Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DEPRESI PADA LANSIA

Disusun Oleh:

1. ALVI HIDAYATI
(170100906)

2. AULIA FEBRI ENTARTI (170100912)

3. EKA ISTIQOMAH (170100916)

4. HAFIDZ AL-LUTHFI (170100923)

5. ILHAM RESTU MAULANA (170100924)

6. INDAH AYUNING TYAS (170100926)

7. ISNAINI PUTRI CAHYANI (170100928)

8. JULIA MERANTI (170100930)

9. NADZIYATUN KOERIYAH (170100940)

10. SAMSUL NUR LARIDA (170100950)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA

YOGYAKARTA

2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan r
ahmat dan hidayah-Nya  sehingga makalah depresi pada lansia dapat
diselesaikan.
Makalah ini dibuat guna menunjukkan partisipasi kami dalam menyelesai
kan tugas pembuatan makalah sebagai salah satu penunjang nilai mata kuliah
Geriatric. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untu memberikan kontribusi kepada
mahasiswa , dan tentunya makalh ini sangat jauh dari kata sempurna . Untuk itu
kepada dosen pembimbing makalah ini kami meminta masukan demi perbaikan
makalah kami di masa yang akan datang.

BAB I

LATAR BELAKANG
Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia. Masalah
tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan int
eraksi sosial. Tidak jarang gejala depresi juga berupa gangguan fisik seperti insomnia dan
berkurangnya napsu makan. Depresi seringkali tidak terdeteksi pada lanjut usia karena d
ianggap sebagai akibat dari proses penuaan dan penyakit kronis yang dialami oleh lanjut
usia. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat memperb
aiki dan meningkatkan kualitas hidup bagi lanjut usia (Dewi, 2014). Menurut WHO (201
3), depresi merupakan gangguan psikologis terbesar ketiga yang diperkirakan terjadi pad
a 5% penduduk di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Pracheth dkk (2013) di India, me
mberikan hasil dari 218 lanjut usia yang diteliti, terdapat 64 orang (29,36%) yang mengal
ami depresi. Di Indonesia, belum ada penelitian yang menyebutkan secara pasti tentang
jumlah prevalensi lanjut usia yang mengalami depresi. Namun peningkatan jumlah pend
erita depresi dapat diamati bertambah dari waktu ke waktu melalui peningkatan jumlah
kunjungan pasien yang berobat ke pelayanan kesehatan maupun peningkatan obat psiko
farmaka yang diresepkan oleh dokter (Hawari, 2013).

Depresi pada lanjut usia disebabkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Dal
am penelitian yang dilakukan oleh Rosita (2012) tentang stressor sosial biologi penyebab
depresi, disebutkan bahwa stressor internal pada lanjut usia meliputi persepsi individu d
engan gejala berupa kekecewaan maupun kemarahan terhadap anggota keluarganya, se
dangkan lingkungan eksternal meliputi suasana di sekitar seperti kebisingan, kekumuhan
dan lain-lain. Stress dan tekanan sosial juga seringkali menjadi penyebab depresi pada la
njut usia (Santoso, 2009). Diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rezki dkk (20
14) tentang faktor-faktor penyebab depresi pada lanjut usia, terdapat pengaruh antara k
ehilangan dan kecemasan terhadap tingkat depresi pada lanjut usia.

BAB II

ASKEP DEPRESI PADA LANSIA

A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
2. Struktur keluarga : Genoogram
3. Riwayat Keluarga
4. Riwayat Penyakit Klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala karakte
ristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
1. Kaji adanya depresi dengan geriatric depresion scale.
2. Kaji kualitas hidup lansia
3. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
4. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga tentang bagaimana perawatan
yang telah dilakukan
5. Lakukan observasi langsung terhadap:
a. Perilaku.
1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivi
tas hidup sehari-hari?
2) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat di-terima secara sos
ial?
3) Apakah klien sering mengluyur danmondar-mandir?
4) Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomen
a?
b. Afek
1) Apakah kilen menunjukkan ansietas?
2) Labilitas emosi?
3) Depresi atau apatis?
4)  lritabilitas?
5) Curiga?
6) Tidak berdaya?
7) Frustasi?
c. Respon kognitif
1) Bagaimana tingakat orientasi klien?
2) Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saj
a atau yang sudah lama terjadi?
3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-abstrakan?
4) Kurang mampu membuat penilaian?
5) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia?
Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
1. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menja
di pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
2. Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota keluar
ga yang lain.
3. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya komun
itas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
4. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
5. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberiasuha
n tentang dirinya sendiri.

Mengkaji Klien Lansia Dengan Depresi


1. Membina hubungan saling percaya dengan klien lansia
Untuk melakukan pengkajian pada lansiadengan depresi, pertama-tama saudara
harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia.
Untuk dapat membina hubngan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai b
erikut:
a. Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi/siang/sore/
malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.
b. Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampai
kan bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien.
c. Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
d. Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
e. Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas te
rsebut.
f. Bersikap empati dengan cara:
1) Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menun
jukkan perhatian
2) Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menja
wab
3) Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
4) Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada kli
en.
Mengkaji pasien lansia dengan depresi juga bisa dilakukan dengan menggunakan
tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung kepada pasien da
n keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji data o
bjektif depresi. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:
1) Penampilan tidak rapi, kusut dan dandanan tidak rapi, kulit kotor (kebersihan
diri kurang)
2) Interaksi selama wawancara: kontak mata kurang, tampak sedih, murung, les
u, lemah, komunikasi lambat/tidak mau berkomunikasi.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat yaitu apak
ah lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil,
datar atau tidak sesuai, apakah lansia mempunyai ide untuk bunuh diri. Bila
data tersebut saudara peroleh, data subjektif didapatkan melalui wawancar
a dengan menggunakan skala depresi pada lansia (Depresion Geriatric Scale).
B. Diagnosa yang mungkin muncul
1. Resiko bunuh diri
2. Resiko kesepian
3. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
C. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Resiko bunuh diri Setelah dilakukan tindakan Manajemen Alam
keperawatan 1 x 24 jam resiko bunuh perasaan:
diri hilang dengan kriteria hasil : 1. Monitor
kemampuan
perawatan diri
Indikator Outcom Outcome 2. Monitor status fisik
e Akir 3. Atur tingkat
Awal aktivitas simulasi
Tingkat 3 5
dalam lingkungan
depresi
yang sesuai
Kontrol 3 5
4. Atur atau hentikan
diri
pengobatan yng
terhadap
mungkin
depresi
Harga diri 3 5 berkontribusi
Keparaha 2 5 terhadap gangguan
n kesepian alam perasaan.
Tingkat 3 5
Pencegahan bunuh diri:
stress
1. Monitor efek
samping
pengobatan dan
outcome yang
diinginkan
2. Monitor pasien
selama penggunaan
barang yang
potensial menjadi
senjata
3. Lakukan tindakan
untuk mencegah
individu
membahayakan diri
atau membunuh
dirinya
4. Periksa pasien yang
baru masuk rumah
sakit dan barang-
barang yang dimiliki
untuk mencari
adanya senjata
yang potensial yang
bisa digunakan
pasien
5. Tingkatkan akses
pelayan kesehatan
mental
6. Tingkatkan
pengawasan pasien
yang dirawat
7. Tingkatkan
kesadaran
masyrakat bahwa
bunuh diri dapat
dicegah
8. Berikan
pengobatan untuk
menurunkan
kecemasan
9. Berikan sejumlah
kecil pengobatan
anti diresepkan

jurnal
1. Ajarkan pada pasien
untuk melakukan
aktifitas fisik berupa
senam dan jalan kaki
2. Berikan terapi
konsumsi madu
untuk mengurangi
depresi
2. Resiko kesepian Setelah dilakukan tindakan selama Terapi Aktivitas:
3x24 jam risiko kesepian berkurang 1. Monitor respon
dengan kriteria hasil: emosi fisik,sosial,
Indikator Outcom Outcome dan spiritual terhdap
e awal akhir aktivitas
Rasa 2 5
2. Bantu klien memilih
dicampakan
aktivitas dan
Integrasi 3 5
pencapaian tujuan
keluarga
Pengaturan 3 5 3. Bantu klien tetap

psikososial fokus terhadap


Keterlibatan 3 5 kekutan
sosial 4. Bantu klien
Dukungan 4 5
mengidentifikasi
sosial
aktivitas yang

Keterangan: bermakna

1: berat 5. Dorong aktivitas

2: cukup berat kreatif yang tepat

3: sedang 6. Dorong keterlibatan

4: ringan dalam aktifikas

5: tidak ada kelompok maupun


terapi
7. Berkolaborasi
dengan ahli terapis
fisik.

jurnal
1. Ajarkan pada pasien
untuk melakukan
aktifitas fisik berupa
senam dan jalan kaki

3. Resiko perilaku Setelah dilakukan tindakan Manajemen perilaku:


kekerasan terhadap keperawatan selama 1x24 jam Menyakiti diri (4354)
diri sendiri diharapkan resiko perilaku kekerasan
internal berkurang dengan kriteria 1. Monitor pasien untuk
hasil: adanya impuls
Tingkat depresi (1208) menyakiti diri yang
Indikator Awal Akhir mungkin memburuk
Perasaa 2 5
menjadi pikiran atau
n
sikap bunuh diri
depresi
Pikiran 2 5
2. Bantu pasien untuk
bunuh
mengidentifikasi
diri yang
situasi atau perasaan
berulang
Perasaa 2 5 yang mungkin

n tidak memicu perilaku

berharga menyakiti diri

Keterangan: 3. Komunikasikan
1: berat tingkah laku yang di
2: cukup berat harapkan dari pasien
3: sedang dan konsekuensinya
4: ringan bagi pasien
5: tidak ada

4. Berikan pengobatan
dengan cara yang
tepat untuk
menurunkan cemas
menstabilkan alam
perasaan atau mood
dan menurunkan
stimulasi diri

5. Komunikasikan resiko
pada petugas
kesehatan lain

jurnal
1. Ajarkan pada pasien
untuk melakukan
aktifitas fisik berupa
senam dan jalan kaki
2. Berikan terapi
konsumsi madu
untuk mengurangi
depresi

BAB III
EBN
A. EBN
1. The effect of physical activity on depressive symptoms and quality of life amo
ng elderly nursing home residents: Randomized controlled trial (Efek aktivitas
fisik pada gejala depresi dan kualitas hidup di antara penghuni panti jompo
lanjut usia: uji coba terkontrol secara acak)
a. Penulis : NeslihanLokaSefaLokbMuammerCanbazc
b. Tahun : May–June 2017
c. Metode pelaksanaan
Melibatkan 80 orang berusia> 65 tahun (40 dalam kelompok intervensi, 4
0 kontrol) dalam penelitian pretest-posttest eksperimental, acak, terkontr
ol ini. Penelitian ini dilakukan sepuluh minggu dengan metode yang berla
ngsung adalah dengan “Program Aktivitas Fisik”, yang terdiri dari 10 meni
t kegiatan pemanasan, 20 menit senam, 10 menit latihan pendinginan da
n 30 menit berjalan bebas pada empat hari dalam seminggu.
b. Hasil
Hasil kami menunjukkan bahwa program aktivitas fisik terstruktur berda
mpak positif terhadap gejala depresi dan kualitas hidup pada orang tua.
2. Bee Honey as a Potentially Effective Treatment for Depression: A Review of
Clinical and Preclinical Findings (Lebah Madu sebagai Pengobatan yang
Berpotensi Efektif untuk Depresi: Tinjauan Temuan Klinis dan Praklinis

a. Penulis : Amira Mohammed Ali, Department of Psychiatric Nursin


g and Mental Health, Faculty of Nursing, Alexandria University,
b. Tahun : Submission: August 31, 2018; Published: September 10, 2
018
c. Metode pelaksanaan
Metode penanganan depresi yang digunakan adalah dengan konsumsi
madu selama 3-4 hari untuk rata rata kelompok kontrol mendapatkan
efek dan hasil dari terapi pengobatan madu untuk menurunkan depresi
d. Hasil
Lansia yang tertekan dirawat dengan campuran madu dan nyaris
menunjukkan penurunan yang signifikan pada depresi, stres, dan skor
gangguan mood dibandingkan dengan kelompok kontrol (p <0,05).
Mereka juga menyaksikan peningkatan asupan makanan "Kalori, seng,
dan magnesium" (p <0,05) [19]. Kedua Studi mengungkapkan bahwa
perawatan dengan madu atau campuran madu dan serbuk sari
menghasilkan perbaikan dari tiga subskala dari Skala Penilaian
Menopause (MRS) masing-masing 68,3% dan 70,9%.
BAB IV
KESIMPULAN

Depresi pada lanjut usia adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
gangguan psikologis yang berpengaruh terhadap suasana hati, cara berpikir, fungsi
tubuh dan perilakunya, seperti rasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan,
insomnia, putus asa dan merasa tidak berharga. Jadi keadaan depresi dapat
diketahui dari gejala dan tanda yang penting yang mengganggu kewajaran sikap dan
tindakan individu atau menyebabkan kesedihan yang mendalam.
Berdasarkan beberapa jurnal depresi dapat dikurangi atau diatasi dengan
menggunakan latihan aktifitas fisik berupa 30 menit senam dan juga 30 jalan kaki
yang dilakukan selama minimal 4 kali dalam semingguserta metode lain yang dapat
digunakan untuk mengurangi depresi adalah dengan mengkonsumsi madu selama
minimal 3 hari untuk mendapatkan manfaat dari madu tersebut.

LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai