Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN KEBENCANAAN

Pengenalan Situasi Bencana Natural atau Alamiah tentang Angin


Puyuh Dan Badai
Dosen Mata Kuliah : Kristina Pae, S.Kep.,Ns.M.Kep

Oleh

Kelompok 5:

1. Ely Sarimawati 9103015009


2. Sinta Budi Wijaya 9103015011
3. Max Luther P.J 9103015038
4. Lela Kristianti B. 9103015047

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa
fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga
menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau
menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan
pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan".
Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah bencana angin
putting beliung. Angin puting beliung bersifat merusak, gerakannya yang berputar
semakin cepat akan menjadikannya sebuah pusaran angin yang mirip dengan badai tropis
di lautan. Bedanya adalah angin puting beliung periode waktunya sangat pendek dan
singkat kurang dari 10 menit, sedangkan badai tropis bisa sampai berminggu-minggu.
Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri,
mulai dari angin yang mengancam bangunan individual yang berpotensi mengakhiri
peradaban umat manusia. Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya
tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability yang juga tinggi
tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki
ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan
valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah &
menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah
tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan
ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa angin puyuh dan badai itu?
2. Apa saja tanda-tanda angin puyuh dan badai?
3. Bagaimana terjadinya angin puyuh dan badai?
4. Apa dampak dari angin angin puyuh dan badai?
5. Bagaimana cara mengatasi musibah angin puyuh dan badai?
6. Bagaimana tindakan persiapan dan pencegahan?
7. Bagimana pemulihan mengenai rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana angin
puyuh/badai?
8. Bagaimana Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penaggulangan Bencana?

1.3 Tujuan Umum


Untuk mengetahui pengenalan situasi bencana natural atau alamiah tentang angin puyuh
dan badai yang sering terjadi.

1.4 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui definisi tentang angina puyuh dan badai
2. Untuk mengetahui tanda-tanda angin puyuh dan badai
3. Untuk mengetahui proses terjadinya angin puyuh dan badai
4. Untuk mengetahui dampak dari angin puyuh dan badai
5. Untuk mengetahui cara mengatasi angin puyuh dan badai
6. Untuk mengetahui tindakan persiapan dan pencegahan angina puyuh dan badai
7. Untuk mengetahui pemulihan mengenai rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana
angin puyuh/badai
8. Untuk mengetahui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penaggulangan Bencana
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Angin puyuh dan badai/topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120
km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan selatan,
kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa.
Angin puyuh dan badai/topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem
cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius
ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar
20 Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.

2.2 Tanda-tanda Angin Puyuh/Putih Beliung


- Terlihat gumpalan awan gelap, besar dan tinggi
- Petir dan guruh terlihat dari kejauhan
- Terdengar suara gemuruh dari kejauhan

2.3 Proses Terjadinya Angin Puyuh/Putih Beliung

Terjadinya Angin
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu
daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima
oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari
lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung
lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima
energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang
berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut. Setiap kali memasuki musim panas,
datang angin topan yang menyebabkan pohon- pohon tumbang serta ombak menghancurkan
rumah-rumah. Yang paling parah angin topan mampu membuat mobil-mobil bertebangan.
Mengapa angin topan yang mengerikan itu bias terjadi? Angin topan terjadi di laut di sekitar
daerah katulistiwa, kira-kira pada 5 º LU. Di sana suhu air laut sangat hangat sampai
melebihi 27 º C. Jika suhunya memanas, udara akan mengalir naik ke atas. Karena udara
banyak naik, maka tekanan udara di atas tinggi dan tekanan udara di bawah rendah. Udara
yang naik lama-kelamaan mendingin, lalu turun, sementara udara yang menghangat naik ke
atas. Proses naik turunya udara dingin dan hangat ini terjadi berulang- ulang, dan tekanan uap
yang membawa energi sangat besar dan suhu udara menjadi sangat rendah, sehingga
menghasilkan gumpalan udara yang berputar yang sangat membahayakan. Gumpalan udara
inilah yang disebut angin topan.

2.4 Dampak Angin Puyuh dan Badai

Tidak bisa dipungkiri bahwa kecepatan angin akan berpengaruh pada banyak hal. Berikut ini
adalah beberapa hal yang terjadi sebagai akibat pengaruh kecepatan angin.

a. Bidang Perhubungan
Kecepatan angin sangat mempengaruhi kelancaran jalur penerbangan. Selain kecepatan
angin, faktor cuaca dan iklim juga berperan dalam bidang perhubungan terutama untuk
transportasi. Selain mempengaruhi kelancaran jalur penerbangan, kecepatan angin juga
sangat berpengaruh pada transportasi laut.
b. Bidang Telekomunikasi
Selain faktor iklim dan cuaca, kecepatan angin juga berpengaruh pada
bidang telekomunikasi. Kecepatan angin yang merupakan akibat dari proses-proses yang
terjadi di atmosfer atau lapisan udara bisa mempengaruhi lapisan ionosfer yang
mengandung partikel- partikel ionisasi dan bermuatan listrik dimana dengan adanya
lapisan ionosfer ini kita bias mendengarkan siaran radio/menonton televisi.
c. Bidang Pariwisata
Kecepatan angin, banyaknya cahaya matahari, cuaca cerah, serta udara yang
sejuk/panas/kering sangat mempengaruhi pelaksanaan wisata, baik wisata darat maupun
laut. Dengan cuaca dan iklim yang bersahabat serta kecepatan angin yang
sedang maka pelaksanaan wisata akan semakin dinikmati
d. Bidang Pertanian
Kecepatan angin yang ideal adalah 19-35 km/jam. Pada keadaan kecepatan angin yang
tidak kencang, serangga penyerbuk bisa lebih aktif membantu terjadinya
persarian bunga. Sedangkan pada keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran serangga
penyerbuk menjadi berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan
penangkaran benih.
Akibat yang timbul pada bangunan:
 Bangunan terangkat
 Bangunan bergeser dari pondasinya
 Robohnya bangunan
 Atap terangkat
 Bangunan rusak

2.5 Cara Mengatasi Angin Puyuh dan Badai


Peringatan Dini : Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana
1. Membuat struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu bertahan
terhadap gaya angin.
2. Perlunya penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angina
khususnya di daerah yang rawan angin topan
3. Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang terlindung dari
serangan angin topan.
4. Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin.
5. Pembuatan bangunan umum yang cukup luas yang dapat digunakan sebagai tempat
penampungan sementara bagi orang maupun barang saat terjadi serangan angin topan.
6. Pengamanan/perkuatan bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin yang
dapat membahayakan diri atau orang lain disekitarnya.
7. Kesiapsiagaan dalam menghadapi angin topan, mengetahui bagaimana cara
penyelamatan diri.
8. Pengamanan barang-barang disekitar rumah agar terikat/dibangun secara kuat sehingga
tidak diterbangkan angin
9. Untuk para nelayan, supaya menambatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya.
2.6 Tindakan Persiapan dan Pencegahan

Masyarakat yang hidup di daerah pesisir dan rawan akan bencana ini, bisa melakukan
beberapa tindakan persiapan dan pencegahan, seperti:

 Menyadari risiko dan membuat rencana pengungsian mengetahui risiko dan cara
mengungsi yang cepat dan tepat adalah kunci dari tindakan persiapan dan pencegahan ini.
 Melakukan latihan dengan menelusuri jalur-jalur pengungsian akan mempercepat dan
memudahkan proses pengungsian apabila diperlukan nanti.
 Menyelamatkan kebutuhan yang diperlukan pada saat peringatan akan adanya badai,
setiap keluarga perlu menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti lilin atau lampu
senter dengan persediaan baterainya, dan makanan paling sedikit untuk tiga hari.
Pencegahan di rumah-rumah dengan menutup jendela dan pintu kaca dengan papan.
Menurut penelitian terhadap angin disimpulkan bahwa bangunan akan lebih bisa bertahan
apabila tidak ada angin yang masuk. Persediaan penerangan dan makanan juga sangat
penting karena dalam bencana badai dan angin topan sering terjadi jaringan listrik
terganggu atau sama sekali rusak. Karena tidak memungkinkan untuk melakukan
perbaikan dengan cepat, maka perlu persediaan lilin atau lampu senter dengan cadangan
baterainya di dalam rumah.
 Persediaan makanan bagi setiap anggota keluarga untuk sedikit-dikitnya tiga hari adalah
suatu keharusan. Pada saat badai dan angin topan kita mesti tetap berada di dalam
rumah, kecuali apabila dianjurkan untuk mengungsi. Walaupun tidak ada anjuran,
masyarakat harus tetap bersiap untuk mengungsi. Apabila dianjurkan untuk tinggal di
dalam rumah:
 Bawa semua persediaan yang sudah disiapkan
 Jika diperlukan, tinggal di suatu ruangan yang paling aman di dalam rumah
 Terus mendengarkan radio agar mengetahui perubahan kondisi Setelah Badai
Berlalu
 Usahakan untuk tidak segera memasuki daerah sampai dinyatakan aman. Banyak
kegiatan berlangsung untuk membenahi daerah yang baru dilanda bencana ini.
Untuk memperlancar proses ini sebaiknya orang yang tidak berkepentingan
dilarang masuk.
 Gunakan senter untuk memeriksa kerusakan. Jangan menyalakan aliran listrik
sebelu dinyatakan aman.
 Jauhi kabel-kabel listrik yang terjatuh di tanah. Untuk menghindari kecelakaan,
jalan yang terbaik adalah menjauhi kabel-kabel ini.
 Matikan gas dan aliran listrik. Untuk menghindari kebakaran, apabila tercium bau
gas segera matikan aliran gas dan apabila ada kerusakan listrik segera matikan
aliran dengan mencabut sekringnya.
 Pergunakan telepon hanya untuk keadaan darurat. Jaringan telepon akan menjadi
sangat sibuk pada saat seperti ini. Kepentingan untuk meminta bantuan harus
diutamakan.
 Mendengarkan radio untuk mengetahui perubahan kondisi.
 Dalam setiap kejadian bencana di Indonesia ada beberapa pihak yang bekerja
sama dalam melakukan usaha-usaha penanganannya. Adalah hak masyarakat
untuk menghubungi instansi terkait ini karena keberadaan pihak-pihak ini adalah
untuk mendampingi masyarakat dalam usaha penanggulangan bencana.
Hubungan di antara pihak-pihak ini sebaiknya dirintis dalam tahap persiapan
sebelum bencana. Untuk memperkuat kesiap-siagaan, masyarakat bias
mendapatkan pelatihan-pelatihan dari instansi terkait.

2.7 Pemulihan Mengenai Rehabilitasi Dan Rekontruksi Pasca Bencana Angin Puyuh/Badai

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana angin /


badai harus dilaksanakan dalam kerangka pengurangan risiko bencana ini yang akan datang.
Mengingat bahwa ancaman bahaya bencana ini akan selalu ada, maka sejak awal upaya-
upaya mengurangi kerentanan fisik, social dan ekonomi masyarakat harus dilakuin.

Oleh karena itu, setelah keejadian bencana angin putingbelitung/badai stiap kegiatan
rehabilittasi dan rekontruksi yang berusaha memulihkan keadaan masyarakat supaya bias
bangkit kembali dari keadaan masyarakat supaya bias bangkit kembali dari keadaan
keterpurukan harus dilakukan dalam kerangka PRB yang mengatisipasi terjadinya bencana
ini yang akan datang.
Kegiatannya antara lain meliputi :

1. Rencana Tata Ruang Dan Wilayah (RTRW)


 Melakukan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) berdasarkan analisis risiko
bencana angin putting beliung /badai. Ini termasuk rencana struktur, pola ruang
wilayah, dan penetapan kawasan dengan mempertimbangkan potensi risiko
bencana ini yang telah ditetapkan lembaga dalam:
 Membangun kembali dan memperbaiki lingkungan daerah bencana angin putting
beliung/badai dan prasarana fisik serta upaya lain untuk meminalkan risiko
bencana angin putting beliung/badai yang akan datang.
 Membangun kembali dan memperbaiki prasarana dan sarana public, seperti: jalan
raya, jembatan, rumah sakit, sekolah, pasar, gedung-gedung kantor pemerintah
dan olah raga, yang memenuhi standar teknis tata bangunan (arsitektur) serta
pemakaian alat yang lebih baik dengan mempertimbangkan potensi resiko
bencana angin putting beliung/badai.
 Membangun kembali dan memmperbaiki rumah masyarakat yang memenuhi
standar teknis tata bangunan (arsitektur) dengan mempertimbangkan potensi
risiko bencana angin puting beliung/badai.
 Menyelenggarakan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan mengenai hal-hal
tersebut di atas.
 Memenyelenggarakan pendampingan social, psikologi dan dukungan moral
kepada korban bencana, mengadakan dan memperbaiki kehidupan masyarakat
yang hancur karena bencana.
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat
Pasca bencana anginputing beliung/badai harus ada upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat membangun kembali dan memperbaiki rumah, gedung dan
bangunan sejenisnya yang memnuhi standar teknis tata bangunan (arsitektur) dengan
mempertimbangkan potensi risiko bencana ini, yang telah ditetapkan lembaga berwenang
serta sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW).
Hal ini dilakukan berdasarkan analisis risiko bencana, yang antara lain meliputi
rencana struktur dan pola ruang wilayah serta penetapan kawasan dengan
mempertimbangkan potensi risiko bencana angin putting beliung/badai yang telah
ditetapkanlembaga berwenang.
Berkaitan dengan ini, perlu mengajak masyarakat padda paska bencana angin pputing
beliung/badai untuk:
 Tidak membangun kembali rumah dan sejenisnya didaerah rawan bahaya angin
puting beliung
 Tidak menggantungkan kembali sumber mata penceharian nya pada kegiatan yang
tiddak aman dan rawan bahaya angin putting beliung/badai.

Sementara itu perlu pula melaksanakan kegiatan pelatihan dan bantuan modal usaha
untuk menguraangi ketergantungan masyarakat kepada sumber mata pencaharian yang
tidak aman dan rawan bahaya angin puing beliung/badai.

2.8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penaggulangan Bencana

I. UMUM
Alenea ke IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Sebagai implementasi dari amanat tersebut dilaksanakan pembangunan nasional yang


bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera yang senantiasa memperhatikan
hak atas penghidupan dan perlindungan bagi setiap warga negaranya dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris
katulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam yang
memiliki berbagai keunggulan, namun dipihak lain posisinya berada dalam wilayah yang
memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang rawan terhadap
terjadinya bencana dengan frekuensi yang cukup tinggi, sehingga memerlukan penanganan
yang sistematis, terpadu, dan terkoordinasi.

Potensi penyebab bencana diwilayah negara kesatuan Indonesia dapat dikelompokkan


dalam 3 (tiga) jenis bencana, yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana
sosial.

Bencana alam antara lain berupa gempa bumi karena alam, letusan gunung berapi, angin
topan, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan/lahan karena faktor alam, hama penyakit
tanaman, epidermi, wabah, kejadian luar biasa, dan kejadian antariksa/benda-benda angkasa.

Bencana non alam antara lain kebakaran hutan/lahan yang disebabkan oleh manusia,
kecelakaan transportasi, kegagalan konstruksi/teknologi, dampak industrio, ledakan nuklir,
pencemaran dan kegiatan keantariksaan.

Bencana sosial antara lain berupa kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang
sering terjadi.

Penaggulangan bencana merupakan salah satu pembangunan nasional yaitu serangkaian


kegiatan penaggulangan bencana sebelum, pada saat maupun sesudah terjadinya bencana.
Selama ini masih dirasakan adanya kelemahan baik dalam pelaksanaan penaggulangan
bencana maupun yang terkait dengan landasan hukumnya, karena belum ada undang-undang
yang secara khusus menangani bencana.

Mencermati hal-hal tersebut diatas dan dalam rangka memberikan landasan hukum yang kuat
bagi penyelenggara penaggulangan bencana, disusunlah Undang-Undang Penaggulangan
Bencana yang pada prinsipnya mengatur tahapan bencana meliputi pra bencana, saat tanggap
darurat dan pasca bencana.

Materi muatan Undang-Undang ini berisikan ketentuan-ketentuan pokok sebagai berikut :


1. Penyelenggaraan penaggulangan bencana merupakan tanggung jawab dan wewenang
Pemerintah dan pemerintah daerah, yang dilaksanakan secara terancam, terpadu,
terkordinasi dan menyuluruh.
2. Penyelenggaraan penangguulangan bencana dalam tahap tanggap darurat dilaksanakan
sepenuhnya oleh Badan Nasional Penaggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan
Daerah. Badan Penaggulangan Bencana tersebut terdiri dari unsur pengarah dan unsur
pelaksana. Badan Nasional Penaggulangan Bencana dan Penaggulangan Bencana Daerah
mempunyaio tugas dan fungsi antara lain pengkoordinasian penyelenggaraan
penanggulangan bencana secara terencana dan terpadu sesuai dengan kewenangannya.
3. Penyelenggaraan penaggulangan bencana dilaksanakan dengan memperhatikan hak
masyarakat yang antara lain mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar,
mendapatkan perlindungan sosial, mendapatkan pendidikan dan keterampilan dalam
pengambilan keputusan.
4. Kegiatan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan memberikan kesempatan secara
luas kepada lembaga usaha dan lembaga international.
5. Penyelenggaraan penggulangan bencana dilakukan pada tahap pra bencana, saat tanggap
darurat, dan pasca bencana, karena masing-masing tahapan mempunyai karakteristik
penanganan yang berbeda.
6. Pada saat tanggap darurat, kegiatan penanggulangan bencana selain didukung dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, juga disediakan dana siap pakai dengan pertanggungjawaban melalui mekanisme
khusus.
7. Pengawasan terhadap seluruh kegiatan penanggulangan bencana dilakukan oleh
Pemeriintah daerah, dan masyarakat pada setiap tahapan bencana, agar tidak terjadi
penympanan dalam penggunaan dan penanggulangan bencana.
8. Untuk menjamin ditaatinya undang-undang ini dan sekaligus memberikan efek jera
terhadap para pihak, baik karena kelalaian maupun karena kesengajaan sehingga
menyebabkan terjadinya bencana yang menimbulkan kerugian, baik terhadap harta benda
maupun matinya orang, menghambat kemudahan akses dalam kegaiatan penanggulangan
bencana. Dan penyalahgunaan pengelolaan sumber daya bantuan bencana dikenakan
saksi pidana, baik pidana penjara maupun pidana denda, dengan menerapkan pidana
minimum dan maksimum.
Dengan materi muatan sebagaimana disebutkan diatas, Undang-Undang ini diharapkan
dapat dijadikan landasan hukum yang kuat dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana sehingga penyelenggaraan penanggulangan bencana dapat dilaksanakan secera
terencana, terkoordinasi, dan terpadu.

BAB IV
KELEMBAGAAN
Bagian Kesatu
Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Pasal 10
(1) Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 membentuk Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.
(2) Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan Lembaga Pemerintah Nondepartemen setingkat menteri.

Pasal 11
Badan Nasional Penanggulangan Bencanaa sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
ayat (1) terdiri dari unsur :
a. Pengarah penanggulangan bencana;dan
b. Pelaksana penanggulangan bencana.

Pasal 12
Badan Nasional Penaggulangan Bencana mempunyai tugas :
a. Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penggulangan bencana
yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tenggap darurat, rehabilitasi,
dan rekonstruksi secara adil dan setara.
b. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggukangan
bencana berdasarkan Peraturaan Perundang-undangan;
c. Menyampaikan infromasi kegiatan kepada masyarakat
d. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap
sebulan sekali dalam kondisi normal dan pada saat dalam kondisi darurat
bencana;
e. Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan
international.
f. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
g. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undang; dan
h. Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Pasal 13
Badan Nasional Penanggulangan Bencana mempunyai fungsi meliputi;
a. Perumusan dan penetapan kebijakanpenanggulangan bencana dan penanganan
pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan efisiensi;dan
b. Pengordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana
dan menyuluruh.

Pasal 14
(1) Unsur pengarah penanggulangan bencana sebagaimana dimaksudkan dalam pasal
11 huruf a mempunyai fungsi
a. Merumuskan konsep kebijakan penggulangan bencana nasional;
b. Memantau;dan
c. Mengevaluasi dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
(2) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Pejabat pemerintah terkait; dan
b. Anggota masyarakat profesional
(3) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dipilih
melalui uji kepatutan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
Pasal 15
(1) Pembentukan unsur pelaksana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 11 huruf b merupakan kewenangan Pemerintah.
(2) Unsur pelaksana sebagaimana dimakud pada ayat (1) mempunyai fungsi
koordinasi, dan pelaksana dalam penyelenggara penanggulangan bencana.
(3) Keanggotaan unsur pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (11) terdiri atas
tenaga profesional dan ahli.

Pasal 16
Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 huruf b, umsur
pelaksana penanggulangan bencana mempunyai tugas secara terintegrasi yang
meliputi :
a. Prabencana
b. Saat tanggap darurat;dan
c. Pascabencana

Pasal 17
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, fungsi, tugas, struktur organisasii, dan
tata kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana diatur dengan Peraturan
Presiden.

Bagian Kedua
Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Pasal 18
(1) Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 membentuk Badan
Penanggulangan Bencana Daerah.
(2) Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
:
a. Badan pada tingkat provinsi dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di bawah
gubernur atau setingkat eselon ib;dan
b. Badan pada tingkat kabupaten/kota dipimpin olehh seorang pejabat setingkat di
bawah bupati/ walikota atau setingkat eselon Iia.

Pasal 19
(1) Badan Penanggulangan Bencana Daerrah terdiri atas unsur:
a. Pengarah penanggulangan bencana;dan
b. Pelaksaan penanggulangan bencana.
(2) Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan melalui koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.

Pasal 20
Badan Penangguangan Bencana Daerah mempunyai fungsi:
a. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan
pengungsii dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien;serta
b. Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, dan menyuluruh.

Pasal 21
Badan Penanggulangan Bencana mempunyai tugas:
a. Menetapkan pelaksanaan dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah daeran
dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta
rekonstruksi secara adil dan setara
b. Menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana
berdasarkan peraturan udang-undang.
c. Menyusun,menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana
d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana
e. Melaksanakan penyelengaran penanggulangan bencana pada wilayahnya.
f. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala daerah setiap
sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;
g. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang
h. Mempertanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah; dan
i. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan undang-undang.

Pasal 22
(1) Unsur pengarah penanggulangan bencana daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal
19 ayat (1) huruf a mempunyai fungsi :
a. Menyusun konsep pelaksana kebijakan penanggulangan bencana daerah
b. Memantau;dan
c. Mengevaluasi dalam pemyelenggaraan penanggulangan bencana daerah.
(2) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Pejabat pemerintah daerah terkait;dan
b. Anggota masyarakat profesional dan ahli;
(3) Keanggotaan unsur pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dipilih
melalui uji kepatuhan yang dilakukan oleh DPRD.

Pasal 23
(1) Pembentukan unsur pelaksana penanggulangan bencana daerah sebagaimana
dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) huruf b merupakan kewenangan pemerintah daerah.
(2) Unsur pelaksana penanggulangan bencana daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempunyai fungsi :
a. Koordinasi
b. Kemando;dan
c. Pelaksana dalam penyelenggara penanggulangan bencana pada wilayahnya.
(3) Keanggotaan unsur pelasana penanggulangan bencana daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas tenaga profesional ahli.
Pasal 24
Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (2), unsur
pelaksana penanggulangan bencana daerah mempunyai tugas secara terintegrasi yang
meliputi :
a. Prabencana
b. Saat tanggap darurat;dan
c. Pascabencana

Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan fungsi, tugas, struktur organisasi, dan
tata kerja Badan Penanggulangan bencana Daerah diatur dengen Peraturan Daerah.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Angin puyuh dan badai adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120
km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis diantara garis balik utara dan selatan,
kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin puyuh disebabkan
oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah
tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan
rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan
angin badai. Gejala dan Peringatan DiniAngin topan tropis dapat terjadi secara mendadak, tetapi
sebagian besar badai tersebut terbentuk melalui suatu proses selama beberapa jam atau hari
yang dapat dipantau melalui satelit cuaca. Monitoring dengan satelit dapat untuk mengetahui
arah angin topan sehingga cukup waktu untuk memberikan peringatan dini. Meskipun
demikian perubahan sistem cuaca sangat kompleks sehingga sulit dibuat prediksi secara cepat
dan akurat.

3.2 Kesan dan Pesan


Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus mengetahui tentang situasi bencana natural
atau alamiah tentang angin puyuh dan badai yang sering terjadi, hal ini ditujukan apabila
mahasiswa menemukan kasus bencana alam angina puyuh dan badai di lingkungannya,
mahasiswa dapat melakukan pertolongan lebih awal dengan lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

- BNPD. Tanggapan Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana Edisi 2012.


https://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/478.pdf
- BNPD. Tanggapan Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana Edisi 2017.
http://biofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2018/Buku%20Saku%20Bencana%20BNPB.pdf

Anda mungkin juga menyukai