Anda di halaman 1dari 11

ANALISA VIDEO PENGELOLAAN PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG

MELETUS

Disusun Oleh:
1. Diah Ummul Nafisa 30901800045
2. Diana Mufida 30901800046
3. Diana Sismi Alfi Nurani 30901800047
4. Dian Lestari 30901800048
5. Dian Pratiwi 30901800049
6. Dian Puji Astuti 30901800050
7. Durrotun Anisah 30901800052
8. Dwi Nanik Indraini 30901800054
9. Dyki Maharani Hyatunnufus GP 30901800055
10. Elimunisa 30901800056
11. Elma Safitri 30901800057
12. Elsa Rosyana 30901800058
13. Erma Esti Mukholifah 30901800059

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki busur


gunung api terpanjang di dunia. Indonesia memiliki 127 gunung api
aktif, atau sekitar 13% gunung api aktif di dunia terletak di Indonesia
[CITATION mri15 \l 1057 ].Menurut data indeks risiko bencana per
Provinsi di Indonesia, menunjukkan bahwa Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) termasuk dalam kelas risiko tinggi dengan
ancaman salah satunya yaitu erupsi Gunung Merapi [ CITATION
RAr15 \l 1057 ].

Bencana geologi masih sering terjadi di Indonesia karena


letak geografis Indonesia yang terletak pada pertemuan empat
lempeng yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik [ CITATION Wia17 \l 1057 ].
Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI)-BNPB, menyatakan bahwa
lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode 2005 sampai 2015
telah terjadi lebih dari 78% (11.648) insiden bencana hidro
Meteorologi dan sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi
(gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dan tanah longsor).
Jumlah kejadian bencana untuk kedua jenis kelompok bencana
tersebut relatif terus meningkat [ CITATION mri15 \l 1057 ].

Peristiwa bencana gunung meletusdi DIY terjadi pada


Oktober sampai dengan November 2010 yaitumelutusnya Gunung
Merapi. Bencana tersebut menelan korban jiwa sebanyak 223 jiwa
meninggal dunia. Ada182 jiwa meninggal karenaluka bakar dan 41
jiwa meninggal karena nonluka bakar. Selain itu,korban
selamatyangdirawat di rumah sakitada236 jiwa. Jumlah pengungsi
mencapai 374.202 jiwa dengan jumlah titik pengungsian sebanyak
314 titik4).Kejadian tersebut juga berdampak pada kerugian
bangunan, tanaman, lahan, serta hewan ternak yang dimiliki oleh
masyarakat.

Status Gunung Merapi sejak Senin 21 Mei 2018 sudah


dinaikan dari normal (level1) menjadi waspada (level2) karena
aktivitas Gunung Merapi yang ditandai dengan beruntunnya letusan
freatik dan diikuti kegempaan sehingga Balai Penyelidikan dan
Pengembangan Kebencanaan Geologi Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (BPPTKG PVMBG)menaikkan status dari
Gunung Merapi. Untuk mencegah terjadinya banyak korban jiwa
pada saat bencana Gunung Merapi, diperlukan adanya
kesiapsiagaanbencana. Konsep manajemen bencana saat ini
mengalamipergeseran pradigma menjadi berkembang ke arah
pendekatan pengelolaan risiko yang lebih fokus pada upaya-upaya
pencegahan dan mitigasi baik yang bersifat struktural dan
nonstruktural di daerah-daerah yang rawan bencana dan upaya
membagun kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan sangat pentingdilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan daya guna (UUNo. 24 Tahun 2007).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gunung Berapi
Gunung berapi atau gunung api atau vulkan secara umum adalah
istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas
yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi
sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material
yang dikeluarkan pada saat meletus.

B. Jenis gunung berapi mengacu pada bentuknya

1. Gunung berapi kerucut atau gunung berapi strato (strato vulcano)

2. Gunung berapi perisai (shield volcano).

3. Gunung berapi maar

4. Gunung berapi besar atau gunung berapi supervolcano

C. Berdasarkan sumber erupsi gunung berapi dapat diklasifikasikan


menjadi :

1. Letusan Pusat : Erupsi melalui kawah utama.

2. Letusan Sekunder : Erupsi kemiringan tubuh gunung.

3. Retak Erupsi : Erupsi yang muncul pada retakan / patahan yang dapat
meluas hingga beberapa kilometer.

4. Erupsi Eksentrik : Erupsi lateral yaitu magma yang keluar tidak datang
dari kawah pusat yang menyimpang ke samping, tetapi langsung dari
dapur magma melalui kawahnya.
D. Berdasarkan tipe erupsi gunung berapi dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa tipe yaitu :

1. Tipe Hawaii

Letusan eksplosif magma basaltik atau batu pijar basal. Biasanya


dalam bentuk serpihan lava pijar dan, sering, secara bersamaan, diikuti
oleh lava lava, yang terjadi di parit atau kawah sederhana.

2. Tipe strombolian

Letusan tersebut hampir sama dengan Tipe Hawaii namun bentuk


ledakan magma superfisial. Biasanya terjadi di gunung berapi aktif di
tepi benua atau pusat benua.

3. Tipe Plinean

Erupsi ini sangat dipengaruhi oleh magma dengan viskositas tinggi


atau magma asam dengan komposisi magma andesit dengan sifat
rhyolitic. Bahan yang diserap adalah sejumlah batu apung.

4. Tipe subplinian

Letusan magma (rhyolitic) gunung berapi yang eksplosif. Tahap


erupsi efusif menghasilkan kubah lava rhyolitic. Erupsi subplineal
dapat menyebabkan pembentukan inflamasi.

5. Tipe Ultra-Plinean

Letusan yang sangat eksplosif menghasilkan endapan batuan yang


lebih besar daripada Plinian biasa.

6. Tipe Vulkanik

Erupsi magmatik terdiri dari andesit basaltik dalam dasit. Secara


umum, bom vulkanik atau potongan di dekat kawah dan sering disertai
dengan bom kerak atau permukaan retak. Bahan yang diserap tidak
hanya berasal dari magma, tetapi dicampur dengan batuan lateral
berbentuk batu.

7. Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian


Kedua jenis ini adalah letusan yang terjadi di pulau-pulau vulkanik,
gunung berapi bawah laut atau gunung berapi yang memiliki kawah.
Surtseyan adalah letusan interaksi antara magma basaltik dan air
permukaan atau air tanah. Erupsi ini disebut phreatomagmatic. Jenis-
jenis Freatoplin memiliki proses peristiwa yang sama dengan
Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air memiliki
komposisi rhyolitic.

E. Berdasarkan waktu meletus gunung berapi dibagi menjadi tiga jenis


yaitu :

1. Gunung Api Tipe A

Gunung yang tercatat sudah pernah terjadi erupsi magmatik


sekurang-kurangnya satu kali setelah tahun 1600

2. Gunung Api Tipe B

Gunung yang setelah tahun 1600 belum tercatat mengalami erupsi


magmatik tetapi masih menunjukkan gejala aktivitas vulkanik seperti
kegiatan solfatara

3. Gunung Api Tipe C

Gunung yang sejarah erupsinya belum diketahui atau tidak


diketahui dalam catatan manusia, tetapi masih ada tanda-tanda
aktivitas masa lampau dalam bentuk lapangan solfatara/fumarola di
tingkah lemah.

F. Dampak Gunung Meletus

Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang


berbahaya bagi organisme yang dilaluinya, Karena itu kewaspadaan
mutlak diperlukan. Berikut ini hal negatif yang bisa terjadi saat gunung
meletus:
1. Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung
bermacam-macam gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas
Hidrogen sulfide atau H2S, No2 atau Nitrogen Dioksida serta beberapa
partike debu yang berpotensial meracuni makhluk hidup di sekitarnya.

2. Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua


aktivitas penduduk di sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk
kegiatan ekonomi.

3. Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu
vulkanik panas akan merusak permukiman warga.

4. Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak
terbakar dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.

5. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi


menyebabkan sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.

6. Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan


dengan adanya letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan
juga Gunung Merapi, kedua gunung ini dalam kondisi normal
merupakan salah satu destinasi wisata terbaik bagi mereka wisatawan
pecinta alam.
Selain dampak negatif, jika ditelaah, letusan gunung berapi juga
sebenarnya membawa berkah meski hanya bagi penduduk yang ada di
sekitar. Apa saja? Berikut uraiannya:

1. Tanah yang dilalui oleh hasil vulkanis gunung berapi sangat baik bagi
pertanian sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur dan
bisa menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi
penduduk sekitar pegunungan yang mayoritas petani, hal ini sangat
menguntungkan.

2. Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang
telah meletus, apa itu? Jawabannya penambang pasir. Material vulkanik
berupa pasir tentu memiliki nilai ekonomis.
3. Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung berapi
saat meletus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bangungan warga sekitar gunung.

4. Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan


tumbuh lagi pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem
yang juga baru.

5. Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air
panas yang keluar dari dalam bumi dengan berkala atau secara periodik.
Geyser ini kabarnya baik bagi kesehatan kulit.

6. Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan
kandungan mineral yang sangat melimpah.

7. Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini


potensial terjadi sebab gunung adalah penangkan hujan terbaik.

8. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik
didirikan pembangkit listrik.

G. Analisa video bencana Gunung Meletus

Dinformasikan telah terjadi bencana Gunung Meletus pukul 10.00


WIB di Desa Wonogiri, Kecamatan Puncu, Kediri. Informasi tersebut
disampaikan oleh Kepala Desa Wonogiri yang menghubungi Ibu Camat
setelah itu diinfokan kepada BPBD untuk menindak lanjuti. Pihak BPBD
dalam menindak lanjuti mengarahkan Tim SAR, Tim Medis, dan RS
rujukan untuk para korban. Sebelum Tim SAR, Tim medis dan Tim Triase
menuju ke lokasi diberikan arahan terlebih dahulu terutama untuk Tim
Triase melakukan evakuasi sebelumnya memberikan instruksi yang akan
diberikan pada korban dengan pita warna merah untuk luka berat dan
mengancam nyawa, pita warna kuning untuk luka sedang dan tidak
mengancam nyawa, pita warna hijau untuk luka ringan dan tidak
mengancam nyawa dan pita warna hitam untuk meninggal dunia serta
memperhatikan Airway, Breathing, dan Circulation. Setelah itu tim
masing-masing menuju lokasi evakuasi untuk menolong korban. Instruksi
untuk korban yang masih bisa berjalan mengikuti arahan yang tidak bisa
berjalan melambaikan atau berteriak.

Terdapat beberapa korban yang mengalami luka ringan dan dapat


berjalan diberikan pita warna hijau, lalu korban yang mengalami luka berat
dan tidak dapat berjalan segera diberikan perawatan di tenda darurat.
Adapun pasien yang tidak sadarkan diri lalu dicek nadi dan pernapasan
setelah itu diberikan oksigen dan dilakukan kompresi setelah itu dibawa ke
tenda darurat serta korban yang meninggal dunia diberikan pita warna
hitam dan dipindahkan di tempat yang lebih aman. Dapat diinformasikan
keseluruhan korban 38 luka berat, 15 luka ringan dan 54 meninggal dunia.

Adapun upaya pemerintah Desa Wonogiri dalam menanggulangi pra


bencana gunung meletus, yaitu menginformasikan H-2 terjadinya bencana
gunung meletus kepada warga agar keluar dari rumah dan dievakuasi
ditempat yang lebih aman dan saat ini pemerintah masih berupaya
menolong warga yang terperangkap di dalam rumah. Adapun yang
disampaikan oleh warga yang selamat dari bencana bantuan seperti makan,
pakaian, air bersih dan lain-lain masih minim. Sehingga harapannya
pemerintah dapat segera memberikan bantuan yang memadai terhadap
bencana yang sedang dihadapi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap individu memiliki pengetahuan berbeda-beda sesuai


pengalaman dan informasi yang didapatkan bahwa ilmu pengetahuan
dapat diterima dari berbagai sarana dan informasi sehingga pengetahuan
terhadap manajemen bencana dapat diterima. Berdasarkan video tersebut
penanganan dapat berlangsung dengan lancar dan korban dapat teratasi
dengan baik.

B. Saran

Untuk sekolah-sekolah di daerah rawan bencana disarankan materi


kesiapsiagaan menghadapi bencana dijadikan sebagai bahan kajian dalam
kurikulum sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, M. R. (2015). Risiko Bencana Indonesia. Jakarta: BNPB.


R Aryawan, S. P. (2015). Buku Perencanaan Pembangunan Daerah 2015:
Membangun Ketangguhan Bangsa Melalui Upaya Pengurangan Risiko
Bencana”, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta.
Susilo, C. (2017). Keterlibatan AnakPrasekolah tentang Pengenalan
Kesiapsiagaan Bencana Alam Melalui Metoda Simulasi. Indonesian
Journal of Health Volume 9, Nomor 1, Desember 2017.
Wiarto, G. (2017). Tanggapdarurat Bencana Alam. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai