Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara geografis Indonesia dikepung oleh tiga lempeng dunia, yaitu Lempeng
Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Sewaktu – waktu lempeng ini
akan bergeser patah dan menimbulkan gempa bumi. Akibatnya, tumbukan antarlempeng
tektonik dapat menghasilkan tsunami seperti yang terjadi di Aceh. Selain dikepung oleh
tiga lempeng dunia, Indonesia juga merupakan jalur The Pasific Ring of Fire (Cincin Api
Pasifik) yang merupakan rangkaian jalur gunung api aktif.
Indonesia juga merupakan negara yang jumlah gunung apinya sangat banyak.
Tidak kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh gunung api yang
ada di dunia, terdapat di Indonesia. Karena banyaknya gunung api, maka Indonesia rawan
dari bencana letusan gunung api. Sejak tahun 1.000 tercatat lebih dari 1.000 letusan dan
memakan korban manusia tidak kurang dari 175.000 jiwa. Letusan gunung Tambora pada
tahun 1815 dan gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan dua di antara letusan yang
paling hebat yang telah memakan banyak korban. Sekiranya kepadatan penduduk seperti
sekarang, tentulah letusan itu akan membawa bencana yang lebih besar.
Selain itu peristiwa gunung meletus yang telah terjadi di Indonesia lainnya seperti
peristiwa gunung kelud, merapi, galunggung juga telah menyebabkan perubahan iklim
global dan menyebabkan gelapnya dunia hingga kurun waktu 2 setengah hari akibat
tertutupnya atmosfir oleh debu vulkanis. Akibatnya dampak debu gunung api tersebut
menyebabkan banyak munculnya masalah kesehatan seperti sesak napas, iritasi kulit dan
mata.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Faktor Penyebab Kondisi Bencana Gunung Meletus ?
2. Bagaimana Penilaian Resiko Bencana Gunung Meletus ?
3. Bagaimana Perencanaan dalam Menghadapi Kondisi Bencana Gunung Meletus ?
4. Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat dalam Kondisi Gunung Meletus ?
5. Apa Permasalahan Kesehatan dan solusi dalam Kondisi Gunung Meletus ?
6. Bagaimana Prinsip Penanggulangan Bencana Gunung Meletus ?
7. Bagaimana Teknik Evakuasi Bencana Gunung Meletus ?
8. Bagaimana Perawatan dalam Kondisi Bencana Gunung Meletus ?
9. Bagaimana Pemenuhan Kebutuhan jangka Panjang dalam Kondisi Bencana Gunung
Meletus?

C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Kondisi Bencana Gunung Meletus
2. Untuk Memahami Penilaian Resiko Bencana Gunung Meletus
3. Untuk Memahami Perencanaan dalam Menghadapi Kondisi Bencana Gunung
Meletus
4. Untuk Memahami Pemberdayaan Masyarakat dalam Kondisi Gunung Meletus
5. Untuk Mengetahui Permasalahan Kesehatan dan solusi dalam Kondisi Gunung
Meletus
6. Untuk Memahami Penanggulangan Bencana Gunung Meletus
7. Untuk Mengetahui Teknik Evakuasi Bencana Gunung Meletus
8. Untuk Mengetahui Perawatan dalam Kondisi Bencana Gunung Meletus
9. Untuk Mengetahui Pemenuhan Kebutuhan jangka Panjang dalam Kondisi Bencana
Gunung Meletus
BAB II

PEMBAHASAN

A. FAKTOR PENYEBAB KONDISI BENCANA GUNUNG MELETUS

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat


didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat meletus.
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma
adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat
tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C.Cairan magma yang keluar dari dalam
bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan
gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius
18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus
disebut gunung berapi aktif. Terdapat beberapa hal yang dapat meneyebabkan gunung
meletus, diantaranya yaitu :
1. Kegiatan gunung berapi menyebabkan zona kegempaan aktif di sekitarnya.
2. Erupsi gunung berapi yang memuntahkan lava dan awan panas hingga mencapai
suhu di atas 1000’C
3. Lahar yang tertampung di kantong-kantong sekitar kawah gunung, jika terjadi hujan
akan menyebabkan banjir lahar dingin.
4. Peningkatan kegempaan vulkanik
5. Suhu kawah meningkat secara signifikan
6. Terjadinya deformasi badan gunung
7. Lempeng lempeng bumi yang saling berdesakan
8. Akibat tekanan yang sangat tinggi

B. PENILAIAN RESIKO BENCANA GUNUNG MELETUS


Indonesia merupakan negara yang jumlah gunung apinya sangat banyak. Tidak
kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh gunung api yang ada
di dunia, terdapat di Indonesia.Karena banyaknya gunung api, maka Indonesia rawan dari
bencana letusan gunung api. Selain membawa bencana, gunung api merupakan sumber
pembawa kemakmuran. Tanah yang subur selalu menutupi tubuhnya . Karena itu,
penduduk selalu tertarik untuk menetap dan mendekati gunung api, walaupun tempat
tersebut diketahuinya berbahaya. Di sinilah terletak permasalahan gunungapi di
Indonesia, disatu pihak merupakan sumber bencana, tapi di lain pihak merupakan sumber
kesejahteraan.Karena kondisi tersebut, maka penanggulangan bencana gunung api tidak
hanya terpusat pada gunung api, tetapi masyarakat sekitar gunung api yang kadang tidak
mudah untuk dievakuasi. Alasannya selain karena keterikatan dengan rumah dan lahan
pertanian, juga karena adanya kepercayaan tertentu terhadap gunung api. Jadi
penanggulangannya juga mencakup aspek sosial budaya.
Ketika gunung berapi akan meletus, biasanya akan memunculkan beberapa tanda
yang bisa menjadi isyarat bahwa akan terjadi letusan gunung api dalam waktu dekat yang
diantaranya yaitu :
1. Suhu di sekitar gunung naik. Hal ini menunjukkan terjadu kenaikan aktifitas
Merapi.
2. Mata air menjadi kering.
3. Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
4. Tumbuhan di sekitar gunung layu
C. PERENCANAAN DALAM MENGHADAPI KONDISI BENCANA GUNUNG
MELETUS
Secara umum perencanaan dalam penanggulangan bencana dilakukan pada setiap
tahapan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, agar setiap kegiatan dalam
setiap tahapan dapat berjalan dengan terarah, maka disusun suatu rencana yang spesifik
pada setiap tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Selain itu ada beberapa
persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi letusan gunung api antara lain :
1. Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat
gempa (seismograf).
2. Tanggap Darurat, yaitu mengevaluasi laporan dan data, membentuk tim Tanggap
Darurat, mengirimkan tim ke lokasi, melakukan pemeriksaan secara terpadu.
3. Pemetaan, peta kawasan rawan bencana gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat
bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, lokasi
pengungsian, dan pos penanggulangan bencana.
4. Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia.
5. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat
terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi.

D. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KONDISI GUNUNG MELETUS


A. Menyiapkan sumber daya. Pada tahap awal perlu disiapkan sumber daya manusia,
logistik, alat media dan informasi yang diperlukan.
B. Melakukan pendekatan advokasi (ke tomas, toga, toda, pemerintah nagari/jorong)
untuk memperoleh dukungan.
C. Membentuk kelompok kerja (pokja/ksb), di masyarakat pokja ini sebagai wadah
untuk (komunikasi dan informasi) membahas berbagai keperluan berkaitan dengan
pemberdayaan.
D. Mengidentifikasi anggota masyarakat yang akan dilatih/diberdayakan (sebagai kader)
E. Melakukan pelatihan dengan memberi pengetahuan tentang ancaman/potensi dan
risiko bencana gunung meletus pada daerah masing-masing.
F. Melakukan pembinaan untuk keberlangsungan kegiatan.

Tujuan dilakukannya pemberdayaan masyarakat ini adalah :


1. Terwujudnya komitmen masyarakat dalam menghadapi bencana gunung meletus.
2. Terlaksananya kesiapsiagaan dan kemampuan masyarakat dalam upaya
penanggulangan bencana.
3. Terwujudnya kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam melaksanakan upaya
pengurangan risiko bencana gunung meletus.
E. PERMASALAHAN KESEHATAN DAN SOLUSI DALAM KONDISI GUNUNG
MELETUS
Permasalahan kesehatan yang muncul pada kondisi gunung meletus yaitu dampak abu
gunungapi, dapat dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain dampak terhadap
pernapasan, penyakit mata, iritasi kulit dan dampak tidak langsung akibat abu gunung
api.
1. Dampak terhadap pernapasan
Pada beberapa letusan gunung api, partikel abu sangat halus sehingga dapat masuk ke
paru-paru ketika kita bernapas. Apabila paparan terhadap abu cukup tinggi, maka
orang yang sehatpun akan mengalami kesulitan bernapas disertai batuk dan iritasi.
Beberapa tanda-tanda penyakit pernapasan akut (jangka waktu pendek) akibat abu
gunungapi:
 Iritasi hidung dan pilek
 Iritasi dan sakit tenggorokan, kadang disertai dengan batuk kering
 Untuk penderita penyakit pernapasan, abu gunungapi dapat menyebabkan
penyakit menjadi serius seperti tanda-tanda bronkitis akut selama beberapa
hari (seperti: batuk kering, produksi dahak berlebih, mengi dan sesak napas)
 Iritasi saluran pernapasan bagi penderita asma atau bronkitis; keluhan umum
dari penderita asma antara lain sesak nafas, mengi dan batuk
 Ketidaknyamanan saat bernapas
2. Penyakit mata
Iritasi mata merupakan dampak kesehatan umum yang sering dijumpai. Hal ini terjadi
karena butiran-butiran abu yang tajam dapat merusak kornea mata dan membuat mata
menjadi merah. Pengguna lensa kontak diharapkan menyadari hal ini dan melepas
lensa kontak mereka untuk mencegah terjadinya abrasi kornea. Tanda-tanda umum
antara lain:
 Merasakan seolah-olah ada partikel yang masuk ke mata
 Mata menjadi sakit, perih, gatal atau kemerahan
 Mengeluarkan air mata dan lengket
 Kornea lecet atau tergores
 Mata merah akut atau pembengkakan kantong mata sekitar bola mata karena
adanya abu, yang mengarah pada memerahnya mata, mata terbakar dan
menjadi sangat sensitif terhadap cahaya.
3. Iritasi kulit
Meskipun jarang ditemukan, abu gunungapi dapat menyebabkan iritasi kulit untuk
sebagian orang, terutama ketika abu gunungapi tersebut bersifat asam. Tanda-
tandanya antara lain:
 Iritasi dan memerahnya kulit.
 Infeksi sekunder akibat garukan.
4. Dampak tidak langsung akibat abu gunung api
Selain risiko kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, dampak tidak langsung
dari hujan abu besar juga harus dipertimbangkan. Hal ini terutama timbul dari
konsekuensi sekunder hujan misalnya:
 Dampak terhadap jalan
Berkurangnya jarak pandang akibat abu gunungapi dapat menyebabkan
kecelakaan. Bahaya ini diperparah oleh jalan yang ditutupi oleh abu. Tidak
hanya marka jalan yang tertutup oeh abu gunungapi, namun jalanan menjadi
sangat licin baik oleh abu basah maupun licin. Akibatnya, pasokan bahan
kebutuhan dasar masyarakat dapat terhambat.
 Dampak terhadap ketersediaan sumber daya listrik
Hujan abu dapat menyebabkan pemadaman listrik. Hal ini mungkin memiliki
implikasi bagi kesehatan karena kurangnya pemanasan atau persyaratan
infrastruktur lain yang bergantung pada listrik. Abu basah memiliki sifat yang
konduktif, sehingga sangat penting memastikan pembersihan alat-alat listrik
harus diawali dengan memutus aliran listrik sebagai prosedur operasi yang
aman.
 Dampak terhadap ketersediaan air bersih
Hujan abu dapat mengakibatkan terkontaminasinya air bersih, penyumbatan
saluran air, serta kerusakan peralatan penyedia air bersih. Pasokan air terbuka
seperti tangki air di rumah-rumah sangat rentan terhadap hujan abu. Sedikit
saja abu yang masuk ke dalam tandon air dapat mengakibatkan permasalahan
kelayakan air minum. Meskipun risiko racun rendah, pH dapat dikurangi atau
disisi lain klorinasi terhambat. Selama dan setelah hujan abu, ada
kemungkinan kekurangan air yang diakibatkan oleh kebutuhan air ekstra
untuk bersih-bersih.
 Dampak terhadap sanitasi : tidak beroperasinya sistem sanitasi dapat
menyebabkan peningkatan penyakit di wilayah yang terkena hujan abu.
 Resiko atap runtuh
1) Atap bisa runtuh karena beban berat dari abu. Hal ini dapat berakibat
menyebabkan orang terluka bahkan meninggal bagi mereka yang tertimpa.
2) Bahaya atap runtuh ketika sedang membersihkan atap dari abu gunungapi
akibat tambahan beban berat seseorang di atas atap yang sudah tidak mampu
lagi menahan beban tambahan.
3) Pada beberapa letusan, beberapa orang meninggal setelah jatuh dari atap
rumah mereka saat membersihkan abu.
 Kesehatan hewan
Jika abu terlapis dalam asam fluorida, abu bisa sangat beracun untuk hewan
ternak jika mereka memakan rumput yang tertutup abu dan tanah.
Berikut beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi
dampak dari letusan gunung berapi, yaitu :
1. Kurangi berkendara
Segera setelah hujan abu, meskipun hanya hujan abu ringan, jarak
pandang dan kualitas udara dapat secara dramatis terkena dampaknya,
khususnya akibat resuspensi abu oleh lalu lintas. Air hujan dapat
memperbaiki kualitas udara, namun ini sifatnya hanya sementara sampai
abu menjadi kering kembali. Kami rekomendasikan agar Anda tidak
berkendara maupun tidak keluar rumah setelah hujan abu. Jika ada harus
berkendara, jaga jarak antara kendaraan Anda dengan kendaraan di depan
Anda serta berkendaralah pelan-pelan.

2. Kurangi jumlah abu di dalam rumah


Tutup semua pintu dan jendela selagi memungkinkan.
3. Perlindungan
Untuk kegiatan pembersihan abu gunung api, haruslah selalu
menggunakan masker. Jika masker tidak tersedia, gunakan masker dari
kain yang akan menyaring partikel abu yang menyebabkan iritasi
tenggorokan dan mata. Basahi kain dengan air akan meningkatkan
efektivitas penyaringan abu. Penderita bronkitis, emfisema dan asma
dianjurkan untuk tetap berada di dalam ruangan serta menghindari paparan
abu.
4. Perlindungan mata
Dalam lingkungan dengan abu gunungapi halus, pakai kacamata atau
kacamata korektif daripada lensa kontak untuk melindungi mata dari
iritasi.
5. Air minum
Setelah hujan abu ringan, biasanya aman mengkonsumsi air yang
terkontaminasi abu gunung api, namun akan lebih baik jika kita
menyaringnya terlebih dahulu sebelum mengkonsumsinya. Meskipun
demikian, abu akan meningkatkan kebutuhan klorin untuk mensterilkan
air. Hal ini menyebabkan air menjadi tidak layak minum bila dilihat dari
aspek mikrobiologis. Abu pada awalnya membuat rasa air menjadi tidak
enak dan pada akhirnya membuat air tidak aman untuk dikonsumsi. Cara
paling aman adalah dengan mempersiapkan stok air sebelum terjadinya
hujan abu. Persiapkan air minum yang cukup paling tidak untuk satu
minggu (satu galon atau 3-4liter, per orang per hari). Jika Anda
bergantung pada air hujan, tutuplah tangki air dan putus saluran pipa
sebelum hujan abu turun.
6. Sayuran yang ditanam di rumah
Sayuran yang tertutup abu gunung api di ladang aman untuk dikonsumsi
asal sebelum dikonsumsi sayuran tersebut harus dicuci dengan air bersih.

7. Pembersihan abu
Berilah sedikit air pada abu gunung api sebelum diangkat menggunakan
sekop. Berhati-hatilah dalam memberikan air pada abu di atas atap, karena
dapat menyebabkan kelebihan beban dan runtuhnya atap. Penyapuan abu
gunungapi kering akan menyebabkan abu terbang ke udara, hal ini harus
dihindari. Menyemprot abu dengan banyak air juga berpengaruh pada
ketersediaan air bersih di daerah yang padat penduduk.

F. PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG MELETUS


1. Penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus
a. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman-
ancamannya;
b. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman;
c. Membuat sistem peringatan dini;
d. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status
gunung api;
e. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang
diterbitkan oleh instansi berwenang;
f. Membuat perencanaan penanganan bencana;
g. Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan
kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan;
h. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting;
i. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api
(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).
Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan
status gunung api lewat radio komunikasi.
2. Penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus
a. Mengetahui lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus
memperhatikan hal-hal berikut :
a) Lengkapi semua informasi. Dan klasifikasi kebenaran berita
b) Bila benar berita di laporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan)
c) Berita distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja terkait (persiapan
tim)
d) Puskodalmet di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/ organisasi tugas
yang sudah ditetapkan saat preparednees)
e) Sistem Komunikasi memegang peran penting
b. Tugas pengendalian fasilitas dan logistic seperti :
a) Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan semua unit kerja
(fasilitas Puskodal, fasilitas dan logistik di lapangan)
b) Menyiapkan dan berkoordinasi dgn sektor lain dalam penyiapan
kebutuhan korban (RS lapangan, shektering pengungsi, jamban, air bersih,
transportasi tim dan korban)
c) Mampu mengelola semua bantuan logistik dari hasil koordinasi atau
bantuan
d) Lokasi bencana tindakan yang harus di lakukan :
1) Lakukan seleksi korban
2) Untuk memberikan prioritas pelayanan
3) Gunakan Label / Tag
4) Penyelamatan dan mengefaluasi korban maupun harta benda
5) Memenuhi kebutuhan dasar
6) Penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana
7) Perlindungan
8) Pengurusan pengungsi
3. Penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus
a) Rehabilitasi
Perbaikan lingkungan daerah bencana.
Perbaikan prasarana dan sarana umum.
Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
Pemulihan sosial psikologis.
Pelayanan kesehatan
Rekonsiliasi dan resolusi konflik
Pemulihan social ekonomi budaya
Pemulihan keamanan dan ketertiban
Pemulihan fungsi pemerintahan
Pemulihan fungsi pelayanan public
b) Rekonstruksi
Pembangunan kembali prasarana dan sarana
Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat
Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyarakat
Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik
Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan dunia usaha
dan masyarakat.
Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
Peningkatan fungsi pelayanan public
Peningkatam pelayanan utama dalam masyarakat.

G. TEKNIK EVAKUASI BENCANA GUNUNG MELETUS


1. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
2. Bersihkan tempat dari timbunan abu
3. Hindari berkendara didaerah terkena hujan abu, karena bisa merusak mesin motor,
rem, transmisi hingga pengapian
4. Ikuti informasi melalui sumber informasi yang ada (radio/tv) atau kontak instansi
terkait.
5. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar di tempat penampungan (pos
kesehatan lapangan)
6. Memeriksa kualitas air bersih dan sanitasi lingkungan
7. Melaksanakan surveilans penyakit menular dan gizi buruk yang mungkin timbul
8. Segera melapor ke dinkes kabupaten/kota bila terjadi KLB penyakit menular dan gizi
buruk
9. Memfasilitasi relawan, kader dan petugas pemerintah kecamatan dalam memberikan
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat luas, bimbingan pada
kelompok serta konseling pada individu yang berpotensi mengalami gangguan stress
pascatrauma.
10. Merujuk penderita yang tidak dapat ditangani dengan konseling awal dan
membutuhkan konseling lanjut, psikoterapi atau penanggulangan lebih spesifik
H. PERAWATAN DALAM KONDISI BENCANA GUNUNG MELETUS
1. Peran Perawat dalam intra bencana
a. Bertindak cepat
b. Melakukan pertolongan pertama
c. Menentukan status korban berdasarkan triase
d. Merujuk pasien segera yang memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
e. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
f. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
g. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create leadership).
h. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan dan
merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan
pertama.
2. Peran perawat pada pasca bencana
Menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah perawat berkerja sama dengan tenaga
kesehatan lain dalam memberikan bantuan kesehatan kepada korban seperti
pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi
bencana. Saat terjadi stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga
kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya
dan individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai
konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat
pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan
aman. Selain itu Perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan yang
difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam
bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu
membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang dimilikinya.
I. PEMENUHAN KEBUTUHAN JANGKA PANJANG DALAM KONDISI
BENCANA GUNUNG MELETUS

1. Bantuan Tempat Penampungan / Hunian Sementara


Bantuan penampungan/hunian sementara diberikan dalam bentuk tenda-tenda, barak,
atau gedung fasilitas umum/sosial, seperti tempat ibadah, gedung olah raga, balai
desa, dan sebagainya, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat tinggal
sementara.
2. Bantuan Pangan
Bantuan pangan diberikan dalam bentuk bahan makanan, atau masakan yang
disediakan oleh dapur umum
3. Bantuan Non Pangan
Bantuan non pangan diberikan kepada korban bencana dalam status pengungsi di
tempat hunian sementara pada pasca tanggap darurat, dalam bentuk:
a. Peralatan Memasak dan Makan Masing-masing rumah tangga korban
bencana dapat memperoleh bantuan peralatan memasak dan perlengkapan
untuk makan.
b. Kompor, Bahan Bakar, dan Penerangan
Masing-masing rumah tangga korban bencana dapat memperoleh sarana
memasak, yaitu kompor dan pasokan bahan bakar dan lampu penerangan
secara memadai.
c. Alat-alat dan Perkakas
Korban bencana dapat memperoleh bantuan alat-alat dan perkakas untuk
memperbaiki hunian sementara.
4. Bantuan Sandang
a. Perlengkapan Pribadi Perlengkapan pribadi merupakan kebutuhan manusia
yang sangat penting untuk melindungi diri dari iklim, memelihara kesehatan
serta mampu menjaga privasi dan martabat.
b. Kebersihan Pribadi Tiap rumah tangga memperoleh kemudahan mendapatkan
bantuan sabun mandi dan barang-barang lainnya untuk menjaga kebersihan,
kesehatan, searta martbat manusia.
5. Bantuan Air Bersih dan Sanitasi
a. Bantuan Air Bersih
Diberikan dalam bentuk air yang kualitasnya memadai untuk kebersihan pribadi
maupun rumah tangga tanpa menyebabkan risiko yang berarti terhadap kesehatan.
Bantuan air bersih diberikan dalam bentuk sumber air beserta peralatannya.
b. Bantuan Air Minum
Diberikan dalam bentuk air yang dapat diminum langsung atau air yang
memenuhi persyaratan kesehatan untuk dapat diminum.
c. Bantuan Sanitasi
Diberikan dalam bentuk pelayanan kebersihan dan kesehatan lingkungan yang
berkaitan dengan saluran air (drainase), pengelolaan limbah cair dan limbah
padat, pengendalian vektor, serta pembuangan tinja.
6. Bantuan Pelayanan Kesehatan
Korban bencana, baik secara individu maupun berkelompok, terutama untuk
kelompok rentan, dapat memperoleh bantuan pelayanan kesehatan.
BAB III

PENUTUP

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang jumlah dunung apinya sangat banyak. Tidak
kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh gunung api yang
ada di dunia, terdapat di Indonesia. Peran perawat pada pasca bencana menurut Feri
dan Makhfudli (2009) adalah perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain
dalam memberikan bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik,
wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi
stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadipost-traumatic
stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu
trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya melalui
flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan individu akan
menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai konseling. Tidak hanya
itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan
unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat
serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman.

B. SARAN
Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan yang
dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan atau komukasikan
segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin kepada masyarakat atau melalui
kepala desa masing-masing.Buat sirene tanda bahaya untuk mengingatkan penduduk
untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah gawat.Pembuatan sungai yang khusus
untuk aliran lahar dan membuat tanggul yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran
lahar.
DAFTAR PUSTAKA

Bencana gunung meletus  | Feri dan Makhfudli, jateng : 2009


Caraka Tani – Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian Vol. XXIX No. 1 Maret 2014
Tukino, dkk. (2010). Pengembangan Model Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pempererat
Keserasian Sosial Yang Mendukung Integrasi Masyarakat.Jurnal Dialog Penanggulangan
Bencana. Volume 1 Nomor 2 Tahun 2010.
BNPB. (2011). Indeks Rawan Bencana. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai