Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut DM 1 yang di tandai oleh
Hiperglikemia, lipolisis yang tidak terkontrol (dekomposisi lemak), ketogenesis
(produksi keton), keseimbangan nitrogen negatif, deplesi volume vaskular,
hiperkalemia, dan ketidakseimbangan elektrolit yang lain, serta asidosis metabolik.
Akibat defisiensi insulin absolut atau relatif, terjadi penurunan uptake glukosa oleh sel
otot, peningkatan produksi glukosa oleh hepar, dan terjadi peningkatan metabolisme
asam lemak bebas menjadi keton. Walaupun hiperglikemia, sel tidak mampu
menggunakan glukosa sebagai sumber energi sehingga memerlukan konversi asam
lemak dan protein menjadi badan keton untuk energi. (Tarwoto N. S., 2010, hal. 257).
Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut  yang serius pada pasien
diabetes militus. Keadaan hiperglikemia ini merupakan keadaan emergensi yang
memputuhkan penanganan cepat dan akurat karena dapat menimbulkan kematian.
Pasien dengan ketoasidosis diabetik mempunyai karakteristik hiperglikemia, asidosis
dan ketosis. (Stillwell, 2011, hal. 243).

B. Rumusan Masalah
Masalah ini dirumuskan pada Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan
Ketoasidosis Diabetik.
1. Bagaimanakah konsep teori dari penyakit KAD?
2. Bagaimana pengkajian keperawatan klien dengan gangguan KAD?
3. Bagaimana diagnosa keperawatan klien dengan gangguan KAD?
4. Bagaimana intervensi keperawatan klien dengan gangguan KAD?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Diharapkan dapat memahami dan menegetahui tentang konsep teori dan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan KAD.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep penyakit pada pasien KAD.
2. Mahasiswa mampu mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan
KAD.
3. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan KAD.
4. Mahasiswa mampu mengetahui intervensi keperawatan pada pasien
dengan gangguan KAD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Diabetes ketoasidosis adalah suatu kondisi dimana terjadi
akibat adanya defisiensi insulin yang bersifat absolute dan
terjadinya peningkatan kadar hormone yang berlawanan dengan
isulin. (Wijaya, 2013, hal. 13).
Diabetik ketoasidosis adalah keadaan kegawat daruratan atau
akut dari diabetes tipe 1, yang di sebabkan oleh meningkatnya
keasaman tubuh benda-benda keton akibat kekurangan atau
defisiensi insulin. KAD di karakteristikkan dengan hiperglikemia,
asidosis metanolik, dan keton sebagai akibat kekurangannya
insulin. (Krisanty, 2009, hal. 137).
Jadi Ketoasidosis Diabetik adalah suatu kondisi gawat di mana
terjadi akibat adanya defisiensi insulin yang bersifat absolut atau
kekurangan insulin dan menimbulkan meningkatnya keasaman
tubuh benda-benda keton.

2. Etiologi
Pada pasien ketoasidosis diabetik biasanya karena tidak adanya
atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat
disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau dengan diberikan dengan dosis
yang dikurangi.
2. Keadaan sakit atau infeksi.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak
terdiagnosis dan tidak terobati.(Wijaya, 2013, hal. 13).

3. Tanda Dan Gejala.


1. Poliuria
Terdapatnya badan keton didalam urin disebut ketonuria.
Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
kadarnya di urin meningkat. Meningkatnya kadar glukosa
urin akan menyebabkan volume urin bertambah sehingga
cairan didalam tubuh akan berkurang dan adanya
hiperglikemi yang mengakibatkan poliuria dan polidipsi.

2. Polidipsi

Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam


tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan
banyak makan yang disebut poliphagia.

3. Dehidrasi
Hasil dari hiperosmolaritas adalah perpindahan cairan dari
dalam sel ke serum, hal ini menyebabkan hilangnya cairan
dalam urin sehingga terjadi perubahan elektrolit dan dehidrasi
total pada tubuh. Pasien dengan kondisi dehidrasi progresif
dapat mengalami penurunan status mental hingga koma.
4. Kelemahan umum.
Karena mengalami : mual, muntal nyeri abdomen,
hiperventilasi, napas bau buah, adanya perubahan tingkat
kesadaran, koma, kematian.
5. Letargi ( mengantuk )
Dikarenakan cairan yang dikeluarkan oleh tubuh tidak
normal, dan tumuh mengalami kelemasan dan akan
mengalami latergi ( mengantuk ).
6. Nause atau muntah
kondisi KAD dapat menyebabkan gejala gastrointestinal
muncul, seperti mual, muntah dan nyeri perut. Gejala mual
dan muntah dipicu oleh ketonemia dan asidosis, yang mana
akan semakin diperberat oleh kondisi kehilangan cairan dan
elektrolit.
7. Nyeri abdomen
Nyeri abdomen disebabkan oleh distensi lambung atau ileus.
8. Takikard
Diabetik ketoasidosis yang membahayakan jiwa umumnya
menimbulkan takikardia dan denyut yang tipis. Asidodis
metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh
peningkatan derajad ventilasi (peranfasan Kussmaul).

4. Patofisiologi
Ketoasidosis diabetik di tandai oleh kekurangan relatif atau absolut insulin.
Insulin mungkin ada, tapi tidak di dalam jumlah yang cukup untuk
peningkatan kebutuhan glukosa yang dapat berhubungan dengan adanya
stresor (infeksi). Ketika tubuh kekurangan insulin dan tidak dapat
menggunakan KH untuk energi, hal ini memaksa untuk menggunakan lemak
dan protein. Produksi berlebihan hormon-hormon skunder melawan
pengaturan (glukagon, katekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan)
terhadap stres tampaknya memainkan peran penting dalam perkembangan
ketoasidosis diabetik. Hormon-hormon antagonis ini mempengaruhi insulin
dan membantu perkembangan ketoasidosis diabetik dengan mempertinggi
hiperglikemia, diuresis osmotik, lipolisis dengan hiperglikemia skunder, dan
asidosis. Figur 45-7 merangkum patofisiologi yang terlibat. Proses pemecahan
lemak untuk bahan bakar mengarah kepada 3 kejadian patologis: ketosis dan
asidosis, dehidrasi, serta ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa. (M
Black, 2009, hal. 662).

Ketosis dan asidosis


Efek metabolik dari ketidakcukupan insulin pada metabolisme lemak diperiksa
sebelumnya. Pada ketoasidosis diabetik, penyangga asam dengan bikarbonat,
yang di ekskresikan sebagai CO2 dan air , gagal untuk mengompensasi
ketosis. (M Black, 2009, hal. 662).

Dehidrasi
Pasien dengan ketoasidosis kehilangan cairan dari beberapa sumber. Pasien
mengekskresikan sejumlah besar urine di dalam upaya tubuh untuk
menghilangkankelebihan glukosa dan keton. (M Black, 2009, hal. 662).
Ketidakseimbangan elektrolit
Oleh karena pH darah turun (asidosis), akumulasi ion hidrogen pindah dari
cairan ekstraseluler ke cairan intreaseluler. Pergerakan ion hidrogen ke dalam
sel meningkatkan pergerakan kalium keluar sel menuju ke dalam cairan
ekstraseluler.

5. Klasifikasi
1. RINGAN : pH darah < 7,3
Angka pH tubuh dan darah manusia yang seimbang berada pada pH 7,3 –
7,5. Artinya tubuh yang sehat justru harus bersifat agak basa (alkalin). pH
tubuh yang tidak seimbang dapat menimbulkan gangguan metabolisme,
yang berujung pada gangguan kesehatan secara umum.
2. SEDANG: pH darah < 7,2
pH  normal dalam tubuh adalah 7,35-7,45 jika pH kurang dari tersebut
akan menimbulkan gagal ginjal.
3. BERAT : puh adalah darah < 7,1
Jika ph 7,1 maka itu artinya tubuh terlalu asam. Ini sangat berbahaya
karena tubuh tidak bisa mentolerir ketidakseimbangan asam dalam waktu
lama. Jika pH terlalu rendah itu artinya terjadi penumpukan
karbondioksida dalam darah. Karbondioksida yang tinggi akan membuat
pernafasan jadi sulit.
Kondisi tubuh yang asam menyebabkan kelelahan, nyeri, kulit melepuh,
sakit kepala, mengantuk, alergi, pilek dan flu, masalah sinus. Kadar
oksigen menurun akibat penumpukan karbondioksida dalam darah. Jika
oksigen turun sel-sel tubuh akan mati. Orang yang memiliki tubuh terlalu
asam lebih gampang terkena bakteri atau virus. Asal tahu saja, sel kanker
lebih mudah berkembang jika tubuh dalam kondisi asam yang berlebihan.
Darah yang asam akan memblokir penyerapan vitamin, membuat racun
tersumbat dalam sel, memperlambat fungsi organ, mengganggu sistem
pencernaan yang baik, mengeluarkan banyak gas dan perut kembung,
menyebabkan kenaikan berat badan tidak sehat dan mempercepat proses
penuaan.  (Krisanty, 2009, hal. 138).
6. Komplikasi yang harus di perhatikan dalam kasus KAD :
1. Tidak adekuatnya rehidrasi : tidak adekuatnya rehidrasi di karenakan
ginjal kekurangan perfusi sehingga fungsinya berkurang.
2. Hiperglikemia: keadaan hipergikemia menimbulkan pengeluaran glukosa
yang berlebihan melalui urine, akibat volume plasma yang berkurang akan
menyebabkan ginjal kekurangan perfusi sehingga fungsinya berkurang.dan
menyebabkan hiperglikemia mesakin parah.
3. Hipokalemia: di akibatkan penurunan simpanan kalium dalam tubuh.
Kadar kalium yang rendah dapat terjadi akibat rehidrasi.
4. Asidosis metabolik : keadaan dimana produksi asam yang berkebihan,
menurunnya sekresi asam atau hilangnya alkali tubuh.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat dari pasien.
2. Riwayat kesehatan
3. Keluhan Utama
Menimbulkan gejala gastrointestinal seperti, anoreksia
( gangguan psikologis ), Mual, muntah,pusing, dan nyeri
abdomen.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat DM dalam anggota keluarga
5. Riwayat Pengobatan
6. Pemeriksaan Fisik
7. Keadaan umum
8. Kesadaran

Pasien KAD biasanya mengalami kesadaran delirium. Dimana pasien


mengalami penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik.
(Krisanty, 2009, hal. 137).
1. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan darah : hipotensi ortostatik (penurunan
tekanan darah yang secara tiba-tiba).
 Nadi : tachycardia(denyut jantung yang lebih cepat
>100/menit.
 RR : tachypnea sampai pernapasan
kussmaul(pernafasan cepat dan dangkal
biasanya>60 hembusah/menit.
 Ekg : T mungkin elevasi.(Krisanty, 2009, hal. 138).
2. Sistem Pernafasan
 Inspeksi: bentuk dada simetris, kusmaul( cepat dan
dalam), kesimetrisan dada pada pria
 Perkusi: sonor
 Palpasi :tidak ada nyeri tekan pada dada
 Auskultasi : bunyi paru hilang timbul

1. Sistem kardiovaskuler (Wijaya, 2013, hal. 16)


 Inpeksi: takikardi
 Palpasi: distritmia,distensi vena jugularis.
 Perkusi: hipertensi
 Auskultasi : Takikardi, hipertensi, distritmia,
distensi vena jugularis.
2 Sistem persyarafan (Wijaya, 2013, hal. 16)
 Inspeksi:gangguan pengelihatan, mual, muntah,
kesadaran menurun
3. Sistem perkemihan
 Inspeksi : poliuri (Jeffery, 2012, hal. 254)
4. Sistem percernaan
 Inspeksi: tidak ada massa atau benjolan
 Palpasi: nyeri tekan pada abdomen
 Perkusi: tidak adanya bising usus
 Auskultasi: penurunan bising usus
5. istem intergumen
 Inspeksi: kulit kering, terdapat ulkus, nampak
kemerahan
 Palpasi: turgor kulit menurun.
6. Sistem muskuloskeletal
 Inspeksi : Sulit bergerak, kram otot, tonus obat
menurun, kelemahan (Tarwoto, 2010, hal. 258)
7. Sistem reproduksi
 Impontent pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita dan keputihan.
3 Pemeriksaan penunjang
Pada pasien KAD ,kadar glukosa dapat bervariasi dari
300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin
memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan
sebagian lainnya mungkin memperlihatkan kadar
sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih ( yang biasanya
bergantung pada drajat dehidrasi ).
1. Analisa darah
2. GDS :hiperglikemia >250 mg/dl, HbA1c meningkat
3. Darah lengkap leukosit meningkat akibat infeksi
4. Pemeriksaan AGD, pH arteri <7.30, bikarbonat
menurun (<15 mmol/L)
5. Aseton plasma meningkat
6. Pemeriksaan elektrolit adanya hiponatrimia dan
hiperkalemia
7. Pemeriksaan EKG, adanya tanda hiperkalemia,
miokardiak infark.
8. Kultur urin untuk menentukan adanaya infeksi
9. Urinalis, adanya keton dan glukosa
10. Blood urea nitrogen (BUN) meningkat pada
dehidrasi
11. Anion gap meningkat (25-35 mmol/L)
12. Peningkatan serum amilase.
4. Penatalaksanaan
 Berikan kristaloid sesuai intruksi untuk
mengoreksi dehidrasi. Bolus NS sampai 1000
ml/jam mungkin di perlukan hingga haluaran
urine. TTV, dan pengkajian klinis
menggambarkan status hidrasi yang adekuat.
Resusitasi cairan yang kurang agresif mungkin
di perlukan pada pasien dengan riwayat
penyakit kardiovaskuler, terutama gagal
jantung. Salin setengah normal mungkin di
perlukan pada pasien tersebut, bukan NS.
Tambahkan dekstrosa 5% pada infus intravena
ketika glukosa serum ≤250 mg/dl, untuk
mencegah hipoglikemia rebound.
 Berikan seteguk air atau kepingan es sedikit
dan sering jika pasien diizinkan untuk
mengonsumsi cairan melalui mulut.
 Berikan higiene oral secara sering karena
dehidrasi menyebabkan kekeringan pada
membran mukosa.
 Berikan terapi insulin intravena sesuai intruksi.
Regimen tipikal di mulai dengan dosis muatan
0,15 U insulin/kg, yang dilanjutkan dengan
infusi dengan rumatan 0,1 U insulin /kg/jam.
Drip insulin mungkin di hentikan dan insulin
SK mungkin di berikan pada saat glukosa
serum ≤250 mg/dl, asidosis sikoreksi, dan
pasien mampu menoleransi asupan per oral.
5. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko ketidakseimbangan cairan
Definisi: beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau
percepatan perpindahan cairan intravaskuler, interstisial
atau intraseluler.

Faktor resiko:
1. Prosedur pembedahan mayor
2. Trauma/pendarahan
3. Luka bakar
4. Aferesis
5. Asites
6. Obstruksi intestinal
7. Peradangan pangkreas
8. Penyakit ginjal dan kelenjar
9. Disfungsi intestinal

Kondisi klinis yang terkait

1. Prosedur pembedahan mayor


2. Penyakit ginjal dan kelenjar
3. Pendarahan
4. Luka bakar

2. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah


Definisi : resiko terhadap variasi glukosa darah dari rentang
normal

Faktor resiko

1. Kurang terpapar informasi tentang managemen


diabetes
2. Ketidaktetapan pemantauan glukosa darah
3. Kurang patuh pada rencana managemen diabetes
4. Managemen medikasi tidak terkontrol
5. Kehamilan
6. Periode pertumbuhan cepat
7. Stres berlebihan
8. Penambahan berat badan
9. Kurang dapat menerima diagnosis

Kondisi klinis terkait:

1. Diabetes militus
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemia
4. Diabetes gestasional
5. Penggunaan kortikosteroid
6. Nutrisi parenteral total (TPN)

3. Resiko syok
Definisi : beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah
ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi
seluler yang mengancam jiwa.

Faktor resiko:

1. Hipoksemia
2. Hipoksia
3. Hipotensi
4. Kekuranagn volume cairan
5. Sepsis
6. Sindrom respons inflamasi sistemik.

Kondisi klinis terkait

1. Perdarahan
2. trauma multipel
3. Pneumothoraks
4. Infark miokard
5. Kardiomiopati
6. Cedera medula spinalis
7. Anafilaksis
8. Sepsis
9. Koagulasi intravaskule

4. Resiko ketidaksetabilan kadar glukosa darah


Definisi : resiko terhadap variasi glukosa darah dari
rentang normal

Faktor resiko

1. Kurang terpapar informasi tentang managemen diabetes


2. Ketidaktetapan pemantauan glukosa darah
3. Kurang patuh pada rencana managemen diabetes
4. Managemen medikasi tidak terkontrol
5. Kehamilan
6. Periode pertumbuhan cepat
7. Stres berlebihan
8. Penambahan berat badan
9. Kurang dapat menerima diagnosis.

Kondisi klinis terkait:

1. Diabetes militus
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemia
4. Diabetes gestasional
5. Penggunaan kortikosteroid
6. Nutrisi parenteral total (TPN)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) merupakan salah satu kompliasi akut akibat
defisiensi hormone insulin yang tidak dikenal dan bila tidak mendapat pengobatan
segeraakan menyebabakan kematian. Etiologi dari KAD adalah insulin tidak
diberikan dengan dosis yang kurang, keadaan sakit atau infeksi pada ",
manifestasi pertama pada  penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
Ada tiga gambaran kliniks yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu
dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Dehidrasi disebabkan mekanisme
ginjal dimana tubuh terjadi hiperglikemia, sehingga ginjal mensekresikan dengan
natrium dan air yang disebut poliuri. Kehilangan elektrolit merupakan kompensasi
dari defisiensi insulin. Sedangkan asidosis adalah peningkatan p- dan diiringi oleh
penumpukan benda keton dalan tubuh. Keadaan ketoasidosis merupakan keadan
yang memerlukan banyak  pengontrolan dan pemantauan insulin dan cairan
elektrolit, karena bila kekurangan atau malah terjadi kelebihan akan
mengakibatkan komplikasi yang sulit untuk ditanggulangi.

B. Saran
Bila menemukan klien yang DM, tetapi belum terjadi KAD berikan informasi
tentang KAD dan pencegahan terhadap KAD. Bila menemukan klien dengan
KAD, sebaiknya selalu kontrol pemberian insulin dan cairan elektrolit sehingga
meminimalkan terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Jeffery. (2012). Master Plan Kegawat Daruratan Medik. Tanggerang: Binarupa Aksara.

Krisanty, P. (2009). Asuhan Perawat Gawat Darurat. Jakarta: CV Trans Info Media.

M Black, J. (2009). Keperawatan Medikal Bedah. Singapure: Elsevier.

PPNI, T. P. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Stillwell, S. B. (2011). pedoman keperawatan kritis. jakarta: EGC.

Tarwoto, N. S. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Wijaya, I. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedan ( Keperawatan Dewasa ). Yogyakarta:


Nuha Medika.

Wilkinson, J. M. (2014). Diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai