PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di khatulistiwa memiliki
perairan yang sangat luas yakni sekitar 5.193.250 km² berdasarkan deklarasi
Djuanda tahun 1960. Selain perairan laut yang luas, kekayaan alam serta
topografi wilayah Indonesia yang begitu beragam membuat iklim di Indonseia
juga beragam. Contohnya saja NTT yang memiliki iklim padang rumput sangat
berbeda dengan Lembang yang memiliki iklim pegunungan. Demikian juga
dengan cuaca. Meskipun yang selama ini dikenal hanya terdapat 2 musim di
Indonesia, adapula musim peralihan atau kerap disebut pancaroba yang juga
memiliki pengaruh besar pada keadaan atmosfer Indonesia. Di musim ini, terjadi
peralihan antara musim hujan menuju musim kemarau dan sebaliknya, saat
musim kemarau beralih ke musim hujan. Di bulan-bulan musim peralihan cuaca
di Indonesia terkadang tak mudah di prediksi. Di musim ini pula kerap terjadi
bencana alam seperti hujan badai, angin kencang dan angin puting beliung.
Akhir-akhir ini pemberitaan mengenai bencana alam puting beliung sering
terdengar di berbagai wilayah di Indonesia. Walaupun tak dialamai dalam 1
waktu yang bersamaan, bencana alam ini terjadi bergilirin dalam jangka waktu
beberapa bulan di hampir seluruh Indonesia , mulai dari pulau Sumatera, Jawa,
Kalimantan dan Sulawesi. Berbagai kerugian akibat bencana itu diantarannya
adalah jatuhnya korban, kerusakan rumah dan bangunan-bangunan strategis
seperti kantor pemerintahan, rumah ibadah, sekolah, pertokoan dan tiang listrik,
kerusakan kendaraan serta bangunan lain seperti kandang ternak. Selain itu
kerugian lain yang tak dapat dinilai harganya ialah roboh dan tercabut pohon-
pohon dari akarnya.
Semua kerugian yang diakibatkan bencana tentunya bukan hal yang
diinginkan banyak orang. Maka dari itu untuk mereduksi besarnya risiko kerugian
yang dialami, diperlukanlah suatu langkah yang strategis dan taktis yang
dilakukan baik sebelum bencana, saat bencana serta setelah bencana untuk
mengupayakan sekecil mungkin kerugian yang didapat akibat bencana.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Fenomena Puting Beliung Di Indonesia?
2. Apa Saja Ciri- Ciri Angin Puting Beliung?
3. Apa Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung?
4. Bagaimana Proses Terjadinya Angin Puting Beliung?
5. Apa Saja Dampak dari Angin Puting Beliung?
6. Bagaimana Mitigasi Bencana Puting Beliung?
7. Bagaimana Proses Rehabilitasi dan Rekontruksi Pasca Bencana?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Inovasi Mitigasi
Pada dasarnya ide pengembangan website yang menyuguhkan informasi
peringatan dini akan cuaca ekstrim sudah cukup bagus. Namun sayangnya di
samping publikasinya yang tidak maksimal tampilan cara penyuguhan informasi
juga dirasa kurang menarik serta isi website yang terpaku hanya ada perkiraan
wilayah saja.
Padahal, sudah tak dapat dipungkiri lagi bahwa kehidupan manusia jaman
sekarang sebagian besar dihabiskan di depan layar komputer. Dengan demikian
arus informasi yang didapkan pun lebih banyak lewat dunia maya. Website milik
pemerintahan seperti bmkg.go.id dan bnpd.go.id siharapkan menjadi sumber
informasi yang terbaru serta terpercaya bagi masyarakat.
Upaya mengembangkan inovasi dalam hal mitigasi bencana lewat website
ini perlu lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah. Semestinya informasi
peringatan dini di bmkg.go.id/peringatan/ekstrim/ juga dilengkapi dengan
prakiraan intensitas hujan peta distribusi hujan serta peta kecepatan angin di
wilayah indonesia. Dengan demikian tentunya laman ini akan lebih berguna bagi
penggunanya. Penyampaian yang lebih komunikatif dan interaktif dalam hal
penjelasan sebuah fenomen juga diharapkan agar pengguna dapat lebih tertarik
untuk mempelajari asal mula sebuah fenomena.
Publikasi yang gencar mempengaruhi ketercapaian tujuan mitigasi via
dunia maya ini. Saat ini banyaknya media sosial dapat dijadikan jalan untuk
publikasi yang lebih intens.
Pemasangan poster-poster yang informatif, sederhana dan dan menarik cocok
dilakukan di media sosial. Selain media sosial, media cetak dan media elektronik
seperti televisi dan radio juga penting dikarenakan tak semua wilayah Indonesia
mendapat sinyal internet.
Cara yang paling mujarab dalam upaya pencerdasan masyarakat mengenai
kebencanaan nasional ini juga dapat dilakukan lewat program televisi. Untuk ke
depannya, televisi swasta maupun pemerintahan dapat menayangkan sebuah
program yang berisi hal-hal mengenai kebencanaan diantaranya; jenis bencana
yang kerap terjadi di Indonesia serta gejalanya, penjelasan peta acaman bencana,
risiko bencana yang akan ditimbulkan berdasarkan intensitas bencana tersebut
serta upaya-upaya yang dapat dilakukan
Mobilisasi Sumberdaya
Mobilisasi sumberdaya yang meliputi sumberdaya manusia, peralatan,
material dan dana dilakukan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang
tersedia. Sumberdaya manusia yang memahami dan mempunyai
ketrampilan secara profesional sangat diperlukan dalam semua proses dan
kegiatan rehabilitasi pascabencana. Sumberdaya yang berupa peralatan,
material dan dana disediakan dan siap dialokasikan untuk menunjang
proses rehabilitasi.
Pelaksanaan Rehabilitasi
Pelaksanaan rehabilitasi meliputi kegiatan perbaikan fisik dan
pemulihan fungsi non-fisik. Kegiatan rehabilitasi dilaksanakan di
wilayah yang terkena bencana maupun wilayah lain yang dimungkinkan
untuk dijadikan wilayah sasaran kegiatan rehabilitasi. Kegiatan rehabilitasi
dilakukan oleh BNPB jika status bencana adalah tingkat nasional atau atas
inisiatif sendiri BNPB dan atau BPBD untuk status bencana daerah.
Kegiatan rehabilitasi juga dimungkinkan untuk melibatkan banyak
pemangku kepentingan dan masyarakat.
Pelaksanaan Rehabilitasi
1) Penyiapan infrastruktur : organisasi dan prasarana fisik.
2) Penyaluran bantuan (dalam tahapan)
Dana perbaikan.
Komponen bangunan dan material.
Peralatan pembangunan.
Pendampingan: Tenaga ahli (konsultan
teknis) dan/atau fasilitator dan/atau tenaga kerja.
3) Pengendalian pasar dan pasokan material
Perencanaan & monitoring kebutuhan.
Kerjasama dengan produsen & pemasok.
4) Pelaksanaan fisik oleh masyarakat (dengan
pendampingan)
Gotong-royong, padat-karya.
Pemborongan (kontrol oleh masyarakat).
Penunjukan (kontrol oleh masyarakat).
5) Monitoring & Evaluasi
Monitoring periodik.
Evaluasi akhir program
32
dengan penuh dan
lancar serta lebih
baik dari
semula
BAB III
33
PENUTUP
A. Kesimpulan
Angin puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih
dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum
5 menit. Penyebab terjadinya angin puting beliung disebabkan karena udara panas
dan dingin bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting beliung.
Terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim pancaroba
pada siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat
radiasi matahari di siang hari tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya di dalam
awan tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang
cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan yang tinggi menghembus
ke permukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak.
B. Saran
Sebagai mahasiswa, kita harus mengetahui dan memahami ciri-ciri dan
karakteristik angin puting beliung, di samping itu kita pun harus mengetahui cara
penanggulangan dan antisipasinya jika suatu hari nanti dihadapkan pada bencana
angin puting beliung dilingkungan kita.
DAFTAR PUSTAKA
34
https://www.ayobandung.com/read/2019/11/01/68815/puting-beliung-dominasi-
bencana-alam-di-indonesia-tahun-ini
https://regional.kompas.com/read/2019/09/12/16185641/32-rumah-diterjang-angin-
puting-beliung-4-di-antaranya-rusak-berat
https://news.detik.com/berita/d-4767607/bnpb-16-orang-tewas-akibat-puting-beliung-
periode-januari-oktober-2019
http://meteo.bmkg.go.id/.
http://www.bnpb.go.id/uploads/pubs/559.pdf,
http://www.bnpb.go.id/uploads/pubs/576.pdf,
http://dibi.bnpb.go.id/DesInventar/dashboard.jsp?countrycode=id&continue=y&lang=ID ,
http://geospasial.bnpb.go.id/2010/02/19/peta-indeks-ancaman-bencana-angin-puting-beliung-di-
indonesia/,
35