proyeksi, merendahkan orang lain, menghindari
dari interaksi sosial dan reaksi reformasi.
N DATA MASALAH
O
ISOLASI SOSIAL
C. Diagnosa Keperawatan:
Isolasi sosial
STRATEGI PELAKSANAAN
I. INDIVIDU
Pertemuan ke : 1 (satu)
2. Fase Kerja
Dengan siapa ibu tinggal serumah?
Siapa yang paling dekat dengan ibu?
Apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?
Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu?
Apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang lain?
Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga?
Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang lain?
Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan orang lain?
Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman?
Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap.
Apa lagi ibu? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu? ya apa lagi? (sampai
menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu Ibu ingin belajar berteman dengan orang lain?
Nah untuk memulainya sekarang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih dahulu.
Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan kita sebutkan dahulu nama
kita dan nama panggilan yang kita sukai.
Contohnya: nama saya Diana Ratu, senang dipanggil Diana.
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya nama
ibu siapa ? senangnya dipanggil apa?
Ayo bu coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba ibu
berkenalan dengan saya.
Ya bagus sekali ibu, coba sekali lagi ibu. Bagus sekali ibu!
Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal yang
menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan sebagainya,
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman ibu.
(dampingi pasien bercakap-cakap).
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang
lain.
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap dengan
teman? Dua kali ya ibu? Baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada jadwal
kegiatan, kita isi jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah bercakap-cakap dengan
teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan M,
jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu
menuliskan B, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. Apakah ibu
mengerti? Coba ibu ulangi? Nah bagus ibu.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
pengalaman ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan
bercakap-cakap dengan topik tertentu. Apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau diruang tamu
saja? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok ibu.
Saya permisi Assalamualaikum.
Pertemuan ke : 2 (dua)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
Klien tidak percaya diri untuk berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
Klien menyendiri di kamar.
Klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar.
Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan:
a. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain.
b. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
satu orang.
c. Membanatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian.
2. Fase Kerja
Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu, perawat yang juga dinas di
ruangan ini, ibu bisa memulai berkenalan.
Apakah ibu masih ingat bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika pasien masih
ingat, jika pasien lupa, bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan).
Nah, silahkan ibu mulai (fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat lain) wah
bagus sekali ibu, selain nama, alamat, hobby apakah ada yang ingin ibu ketahui
tentang perawat B dan C? (bantu pasien mengembangkkan topik pembicaraan) wah
bagus sekali, Nah, ibu apa kegiatan yang biasa ibu lakukan pada jam ini?
Bagaimana kalau kita menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan siang di
ruang makan sambil menolong teman, ibu bisa bercakap-cakap dengan teman yang
lain. Mari bu (dampingi pasien ke ruang makan) apa yang ingin ibu bincangkan
dengan teman ibu. ooh tentang cara menyusun piring diatas meja silahkan ibu (jika
pasien diam dapat dibantu oleh perawat) coba ibu tanyakan bagaimana cara menyusun
piring di atas meja kepada teman ibu? apakah harus rapi atau tidak? Silahkan bu,
apalagi yang ingin bu bincangkan Silahkan.
Oke sekarang piringnya sudah rapi, bagai mana kalau ibu dengan teman ibu
melakukan menyusun gelas diatas meja bersama. Silahkan bercakap-cakap ibu.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C dan
bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di ruang makan?
Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?
b. Rencana Tindak Lanjut
Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan
bercakap-cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan siang. Mau
jam berapa ibu latihan? Oo ketika makan pagi dan makan siang.
c. Kontrak yang akan datang
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu berkenalan
dengan 4 orang lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan
harian lain, apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00? Baiklah ibu besok saya
akan kesini jam 10:00 WIB.
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau diteras depan?
Pertemuan ke : 3 (tiga)
SP 3 : klien dapat berkenalan dengan baik dan benar lebih dari 2 orang.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan masih malu berinteraksi dengan orang lain.
Klien mengatakan masih sedikit malas berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
Klien tampak sudah mau keluar kamar.
Klien belum bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan:
a. Klien mampu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
2. Fase Kerja.
Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru masak
sedang memasak dan juru masak disana berjumlah lima orang disana.
Bagaimana jika kita berangkat sekarang? Apakah ibu sudah siap bergabung dengan
banyak orang?
Nah ibu sesampainya disana ibu langsung bersalaman dan memperkenalakan diri
seperti yang sudah kita pelajari, ibu bersikap biasa saja dan yakin bahwa orang-
orang disana senang dengan kedatangan ibu. Baiklah bu kita berangkat sekarang ya
bu. (selanjutnya perawat mendampingi pasien di kegiatan kelompok, sampai
dengan kembali kekamar).
Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman saat melakukan
kegiatan harian, kegiatan apa yang ingin ibu lakukan? Ooh merapikan kamar
baiklah dengan siapa ibu ingin didampingi? Dengan Nn. Y? baiklah bu.
kegiatannya merapikan tempat tidur dan menyapu kamar tidur ya bu( perawat
mengaja pasien Y untuk menemani pasien merapikan tempat tidur dan menyapu
kamar, kemudian memotivasi pasien dan teman sekamar bercakap-cakap.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di dapur?
kalau setelah merapikan kamar bagaimana ibu? Apa pengalaman ibu yang
menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya kita bergabung
dengan orang banyak?
b. Rencana Tindak Lanjut:
Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau ibu
bisa ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh teman-
teman ibu. Jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan tempat tidur kita
cantumkan dalam jadwal ya ibu. Setiap jam berapa ibu akan berlatih? Baiklah
pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam
melakukan berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry. apakah
ibu bersedia?
Waktu:
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat:
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu.
Pertemuan ke : 4 (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
Klien mengatakan sudah mau berinteraksi dengan orang lain.
Klien mengatakan mampu berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif :
Klien sudah mau keluar kamar.
Klien bisa melakukan aktivitas di ruangan.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.
3. Tujuan.
a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.
b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
c. Kontrak
Topik:
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi ibu
dalam menjemput pakaian ke laundry atau latihan berbicara saat melakukan
kegiatan sosial. Apakah ibu bersedia?
Waktu:
Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat:
Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
2. Fase Kerja.
Baiklah, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil? (sebaiknya
sudah disipakan oleh perawat) baiklah ibu mari kita berangkat ke ruangan laundry.
(komunikasi saat di ruangan laundry).
Nah ibu caranya yang pertama adalah ibu ucapkan salam untuk ibu Yanti, setelah itu
ibu bertanya kepada ibu Yanti apakah pakaian untuk ruangan melati sudah ada? Jika
ada pertanyaan dari ibu Yanti ibu jawab ya. Setelah selesai, minta ibu Yanti
menghitung total pakaian dan kemudian ibu ucapkan terimakasih pada Ibu Yanti.
Nah sekarang coba ibu mulai ( perawat mendampingi pasien)
3. Fase Terminasi
a. Subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput pakaian ke
ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan bu?
b. Rencana Tindak Lanjut :
Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal dan
melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry.
c. Kontrak yang akan datang:
Topik:
Baiklah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang
kebersihan diri. Apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu.
saya permisi Assalamualaikum
II. KELUARGA
Pertemuan : 1 (satu)
SP 1 : membina hubungan saling percaya dengan keluarga dan
menjelaskan kondisi klien.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien mulai bisa berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Identifikasi masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
c. Penjelasan isolasi sosial.
d. Cara merawat dan melatih pasien isolasi sosial.
e. Jadwal keluarga untuk merawat pasien.
2. Fase Kerja
Ibu apakah ibu tahu masalah yang sedang dialami oleh anak ibu? Apakah saja
masalah yang ibu hadapi dalam merawat Y?apa saja yang sudah dilakukan?
Masalah yang dihadapi oleh Y disebut Isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain.
Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk
Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah
dengan orang terdekat.
Menurut yang diceritakan oleh Y, ia lebih suka menyendiri dan tidak mau
bergaul/berinteraksi dengan orang lain karena ia merasa malu,karena ia merasa hanya
dia yang tidak bisa melanjutkan kuliah sedangkan semua temannya berkuliah.
Sehingga pasien merasa minder dan lebih suka menyendiri.
Untuk itu disini keluarga sangat berperan penting dalam mengatasi masalah anak ibu.
Keluarga harus bersabar dalam menghadapapi Y. Untuk mengatasi masalahnya
pertama, keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan Y, caranya
bersikap peduli dan jangan ingkar janji. Kedua mengajak Y untuk berinteraksi dengan
cara berjalan-jalan, selanjutnya keluarga perlu memberikan semangat dan dorongan
kepada Y untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Berilah
pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.
Apakah ibu bisa mengerti dan melakukan hal yang sudah saya ajarkan tadi?
Ayo coba peragakan hal yang saya ajarkan tadi, sekarang..!
Bagaimana kita menyusun jadwal untuk pertemuan selanjutnya?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Obyektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol-ngobrol? Apakah sudah mengerti
dengan apa yang sudah saya jelaskan tadi?
Apakah ibu bisa melakukan hal yang sudah saya ajarkan tadi?
b. Rencana tindak lanjut:
Ibu bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini pada Y, bapak/ibu juga
bisa mengajari anggota keluarga yang lain untuk menerapkan hal ini saat dirumah
agar lebih mudah menyelesaikan masalah ini.
c. Kontrak
Topik :
ibu selanjutnya kita akan bertemu untuk latihan/menerapkan apa yang sudah
ibu pelajari kepada Y langsung. Ibu maunya kapan? Bagaimana kalau besok?
Waktu :
Besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB, bagaimana?
Tempat :
ibu besok ingin bertemu dimana ? gimana kalau di taman saja? Besok saya
akan menemani ibu untuk latihan langsung apa yang sudah kita pelajari pada
Y.
Baiklah kalau begitu perbincangan kita hari, kita sudahi dulu ya?, terima kasih
dan sampai jumpa dengan teman saya besok ya bu. Wassalamu’alaikum.
Pertemuan : 2 (dua)
SP 2 : keluarga klien melatih klien untuk berinteraksi dengan orang lain
secara baik dan benar, membuat jadwal harian.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
Klien mulai bisa berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi social
3. Tujuan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4. Tindakan keperawatan:
a. Evaluasi SP 1.
b. Latih (langsung ke pasien).
c. Jadwal keluarga untuk merawat pasien.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Obyektif:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol-ngobrol?apakah sudah mengerti
dengan apa yang sudah saya jelaskan tadi
Apakah ibu bisa untuk melakukan hal yang sudah saya ajarkan kemaren?
b. Rencana tindak lanjut:
Ibu bisa melakukan kegiatan yang kita bahas hari ini pada Y, bapak/ibu juga
bisa mengajari anggota keluarga yang lain untuk menerapkan hal ini saat
dirumah agar lebih mudah menyelesaikan masalah ini
c. Kontrak
Topik :
ibu selanjutnya kita akan bertemu untuk mengulas lagi apa yang sudah
ibu pelajari kepada Y langsung. Bapak/Ibu maunya kapan? Bagaimana
kalau besok?
Waktu :
Besok kita ketemu lagi jam 08.00 WIB, bagaimana?
Tempat :
ibu besok ingin bertemu dimana? gimana kalau di taman saja? Besok
teman saya yang akan menemani ibu untuk latihan langsung apa yang
sudah kita pelajari pada S. Baiklah kalau begitu perbincangan kita hari,
kita sudahi dulu ya?, terima kasih dan sampai jumpa besok ya bu..!
Wassalamu’alaikum....!!!
Pertemuan : 3 (tiga)
SP 3 : keluarga melatih klien untuk dapat berkenalan dan berinteraksi
dengan orang lain sesuai dengan jadwal.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien mulai bisa berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi social
3. Tujuan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Evaluasi SP 1 dan 2
b. Latih (langsung ke pasien).
c. Jadwal keluarga untuk merawat pasien.
2. Fase Kerja
ibu bagaimana dengan perkembangan keadaan Y hari ini?
Apakah sudah menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari kemaren-kemaren
atau masih sama saja seperti biasanya? Bagaimana dengan sodara Y tolong
dipraktekkan juga.
ibu bagaimana dengan yang saya praktekkan kemaren, tolong di prktekkan lagi.
Oh iya tidak apa-apa ibu, yang terpenting ibu yang sabar dan melakukan yang sudah
saya ajarkan kemaren, sehingga Y terbiasa berinteraksi dengan keluarga dan orang
lain jadi Y tidak akan sering menyendiri lagi.
Tolong ibu tambahkan kegiatan yang tadi ibu praktekkan ke dalam jadwal.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Obyektif:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol-ngobrol? Apakah sudah mengerti
dengan apa yang sudah saya jelaskan tadi?
Apakah ibu bisa melakukan hal yang sudah saya ajarkan tadi?
b. Rencana tindak lanjut
Ibu bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini pada Y, ibu juga bisa
mengajari anggota keluarga yang lain untuk menerapkan hal ini saat dirumah
agar lebih mudah menyelesaikan masalah ini.
c. Kontrak
Topik :
ibu selanjutnya kita akan bertemu untuk latihan/menerapkan apa yang sudah
ibu pelajari kepada Y langsung. Ibu maunya kapan? Bagaimana kalau besok?
Waktu :
Besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB, bagaimana?
Tempat :
ibu besok ingin bertemu dimana? gimana kalau di taman saja? Besok saya
akan menemani ibu untuk latihan langsung apa yang sudah kita pelajari pada
Y. Saya permisi dulu, assalamualaikum.
Pertemuan : 4 (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien mulai bisa berinteraksi dengan orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi social
3. Tujuan: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
4. Tindakan Keperawatan:
a. Evaluasi kemampuan keluarga.
b. Evaluasi kemampuan pasien
c. Rencana tindak lanjut keluarga:
Follow up
Rujukan
3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Obyektif:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol-ngobrol? Apakah sudah mengerti
dengan apa yang sudah saya jelaskan tadi?
Apakah ibu bisa melakukan hal yang sudah saya dan teman-teman ajarkan selama
ini?
b. Rencana tindak lanjut
Ibu bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini pada Y, bapak/ibu juga
bisa mengajari anggota keluarga yang lain untuk menerapkan hal ini saat dirumah
agar lebih mudah menyelesaikan masalah ini
ASUHAN KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL
I. Pengkajian
A. IdentitasPasien
I. Nama : Ny. Y
J. Umur : 34tahun
K. Alamat : Jl. Imam Bonjol, Kemiling, Bandar Lampung
L. Pekerjaan : Tidak kerja
M. Pendidikan : SMA
N. Agama : Islam
O. Statusperkawinan :-
P. Nomor RM : 007398
Q. Tanggal Pengkajian : 25 Mei 2019
R. Tanggal masuk RS : 24 Mei 2019
B. IdentitasPenanggungjawab
Nama : Nn.Y
Alamat : J. Imam Bonjol, Kemiling, BandarLampung
Hubungan dengan pasien : Ibu
C. AlasanMasuk
Pasien sulit diajak komunikasi sehingga tidak didapatkan data apapun untuk
maternitas
E. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
1. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N : 87x/mnt
RR : 18x/mnt
S : 36,30C
2. Status gizi
BB : 60kg
TB : 155 cm
3. Keluhan fisik
Pasien menyatakan tidak ada keluhan fisik.
F. Status Psikososial
1. Genogram
Tidak terkaji. Pasien lupa dengan silsilah keluarganya.
2. Konsep diri
a. Citra Tubuh
Pasien menyatakan tidak ada bagian tubuh yang spesial (disukailebih dari bagian
tubuh yang lainnya).
b. Identitas diri
Pasien menyatakan bahwa pasien adalah seorang perempuan.
c. Peran diri
Pasien menyatakan sudah tidak bekerja sejak bertahun-tahunyang lalu. Pasien
tidak menyebutkan jenis pekerjaan.
d. Ideal diri
Pasien bingung ketika ditanya ingin pulang atau tidak. Pasien dapat menyebutkan
wilayah rumahnya.
e. Harga diri
Pasien terlihat malu ketika ditanya oleh perawat. Ada kontakmatanamun jarang.
Pasien menjawab pertanyaan perawat seperlunya saja.
3. Hubungan sosial
Pasien jarang komunikasi, miskin bicara, lebih banyakmenghabiskan waktu di
tempat tidur. Pasien bingung ketika ditanya mengenai pergaulan pasien di
masyarakat.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien menyatakan agama pasien Islam.
b. Kegiatanibadah
Pasien mengatakan tidak pernah beribadah
G. Status Mental
1. Penampilan
Pasien menggunakan seragam RSJD Lampung. Pasien berambut pendek.
2. Pembicaraan
a. Pasien menjawab pertanyaan seperlunya
b. Pasien banyak diam
c. Pasien bingung ketika diminta untuk bercerita
d. Pasien beralasan tidak ada yang bisa diceritakan.
3. Aktivitas motorik
Wajah pasien terlihat tegang. Pasien terlihat gelisah dan menghindar ketika diajak
komunikasi. Agitasi (gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan).
4. Alam perasaan
Pasien terlihat banyak tersenyum ketika dilakukan wawancara.
5. Afek
Afek sesuai. Pasien sering tersenyum ketika diajak berbicara, namun berubah ketika
pasien sudah merasa bosan melakukan percakapan dengan perawat.
7. Persepsi
Pasien mengatakan “tidak”, ketika ditanya apakah mendengar dan melihat hal-hal
yang tidak dilihat dan didengar orang lain (halusinasi).
8. Proses Pikir
Pasien tidak banyak bicara. Ketika ditanya pasien hanya menjawab seperlunya saja
secara singkat.
9. Isi pikir
Sulit dinilai. Pasien menyangkal waham.
11. Memori
Daya ingat pasien buruk. Ketika ditanya mengenai jumlah saudaranya berapa, pasien
menjawab “enam”, dan ketika ditanya anak keberapa, pasien menjawab “tujuh”.
12. Tingkat konsentrasi danberhitung
Pasien sulit berkonsentrasi. Kadang pasien harus ditanya beberapa kali kemudian
pasien baru menjawab.
H. Kebutuhan PersiapanPulang
1. Makan
Pasien makan 3x sehari sesuai jadwal di Bangsal Srikandi dengan menu nasi, sayur,
lauk dan buah. Pasien selalu menghabiskan makanan. Pasien terlihat membersihkan
alat makannya secara mandiri.
2. BAB /BAK
Pasien bisa BAK dan BAB sendiri di toilet.
3. Mandi
Pasien masih di ingatkan mengenai kebersihan diri. Pasien mengatakan mandi 2 kali
sehari dengan menggunakan sabun, membersihkan gigi dengan menggunakan sikat
gigi dan pasta gigi. Pasien mengatakan setiap hari keramas dengan menggunakan
shampo.
4. Berpakaian /berhias
Pasien memakai pakaian dari RSJD Lampung, dan tidak ada penyimpangan dalam
berpakaian maupun berhias.
6. Penggunan obat
Pasien selalu rutin minum obat selama perawatan di RSJD Lampung.
7. Pemeliharaan kesehatan
Kuku pasien terlihat kotor, pasien mengatakan tidak pernah cuci tangan sebelum
makan.
8. Kegiatan di dalam bangsal
Pasien mengatakan setelah bangun tidur, pasien langsung merapikan tempat tidur,
mandi, kemudian makan pagi, senam, mengikuti pemeriksaan kesehatan di bangsal
kemudian tiduran di tempat tidur.
I. Mekanisme Koping
Pasien tidak pernah menceritakan masalahnya kepada orang lain.
J. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Pasien mengatakan lebih senang menyendiri, pasien menyatakan dulu jarang berkumpul
dengan orang lain seperti keluarga dan tentangga. Pasien tidak mau mencoba
berkomunikasi dengan pasien lain selama berada di bangsal.
K. Pengetahuan
Pasien tidak mengetahui tentang manfaat, keuntungan maupun kerugian bersosialisasi
dengan yang lain.
L. Terapi
Chlorpromazin 25 mg 0-2-1
Haloperidol 5 mg 0-2-1
M. Diagnosa Medis :
Axis I : F 20.6
AxisII : Tidak adainfo
Axis III : Belum ada diagnosa
Axis IV : Tidak adainfo
AxisV :Jelek
a. Lebih senangmenyendiri
b. Tidak mau berinteraksi
c. Tidak mengetahui mengenai manfaat, keuntungan maupun kerugian
bersosialisasi
DO :
a. Pasien jarangk omunikasi
b. Tidak mau bicara
c. Mengurung diri dikamar
d. Tampak sedih
e. Ekspresi datar dan dangkal
DO :
a. Kuku pasien terlihatkotor
b. Pasien masih di ingatkan mengenai kebersihandiri
DO :
IV. POHONMASALAH
XX.
YY.
ZZ.Isolasi Sosial
AAA.
BBB.
CCC.
DDD. DefisitPerawatan Diri
EEE.
FFF.
GGG.
HHH.
III. Koping Individu tidak Efekti
V. PERENCANAAN
No DIAGNOSA PERENCANAA
N
KEPERAWATA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVEN RASIONAL
N
SI
1. Isolasi sosial 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019,
Tujuan Umum: 1. Setelah 2x interaksi 1. Bina hubungan saling percayadengan:
a. Beri salam setiapinteraksi 09.00 WIB
Pasien dapat
pasien menunjukkan b. Perkenalkan nama, namapanggilan Dengan terbinanya
berinteraksi dengan
tanda-tanda percaya perawat, dan tujuan perawat hubungan saling
orang lain.
kepada atauterhadap berkenalan percaya merupakan
Tujuan Khusus: c. Tanyakan dan panggilnama
perawat:
1. Pasien dapat dasar untuk interaksi
a. Wajah cerah, kesukaaan pasien
membina hubungan d. Tunjukkan sikap jujur danmenepati perawat dengan pasien
tersenyum
saling percaya b. Mauberkenalan janji dan dasar untuk
c. Ada kontakmata e. Tanyakan perasaan pasien dan
d. Bersedia merencanakan
masalah yang dihadapi pasien
menceritakan f. Buat kontrak interaksi yangjelas perencanakan
perasaan 2. Dengarkan dengan penuhperhatian selanjutnya.
2. Bersediamengungkapkan ekspresi perasaan pasien
masalahnya
25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019,
1. Tanyakan pada pasiententang:
09.00 WIB Setelah 1x interaksi pasien a. orang yang tinggal serumahatau 09.00 WIB
Diketahuinyapenyebab
Tujuan khusus : dapat menyebutkan minimal teman sekamar pasien
2. Pasien mampu b. orang yang paling dekat denganpasien akan dapat dihubungkan
satu penyebab menarik diri
menyebutkan
penyebab menarik dari: di rumah atau di ruang perawatan dengan faktor presipitasi
1. Dirisendiri c. Apa yang membuat pasiendekat
diri yang dialami pasien
2. Oranglain dengan orang tersebut
3. Lingkungan d. Orang yang tidak dekat denganpasien
di rumah atau di ruang perawatan
e. Apa yang membuat pasien tidakdekat
dengan orang tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukanagar
dekat dengan orang lain
2. Diskusikan dengan pasienpenyebab
menarik diri
3. Beri pujian terhadap kemampuanpasien
mengungkapkan perasaannya
25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019,
1. Tanyakan pada pasiententang:
09.00 WIB Setelah 1x interaksi dengan a. Manfaat hubungansosial 09.00 WIB
3. Pasien mampu b. Kerugian menarikdiri
pasien dapat menyebutkan Dengan mengetahui
menyebutkan 2. Diskusikan bersama pasiententang
keuntungan berhubungan keuntungan dari
keuntungan manfaat berhubungan sosialdan
sosial, misalnya: berinteraksi pasien
berhubungan sosial kerugian menarik diri
1. Banyakteman 3. Beri pujian terhadap kamampuanpasien diharapkan terdorong
dankerugian 2. Tidakkesepian
3. Bisadiskusi mengungkapkan perasaannya untuk berinteraksi
menarik diri.
4. Salingmenolong
Dan kerugian menarik diri,
misalnya:
1. Sendiri
2. Kesepian
3. Tidak bisadiskusi
25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019,
09.00 WIB 1. Observasi perilaku pasiensaat
Setelah 3x interaksi pasien 09.00 WIB
4. Pasien dapat berhubungan sosial
dapat melaksanakan hubungan Pasien harus mencoba
melaksanakan 2. Beri motivasi dan bantu pasienuntuk
sosial secara bertahapdengan: berinteraksi secara
berkenalan atau berkomunikasi dengan:
hubungan sosial
a. Perawat a. Perawat lain bertahap agar terbiasa
secara bertahap. b. Perawat lain b. Pasienlain
c. Pasienlain c. Kelompok membina hubungan
d. Kelompok 3. Libatkan pasien dalam TerapiAktivitas yang sehat dengan
Kelompok Sosialisasi
orang lain
4. Diskusikan jadwal harian yangdapat
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan pasien bersosialisasi
5. Beri motivasi pasien untukmelakukan
kegiatan sesuai dengan jadwalyang
telahdibuat
6. Beri puian terhadap kemampuanpasien
memperluas pergaulannya melalui
aktivitas yang dilaksanakan
25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019,
09.00 WIB 1. Diskusikan dengan pasien tentang
Setalah 3x interaksi pasien 09.00 WIB
5. Pasien mampu perasaannya setelahberhubungan
dapat menjelaskan perasaannya Mengungkapkan
menjelaskan sosial dengan:
setelah berhubungan sosial a. Oranglain perasaan akan
perasaannya b. kelompok
dengan: membantu pasien
setelah 2. beri pujian terhadap kemampuanpasien
1. Oranglain menilai keuntungan
berhubungan 2. Kelompok mengungkapkan perasaannya
berinteraksi dengan
sosial.
orang lain.
25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019, 09.00 WIB 25 Mei 2019,
09.00 WIB 1. Setelah 1x interaksipasien 1. Diskusikan dengan pasien tentang
09.00 WIB
6. Pasien dapat menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minumobat,
a. Manfaat minumobat Komunikasi yang
memanfaatkan nama, warna, dosis, cara, efekterapi,
b. Kerugian tidakminum terapeutik dan disertai
obat dengan baik. dan efek samping penggunaan obat
obat dengan penggunaan
c. Nama, warna, dosis, 2. Pantau pasien saat penggunaanobat
3. Beri pujian jika kliien menggunakanobat obat secara benar
efek terapi, dan efek
dengan benar melalui prinsip 5benar
samping obat 4. Diskusikan akibat berhenti minumobat
2. Setelah 3x interaksipasien akan sangat membantu
tanpa konsultasi dokter
mendemonstrasikan 5. Anjurkan pasien untukkonsultasi pasien dalam mengatasi
penggunaan obatdengan kepada dokter atau perawat jika terjadi permasalahannya yang
benar hal-hal yang tidak diinginkan sedang dihadapi.
3. Setelah 1x interaksi pasien
menyebutkan akibat
berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter
2. Defisit perawatan 25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 10.00 WIB 25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019,
diri 10.00 WIB Pasien mampu menyebutkan : 1. Bina hubungan salingpercaya 10.00 WIB
2. Diskusikan dengan pasien:
Tujuan umum: 1. Penyebab tidak merawat a. Penyebab pasien tidak merawatdiri Meningkatkan
Setelah 2x interaksi diri b. Manfaat menjaga perawatan diriuntuk pengetahuan pasien dan
2. Manfaat menjaga keadaan fisik, mental dan sosial.
pasien mampu memotivasi pasien untuk
perawatan diri c. Tanda-tanda perawatan diri yangbaik
melakukan perawatan d. Penyakit atau gangguankesehatan meningkatkan
3. Tanda-tanda bersih dan
diri secara mandiri yang bisa dialami oleh pasien bila perawatandiri
rapi
Tujuan khusus: 4. Kerugian yang dialami jika perawatan diri tidak adekuat
3. Berikan pujian untuk setiap responpasien
1. Pasien dapat perawatan diri tidak
yang positif
membinahubungan diperhatikan
4. Pantau dan bantu pasien saatperawatan
saling percaya diri
2. Pasienmengetahui
pentingnya
perawatan diri
3. Ketidakefektifa 25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019,
n koping 11.00 WIB Setelah 3x interaksi pasien Bina hubungan saling percaya dengan: 11.00 WIB
individu Tujuan umum: menunjukkan tanda-tanda 1. Berisalam Hubungan saling
Pasien dapat percaya kepada perawat 2. Perkenalkan diri,tanyakan nama percaya merupakan
menggunakan 1. Wajah cerah,tersenyum panggilan yangdisukai. dasar untuk kelancaran
2. Mauberkenalan
mekanisme koping 3. Ada kontakmata 3. Jelaskan tujuaninteraksi. hubungan selanjutnya.
yang efektif 4. Bersediamenceritakan 4. Yakinkan pada pasien perawat akan
Tujuankhusus: perasaan. menolong.
1. Pasien mampu 5. Yakinkan kerahasiaan akanterjaga.
membina hubungan 6. Tunjukkan sikapterbuka.
saling percaya
dengan perawat.
25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019, 11.00 WIB Motivasi 25 Mei 2019,
11.00 WIB Setelah 2x interaksi pasien pasien untuk mengungkapkan perasaan 11.00 WIB
Tujuan khusus: dapat mengungkapkan dan pikirannya saat ini Mengetahui perasaan
2. Pasien dapat perasaannya secara bebas dan pikirannya saatini
membuka
perasaannya secara
bebas
25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019,
25 Mei 2019,
Setelah 3x interaksi pasien Diskusikan dengan pasien tentang pasien 11.00 WIB
11.00 WIB
dapat : tentang : Memberikan
Tujuan khusus:
informasi
3. Pasien dapat 1. Mengungkapkan cara-cara 1. Cara-cara yang dapat dilakukandalam pada pasien tentang
mengidentifikasi yang dapat dilakukan mengatasi perasaan dan masalah. koping apa saja yang
2. Koping yang pernahdipakai
koping dan perilaku dalam mengatasiperasaan 3. Alternatif koping yang tepat bagipasien boleh dan tidak boleh
yang berkaitan dan masalah. dilakukan dalam
2. Mengidentifikasikoping
dengan kejadian menghadapi suatu
yang pernah dipakai.
yang dihadapi 3. Menyebutkanalternatif masalah
koping yang tepat bagi
pasien
25 Mei 2019, 25 Mei 2019, 11.00 WIB 25 Mei 2019, 11.00 WIB
25 Mei 2019, 11.00 WIB
13.00 WIB Setelah 3x interaksi pasien Bantu pasien untuk :
Membantu pasien untuk
Tujuan khusus: dapat : 1. Meningkatkan pemikiran yangpositif.
2. Mengidentifikasi ketetapanpersepsi mengubah perilaku
4. Pasien dapat 1. Mengidentifikasipemikira
pasien yang tepat, penyimpangan dan negatif ke perilakupositif
memodifikasi pola n negatif dan bantu untuk
pendapat yang tidak rasional.
kognitif yang menurunkanmelalui 3. Mengurangi penilaian yangnegatif
negatif interupsi/substitusi. terhadap dirinya.
2. Mengidentifikasi ketetapan 4. Mengevaluasi ketepatan persepsi,logika
persepsi pasien yang tepat, dan kesimpulan yang dibuat pasien
penyimpangan dan
pendapat yangtidak
rasional
3. Mengurangi penilaianyang
negatif terhadap dirinya.
4. Menyadari nilai yang
dimilikinya/perilakunya
dan
perubahan yang terjadi
VI. CATATANPERKEMBANGAN
pasien di rumah atau di ruang P : N : Ajak pasien untuk benkenalan dengan yang lain
Defisit perawatan
Sabtu , 25 Mei 2019 Sabtu , 25 Mei 2019
diri
Pukul 10.00 WIB Pukul 10.30 WIB
1. Membina hubungan salingpercaya S : Pasien menyatakan mengerti tentang perawatan diri
2. Mendiskusikan pentingnyakebersihan
O : Pasien terlihat bingung saat dianjurkan untuk menjelaskan kembali cara perawatan
diri dan berdandan, pemenuhan diri yang baik.
kebutuhan nutrisi dan eliminasi yang A : Pasien dapat membina hubungan saling percaya dan pasien mengetahui pentingnya
baik perawatandiri
3. Menjelaskan cara perawatan diri
P : N : Motivasi pasien dalam perawatan diri secara mandiri
K : Melakukan perawatan diri secara mandiri
http://www.academia.edu/28333219/STRATEGI_PELAKSANAAN_1_SP_1_ISOL
ASI_SOSIAL (diakses 16 januari 2020)