Disusun Oleh:
Indah Ayuning Tyas (170100926)
A. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA, 2012), diabetes melitus
adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia
dan terjadi karena gangguan sekresi insulin, kerja dari insulin atau kedua-duanya.
Hiperglikemia yaitu tingginya kadar glukosa di dalam darah. Hal ini terjadi ketika
tubuh memproduksi hormon insulin yang terlalu sedikit atau tubuh tidak mampu
menggunakan insulin tersebut dengan baik.
B. Klasifikasi
Diabetes melitus bisa diklasifikasikan dalam klasifikasi umum sebagai berikut
(ADA, 2015):
1. Diabetes melitus tipe 1
Disebabkan oleh kerusakan pada sel beta pankreas dan biasanya termasuk ke
dalam defisiensi insulin absolut. Diabetes melitus tipe I ditandai dengan destruksi
sel-sel beta pankreas akibat faktor genetik, imunologis, dan juga lingkungan. DM
tipe 1 memerlukan injeksi insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah.
(Smaltzer et al, 2013)
Diabetes militus tipe 1 dapat menyebabkan komplikasi berupa Diabetes
ketoasidosis. Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut DM 1 yang di
tandai oleh Hiperglikemia, lipolisis yang tidak terkontrol (dekomposisi lemak),
ketogenesis (produksi keton), keseimbangan nitrogen negatif, deplesi volume
vaskular, hiperkalemia, dan ketidakseimbangan elektrolit yang lain, serta asidosis
metabolik. Akibat defisiensi insulin absolut atau relatif, terjadi penurunan uptake
glukosa oleh sel otot, peningkatan produksi glukosa oleh hepar, dan terjadi
peningkatan metabolisme asam lemak bebas menjadi keton. Walaupun
hiperglikemia, sel tidak mampu menggunakan glukosa sebagai sumber energi
sehingga memerlukan konversi asam lemak dan protein menjadi badan keton
untuk energi. (Tarwoto N. S., 2010, hal. 257 )
Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut yang serius pada pasien
diabetes militus. Keadaan hiperglikemia ini merupakan keadaan emergensi yang
memputuhkan penanganan cepat dan akurat karena dapat menimbulkan kematian.
Pasien dengan ketoasidosis diabetik mempunyai karakteristik hiperglikemia,
asidosis dan ketosis. (Stillwell, 2011, hal. 243)
Diabetes ketoasidosis adalah suatu kondisi dimana terjadi akibat adanya
defisiensi insulin yang bersifat absolute dan terjadinya peningkatan kadar
hormone yang berlawanan dengan isulin. (Wijaya, 2013, hal. 13)
Diabetik ketoasidosis adalah keadaan kegawat daruratan atau akut dari
diabetes tipe 1, yang di sebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh benda-
benda keton akibat kekurangan atau defisiensi insulin. KAD di karakteristikkan
dengan hiperglikemia, asidosis metanolik, dan keton sebagai akibat
kekurangannya insulin. (Krisanty, 2009, hal. 137)
2. Diabetes melitus tipe 2 yang disebabkan oleh kerusakan progresif pada sekresi
hormon insulin sehingga mengakibatkan resistensi insulin.
3. Diabetes melitus gestasional yang terdiagnosa pada kehamilan trimester kedua
atau ketiga dan biasanya setelah melahirkan akan kembali dalam keadaan normal.
Resiko diabetes gestasional disebabkan oleh obesitas, riwayat pernah mengalami
diabetes gestasional, glikosuria, atau riwayat keluarga pernah mengalami
diabetes.
4. Diabetes melitus tipe lain, seperti diabetes neonatal, adanya penyakit eksokrin,
atau obat obatan yang menyebabkan diabetes melitus.
C. Etiologi
1. Etiologi Diabetes ketoasidosis menurut (Wijaya, 2013, hal. 13)
a. Insulin tidak diberikan atau dengan diberikan dengan dosis yang dikurangi
b. Keadaan sakit atau infeksi
c. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
terobati.
E. Patofisiologi DKA
Ketoasidosis diabetik di tandai oleh kekurangan relatif atau absolut insulin.
Insulin mungkin ada, tapi tidak di dalam jumlah yang cukup untuk peningkatan
kebutuhan glukosa yang dapat berhubungan dengan adanya stresor (infeksi). Ketika
tubuh kekurangan insulin dan tidak dapat menggunakan KH untuk energi, hal ini
memaksa untuk menggunakan lemak dan protein. Produksi berlebihan hormon-
hormon skunder melawan pengaturan (glukagon, katekolamin, kortisol, dan hormon
pertumbuhan) terhadap stres tampaknya memainkan peran penting dalam
perkembangan ketoasidosis diabetik. Hormon-hormon antagonis ini mempengaruhi
insulin dan membantu perkembangan ketoasidosis diabetik dengan mempertinggi
hiperglikemia, diuresis osmotik, lipolisis dengan hiperglikemia skunder, dan asidosis.
Figur 45-7 merangkum patofisiologi yang terlibat. Proses pemecahan lemak untuk
bahan bakar mengarah kepada 3 kejadian patologis: ketosis dan asidosis, dehidrasi,
serta ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. (M Black, 2009, hal. 662)
F. Pathway
Hiperglikemi Ketonemia
HIPERGLIKEMI KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI < KEBUTUHAN
TUBUH
H. Prognosis DKA
Keterlambatan penanganan ketoasidosis diabetikum akan meningkatkan risiko
kematian. Oleh karena itu, diagnosis dini dan penanganan yang cepat dan tepat dalam
waktu 6 jam pertama sangat penting untuk menurunkan risiko kematian ini. penderita
dengan DKA meningkatkan risiko kematian.
Angka kematian DKA adalah sekitar 0,2%-2%, nilai tertinggi pada negara
berkembang. Pasien yang datang dengan koma pada saat diagnosis, hipotermia, dan
oliguria prognosisnya buruk. Di sisi lain, pasien yang ditangani dengan cepat dan
tepat akan memiliki prognosis yang baik tanpa terjadi sekuela, khususnya pada pasien
muda tanpa infeksi.
Terjadinya komplikasi edema serebral akan meningkatan morbiditas dan
mortalitas, terutama bila tidak tertangani dengan cepat dan benar. Prognosis juga akan
memburuk pada orang lanjut usia dengan komorbid seperti infark miokard, sepsis,
atau pneumonia, serta tidak tersedianya ICU. (Suwarto, S., et al,2014)
J. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat dari pasien(Wijaya I. S.,
2013, hal. 16)
2. Riwayat kesehatan
3. Keluhan Utama
Biasanya menimbulkan gejala gastrointestinal seperti, anoreksia ( gangguan
psikologis ), Mual, muntah,pusing, dan nyeri abdomen. (Wijaya, 2013, hal. 16)
4. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pasien sering mengalami dehidrasi dan syok yang di sebabkan defesiensi cairan.(M
Black, 2009, hal. 663)
5. Riwayat penyakit sekarang
Adanya keluhan rasa baal, penglihatan kabur, badan tampak kurus, impotent pada
laki-laki dan keputihan pada wanita. Pasien mengeluhkan apa yang di rasakan yang
mengacu pada manifestasi klinis.(Wijaya, 2013, hal. 16)
6. Riwayat kesehatan terdahulu
7. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Kemungkinan adanya riwayat DM,infeksi.
Kemungkinan adanya riwayat malnutrisi.
Kemungkinan adanya riwayat obesitas.
Kemungkinan adanya riwayat akoholik. (Wijaya, 2013, hal. 16)
8. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat DM dalam anggota keluarga (Wijaya, 2013, hal. 16)
9. Riwayat Pengobatan
10. Pemeriksaan Fisik
11. Keadaan umum
12. Kesadaran
Pasien KAD biasanya mengalami kesadaran delirium. Dimana pasien mengalami
penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik. (Krisanty, 2009, hal. 137)
13. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah yang secara
tiba-tiba).
b. Nadi : tachycardia(denyut jantung yang lebih cepat >100/menit.
c. RR : tachypnea sampai pernapasan kussmaul(pernafasan cepat dan dangkal
biasanya>60 hembusah/menit.
d. Ekg : T mungkin elevasi.(Krisanty, 2009, hal. 138)
14. Body Sistem
a. Sistem pernafasan (Wijaya, 2013, hal. 16)
1) Inspeksi: bentuk dada simetris, kusmaul( cepat dan dalam), kesimetrisan
dada pada pria
2) Perkusi: sonor
3) Palpasi :tidak ada nyeri tekan pada dada
4) Auskultasi : bunyi paru hilang timbul
b. Sistem kardiovaskuler(Wijaya, 2013, hal. 16)
1) Isnpeksi: takikardi
2) Palpasi: distritmia,distensi vena jugularis.
3) Perkusi: hipertensi
4) Auskultasi:
c. Sistem persyarafan(Wijaya, 2013, hal. 16)
1) Inspeksi:gangguan pengelihatan, mual, muntah, kesadaran menurun .
d. Sistem perkemihan
1) Inspeksi : poliuri (Jeffery, 2012, hal. 254)
e. Sistem percernaan
1) Inspeksi: tidak ada massa atau benjolan
2) Palpasi: nyeri tekan pada abdomen
3) Perkusi: tidak adanya bising usus
4) Auskultasi: penurunan bising usus
5) (Krisanty, 2009, hal. 139)
f. Sistem intergumen
1) Inspeksi: kulit kering, terdapat ulkus, nampak kemerahan
2) Palpasi: turgor kulit menurun.(Tarwoto, 2010, hal. 258)
g. Sistem muskuloskeletal
1) Inspeksi : Sulit bergerak, kram otot, tonus obat menurun, kelemahan
(Tarwoto, 2010, hal. 258)
h. Sistem reproduksi
1) Impontent pada pria, kesulitan orgasme pada wanita dan keputihan.
(Wijaya I. S., 2013, hal. 17)
BAB II
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
C. Resiko syok
Definisi : beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa.
Faktor resiko:
1. Hipoksemia
2. Hipoksia
3. Hipotensi
4. Kekuranagn volume cairan
5. Sepsis
6. Sindrom respons inflamasi sistemik
Kondisi klinis terkait
1. Perdarahan
2. trauma multipel
3. Pneumothoraks
4. Infark miokard
5. Kardiomiopati
6. Cedera medula spinalis
7. anafilaksis
8. Sepsis
9. Koagulasi intravaskuler
(PPNI, 2016, hal. 92)
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS
a.Nama : Ny.A
b. Jenis kelamin : Perempuan
c.Umur : 62 Tahun
d. Agama : Islam
e.Status perkawinan : Menikah
f. Pendidikan terakhir : SLTA
g. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
h. Alamat rumah : Jl.tundan, Taman tirto, Kasihan, Bantul
D. Tanggal masuk panti / periksa kesehatan (pada klien dipanti dan poliklinik)
Pasien dilakukan pemeriksaan pada hari Senin, 13 Juli 2020
C. Sosial
1. Dukungan keluarga.
Pasien mengatakan keluarganya selalu mendukung dan mendampinginya dalam
pengobatan , keluarga selalu mendampingi pasien dan siap membantu pasien.
2. Hubungan dengan keluarga.
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya sangat baik, pasien adalah
mempunyai 2 orang anak dan seorang suami yang sangat menyayanginya.
3. Hubungan dengan orang lain.
Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain disekitarnya
seperti tetangga dan keluarga besarnya.
D. Spiritual
1. Pelaksanaan ibadah.
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu melakukan ibadah sholat 5 waktu,
membaca Al-Qur’an, dan ketika dirumah dia sering menghadiri pengajian di
kampungnya, dan setalah dirawat pasien tetap melaksanakan sholat
2. Keyakinan tentang kesehatan.
Pasien mengatakan berusaha menjaga pola makan agar gula darahnya tidak naik.
E. Pemeriksaan Fisik
Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum : Cukup baik
2. Tingkat kesadaran : Compos mentis
3. GCS : V5 M6 E4
4. Suhu : 35,8 C
5. Nadi : 120bpm
6. Tekanan darah : 124/80mmHg
7. Pernafasan : 34x/m
8. Tinggi badan : 160cm
9. Berat badan : 53kg
10. Kepala (rambut) :
Inspekai :Kepala pasien terlihat lonjong, rambut pasien berwarna putih ,
tidak ada lesi di kepala
Palpasi :Tidak ada benjolan dan nyeri tekan dikepala
11. Mata :
Inspeksi : Mata pasien sipit, simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera
berwarna putih
Palpasi : Tidak ada benjolan di sekitar mata , tidak ada nyeri tekan di
sekitar mata
12. Telinga :
Inspeksi : Telinga pasien bersih, simetris, dan tidak ada kelainan bentuk
telinga
Palpasi :Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
13. Hidung :
Inspeksi :Hidung simetris, mancung, bersih tidak terdapat lendir maupun
secret, terpasang oksigen
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
14. Mulut :
Inspeksi :mulut simetris, bibir kering, gigi tidak terdapat karies maupun gigi palsu,
lidah bersih.
15. Leher :
Inspeksi :Leher tidak diterdapat lesi,
Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan,tidak ada pembesaran kenjar tiroid
16. Dada dan punggung :
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi di dada, tidak terdapat dekubitus
di punggung, tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, terdapat retraksi dinding
dada, Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Vokal vremitus antara dada kanan dan kiri sama , tidak ada
nyeri tekan dan benjolan di dada dan punggung, Iktus kordis teraba
Perkusi : Suara sonor saat diketuk di area paru dan bunyi pekak saat
diketuk di area jantung
Auskultasi : Suara nafas vesikuler , Suara jantung lub dub
17. Abdomen :
Inspeksi : Perut buncit, tidak terdapat strecmard, tidak ada lesi
Auskultasi : Suara bising usus 10x/m
Perkusi : Bunyi timpani saat diketuk
Palpasi : Saat di palpasi pasien mengatakan nyeri pada 4 kuadran perut,
tidak ada benjolan
18. Ekstremitas atas :
Ekstermitas bisa digerakan , tangan normal, jari lengkap, tidak ada kelainan bentuk
jari, terpasang infus, tidak ada lesi
19. Ekstermitas bawah :
Ekstermitas bisa digerakan , kaki normal, jari lengkap, tidak ada kelainan bentuk
jari, tidak ada lesi
20. Genetalia :
Tidak terpasang kateter pada genetalia
21. Keadaan lingkungan:
Pasien mengatakan lingkungan rumahnya bersih dan selalu terawat
Pasien mengatakan lingkungan Puskesmas tempatnya dirawat inap cukup nyaman
dan bersih
2. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen cairan 4120 1. Monitor status hidrasi pasien berfungsi
volume cairan selama 3x24jam diharapkan masalah 1. Monitor status hidrasi untuk menentukan sejauh mana asupan
berhubungan defisiensi volume cairan dapat teratasi pasien cairan yang masuk ke tubuh
dengan dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda-tanda vital 2. Pada kekurangan volume cairan sering
kehilangan Hidrasi 0602 pasien terjadi abnormalitas pada tanda tanda
cairan aktif Keterangan: 3. Berikan cairan dengan tepat vital
Indikator Outcome
1.Berat 4. Dukung pasien dan 3. Memberikan cairan dengan tepat perlu
Awal Akhir
Intake 3 5 2.Cukup berat keluarga untuk membantu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
cairan 3.Sedang dalam pemberian makan cairan
Haus 2 5 4.Ringan dengan baik 4. Peran keluarga sangat penting dalam
Nadi cepat 2 5
5.Tidak ada 5. Kolaborasi dengan dokter penanganan masalah kekurangan
pemberian cairan IV volume cairan , keluarga dapat
mendukung dan membantu pemenuhan
kebutuhan cairan
5. Pemberian cairan iv merupakan
tindakan paling efektif untuk
memenuhi kebutuhan cairan tubuh
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri 1400 1. Ekspresi wajah nyeri menunjukan
berhungan selama 3x24jam diharapkan masalah adanya rasa nyeri yang dirasakan pasien
dengan agen nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria 1. Observasi petunjuk 2. Sering terjadi perubahan tanda tanda
cedera biologis hasil: nonverbal vital menjadi abnormal pada pasien
Tingkat nyeri 2102 ketidaknyamanan yang mengalami nyeri
2. Monitor tanda tanda vital 3. Berguna dalam pengawasan
No Indikator Outcome 3. Lakukan pengkajian nyeri keefektifan obat, kemajuan
Awal Akhir secara komperhensif penyembuhan.
1 Nyeri yang 2 5
4. Ajarkan teknik manjemen 4. Teknik manajemen nyeri non
dilaporkan
nyeri nonfarmakologis tarik farmakologis dapat digunakan sebagai
2 Ekspresi wajah 3 5
nafas dalam pendamping obat nyeri yang berguna
nyeri
3 Mengerinyit 3 5 5. Anjurkan pasien untuk untuk meringankan nyeri
Keterangan: istirahat cukup 5. Istirahat dapat mengurangi ketegangan
1. Berat 6. Kolaborasi dengan keluarga yang dapat memicu terjadinya nyeri
2. Cukup berap pasien untuk 6. Teknik non farmakologi massase
3. Sedang mengimplementasikan merupakan tekhnik distraksi yang dapat
4. Ringan tindakan penurunan nyeri digunakan sebagai pendamping
5. Tidak ada non farmakologi massase analgesik untuk meredakan nyeri
7. Kolaborasi pemberian obat 7. Pemberian analgesik adalah terapi
analgesik dengan dokter paling efektif untuk meredakan nyeri
Nama
Diagnosa
Hari, tgl, jam Implementasi Evaluasi &
Keperawatan
Paraf
Ketidakefektifa Senin, 13 Juli Monitor pernafasan 3350 Senin, 13 Juli 2020/14.30 WIB Indah
n pola nafas 2020 1. Memonitor kecepatan, irama, S:
berhubungan 09.00 WIB kedalaman dan kesulitan bernafas Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
dengan 2. Memonitor pola nafas Pasien mengatakan nyaman dengan posisi
hiperventilasi 09.10 WIB 3. Mengauskultasi suara nafas setengah duduk
09.20 WIB 4. Memposisikan pasien setengah duduk
09.30 WIB 5. Berkolaborasi dengan dokter untuk O:
09.40 WIB pemberian oksigen nasal kanul 3lpm RR: 28x/menit
Tidak ada suara nafas tambahan
Tidak ada retraksi dinding dada
Pasien dalam posisi setengah duduk
Terpasang oksigen nasul kanul 3lpm
Pasien bernafas dalam dan sedikit cepat
Indikator Outcome
Awal Tercapai Akhir
P: Lanjutkan intervensi
Frekuensi 2 3 5
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman
pernafasan
Kedalaman 2 3 5 dan kesulitan bernafas
inspirasi
Penggunaan 4 5 5
otot bantu
nafas
2. Monitor pola nafas
3. Auskultasi suara nafas
4. Posisikan pasien setengah duduk
5. Kolaborasi pemberian oksigen dengan
dokter
Nyeri akut Senin, 13 Juli Manajemen nyeri 1400 Senin, 13 Juli 2020 / 15.00 WIB Indah
berhungan 2020 1. Mengamati ekspresi wajah nyeri S:
dengan agen 09.55 WIB pasien Pasien mengatakan nyeri perut
cedera biologis 2. Memonitor tanda tanda vital O:Nyeri saat tidak melakukan aktivitas
09.20 WIB 3. Melakukan pengkajian nyeri secara hilang timbul
komperhensif P:Akibat dari penyakit
10.00 WIB 4. Mengajarkan teknik manjemen nyeri Q:Kaku atau tegang
nonfarmakologis tarik nafas dalam R:Seluruh bagian perut
10.10 WIB 5. Menganjurkan pasien untuk istirahat S:5
cukup T:Tarik nafas dalam dan injeksi
10.15 WIB 6. Menganjurkan keluarga pasien untuk ketorolac
mengimplementasikan tindakan U:Pasien sudah memahami penyebab
10.20 WIB penurunan nyeri non farmakologi nyerinya
massase V:Pasien mengatatakan ingin nyerinya
7. Berkolaborasi dengan dokter cepat sembuh
memberikan obat analgesik ketorolac O:
10.20 WIB 10mg/IV Pasien menyeringit
Pasien sudah mampu untuk bangun
A: Masalah nyeri akut belum teratasi, dengan
kriteria hasil
Tingkat nyeri 2102
N Indikator Outcome
Awa Tercapa Akhir
o
l i
1 Nyeri yang 2 3 5
dilaporkan
2 Ekspresi 3 4 5
wajah
nyeri
3 Mengeriny 3 4 5
it
P: Lanjutkan intervensi
1. Observasi petunjuk nonverbal
ketidaknyamanan
2. Monitor tanda tanda vital
3. Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif
4. Anjurkan pasien untuk melakukan
teknik manjemen nyeri
nonfarmakologis tarik nafas dalam
5. Anjurkan pasien untuk istirahat
cukup
6. Kolaborasi dengan keluarga pasien
untuk mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri non farmakologi
massase
7. Kolaborasi pemberian obat analgesik
dengan dokter
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-2
Nama
Diagnosa
Hari, tgl, jam Implementasi Evaluasi &
Keperawatan
Paraf
Ketidakefektifa Selasa, 14 Juli Monitor pernafasan 3350 Selasa, 14 Juli 2020/14.30 WIB Indah
n pola nafas 2020 1. Memonitor S:
berhubungan 09.00 WIB kecepatan, irama, kedalaman dan Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
dengan kesulitan bernafas Pasien mengatakan nyaman dengan posisi
hiperventilasi 09.10 WIB 2. Memonitor setengah duduk
09.20 WIB pola nafas O:
09.30 WIB 3. Mengausku RR: 26x/menit
09.40 WIB ltasi suara nafas Tidak ada suara nafas tambahan
4. Memposisi Tidak ada retraksi dinding dada
kan pasien setengah duduk
Pasien dalam posisi setengah duduk
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk
Terpasang oksigen nasul kanul 3lpm
pemberian oksigen nasal kanul 3lpm
A: Masalah ketidakefektifan pola nafas belum
teratasi , dengan kriteria hasil:
Defisiensi Selasa, 14 Juli Manajemen cairan 4120 Selasa, 14 Juli 2020/14.40 WIB Indah
volume cairan 2020 1. Memonitor status hidrasi pasien S:
berhubungan 09.15 WIB 2. Memonitor tanda-tanda vital pasien Pasien mengatakan sudah tidak
dengan 09.20 WIB 3. Memberikan cairan dengan tepat merasakan haus
kehilangan 09.35 WIB 4. Memberikan dukungan pasien dan Pasien dan keluarga mengatakan hari
cairan aktif 09.45 WIB keluarga untuk membantu dalam ini pasien sudah minum 9 gelas air
pemberian makan dengan baik O:
5. Berkolaborasi dengan dokter Pasien terlihat segar
09.50 WIB pemberian cairan IV Nacl 12tpm Kulit pasien tidak kering
Hasil ttv
Td 112/82mmHg
RR 25x/menit
Nadi 105x/menit
Suhu 36,5C
Bibir pasien tidak kering
Terpasang infus Nacl 12tpm
Hidrasi 0602
P: Lanjutkan intervensi
Indikator Outcome
1. Monitor status hidrasi pasien
Awal Tercapai Akhir
Intake 3 5 5 2. Monitor tanda-tanda vital pasien
cairan 3. Berikan cairan dengan tepat
Haus 2 5 5 4. Dukung pasien dan keluarga untuk
Nadi 2 4 5
membantu dalam pemberian makan
cepat
dengan baik
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian
cairan IV
Nyeri akut Selasa, 14 Juli Manajemen nyeri 1400 Selasa, 14 Juli 2020/14.50 WIB Indah
berhungan 2020 1. Mengamati ekspresi wajah nyeri S:
dengan agen 09.55 WIB pasien Pasien mengatakan nyeri perut
cedera biologis 2. Memonitor tanda tanda vital O:Nyeri saat tidak melakukan aktivitas
09.20 WIB 3. Melakukan pengkajian nyeri secara hilang timbul
10.00 WIB komperhensif P:Akibat dari penyakit
4. Menganjurkan pasien melakukan Q:Kaku atau tegang
10.10 WIB teknik manjemen nyeri R:Seluruh bagian perut
nonfarmakologis tarik nafas dalam S:3
10.15 WIB 5. Menganjurkan pasien untuk istirahat T:Tarik nafas dalam dan injeksi
cukup ketorolac
10.20 WIB 6. Menganjurkan keluarga pasien untuk U:Pasien sudah memahami penyebab
mengimplementasikan tindakan nyerinya
penurunan nyeri non farmakologi V:Pasien mengatatakan ingin nyerinya
massase cepat sembuh
10.20 WIB 7. Berkolaborasi dengan dokter O:
memberikan obat analgesik ketorolac Tidak ada ekspresi wajah nyeri
10mg/IV Pasien sudah mampu untuk bangun
Pasien tampak lebih relax
A: Masalah nyeri akut belum teratasi, dengan
kriteria hasil
Tingkat nyeri 2102
N Indikator Outcome
Awa Tercapa Akhir
o
l i
1 Nyeri yang 2 4 5
dilaporkan
2 Ekspresi 3 5 5
wajah
nyeri
3 Mengeriny 3 5 5
it
P: Lanjutkan intervensi
1. Observasi petunjuk nonverbal
ketidaknyamanan
2. Monitor tanda tanda vital
3. Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif
4. Anjurkan pasien untuk melakukan
teknik manjemen nyeri
nonfarmakologis tarik nafas dalam
5. Anjurkan pasien untuk istirahat cukup
6. Kolaborasi dengan keluarga pasien
untuk mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri non farmakologi
massase
7. Kolaborasi pemberian obat analgesik
dengan dokter
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-3
Nama
Diagnosa
Hari, tgl, jam Implementasi Evaluasi &
Keperawatan
Paraf
Ketidakefektifan Rabu, 15 Juli 2020 Monitor pernafasan 3350 Rabu, 15 Juli 2020/14.30 WIB Indah
pola nafas 09.00 WIB 1. Memonitor kecepatan, irama, S:
berhubungan kedalaman dan kesulitan bernafas Pasien mengatakan sudak tidak sesak nafas
dengan 09.10 WIB 2. Memonitor pola nafas Pasien mengatakan nyaman dengan posisi
hiperventilasi 09.20 WIB 3. Mengauskultasi suara nafas setengah duduk
09.30 WIB 4. Memposisikan pasien setengah duduk O:
09.40 WIB 5. Berkolaborasi dengan dokter untuk RR: 22x/menit
pemberian oksigen nasal kanul 3lpm Tidak ada suara nafas tambahan
Tidak ada retraksi dinding dada
Pasien dalam posisi setengah duduk
Indikator Outcome
Awal Tercapai Akhir
P: Hentikan intervensi
Frekuensi 2 5 5
Defisiensi Rabu, 15 Juli 2020 Manajemen cairan 4120 Rabu, 15 Juli 2020/14.40 WIB Indah
pernafasan
volume cairan 09.15 WIB 1. Memonitor status hidrasi pasien S:
Kedalaman 2 5 5
berhubungan 09.20 WIB 2. Memonitor tanda-tanda vital pasien Pasien mengatakan sudah tidak
inspirasi
dengan
Penggunaan 4 09.35 WIB
5 5 3. Memberikan cairan dengan tepat merasakan haus
kehilangan
otot bantu 09.45 WIB 4. Memberikan dukungan pasien dan Pasien dan keluarga mengatakan hari
cairan aktif keluarga untuk membantu dalam ini pasien sudah minum 9 gelas air
nafas
pemberian makan dengan baik O:
09.50 WIB 5. Berkolaborasi dengan dokter Pasien terlihat segar
pemberian cairan IV Nacl 12tpm Kulit pasien tidak kering
Hasil ttv
Td 120/82mmHg
RR 22x/menit
Nadi 92x/menit
Suhu 36,5C
Bibir pasien tidak kering
Terpasang infus Nacl 12tpm
A: Masalah defisiensi cairan kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi, dengan kriteria
hasil:
Hidrasi 0602
P: Hentikan intervensi
Indikator
Nyeri Outcome
akut Rabu, 15 Juli 2020 Manajemen nyeri 1400 Rabu, 15 Juli 2020/14.50 WIB Indah
Awal Tercapai Akhir
berhungan 09.55 WIB 1. Mengamati ekspresi wajah nyeri S:
Intake 3 5 5
dengan agen pasien Pasien mengatakan sudah tidak nyeri
cairan
cedera biologis
Haus 2 09.20
5 WIB 5 2. Memonitor tanda tanda vital O:
Nadi 2 5 WIB 5
10.00 3. Melakukan pengkajian nyeri secara Tidak ada ekspresi wajah nyeri
cepat komperhensif Pasien sudah mampu untuk bergerak
10.10 WIB 4. Menganjurkan pasien melakukan bebas
teknik manjemen nyeri Pasien tampak lebih relaks
nonfarmakologis tarik nafas dalam
10.15 WIB 5. Menganjurkan pasien untuk A: Masalah nyeri akut teratasi, dengan kriteria
istirahat cukup hasil
10.20 WIB 6. Menganjurkan keluarga pasien Tingkat nyeri 2102
untuk mengimplementasikan
10.20 WIB tindakan penurunan nyeri non N Indikator Outcome
farmakologi massase Awa Tercapa Akhir
o
7. Berkolaborasi dengan dokter l i
memberikan obat analgesik 1 Nyeri yang 2 5 5
ketorolac 10mg/IV dilaporkan
2 Ekspresi 3 5 5
wajah
nyeri
3 Mengeriny 3 5 5
it
P: Hentikan intervensi