Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di khatulistiwa memiliki
perairan yang sangat luas yakni sekitar 5.193.250 km² berdasarkan deklarasi
Djuanda tahun 1960. Selain perairan laut yang luas, kekayaan alam serta
topografi wilayah Indonesia yang begitu beragam membuat iklim di Indonseia
juga beragam. Contohnya saja NTT yang memiliki iklim padang rumput sangat
berbeda dengan Lembang yang memiliki iklim pegunungan. Demikian juga
dengan cuaca. Meskipun yang selama ini dikenal hanya terdapat 2 musim di
Indonesia, adapula musim peralihan atau kerap disebut pancaroba yang juga
memiliki pengaruh besar pada keadaan atmosfer Indonesia. Di musim ini, terjadi
peralihan antara musim hujan menuju musim kemarau dan sebaliknya, saat
musim kemarau beralih ke musim hujan. Di bulan-bulan musim peralihan cuaca
di Indonesia terkadang tak mudah di prediksi. Di musim ini pula kerap terjadi
bencana alam seperti hujan badai, angin kencang dan angin puting beliung.
Akhir-akhir ini pemberitaan mengenai bencana alam puting beliung sering
terdengar di berbagai wilayah di Indonesia. Walaupun tak dialamai dalam 1
waktu yang bersamaan, bencana alam ini terjadi bergilirin dalam jangka waktu
beberapa bulan di hampir seluruh Indonesia , mulai dari pulau Sumatera, Jawa,
Kalimantan dan Sulawesi. Berbagai kerugian akibat bencana itu diantarannya
adalah jatuhnya korban, kerusakan rumah dan bangunan-bangunan strategis
seperti kantor pemerintahan, rumah ibadah, sekolah, pertokoan dan tiang listrik,
kerusakan kendaraan serta bangunan lain seperti kandang ternak. Selain itu
kerugian lain yang tak dapat dinilai harganya ialah roboh dan tercabut pohon-
pohon dari akarnya.
Semua kerugian yang diakibatkan bencana tentunya bukan hal yang
diinginkan banyak orang. Maka dari itu untuk mereduksi besarnya risiko kerugian
yang dialami, diperlukanlah suatu langkah yang strategis dan taktis yang
dilakukan baik sebelum bencana, saat bencana serta setelah bencana untuk
mengupayakan sekecil mungkin kerugian yang didapat akibat bencana.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Fenomena Puting Beliung Di Indonesia?
2. Apa Saja Ciri- Ciri Angin Puting Beliung?
3. Apa Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung?
4. Bagaimana Proses Terjadinya Angin Puting Beliung?
5. Apa Saja Dampak dari Angin Puting Beliung?
6. Bagaimana Mitigasi Bencana Puting Beliung?
7. Bagaimana Proses Rehabilitasi dan Rekontruksi Pasca Bencana?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fenomena Puting Beliung di Indonesia


Puting beliung merupakan bencana berupa angin kencang yang berputar di
permukaan bumi selama 3 – 5 menit. Angin ini datang secara tiba-tiba serta
berkekuatan hingga 30 – 40 knot Angin ini berasal dari awan yang bergumpal,
berwarna abu-abu gelap dan menjulang tinggi. Dalam ilmu meteorologi awan ini
biasa disebut Cumulonimbus (Cb). Awan ini berpotensi besar menyebabkan hujan
di suatu wilayah . Namun, walaupun demikian awan ini belum tentu menyebabkan
angin kencang ataupun puting beliung. Puting beliung dapat terjadi dimana saja,
di darat maupun di laut dan jika terjadi di laut durasinya lebih lama daripada di
darat. Angin ini umumnya terjadi pada siang atau sore hari, terkadang pada malam
hari dan lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba). Luas daerah yang
terkena dampaknya sekitar 5 – 10 km, karena itu bersifat sangat lokal.
Angin Puting Beliung, merupakan bencana alam yang sering Terjadi di
2019, Puting Beliung Dominasi Bencana Alam di Indonesia Tahun ini.
Data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menunjukkan pada periode 1 Januari-30 April 2019 terjadi 1.692 bencana alam.
Angin puting beliung merupakan bencana alam yang paling sering terjadi, yakni
mencapai 662 kejadian.
Angin puting beliung menyebabkan 19 korban meninggal dan hilang, 138
orang luka-luka, serta 22.089 orang harus mengungsi. Bencana tersebut juga
menyebabkan 686 rumah rusak berat, 1.160 rumah rusak sedang, dan 8.305 rumah
rusak ringan. Sebanyak 54 fasilitas pendidikan, 52 rumah ibadah, dan 8 fasilitas
kesehatan juga rusak akibat angin kencang tersebut.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 98 persen
bencana yang terjadi di Indonesia dari Januari hingga Oktober 2019 merupakan
bencana hidrometeorologi. Puting beliung mendominasi kejadian hingga
mencapai 964 kali.
Puting beliung tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan luka, namun
juga kerusakan. Data BNPB hingga akhir Oktober 2019, 16 orang meninggal
dunia dan 2 lain hilang, serta 177 jiwa mengalami luka-luka.

B. Ciri-ciri Angin Puting Beliung


Ciri-ciri datangnya angin puting beliung adalah pada waktu siang hari
terlihat adanya awan putih menjulang tinggi seperti bunga kol, kemudian
berkembang menjadi awan gelap yang disertai embusan udara dingin, dan
angin mulai menggoyangkan pepohonan ke kiri dan ke kanan, tidak lama
kemudian angin semakin cepat dan diikuti hujan lebat dan terkadang disertai
hujan es. Terlihat di awan hitam pusaran angin berbentuk seperti kerucut turun
menuju tanah (bumi).

C. Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung


1. Sebab alam
Penyebab terjadinya angin puting beliung disebabkan karena udara panas dan
dingin bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting beliung.
Selain itu juga karena dalam awan terjadi arus udara naik ke atas yang kuat.
Hujan belum turun, titik-titik air maupun kristal es masih tertahan oleh arus
udara yang naik ke atas puncak awan.
2. Sebab sosial
Angin puting beliung ini biasanya terjadi di daerah yang jumlah vegetasinya
kurang atau sedikit, contohnya pada sebuah kota yang di dalamnya terdapat
banyak gedung yang menyebabkan suhu di dalamnya menjadi panas. Selain itu
penyebab lain angin puting beliung adalah pemakaian alat elektronik seperti
kulkas, AC, televisi, mesin cuci dan sebagainya yang dapat menimbulkan efek
rumah kaca dan menyebabkan terjadinya global warming sehingga udara panas
terperangkap dalam atmosfer bumi dan berbenturan dengan udara yang lebih
rendah sehingga menyebabkan terjadinya angin puting beliung.

D. Proses Terjadinya Angin Puting Beliung


Proses terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim
pancaroba pada siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam
mengumpul, akibat radiasi matahari di siang hari tumbuh awan secara vertikal,
selanjutnya di dalam awan tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan
turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan
kecepatan yang tinggi menghembus ke permukaan bumi secara tiba-tiba dan
berjalan secara acak.
Angin puting beliung terbentuk oleh gelombang udara. Udara lembab yang
hangat bertemu udara kering yang dingin hingga terbentuklah awan petir.
Setelah awan petir terbentuk, udara yang hangat naik dan ketika udara hangat
mendesak udara kosong semakin banyak, udara mulai berputar. Udara yang
berputar membentuk angin puting beliung.

E. Dampak dari Angin Puting Beliung


1. Akibat alam
Angin puting beliung sangat berdampak buruk pada kehidupan dan lingkungan
tempat manusia tinggal. Akibat dari angin puting beliung antara lain banjir,
tsunami dan tanah longsor yang disebabkan oleh guncangan dari pusaran angin
yang bertekanan sangat tinggi.
2. Akibat sosial
Setiap bencana alam selalu membawa dampak dan menimbulkan kerugian bagi
masyarakat, berupa korban jiwa, dan material. Bencana angin puting beliung
bila menimbulkan korban dan kerusakan pada bangunan infrastruktur, hal ini
tergantung dari skala intensitas angin. Semakin tinggi intensitas angin maka
akan semakin berat tingkat kerusakan yang ditimbulkan angin puting beliung.
Kerusakan yang ditimbulkan di antaranya:
 Menyebabkan kerusakan atau kehancuran bangunan.
 Merusak jaringan listrik.
 Mengangkat dan memindahkan benda-benda yang tidak stabil.
 Membahayakan keselamatan.
 Rusaknya rumah dan infrastruktur suatu daerah.
 Dapat menimbulkan korban jiwa.
 Rusaknya kebun-kebun warga.
 Kerugian material.
 Banyak puing-puing dan sampah yang terbawa puting beliung dan
berserakan.
 Terganggunya kegiatan-kegiatan ekonomi.

F. Mitigasi Bencana Puting Beliung


Karena sifatnya yang terjadi secara mendadak dan dalam waktu yang sangat
singkat, maka yang dapat dilakukan dalam upaya pengurangan risiko di
antaranya secara umum adalah
1) Memangkas dahan pohon yang terlalu besar dari pohon yang terlalu rimbun
dan rapuh untuk mengurangi beban.
2) Memperhatikan atap rumah sekitar. Jika ada atap dari rumah yang tidak
permanen, usahakan untuk menhindari melewatinya di kala hujan dan cuaca
berangin karena atap rumah seperti ini mudah terhempas saat angin kencang.
3) Waspada saat keadaan langit cerah namun terdapat awan yang tiba-tiba gelap.
Menghindari daerah di bawah awan gelap.
4) Segera berlindung atau menjauh dari lokasi kejadian, karena peristiwa
fenomena tersebut sangat cepat.
5) Mengganti pohon di pinggir jalan yang berakar tunggang dengan pohon yang
berakar serabut.

Sebelum Datangnya Angin


1. Dengar dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut prakiraan
terkini cuaca setempat
2. Waspadalah terhadap perubahan cuaca
3. Waspadalah terhadap angin topan yang mendekat.
4. Waspadalah terhadap tanda tanda bahaya sebagai berikut:
5. Langit gelap, sering berwarna kehijauan.
6. Hujan es dengan butiran besar
7. Awan rendah, hitam, besar, seringkali bergerak berputar
8. Suara keras seperti bunyi kereta api cepat
9. Bersiaplah untuk ke tempat perlindungan ( bunker ) bila ada angin topan
mendekat.

Saat Datangnya Angin


1. Bila dalam keadaan bahaya segeralah ke tempat perlindungan (bunker)
2. Jika anda berada di dalam bangunan seperti rumah, gedung perkantoran,
sekolah, rumah sakit, pabrik, pusat perbelanjaan, gedung pencakar langit,
maka yang anda harus lakukan adalah segera menuju ke ruangan yang telah
dipersiapkan untuk menghadapi keadaan tersebut seperti sebuah ruangan
yang dianggap paling aman, basement, ruangan anti badai, atau di tingkat
lantai yang paling bawah. Bila tidak terdapat basement, segeralah ke tengah
tengah ruangan pada lantai terbawah, jauhilah sudut sudut ruangan, jendela,
pintu, dan dinding terluar bangunan. Semakin banyak sekat dinding antara
diri anda dengan dinding terluar gedung semakin aman. Berlindunglah di
bawah meja gunakan lengan anda untuk melindungi kepala dan leher anda.
Jangan pernah membuka jendela.
3. Jika anda berada di dalam kendaraan bermobil, segeralah hentikan dan
tinggalkan kendaraan anda serta carilah tempat perlindungan yang terdekat
seperti yang telah disebutkan di atas.
Jika Anda Berada Di Luar Ruangan Dan Jauh Dari Tempat Perlindungan,
maka yang anda harus lakukan adalah sebagai berikut:
1. Tiaraplah pada tempat yang serendah mungkin, saluran air terdekat atau
sejenisnya sambil tetap melindungi kepala dan leher dengan menggunakan
lengan anda.
2. Jangan berlindung di bawah jembatan, jalan layang, atau sejenisnya. Anda
akan lebih aman tiarap pada tempat yang datar dan rendah.
3. Jangan pernah melarikan diri dari angin puting beliung dengan
menggunakan kendaraan bermobil bila di daerah yang berpenduduk padat
atau yang bangunannya banyak. Segera tinggalkan kendaraan anda untuk
mencari tempat perlindungan terdekat.
4. Hati hati terhadap benda benda yang diterbangkan angin puting beliung.
Hal ini dapat menyebabkan kematian dan cedera serius.

1. Upaya Mitigasi oleh Pemerintah


Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG), Hary T Djatmiko kepada Harian elektronik
antarajatim.com mengatakan bahwa sampai saat ini belum ditemukan metode
untuk memprediksi kejadian puting beliung, hal ini dikarenakan waktu kejadian
yang singkat yaitu sekitar tiga menit dan datangnya yang sangat tiba-tiba. Puting
beliung umumnya terjadi pada musim pancaroba dan musim hujan, dengan waktu
kejadian antara siang dan menjelang malam hari. Kondisi tersebut dikarenakan
sinar matahari sebagai bahan bakar utamanya, secara maksimal diperoleh pada
periode. Puting beliung memiliki sifat-sifat antara lain sangat lokal, luasnya
berkisar 5-10 km, waktu terjadi singkat dan lebih sering terjadi pada peralihan
musim
Puting beliung juga bergerak secara garis lurus serta tidak bisa diprediksi
secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5 - 1 jam sebelum kejadian, jika melihat
atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang dari 50 persen.
Dalam wawancaranya dengan harian elektronik antarajatim.com ini juga
Kepala Sub Bidang Informasi Meteorologi BMKG menjelaskan adanya beberapa
indikasi akan terjadinya angin puting beliung . Pertama, satu hari sebelum
kejadian udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Kedua,
mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis-
lapis), di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya
sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol. Ketiga, tahap
berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu/hitam. Ke
empat, bergoyangnya dahan dan ranting pepohonan disekitar tempat kita berdiri.
Selanjutnya terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat orang berdiri.
Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba, apabila
hujan yang terjadi gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat di mana
orang berada. Namun jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim
pehujan, maka ada kemungkinan hujan deras yang pertama kali turun diikuti
angin kencang, baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang
tidak.
Selain melalui wawancara dengan awak media, BMKG juga melakukan
upaya penyampaian informasi peringatan dini akan cuaca baik yang ektrim
maupun tidak melalui laman http://meteo.bmkg.go.id/. Pada laman tersebut jika
kita menge-klik sub topik peringatan, kemudian menge-klik lagi cuaca ekstrim
maka akan ada tampilan peringatan.

2. Inovasi Mitigasi
Pada dasarnya ide pengembangan website yang menyuguhkan informasi
peringatan dini akan cuaca ekstrim sudah cukup bagus. Namun sayangnya di
samping publikasinya yang tidak maksimal tampilan cara penyuguhan informasi
juga dirasa kurang menarik serta isi website yang terpaku hanya ada perkiraan
wilayah saja.
Padahal, sudah tak dapat dipungkiri lagi bahwa kehidupan manusia jaman
sekarang sebagian besar dihabiskan di depan layar komputer. Dengan demikian
arus informasi yang didapkan pun lebih banyak lewat dunia maya. Website milik
pemerintahan seperti bmkg.go.id dan bnpd.go.id siharapkan menjadi sumber
informasi yang terbaru serta terpercaya bagi masyarakat.
Upaya mengembangkan inovasi dalam hal mitigasi bencana lewat website
ini perlu lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah. Semestinya informasi
peringatan dini di bmkg.go.id/peringatan/ekstrim/ juga dilengkapi dengan
prakiraan intensitas hujan peta distribusi hujan serta peta kecepatan angin di
wilayah indonesia. Dengan demikian tentunya laman ini akan lebih berguna bagi
penggunanya. Penyampaian yang lebih komunikatif dan interaktif dalam hal
penjelasan sebuah fenomen juga diharapkan agar pengguna dapat lebih tertarik
untuk mempelajari asal mula sebuah fenomena.
Publikasi yang gencar mempengaruhi ketercapaian tujuan mitigasi via
dunia maya ini. Saat ini banyaknya media sosial dapat dijadikan jalan untuk
publikasi yang lebih intens.
Pemasangan poster-poster yang informatif, sederhana dan dan menarik cocok
dilakukan di media sosial. Selain media sosial, media cetak dan media elektronik
seperti televisi dan radio juga penting dikarenakan tak semua wilayah Indonesia
mendapat sinyal internet.
Cara yang paling mujarab dalam upaya pencerdasan masyarakat mengenai
kebencanaan nasional ini juga dapat dilakukan lewat program televisi. Untuk ke
depannya, televisi swasta maupun pemerintahan dapat menayangkan sebuah
program yang berisi hal-hal mengenai kebencanaan diantaranya; jenis bencana
yang kerap terjadi di Indonesia serta gejalanya, penjelasan peta acaman bencana,
risiko bencana yang akan ditimbulkan berdasarkan intensitas bencana tersebut
serta upaya-upaya yang dapat dilakukan

3. Belajar Mitigasi Bencana dari Jepang


Tidak ada yang meragukan ketangguhan Jepang dalam menghadapi
bencana. Meski secara beruntun dihantam tiga bencana besar, yakni gempa bumi,
tsunami, dan radiasi nuklir, masyarakat Negeri Sakura tetap tangguh dalam
menghadapi bencana.
Peristiwa pada Maret 2011, bisa dijadikan pelajaran saat terjadi gempa tektonik
berkekuatan 8,9 skala richter (SR) yang diikuti tsunami setinggi 10 meter.
Masyarakat internasional, termasuk Indonesia dibuat terbelalak oleh reaksi
masyarakat Jepang saat terjadi bencana. Meski diluluhlantakkan ujian
mahadahsyat, rakyat Jepang tetap tegar. Dunia semakin dibuat kagum dengan
fenomena disiplin warga Negeri Matahari Terbit. Mereka tetap hidup seperti
biasanya, tiada ada warga yang berebut meminta-minta, apalagi menjarah.
Usai bencana berlalu, proses evakuasi korban dilakukan dengan cepat.
Distribusi bantuan disalurkan dengan penuh tanggung jawab. Kemudian proses
rekonstruksi berjalan sesuai jadwal. Disiplin yang tinggi mampu ditunjukkan
dengan sikap yang menguatkan Jepang sebagai negara beradab.
Mereka menganggap peristiwa bencana sebagai hal wajar dan tidak ada
kekhawatiran berlebihan yang ditunjukkan. Ditunjang budaya yang tidak ingin
menjadi beban pemerintah, tidak perlu waktu lama bagi masyarakat untuk
menjalani kehidupan normal.

1. Dibangun untuk Bertahan


Jepang berlokasi di antara sabuk topan Pasifik dan Cincin Api yang
membuat Jepang sering diguncang gempa, tsunami, maupun gunung meletus.
Kenyataan itu membuat pemerintah mempersiapkan segala infrastruktur yang
tetap berdiri meski terus diterjang bencana.
Pakar di Manajemen Risiko Bencana Bank Dunia Marc Forni berujar,
Jepang unggul dalam hal pencegahan maupun respon penanganan bencana.
"Mereka memastikan infrastruktur maupun aset yang dibangun elastis saat
bencana datang," demikian penjelasan Forni.
Di Osaka, jalan dan bangunan publik didesain agar air bisa mengalir
secara efisien. Selain itu, pertahanan pantai memungkinkan kota itu dari
gelombang badai.
Arsitek gedung itu telah memikirkan setiap bencana alam yang dihadapi.
"Aturan konstruksi mereka merupakan karya seni," tutur Forni.

2. Kesadaran sejak Dini


Pada 1 September 1923, terjadi gempa dengan magnitudo 7,9 yang
menghantam Dataran Kanto, di antara Tokyo dan Yokohama.
Sejak saat itu, 1 September dijadikan Hari Pencegahan Bencana Nasional,
dan diterapkan di seluruh sekolah maupun kantor publik. Anak-anak bakal
mempelajari sejarah bencana yang terjadi di Negeri "Sakura", dan mengikuti
setiap latihan penyelamatan yang dilakukan.

3. Saling bahu membahu


Salah satu kunci suksesnya Jepang dalam menangani bencana adalah
karena kementrian dan lembaga negara saling membantu saat bencana terjadi.
Para pejabat juga berusaha keras untuk membangun kerja sama dengan sektor
swasta sebagai bentuk persiapan sebelum bencana.
Perusahaan swasta pun sudah memahami tugas mereka ketika bencana
terjadi."Usaha dan tenaga yang tidak sedikit dari setiap institusi untuk
menjadikannya sebagai skala nasional telah menuai buahnya," kata Forni.
Edukasi Bencana
Di sini, kita tidak sedang membandingkan perilaku masyarakat Indonesia
dan Jepang. Tapi tak perlu malu juga mengakui Jepang lebih siap dan tangguh
dalam menghadapi bencana.
Negeri Samurai itu hampir setiap hari digoyang gempa dan tidak ada
kepanikan berlebihan dari masyarakat. Itu lantaran sejak dini, anak-anak di
sekolah diperkenalkan untuk terbiasa saat bencana datang. Alhasil ketika dewasa,
mereka punya wawasan dan pengalaman dalam bertindak.
Pesan moralnya adalah, seyogianya kita bisa hidup dengan normal dan
perlu merasa takut dengan bencana. Yang perlu dipersiapkan masyarakat adalah
kewaspadaan. Karena dengan menumbuhkan sikap sadar bencana, maka antisipasi
sejak dini bisa dilakukan. Hal itu penting dilakukan masyarakat kita supaya
memungkinkan untuk meminimalisasi jumlah korban saat bencana datang.
Karena patut disayangkan jika kita abai dengan nyawa sesama. Menjadi
kenyataan memang masih banyak masyarakat yang belum siap menghadapi
bencana. Alhasil diperlukan sosialisasi bencana secara masif untuk mengedukasi
masyarakat. Luasnya wilayah geografis Indonesia maka harus diimbangi dengan
kesiapsiagaan dan mitigasi bencana sebagai kunci dalam menghadapi bencana.
Semua tahu, proses edukasi di masyarakat tidak bisa berlangsung instan
dan mulus. Butuh waktu untuk menyerap berbagai pembelajaran yang selama ini
tidak diketahui. Memang bakal banyak kendala untuk mencapai target tersebut.
Namun hal itu jangan sampai menghalangi BNPB mengeluarkan kebijakan dan
program untuk mengupayakan masyarakat sadar bencana.
Itu semuanya harus dilakukan mulai sekarang. Semakin lama kita
melakukan pembelajaran, semakin merugilah kita. Itu tidak lain disebabkan
tingkat kerentanan dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana saling
bertolak belakang. Jika ancaman bencana sangat tinggi dan bisa sewaktu-waktu
datang, malah kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana sangat kurang.
Boro-boro ketidaksiapan masyarakat, kritikan tentang tidak pahamnya 33
ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tingkat provinsi dan 367
tingkat kabupaten/kota terkait skala prioritas dalam bertindak apabila terjadi
bencana juga layak diperhatikan. Kabar itu tidak perlu dibantah sebab
kenyataannya banyak pejabat BNPB di daerah tidak paham dalam menjalankan
tupoksinya.
Bahkan peneliti kebencanaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Fidel Bustami menilai upaya penanggulangan bencana alam di Indonesia
masih amburadul. Itu terjadi karena belum adanya standar operasional prosedur
(SOP) nasional yang dimiliki Pemerintah. Hal itu menyebabkan penanggulangan
bencana tidak terarah dan kordinasi antarinstansi terkait juga kacau.
Karenanya, timbul pertanyaan, bagaimana mungkin kita meminta rakyat
siap hidup berdampingan dengan risiko bencana jika pemangku kepentingan
malah tidak tahu apa yang harus dikerjakannya. Kalau mengacu penanganan
bencana, maka diperlukan sebuah komando khusus untuk bisa menggerakkan
seluruh sumber daya manusia (SDM) yang ada. Jika orang yang memegang
kendali kurang tepat dalam mengambil kebijakan, bisa disangsikan penanganan
manajemen bencana bakal berlarut-larut.
Jangan sampai dana besar triliunan rupiah yang digelontorkan pemerintah
habis hanya untuk rekonstruksi rumah. Lebih baik dana itu digunakan untuk
langkah preventif menghadapi bencana agar kerugian nyawa dan finansial dapat
ditekan.

4. Menanti aksi BNPB


Indonesia adalah negara yang multibencana, yang kondisinya mirip
dengan Jepang. Setidaknya 13 jenis bencana bisa terjadi kapan saja. Kalau tidak
diantisipasi, lebih 200 juta jiwa penduduk yang terpapar oleh rawan gempa bumi
bisa terancam.
Begitu juga sekitar lima juta jiwa yang tinggal di daerah rawan tsunami.
Ratusan gunung berapi aktif yang sewaktu-waktu berpotensi meletus juga siap
melahirkan korban jiwa. Apalagi Indonesia berada dalam zona patahan lempeng
tektonik yang dalam sejarahnya sering berujung terjadinya gunung meletus.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia sebaiknya selalu meningkatkan
kesadarannya sebab hidup di kawasan yang rawan bencana. “Di Indonesia itu, ada
129 gunung berapi aktif. Negara kita juga rawan gempa, tsunami, tanah longsor,
banjir, dan konflik sosial. Jadi masyarakat harus selalu dalam kewaspadaan,” kata
BNPB Syamsul Maarif kepada penulis belum lama ini.
Menurut Syamsul, sebenarnya masyarakat Indonesia zaman dulu sudah
terbiasa hidup dalam ancaman bencana. Itu karena mereka memiliki kedekatan
dengan alam sehingga bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat
tinggalnya. Sayangnya, kata dia, akhir-akhir ini rasa kepedulian dan kewaspadaan
itu semakin berkurang.
Gaya hidup modern membuat masyarakat semakin lengah dan tidak peka
dengan tanda alam. Sehingga kalau terjadi bencana, masyarakat sekitar selalu
kalang kabut."Mereka baru tersentak ketika terjadi tsunami atau bencana alam
lainnya. Kalau ada bencana mereka seharusnya bisa mencari tempat perlindungan
aman, dan tidak perlu pindah. Prinsip living in harmony bisa diterapkan," saran
Syamsul.
Memang membutuhkan waktu tidak sebentar untuk membentuk
masyarakat memiliki karakter seperti itu. Namun tidak ada salahnya bagi BNPB
pusat maupun daerah membuat gerakan masif program pengenalan dan
pemahaman kepada rakyat tentang pentingnya hidup berdampingan dengan alam
di kawasan rawan bencana. Perubahan pola pikir mesti dilakukan sebab datangnya
bencana tidak bisa dihindari, tapi bisa diantisipasi untuk mencegah atau
mengurangi korban jiwa dan finansial.

7. Rehabilitasi dan Rekontruksi Pasca Bencana


Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.
Rehabilitasi dilakukan melalui kegiatan perbaikan lingkungan
daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum; Pemberian bantua
perbaikan rumah masyarakat;Pemulihan social psikologis;pelayanan
kesehatan;rekonsiliasi dan resolusi konflik; pemulihan sosial ekonomi
budaya; pemulihan keamanan dan ketertiban; pemulihan fungsi
pemerintahan; dan pemulihan fungsi pelayanan publik.
Kegiatan rehabilitasi harus memperhatikan pengaturan mengenai
standar konstruksi bangunan, kondisi sosial, adat istiadat, budaya dan
ekonomi. Perbaikan lingkungan daerah bencana merupakan kegiatan fisik
perbaikan lingkungan untuk memenuhi persyaratan teknis, sosial, ekonomi,
dan budaya serta ekosistem suatu kawasan. Kegiatan perbaikan fisik
lingkungan sebagaimana dimaksud mencakup lingkungan kawasan
permukiman, kawasan industri, kawasan usaha, dan kawasan bangunan
gedung.
Perbaikan prasarana dan sarana umum merupakan kegiatan
perbaikan prasarana dan sarana umum untuk memenuhi kebutuhan
transportasi, kelancaran kegiatan ekonomi, dan kehidupan sosial budaya
masyarakat.Kegiatan perbaikan prasarana dan sarana umum mencakup:
perbaikan infrastuktur dan fasilitas sosial dan fasilitas umum.
1. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat merupakan
bantuan Pemerintah sebagai stimulan untuk membantu
masyarakat memperbaiki rumahnya yang mengalami kerusakan
akibat bencana untuk dapat dihuni kembali.
2. Pelayanan kesehatan ditujukan untuk membantu masyarakat yang
terkena dampak bencana dalam rangka memulihkan kondisi
kesehatan masyarakat melalui pemulihan sistem pelayanan
kesehatan masyarakat.
Kegiatan pemulihan kondisi kesehatan masyarakat terkena
dampak bencana sebagaimana dimaksud dilakukan melalui: (a)
membantu perawatan lanjut korban bencana yang sakit dan
mengalami luka; (b) menyediakan obat-obatan; (c) menyediakan
peralatan kesehatan; (d) menyediakan tenaga medis dan
paramedis; dan (e) memfungsikan kembali sistem pelayanan
kesehatan termasuk sistem rujukan.
3. Rekonsiliasi ditujukan untuk membantu masyarakat di daerah
bencana dan rawan konflik sosial untuk menurunkan eskalasi
konflik sosial dan ketegangan serta memulihkan kondisi sosial
kehidupan masyarakat.
Kegiatan rekonsiliasi dan resolusi konflik sebagaimana dimaksud
dilakukan melalui upaya-upaya mediasi persuasif dengan
melibatkan tokoh-tokoh masyarakat terkait dengan tetap
memperhatikan situasi, kondisi, dan karakter serta budaya
masyarakat setempat dan menjunjung rasa keadilan.
4. Pemulihan sosial ekonomi budaya ditujukan untuk membantu
masyarakat terkena dampak bencana dalam rangka memulihkan
kondisi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya seperti pada
kondisi sebelum terjadi bencana.
5. Pemulihan sosial psikologis ditujukan untuk membantu
masyarakat yang terkena dampak bencana, memulihkan kembali
kehidupan sosial dan kondisi psikologis pada keadaan normal
seperti kondisi sebelum bencana.
Kegiatan membantu masyarakat terkena dampak bencana
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui upaya pelayanan sosial
psikologis berupa: (a) bantuan konseling dan konsultasi;
(b) pendampingan; (c) pelatihan; dan (d) kegiatan psikososial

Mobilisasi Sumberdaya
Mobilisasi sumberdaya yang meliputi sumberdaya manusia, peralatan,
material dan dana dilakukan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang
tersedia. Sumberdaya manusia yang memahami dan mempunyai
ketrampilan secara profesional sangat diperlukan dalam semua proses dan
kegiatan rehabilitasi pascabencana. Sumberdaya yang berupa peralatan,
material dan dana disediakan dan siap dialokasikan untuk menunjang
proses rehabilitasi.

Pelaksanaan Rehabilitasi
Pelaksanaan rehabilitasi meliputi kegiatan perbaikan fisik dan
pemulihan fungsi non-fisik. Kegiatan rehabilitasi dilaksanakan di
wilayah yang terkena bencana maupun wilayah lain yang dimungkinkan
untuk dijadikan wilayah sasaran kegiatan rehabilitasi. Kegiatan rehabilitasi
dilakukan oleh BNPB jika status bencana adalah tingkat nasional atau atas
inisiatif sendiri BNPB dan atau BPBD untuk status bencana daerah.
Kegiatan rehabilitasi juga dimungkinkan untuk melibatkan banyak
pemangku kepentingan dan masyarakat.

Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan


Pemantauan penyelenggaraan rehabilitasi pascabencana diperlukan
sebagai upaya untuk memantau secara terus-menerus terhadap proses dan
kegiatan rehabilitasi.
Pelaksanaan pemantauan kegiatan rehabilitasi dilakukan oleh unsur
pengarah beserta unsur pelaksana BNPB dan atau BPBD dan dapat
melibatkan lembaga/institusi perencanaan di tingkat nasional dan/atau
daerah, sebagai bahan menyeluruh dalam penyelenggaraan rehabilitasi.
Perbaikan Lingkungan Pascabencana

Komponen Elemen Indikator


1. Kawasan Komponen  Terciptanya lingkungan udara
permukiman lingkungan udara, yang nyaman/tidak tercemar;
lingkungan  Terciptanya lingkungan
perairan, perairan yang bersih dan sehat;
lingkungan  Terciptanya lingkungan yang
vegetasi/tanaman, nyaman dengan tanaman yang
dan lingkungan menyejukkan;
sosial  Terciptanya lingkungan
permukiman/ sosial yang baik.
2. Kawasan Komponen udara,  Terciptanya lingkungan udara
industri air, tanaman dan yang nyaman/tidak tercemar;
area parkir serta  Terciptanya lingkungan
open space/taman perairan yang bersih dan sehat;
 Terciptanya lingkungan yang
nyaman dengan tanaman yang
menyejukkan.

Komponen Elemen Indikor


3. Kawasan Komponen udara,  Terciptanya lingkungan udara
usaha air, dan kawasan yang nyaman/tidak tercemar;
hijau/ taman  Terciptanya lingkungan
perairan yang bersih dan
sehat;
 Terciptanya lingkungan yang
nyaman dengan tanaman yang
menyejukkan.

4.Kawasa Komponen udara,  Terciptanya lingkungan udara


bangunan air, yang nyaman/tidak tercemar;
gedung tanaman/taman  Terciptanya lingkungan
perairan yang bersih dan
sehat;
 Terciptanya lingkungan yang
nyaman dengan tanaman yang
menyejukkan.

Perbaikan Prasarana dan Sarana

Bidang Komponen Elemen Indikator

Prasarana 1)jalan/perhub jalan, 1) berfungsinya


ungan jembatan, kembali pergerakan
terminal orang dan barang;
pelabuhan air, 2) bebas dari ‘keterpencilan’
pelabuhan
udara
2) air bersih Sumber- 1) tersedianya kembali
sumber air, suplai air bersih;
jaringan 2) penyelamatan
distribusi, sumber air dari
hidran-hidran pencemaran/
umum kerusakan
3) listrik/energi sumber 1) koneksi jaringan listrik;
pembangkit 2) terlayaninya sumber
listrik, jaringan energi
distribusi,
tabung- tabung
gas
4) komunikasi Jaringan Lancarnya kembali
telepon, HT, hubungan/ komunikasi
antar warga dan
dengan pihak luar
5) sanitasi dan Jaringan air 1) bebas dari
limbah kotor, limbah gangguan limbah;
sampah 2) kebersihan lingkungan
padat,
fasilitas
pemakam
an
6) irigasi Sumber air, 1) kelancaran pasokan air;
jaringan 2) tidak
distribusi terganggunya
aktifitas pertanian
Sarana 1) kesehatan Pusat Berfungsinya kembali
Pelayanan fasilitas kesehatan yang
kesehatan ada
darurat (puskesmas, puskesmas
pembantu, klinik)
2) pereko Pasar; Berfungsinya kembali
nomian Toko/warung fasilitas perekonomian
kebutuhan yang ada, pasar, toko,
sehari- warung dll.
hari
3) pendidikan SD; SMP; SMA; Berfungsinya kembali
SMK; fasilitas pendidikan yang
PT; Lembaga ada
pendidikan lain
4) perkantor an RT/RW; Berfungsinya kembali
Kelurahan/Desa fasilitas perkantoran
; Kecamatan, pemerintah yang ada
Kota/Kabupaten
, dan
Provinsi
5) peribadatan Musholla, Berfungsinya kembali
Masjid, fasilitas peribadatan yang
Gereja, ada
Vihara,
Klenteng
dll.

Dinas/Instansi yang Terkait untuk Komponen/Elemen Program

Bida Komponen Elem Instan


ng en si
Prasara 1) jalan, jembatan, PU, Perhubungan
na jalan/perhubung pelabuhan air,
an pelabuhan udara
2) air bersih Sumber-sumber air, PU,
jaringan Pertanian,
distribusi, hidran- Kesehatan
hidran umum

Bidang Komponen Elem Instan


en si

3) listrik/energy sumber pembangkit PU, PLN, ESDM


listrik,
jaringan distribusi,
tabung- tabung gas
4) komunikasi Jaringan telepon, HT, Komunikasi, PLN
5) sanitasi dan Jaringan air kotor, PU, Kesehatan
limbah limbah
sampah padat,
fasilitas pemakaman
Sarana 1) kesehatan Pusat Pelayanan Kesehatan
kesehatan
darurat
2) perekonomian Pasar; PU,
Toko/warung Perekonomian
kebutuhan sehari-
hari
3) pendidikan SD; SMP; SMA; SMK; PU, Pendidikan
PT; Lembaga
pendidikan lain
4) perkantoran RT/RW; PU
Kelurahan/Desa;
Kecamatan,
Kota/Kabupaten
5) peribadatan Musholla, Masjid, Agama
Gereja,
Vihara, Klenteng dll.
Perbaikan Rumah Masyarakat

Paramet Komponen Indikat


er or
Umum --  Bantuan diterimakan ke masyarakat
dan dimanfaatkan sebagai
sumberdaya pembangunan/
rehabilitasi
 Adanya share dari masyarakat, baik
berupa dana, tenaga, material, untuk
pelaksanaan rehabilitasi rumah
 Perbaikan/rehabilitasi rumah terlaksana
 Rumah kembali layak huni, memenuhi
kondisi minimal Rumah Sehat
Sederhana
 Masyarakat korban kembali bermukim
Pember Dana  Tersalurkannya dana bantuan berupa
ian stimulan
bantua  Diterimanya dana bantuan oleh
n masyarakat korban
yang membutuhkan
Material &  Terdistribusikannya material
komponen dankomponen
bangunan bangunan sesuai kebutuhan korban
Peralatan  Terdistribusikannya peralatan
pembangu pembangunan untuk
nan tindak perbaikan rumah
SDM (tenaga  Hadirnya SDM sesuai kebutuhan
ahli, tenaga penyelenggaraan perbaikan
pendamping,
tenaga kerja)
Perbaik Bangunan  Fisik bangunan dapat memberikan
an naungan/ shelter dan jaminan
rumah perlindungan (kokoh), sesuai
dengan standard teknis bangunan
 Ruang kegiatan fungsional minimal
terdiri atas 1 ruang tidur, 1 ruang
serbaguna, dan 1 ruang MCK.
 Luasan Satuan Rumah minimal
memenuhi
standard 9 m² per jiwa atau total 36 m²
(asumsi penghuni 4 jiwa per satuan
rumah)
Paramet Komponen Indikat
er or
Pekarangan  Tersediannya akses ke satuan rumah
 Tercukupinya ruang terbuka minimal
Utilitas  Adanya pasokan air bersih yang
mencukupi
 Tersedianya perangkat sanitasi yang
sehat
 Adanya pasokan energi yang memadai
(listrik,
bahan bakar, dsb)

Pelaksanaan Rehabilitasi
1) Penyiapan infrastruktur : organisasi dan prasarana fisik.
2) Penyaluran bantuan (dalam tahapan)
 Dana perbaikan.
 Komponen bangunan dan material.
 Peralatan pembangunan.
 Pendampingan: Tenaga ahli (konsultan
teknis) dan/atau fasilitator dan/atau tenaga kerja.
3) Pengendalian pasar dan pasokan material
 Perencanaan & monitoring kebutuhan.
 Kerjasama dengan produsen & pemasok.
4) Pelaksanaan fisik oleh masyarakat (dengan
pendampingan)
 Gotong-royong, padat-karya.
 Pemborongan (kontrol oleh masyarakat).
 Penunjukan (kontrol oleh masyarakat).
5) Monitoring & Evaluasi
 Monitoring periodik.
 Evaluasi akhir program

Pemulihan Sosial Psikologis


Capaian Pemulihan Sosial Psikologis

Indikator Fungsi Indikator Psikis Indikator Fisik

Dapat menjalankan Dapat menerima Terbebas dari gejala-


fungsinya dalam kejadian bencana gejala fisik yang
keluarga secara disebabkan oleh faktor
normal psikologis, seperti:
gangguan tidur,
gangguan
lambung, dll
Dapat menjalankan Dapat mengelola emosi
fungsinya dalam dan luka psikologis
masyarakat seperti sebagai akibat bencana
semula
Dapat menjalankan Terbebas dari
pekerjaan seperti ketegangan dan
sebelum terjadi kecemasan
Bencana
Dapat mengelola
beban
psikologis sehingga
tidak
berlanjut kepada
gangguan kesehatan
mental
Program Rehabilitasi Bidang Pelayanan Publik

Komponen Ele Indikat


men or
1. Pelayanan Puskesmas Dapat kembali
kesehatan pembantu, melakukan
puskesmas, RSU, pelayanan kesehatan
Klinik bersalin pada korban bencana
2.Pelayanan SD, SMP, SMA, SMK, Dapat memulai
pendidikan PT kembali kegiatan
pendidikan,
khususnya pendidikan
dasar
3. Pelayanan Pasar, warung/toko, Dapat memulai kembali
perekonomian industri proses
produksi dan
konsumsi, pertukaran
barang dan jasa
4. Pelayanan RT/RW, Kelurahan, Dapat memulai kembali
perkantoran/ Kecamatan, pelayanan umum:
Pemerintah Kabupaten/Kota ketertiban,
keamanan, izin-izin dll.
5. Pelayanan Musholla, masjid, Warga dapat
peribadatan gereja, kapel, Vihara, menjalankan
Klenteng kegiatan peribadatan
bersama/berjamaah.
Program Rekonstruksi Fisik

No. Komponen Eleme Indikat


n or
1. Permukiman  Rumah Kondisi bangunan
,  Gedung berfungsi penuh dengan
perkantoran Perkantoran baik sehingga proses
dan fasilitas  Gedung sekolah kegiatan yang terjadi
umum  Rumah sakit didalamnya dapat
 Tempat ibadah berlangsung dengan
 Dll lancar, nyaman dan aman
seperti semula atau
bahkan lebih baik.
2. Perhubungan  Jalan Fasilitas perhubungan
 Jembatan berfungsi kembali secara
 Terminal penuh seperti semula
 Pelabuhan secara lancar, nyaman
 Bandar Udara dan aman untuk
 Jaringan jalan mendukung kegiatan
Kereta Api dan perekonomian dan sosial.
Stasiunnya
3. Air bersih dan Jaringan air bersih  Jaringan air bersih
Sanitasi dan Sanitasi berfungsi kembali
pelayanan air bersih
untuk
masyarakat,
perkantoran, industri
dan fasilitas umum
lainnya dapat berjalan
sepenuhnya.
 Jaringan pelayanan
sanitasi dapat berfungsi
dengan baik untuk
meningkatkan kesehatan
masyarakat dan
menjaga lingkungan
dari
kerusakan akibat
pencemaran limbah.
4. Listrik Jaringan listrik Jaringan listrik berfungsi
kembali sehingga
pasokan listrik bagi
berbagai jenis pemakai
dapat berjalan dengan
baik secara
penuh dan andal.
5. Telekomunikas Jaringan Jaringan
i telekomunikasi telekomuni
kasi berfungsi penuh
melayani semua
kebutuhan masyarakat
dalam jangka panjang
dan dapat berfungsi
dalam keadaan darurat
bencana di masa depan.
6. Drainase Jaringan Jaringan drainase
drainase permukiman dan
permukiman perkotaan berfungsi
dan kembali sehingga tidak
perkotaan menimbulkan
genangan yang
dapat
mengganggu aktivitas
7. Jaringan  Jaringan air  Jaringan air limbah atau
air limbah air kotor dapat
limbah industri berfungsi kembali
dan  Jaringan air sehingga tidak
pengelola limbah menimbulkan
an permukiman pencemaran badan air;
sampah  TPS,TPA,  Sistim pengelolaan
sistim sampah berjalan penuh
pengelolaan melayani
sampah padat kebutuhan masyarakat
dalam penanganan
sampah padat.

No. Komponen Eleme Indikat


n or
8. Irigasi Jaringan air irigasi Jaringan air irigasi dapat
mengaliri perkebunan dan
persawahan sehingga
salah satu sector
perekonomian dapat
berjalan dengan normal.
Program Rekonstruksi Non Fisik

No Komponen Ele Indikat


. men or
1. Pelayanan Penyediaan tenaga Semua pelayanan
kesehatan medis dan non-medis, kesehatan berfungsi
penyuluhan masyarakat kembali dengan
mengenai kesehatan, penuh dan lancar
penyediaan pasokan serta lebih baik dari
obat dan peralatan semula.
medis, dsb.
No Komponen Eleme Indikat
. n or
2. Pelayanan Penyediaan tenaga Semua pelayanan
pendidikan kependidikan, pendidikan berfungsi
pengembangan kurikulum kembali dengan
terutama terkait dengan penuh dan lancar
kebencanaan dan upaya serta lebih baik dari
pengurangan risiko semula
bencana, kegiatan belajar
mengajar, dsb.
3. Pelayanan Perdagangan pasar Semua pelayanan
perekonomian tradisional, inudstri, perekonomian
angkutan logistik, dsb berfungsi kembali
dengan penuh dan
lancar serta lebih
baik dari
semula
4. Pelayanan Layanan surat-surat Semua pelayanan
pemerinta kependudukan, IMB, pemerintah/umum
h/ umum pertanahan, izin-izin berfungsi kembali
kegiatan ekonomi dengan penuh dan
(izin usaha, dll), fungsi- lancar serta lebih baik
fungsi pemerintahan dan dari semula
administrasi,
dll
5. Pelayanan kegiatan peribadatan, Semua pelayanan
peribadat pertemuan, perayaan dan peribadatan
an aktivitas keagamaan lain berfungsi kembali

32
dengan penuh dan
lancar serta lebih
baik dari
semula

BAB III

33
PENUTUP

A. Kesimpulan
Angin puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih
dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum
5 menit. Penyebab terjadinya angin puting beliung disebabkan karena udara panas
dan dingin bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting beliung.
Terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim pancaroba
pada siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat
radiasi matahari di siang hari tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya di dalam
awan tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang
cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan yang tinggi menghembus
ke permukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak.

B. Saran
Sebagai mahasiswa, kita harus mengetahui dan memahami ciri-ciri dan
karakteristik angin puting beliung, di samping itu kita pun harus mengetahui cara
penanggulangan dan antisipasinya jika suatu hari nanti dihadapkan pada bencana
angin puting beliung dilingkungan kita.

DAFTAR PUSTAKA

34
https://www.ayobandung.com/read/2019/11/01/68815/puting-beliung-dominasi-
bencana-alam-di-indonesia-tahun-ini
https://regional.kompas.com/read/2019/09/12/16185641/32-rumah-diterjang-angin-
puting-beliung-4-di-antaranya-rusak-berat
https://news.detik.com/berita/d-4767607/bnpb-16-orang-tewas-akibat-puting-beliung-
periode-januari-oktober-2019
http://meteo.bmkg.go.id/.
http://www.bnpb.go.id/uploads/pubs/559.pdf,
http://www.bnpb.go.id/uploads/pubs/576.pdf,
http://dibi.bnpb.go.id/DesInventar/dashboard.jsp?countrycode=id&continue=y&lang=ID ,
http://geospasial.bnpb.go.id/2010/02/19/peta-indeks-ancaman-bencana-angin-puting-beliung-di-
indonesia/,

35

Anda mungkin juga menyukai