Definisi
Strabismus merupakan ketidakseimbangan dalam kedudukan bola
mata. Strabismus dapat mengakibatkan sumbu penglihatan berpotong di
depan mata (esotropia-Juling ke dalam) ataupun dibelakang mata
(Eksotropia-Juling ke luar) Strabismus diakibatkan tidak terkoordinasinya
gerakan kedua mata dan melihat pada arah yang berbeda.
B. Klasifikasi
Ada dua tipe strabismus dipandang dari ketidakmampuan
mengarahkan mata pada satu titik ke semua arah pandang.
A. Paralitik (non komitan) juling tidak seimbang.
Yaitu akibat kelumpuhan oto-otot ekstravaskular sendiri, kedua mata
lurus kecuali bila berpindah kearah otot yang paralitik.
B. Non paralitik (kon komitan) juling seimbang.
Yaitu suatu kelainan yang dimana mata bervariasi tanpa ada lesi
neurologist sehingga gerakan kedua mata biasanya tidak terganggu
karena kelainan tidak disebabkan kelainan saraf.
Psedostrabismus
Psedostrabismus adalah juling palsu dengan penglihatan yang masih
normal .
1. Psedostrabismus esotropia dapat terlihat pada anak dengan lipatan yang
berat pada kulit kelopak sebelah hidung/epikantus, sehingga terlihat juling
kedalam.
2. Psedostrabismus eksotropia dapat dilihat kadang-kadang pada anak
dengan jarak bola mata jauh (hipertelorisme) memberi kesan juling keluar.
(Sidarta Ilyas, 2004)
.
C. Etiologi
Strabismus dapat disebabkan oleh ketidak-seimbangan tarikan otot
yang mengendalikan pergerakan mata, kelumpuhan otot, gangguan
persyarafan atau kelainan refraksi yang tidak dikoreksi.Anak-anak yang
dilahirkan dari keluarga yang mempunyai riwayat strabismus dalam
keluarganya beresiko tinggi menderita strabismus juga.
Akibat kelainan nuclei okulomotor, saraf/otot-otot ekstra okuler
sendiri.
Penyebab antara lain trauma dan kelainan congenital, infeksi
neoplasma atau kelainan vaskuler, SSP, tiroid, kelainan otot (Kapita
Selekta, 859)
Gangguan penglihatan yang akan mengakibatkan yang akan mata
menjadi juling
o Kelainan ukuran kaca mata antara mata kanan dan mata kiri.
o Terdapatnya kelainan atau kekeruhan pada bagian mata yang
dilalui sinar untuk melihat.
Gangguan persarafan untuk melihat dapat mengakibatkan gangguan
pergerakan mata.
D. Patofisiologi
Kedua bola mata manusia digerakan oleh otot-otot mata luar,
sedemikian sehingga bayangan benda yang menjadi perhatian akan jatuh
tepat di kedua uvea sentralis. Kemudian secara simultan dikirim kesusunan
saraf pusat untuk diolah menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal
sehingga terjadi penglihatan binokuler.
Juling (crassed eyes) terjadi bila terdapat satu atau lebih otot
pergerakan bola mata yang tidak mengimbangi gerak otot-otot lainnya.
Maka terjadilah gangguan keseimbangan gerak antara kedua mata
sehingga sumbu penglihatan menyilang pada tempat diluar letak benda
yang menjadi perhatiannya. Kehilangan kemampuan mengimbangi gerak
otot-otot dari mata tersebut salah satunya dapat disebabkan oleh rusaknya
system pusak sensorik dan motorik oleh karena sebab terinfeks virus,
bakreri ataupun oleh sebab mengidap suatu penyakit. Kelainan otot seperti
tumor otot paralis otot-otot penggerak bola mata yang kesemuanya
berjumlah 12 yang merupakan factor utama penyebab juling.
E. Manifestasi Klinik ( Tanda & Gejala )
a. Gerak mata terbatas, pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja.
Hal ini menjadi nyata pada kelumpuhan total dan kurang nampak pada
parese. Ini dapat dilihat, bila penderita diminta supaya matanya
mengikuti suatu obyek yang digerakkan ke 6 arah kardinal, tanpa
menggerakkan kepalanya (excurtion test). Keterbatasan gerak kadang-
kadang hanya ringan saja, sehingga diagnosa berdasarkan pada adanya
diplopia saja.
b. Deviasi,kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang
lumpuh bekerja, mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan
baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal. Deviasi ini akan tampak
lebih jelas, bila kedua mata digerakkan kearah dimana otot yang
lumpuh bekerja. Tetapi bila mata digerakkan kearah dimana otot yang
lumpuh ini tidak berpengaruh, deviasinya tak tampak.
c. Mata melihat lurus kedepan, esotropia mata kanan nyata. Mata melihat
kekiri tak tampak esotropia. Mata melihat kekanan esotropia nyata
sekali.
d. Parese m.rektus lateral mata kanan Mata kiri fiksasi (mata sehat) mata
kanan ditutup (mata sakit) deviasi mata kanan=deviasi mata primer
Mata kiri yang sehat ditutup, mata kanan yang sakit fiksasi, deviasi
mata kiri = deviasi sekunder, yang lebih besar dari pada deviasi
primer.
e. Diplopia : terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi
lebih nyata bila mata digerakkan kearah ini.
f. Ocular torticollis (head tilting).Penderita biasanya memutar kearah
kerja dari otot yang lumpuh. Kedudukan kepala yang miring,
menolong diagnosa strabismus paralitikus. Dengan memiringkan
kepalanya, diplopianya terasa berkurang.
g. Proyeksi yang salah. Mata yang lumpuh tidak melihat obyek pada
lokalisasi yang benar. Bila mata yang sehat ditutup, penderita disuruh
menunjukkan suatu obyek yang ada didepannya dengan tepat, maka
jarinya akan menunjukkan daerah disamping obyek tersebut yang
sesuai dengan daerah lapangan kekuatan otot yang lumpuh. Hal ini
disebabkan, rangsangan yang nyata lebih besar dibutuhkan oleh otot
yang lumpuh, untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal ini
menyebabkan tanggapan yang salah pada penderita.
h. Vertigo mual-mual, disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang
salah.Keadaan ini dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan untuk mengetahui adanya juling dapat dilakukan
dengan:
i. Pengkajian ketajaman penglihatan
Pengkajian ini dapat dilaksanakan dalam tahap-tahap
ketergantungan pada respon klien dari masing-masing tahap
dan alasan dilaksanakan pengkajian.
- Tahap I : Lakukan pengkajian sekilas dengan meminta
klien membaca surat kabar / majalah. Pastikan
pencahayaannya cukup, pasien berkacamata seharusnya
memakai kacamatanya selama tahap pengkajian ini.
Perhatikan jarak klien memegang lembarang yang
dibaca dari matanya. Pastikan klien mengerti bahasa
dan tidak buta huruf. Mintalah klien membaca dengan
kertas untuk memastikan bahwa klien tidak buta huruf,
bila klien mengalami kesulitan lanjutkan pengujian
tahap 2.
- Tahap II : Gunakan lembar pemeriksaan smaller
pastikan lembaran pemeriksaan benar-benar diterangi,
klien berdiri 20 kaki (6,1 m) jauhnya dari snallen atau
duduk di kursi pengkajian yang telah terpasang
berseberangan dengan layer dimulai dari baris pertama
dengan kedua mata terbuka dan kemudian dengan satu
mata ditutup bila klien tidak bisa membaca, gunakan
kartu “E” dan tentukan arah tangan “E” pada anak-anak
kecil. Gunakan lembaran dengan gambaran obyek yang
dikenal. Catat nilai ketajaman pengliatan untuk masing-
masing mata dan kedua mta dalam dua nilai.
- Tahap III :Uji masing-masing klien dengan kartu
indeks dengan menutupi satu mata, minta klien dengan
gangguan penglihatan parah untuk menghitung jari-jari
yang diacungkan kurang lebih 1 kaki (30 cm) dari
wajah klien, bila klien gagal dalam kedua tes tersebut
sinari mata klien dengan senter kecil dan kemudian
padamkan cahayanya tanyakan apakah klien melihat
cahaya
ii. Pengkajian lapang penglihatan
Saat seseorang menatap lurus kedepan seluruh obyek dalam
lapang penglihatan perifer secara normal dapat dilihat.
- Buat klien duduk / berdiri 2 kaki 60 cm jauhnya
berhadapan dengan anda sejajar ketinggian mata.
- Minta klien untuk menutupi / melapisi dengan perlahan
satu mata menggunakan kartu indeks dan menatap mata
anda berlawanan arah (ex. Mata kiri pasien, mata kanan
perawat).
- Gerakan jari dengan jarak sebanding panjang lengan
diluar lapang penglihatan, minta klien untuk
mengatakan bila meliht jari anda.
- Perlahan tarik jari anda mendekat jari selalu dijaga tetap
ditenga antara anda dan klien.
- Ulangi prosedur pada sisi yang lain, atas dan bawah
selalu harus membandingan titik dimana anda melihat
jari tersebut memasuki lapang penglihatan anda dan
titik dimana klien dapat melihatnya.
- Ulangi prosedur dengan keempat arah pada mata
lainnya.
iii. Refleks kornea / hrseberg sinar yang diarahkan pada pupil,
refleksnya pada kornea dapat sama / tidak sama. Bia letaknya
tidak sama dan pantuan sinar pada mata bila letaknya tidak
sama dan pantulan sinar pada mata yang juling terletak:
a. Di tepi pupil berarti juling 150
b. Di daerah limbus berarti juling 450
2. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan a. Dorong individu untuk a. untuk mengurangi antisietas
berhubungan dengan tindakan keperawatan mengekspresikan perasaan, dan mengidentifikasi
perubahan fungsi tubuh selama 1 x 24 jam khususnya mengenai pikiran, gangguan citra tubuhnya.
akibat strabismus yang gangguan citra tubuh perasaan, pandangan dirinya. b. agar pasien mampu
ditandai dengan pasien dapat teratasi dengan b. Penjelasan berbagai kesalahan melakukan perawatan diri
mengatakan terjadi criteria hasil: konsep individu terhadap c. keluarga mampu memahami
perubahan aktifitas a. Menggunakan perawatan diri atau memberi kondisi pasien
sehari-hari karena dan perawatan. d. memulihkan kepercayaan diri
berkurangnya mendemontrasika c. Siapkan orang terdekat
penglihatan, pasien n penerimaan terhadap perubahan fisik dan
tampak gelisah karena penampilan. emosional, dukung keluarga
mata merasa lelah b. Mendemontrasik ketika mereka berupaya untuk
an keinginan dan beradaptasi.
kemampuan d. Berikan kesempatan berbagi
untuk mengambil rasa dengan individu yang
perawtan diri / mengalami pengalaman sama
tanggung jawab
peran.
Bayangan yang datang tidak
Kelaianan syaraf otot
sejajar bola mata
Kelainan anatomi otot bola mata
mata bawaha
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
Daftar Pustaka
Sidarta, Ilyas. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.