Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA

“GUNUNG MELETUS”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana

Disusun Oleh :

Nia Kurniawati
2720190100

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Keperawatan Bencana, yang berjudul
Penanggulangan Bencana Alam Gunung Meletus. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan terang
bagi umatnya. Makalah ini disusun, berdasarkan hasil pencarian literatur dan
diskusi yang telah kami dapatkan. Adapun maksud dari penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas akademik yang diberikan oleh dosen pembimbing
dan untuk menambah pengetahuan kami mengenai Penanggulangan Bencana
Alam Gunung Meletus dalam Manajemen Bencana. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ns. Muhammad Idris, S.Kep, M.KKK, selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
2. Orangtua kami, yang telah mendukung baik moril maupun materil
3. Rekan Mahasiswa/i Universitas Islam As-Syafi’iyah, Jurusan S1 Ilmu
Keperawatan.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa banyak kekurangan,


“tak ada gading yang tak retak” maka untuk itu, penyusun memohon kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari pembaca yang sangat diperlukan demi
kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Kami juga mengharapkan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kami sebagai
penyusun. Amin yaa Robal Alamin.

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai negara yang tercakup pada satu planet yang bernama bumi
memiliki kemungkinan untuk terjadinya berbagai bencana alam mengingat
beberapa struktur lapisan yang membentuk bumi mengakibatkan perubahan,
pergeseran ataupun kerusakan yang berdampak pada suatu fenomena ataupun
peristiwa yang menganggu penghidupan atau kehidupan seluruh komunitas
ataupun populasi yang menempati wilayah di suatu Negara.
Bencana alam terbagi atas bencana yang disengaja maupun disengaja,
Bencana alam yang disengaja merupakan bencana yang terjadi atas perilaku
manusia yang mengganggu ekosistem alam seperti masyarakat yang berada
pada suatu daerah yang memiliki pola perilaku tidak disiplin dan bertanggung
jawab dengan membuang sampah sembarangan dan membiarkannya tanpa
mengolah dan mengacu pada prinsip 3R, serta bencana yang tidak disengaja
merupakan bencana yang disebabkan karena rusaknya ekosistem akibat
perubahan, pergesaran struktur bumi. Seperti gempa bumi, tanah longsor,
tsunami, hingga gunung meletus yang tercatat telah memberikan sumbangsih
terhadap penekanan angka mortalitas.
Terutama peristiwa gunung meletus yang telah terjadi di Indonesia seperi
peristiwa gunung kelud, merapi, galunggung hingga Krakatau yang telah
menyebabkan perubahan iklim global dan menyebabkan gelapnya dunia
hingga kurun waktu 2 setengah hari akibat tertutupnya atmosfir oleh debu
vulkanis. Secara geografis Indonesia dikepung oleh tiga lempeng dunia, yaitu
Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Sewaktu-
waktu lempeng ini akan bergeser patah dan menimbulkan gempa bumi.
Akibatnya, tumbukan antarlempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami
seperti yang terjadi di Aceh. Selain dikepung oleh tiga lempeng dunia,
Indonesia juga merupakan jalur The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik)
yang merupakan rangkaian jalur gunung api aktif.

3
Berbagai ancaman bencana alam yang datang tanpa dapat direncanakan
tersebut, masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana
seharusnya mempersiapkan diri menghadapi musibah dan bencana alam
sebagai upaya meminimalisasi jumlah korban.
Salah satu bentuk persiapan adalah mitigasi. Mitigasi adalah serangkaian
upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Salah satu bentuk penerapan mitigasi pada keadaan bencana sebagai
upaya meminimalisasi dampak musibah dapat dilihat dan diperhatikan pada
penanganan bencana Gunung Merapi pada tahun 2010. Upaya mitigasi
pemerintah adalah dengan membangun bungker-bungker di sekitar daerah
kaki gunung di wilayah Gunung Merapi, Yogyakarta.Selain itu, pemerintah
juga membangun instalasi sirine yang aktif pada saat darurat untuk peringatan
status awas atau siaga Gunung Merapi sebagai early warning system (EWS).
Sirine ini akan berdering sebagai tanda bahwa masyarakat di sekitar kaki
Gunung Merapi harus segera mengungsi di tempat yang lebih aman pada jarak
radius yang ditetapkan oleh lembaga pemerintah, dalam hal ini BMG (Badan
Meteorologi dan Geofisika), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi, dan
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). Di
samping itu, penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana
Gunung Merapi juga perlu disiapkan antara lain sosialisasi kepada masyarakat
yang tinggal di sekitar rawan bencana Gunung Merapi. Latihan evakuasi,
persiapan dapur umum, manajemen tandu dan tenda, manajemen pengungsi,
dan koordinasi pemerintah desa adalah beberapa contoh pelatihan bagi
masyarakat sebagai upaya menghadapi bencana meletusnya Gunung Merapi.
Makalah dan penulisan ini adalah untuk mengetahui upaya mitigasi apa
saja yang telah dipersiapkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat yang
tinggal di sekitar kaki gunung untuk menghadapi ancaman bencana
meletusnya Gunung Merapi. Penulisan ini juga diharapkan mampu melihat
kekurangan apa saja yang terdapat di lapangan sebagai upaya mitigasi bencana
Gunung Merapi di Yogyakarta. Selain itu, penulisan ini juga diharapkan dapat

4
memberikan gambaran yang jelas mengenai upaya mitigasi yang baik, tepat,
dan aman sehingga upaya yang terarah dan terencana dapat meminimalisasi
kerugian akibat bencana meletusnya Gunung Merapi baik secara material
maupun nonmaterial.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam
menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga
masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe).
2. Dapat mengetahui ciri-ciri gunung meletus sehingga dapat mengurangi
kehilangan harta dan nyawa.
1.2.2 Tujuan khusus
Penulis dan pembaca dapat mengetahui tentang manajemen
penanggulangan bencana alam gunung meletus.

5
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
2.1.1 Definisi Bencana
Peristiwa yg terjadi secara mendadak/tidak terencana atau secara
perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola
kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan
darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu
manusia dan lingkungannya (KEMENKES RI no: 145/MENKES/SK/I/
2007).
2.1.2 Definisi Gunung Meletus
Gunung merupakan bentuk muka bumi yang menonjol dari rupa
bumi di sekitar. Gunung biasanya lebih tinggi dan curam dibandingkan
bukit. Gunung dan pegunungan terbentuk karena pergerakan kerak bumi
yang menjulang naik. Jika kedua kerak bumi menjulang naik, pegunungan
dihasilkan, sebaliknya jika salah satu kerak bumi terlipat bawah kerak
yang lain, gunung berapi terbentuk.
Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas
wilayahsekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari
sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung
dari adat lokal. Gunung meletus adalah peristiwa alam dimana endapan
magma yang berada di dalam perut bumi didorong keluar oleh gas yang
mempunyai tekanan tinggi.
Gunung meletus merupakan gejala alam vulkanik. Gunung meletus
merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut
bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma
adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang
sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang
keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa
mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan

6
abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan
lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak semua
gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut
gunung berapi aktif.
Gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan materi-materi
dari dalam bumi seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar
panas, lahar dingin, magma, dan lain sebagainya. Gunung meletus
biasanya bias diprediksi waktunya sehinggi korban jiwa dan harta benda
bisa diminimalisir.
2.2 Tipe Erupsi Gunung Berapi
Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, kuat atau
lemahnya letusan dan tinggi tiang asap, gunungapi dibagi menjadi beberapa
tipe erupsi:
a. Tipe Hawaiian, yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati
basalt, umumnya berupa semburan lava pijar, dan sering diikuti leleran
lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundan sederhana.
b. Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa
semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada
gunungapi sering aktif di tepi benua atau di tengah benua.
c. Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magma
berviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat
andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batuapung
dalam jumlah besar.
2.3 Jenis-jenis Gunung
Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan
tidak aktif.
2.3.1 Gunung Aktif, yaitu gunung api yang masih bekerja yang kawahnya selalu
mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Misalnya Gunung Stromboli
.Gunung berapi terbentuk oleh lapisan material yang keluar dari perut
bumi. Gunung berapi yang masih hidup atau aktif gejala yang tampak
adalah timbulnya ledakan atau letusan. Kegiatan gunung berapi diawasi

7
oleh Jawatan Geologi. Jawatan ini memiliki alat pencatat gempa bumi
yang disebut seismograf. Beberapa bentuk gunung api, yaitu: gunung api
kerucut (strato), gunung api Landai (Maar) dan gunung api Perisai
(tameng). Bentuk ini dipengaruhi oleh letak dapur magma dan sifat
magma yang keluar dari perut bumi.
2.3.2 Gunung Tidak Berapi
Gunung tidak berapi merupa-kan gunung yang sudah tidak aktif
lagi. Gunung tidak berapi sangat kecil kemungkinan untuk meletus.
Gunung tidak berapi sering juga disebut gunung mati. Contoh gunung
tidak berapi adalah Gunung Muria (Jawa Tengah), Gunung Tambora
(NTB), dan Gunung Melawan (Kalimantan Tengah).
2.3.3 Bagian-bagian Gunung
Gunung terdiri dari tiga bagian.Yaitu puncak, lereng dan kaki gunung.
a) Lereng yaitu suatu medan atau daerah yang permukaan tanahnya atau
letaknya miring. Berdasarkan derajat kemiringannya lereng dibedakan
menjadi empat macam yaitu, lereng landai,curam,terjal,tegak.
b) Puncak
c) Kaki gunung
Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
1. Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) : seperti perisai,
terjadi karena lelehan yang keluar dan membentuk lereng yang
sangat landai. Contoh: Gunung Mauna Loa (Hawaii).
2. Gunung berapi strato, Bentuknya seperti kerucut, terjadi karena
letusan dan lelehan (etusi) secara bergantian. Jenis ini banyak
terdapat di Indonesia. Contoh: Gunung Merapi di Indonesia.
3. Gunung berapi maar : Gunung berapi yang meletus sekali dan
segala aktivitas vulkanisme terhenti,yang tinggal hanya kawahnya
saja. Bentuknya seperti danau kecil (danau kawah). Terjadi karena
letusan (eksplosif). Contoh: Gunung Lamongan (Jawa Timur),
Pegunungan Eifel (Perancis), dan dataran tinggi di Perancis
Tengah.

8
Menurut aktivitasnya, gunung api dibagi menjadi tiga kelompok:

1. Gunung aktif, gunung ini masih bekerja, kawahnya selalu


mengeluarkan asap, gempa, dan letusan. Contoh: Gunung
Stromboli
2. Gunung mati. Gunung yang sudah tidak meletus lagi. Contoh:
Gunung Patuha dan Gunung Sumbing
3. Gunung istirahat. Gunung api yang sewaktu-waktu meletus
kemudian istirahat kembali. Contoh: Gunung Ciremai dan Gunung
Kelud.
2.4 Karakteristik Gunung Di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang jumlah dunung apinya sangat banyak.
Tidak kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh
gunung api yang ada di dunia, terdapat di Indonesia. Karena banyaknya
gunung api, maka Indonesia rawan dari bencana letusan gunung api. Sejak
tahun 1.000 tahun tercatat lebih dari 1.000 letusan dan memakan korban
manusia tidak kurang dari 175.000 jiwa. Letusan gunung Tambora pada tahun
1815 dan gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan dua di antara letusan
yang paling hebat yang telah memakan banyak korban. Sekiranya kepadatan
penduduk seperti sekarang, tentulah letusan itu akan membawa bencana yang
lebih besar.
Selain membawa bencana, gunung api merupakan sumber pembawa
kemakmuran. Tanah yang subur selalu menutupi tubuhnya .karena itu ,
penduduk selalu tertarik untuk menetap dan mendekati gunungapi, walaupun
tempat tersebut diketahuinya berbahaya. Di sinilah terletak permasalahan
gunungapi di Indonesia, disatu pihak merupakan sumber bencana, tapi di lain
pihak merupakan sumber kesejahteraan. Karena kondisi tersebut, maka
penanggulangan bencana gunung api tidak hanya terpusat pada gunung api,
tetapi masyarakat sekitar gunungapi yang kadang tidak mudah untuk
dievakuasi. Alasannya selain karena keterikatan dengan rumah dan lahan
pertanian, juga karena adanya kepercayaan tertentu terhadap gunungapi. Jadi
penangulangannya juga mencakup aspek social budaya.

9
Setiap tipe gunung api memiliki karakteristik letusannya masing-masing
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Gunung api juga memiliki ciri atau
perilaku yang berbeda antara satu jenis gunungapi dengan gunung api lainnya.
Karena itu, penanganannya juga bervariasi tergantung pada karakteristik
gunung api itu sendiri. Penanggulangan bencana letusan gunung api dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi
letusan dan sesudah terjadi bencana.
2.5 Tanda dan Gejala Gunung Meletus
1. Suhu di sekitar gunung naik. Hal ini menunjukkan terjadi kenaikan
aktifitas merapi
2. Mata air menjadi kering
3. Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
4. Tumbuhan di sekitar gunung layu
5. Binatang di sekitar gunung bermigrasi
2.6 Penyebab Terjadinya Gunung Meletus
Letusan gunung  merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah “erupsi”. Gunung yang dapat meletus hanyalah gunungan
berstatus sebagai gunung api saja, adapun gunung tidak semua berstatus
gunung api. bahkan jumlah gunung biasa lebih banyak dari gunung berapi.
Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan
aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah
terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu
melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma).
Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan
rekahan mendekati permukaan bumi. Gunung berapi terbentuk dari magma,
yaitu batuan cair yang terdalam di dalam bumi. Magma terbentuk akibat
panasnya suhu di dalam interior bumi. Pada kedalaman tertentu, suhu panas
ini sangat tinggi sehingga mampu melelehkan batu-batuan di dalam bumi.
Saat batuan ini meleleh, dihasilkanlah gas yang kemudian bercampur dengan
magma. Sebagian besar magma terbentuk pada kedalaman 60 hingga 160 km
di bawah permukaan bumi. Sebagian lainnya terbentuk pada kedalaman 24

10
hingga 48 km. Magma yang mengandung gas, sedikit demi sedikit naik ke
permukaan karena massanya yang lebih ringan dibanding batu-batuan padat di
sekelilingnya. Saat magma naik, magma tersebut melelehkan batu-batuan di
dekatnya sehingga terbentuklah kabin yang besar pada kedalaman sekitar 3
km dari permukaan. Kabin magma (magma chamber) inilah yang merupakan
gudang (reservoir) darimana letusan material-material vulkanik berasal.
Magma yang mengandung gas dalam kabin magma berada dalam kondisi
di bawah tekanan batu-batuan berat yang mengelilinginya. Tekanan ini
menyebabkan magma meletus atau melelehkan conduit (saluran) pada bagian
batuan yang rapuh atau retak. Magma bergerak keluar melalui saluran ini
menuju ke permukaan. Saat magma mendekati permukaan, kandungan gas di
dalamnya terlepas. Gas dan magma ini bersama-sama meledak dan
membentuk lubang yang disebut lubang utama (central vent). Sebagian besar
magma dan material vulkanik lainnya kemudian menyembur keluar melalui
lubang ini. Setelah semburan berhenti, kawah (crater) yang menyerupai
mangkuk biasanya terbentuk pada bagian puncak gunung berapi. Sementara
lubang utama terdapat di dasar kawah tersebut.
Setelah gunung berapi terbentuk, tidak semua magma yang muncul pada
letusan berikutnya naik sampai ke permukaan melalui lubang utama. Saat
magma naik, sebagian mungkin terpecah melalui retakan dinding atau
bercabang melalui saluran yang lebih kecil. Magma yang melalui saluran ini
mungkin akan keluar melalui lubang lain yang terbentuk pada sisi gunung,
atau mungkin juga tetap berada di bawah permukaan.

11
2.7 Tingkat Bahaya Gunung Meletus

Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia


Status Makna Tindakan
 Menandakan gunung berapi  Wilayah yang terancam
yang segera atau sedang bahaya direkomendasikan
meletus atau ada keadaan kritis untuk dikosongkan
yang menimbulkan bencana  Koordinasi dilakukan
AWAS  Letusan pembukaan dimulai secara harian
dengan abu dan asap  Piket penuh
 Letusan berpeluang terjadi
dalam waktu 24 jam

 Menandakan gunung berapi  Sosialisasi di wilayah


yang sedang bergerak ke arah terancam
letusan atau menimbulkan  Penyiapan sarana darurat
bencana  Koordinasi harian
 Peningkatan intensif kegiatan  Piket penuh
seismik
 Semua data menunjukkan
SIAGA bahwa aktivitas dapat segera
berlanjut ke letusan atau
menuju pada keadaan yang
dapat menimbulkan bencana
 Jika tren peningkatan
berlanjut, letusan dapat terjadi
dalam waktu 2 minggu

 Ada aktivitas apa pun  Penyuluhan/sosialisasi


bentuknya  Penilaian bahaya
 Terdapat kenaikan aktivitas di  Pengecekan sarana
atas level normal  Pelaksanaan piket terbatas
 Peningkatan aktivitas seismik
WASPADA dan kejadian vulkanis lainnya
 Sedikit perubahan aktivitas
yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, tektonik dan
hidrotermal

NORMAL  Tidak ada gejala aktivitas  Pengamatan rutin


tekanan magma  Survei dan penyelidikan

12
 Level aktivitas dasar

2.6 Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana


2.6.1 Peran perawat pada pra-bencana:
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal
berikut:
1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
2) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain.
3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
4) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau
posko-posko bencana.
6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa
seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya
dan lainnya.
7) Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan
dan tim ambulans.
8) Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat
bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan
yang sesuai.
2.6.2 Peran Perawat dalam intra bencana:

13
1) Bertindak cepat
2) Melakukan pertolongan pertama
3) Menentukan status korban berdasarkan triase
4) Merujuk pasien segera yang memerlukan fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap.
5) Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan
pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para
korban selamat.
6) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
7) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create
leadership).
8) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya
untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
2.6.3 Peran perawat pada pasca bencana
Menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah perawat berkerja sama
dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan kesehatan
kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh
dan merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis yang
terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress
disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama
yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang
memacunya dan individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat
dapat berperan sebagai konseling. Tidak hanya itu perawat bersama
masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas
sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta
mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman. Selain itu
Perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan yang
difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak
dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah

14
bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat
kemampuan yang dimilikinya.
2.7 Dampak Meletusnya Gunung Berapi
2.7.1 Dampak  Negative Akibat  Gunung  Merapi, sebagai berikut:
1) Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur
Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida
(NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended
Particulate atau Particulate Matter).
2) Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik,
serta makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.
3) Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung Merapi yang
kehilangan pekerjaan rutin kesehariannya.
4) Timbulnya penyakit pada korban seperti ISPA.
5) Seperti bencana gunung meletus di Sleman-Magelang 64 desa dan
puluhan desa di Magelang serta Klaten porak poranda. Bahkan, desa
tersebut dinyatakan tertutup karena berada di zona yang tidak aman.
Sebagian desa sudah tertutup debu vulkanik dengan ketebalan hingga
satu meter.
6) Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak
pandang. Lalu lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu.
Bahkan, penerbangan dari dan ke Yogyakarta ditutup sementara
waktu.
7) Dan terjadi pula kebakaran hutan karena terkena laharnya.
8) Banyak dalam sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang
menyebabkan pendapatan bisnis para petani menurun drastis.
9) Di sektor perikanan terjadi kerugian sekitar 1.272 ton.
10) Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga
menyebabkan tingkat hunian hotel yang tadinya 70 persen turun
menjadi 30 persen.
11) Sehingga dapat dikatakan Meletusnya Merapi ini mengakibatkan
dampak yang sangat besar bagi Indonesia.

15
2.7.2 Dampak  Positive Akibat  Gunung  Merapi
Selain itu, gunung meletus juga menyebabkan dampak positif. Meskipun
untuk letusan Merapi ini dampak tersebut belum terlihat secara signifikan
tapi ada hal yang dapat dijadikan dampak positive dalam bencana ini yaitu:
1) Penambang pasir mendapat pekerjaan baru yaitu bekerja untuk
mendapat pasir di pinggiran aliran lahar dingin.
2) Hasil muntahan vulkanik bagi lahan pertanian dapat menyuburkan
tanah, namun dampak ini hanya dirasakan oleh  penduduk sekitar
gunung.
3) Bahan material vulkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan
sebagai bahan  material yang berfungsi untuk bahan bangunan, dan
lain-lain.
2.8 Mitigasi Bencana Gunung Berapi
2.8.1 Tindakan Kesiapsiagaan Persiapan dalam Menghadapi Letusan Gunung
Langkah kongkrit dalam kesiapsiagaan terhadap letusan Gunung antara
lain adalah :
1) Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-
ancamannya
2) Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman
3) Membuat sistem peringatan dini
4) Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi
status gunung api
5) Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang
diterbitkan oleh instansi berwenang
6) Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan
tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar
(air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan
7) Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting
8) Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api
(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

16
Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan
perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi.
2.8.2 Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Saat Terjadi Letusan Gunung
Tindakan yang dilakukan ketika telah terjadi letusan adalah :
a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran
sungai kering dan daerah aliran lahar Hindari tempat terbuka, lindungi
diri dari abu letusan
b. Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas
c. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan Kenakan pakaian
yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana
panjang, topi dan lainnya
d. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti
kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke
dalam mata Jangan memakai lensa kontak
e. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
f. Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan
kedua belah tangan.
2.8.3 Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Setelah Terjadinya Letusan
Setelah terjadi letusan maka yang harus dilakukan adalah :
a. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
b. Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan
c. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab
bisa merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian.
2.9 Disaster Cycle
2.9.1 Tahap Pencegahan
Pada tahap ini berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan
dampak buruk dari bencana alam. Contoh-contoh kegiatannya pada tahap
ini adalah:
a. Mengajarkan kepada warga masyarakat tentang tanda-tanda gunng
berapi akan meletus

17
b. Mengajarkan simulasi bencana kepada warga sekitar gunung berapi
c. Pembuatan jalur evakuasi apabila terjadi bencana
d. Pembuatan tanggul untuk menahan lahar agar tidak mengalir ke
pemukiman warga
e. Pembangunan fasilitas instalasi sirine peringatan bagi masyarakat di
sekitar kaki Gunung Merapi sebagai early warning system (EWS).
Mitigasi fisik ini diharapkan berfungsi sebagai penanda darurat bagi
masyarakat untuk bersiap diri pada saat ancaman datang secara tiba –
tiba. Jika alarm EWS bunyi, masyarakat harus segera meninggalkan
kawasan siaga bencana Gunung Merapi pada radius aman yang telah
ditetapkan oleh pemerintah
f. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman
g. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi
status gunung api
h. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang
diterbitkan oleh instansi berwenang.
2.9.2 Tahap Tanggap Darurat
Pada tahap tanggap darurat, hal paling pokok yang sebaiknya
dilakukan adalah penyelamatan korban bencana. Inilah sasaran utama dari
tahapan tanggap darurat. Selain itu, tahap tanggap darurat bertujuan
membantu masyarakat yang terkena bencana langsung untuk segera
dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal.
Para korban juga perlu dibawa ke tempat sementara yang diangap
aman dan ditampung di tempat penampungan sementara yang layak. Pada
tahap inidilakukan pula pengaturan dan pembagian logistik atau bahan
makanan yang cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana.
Secara operasional,pada tahap tanggap darurat ini dialihkan pada
kegiatan:
a. Penanganan korban bencana termasuk menguburkan korban yang
meninggal dan menangani korban yang luka-luka.
b. Penanganan pengungsi

18
c. Pemberian bantuan darurat
d. Pelayanan Kesehatan, sanitasi dan air bersih
e. Penyiapan penampungan sementara
f. Pembangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum sementara, serta
memperbaiki sarana dan prasarana dasar agar mampu memberikan
pelayanan yang memadai untuk para korban.
2.9.3 Tahap Rehabilitasi
Dalam tahap rehabilitasi,upaya yang dilakukan adalah perbaikan
fisik dan non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban.
Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan
dan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap
tanggap darurat, seperti rehabilitasi bagunan ibadah, bangunan
sekolah,infrastruktur sosial dasar, serta prasaranan dan sarana
perekonomian yang sangat diperlukan.
Sasaran utama tahap rehabilitasi adalah memperbaki pelayanan
masyarakat atau publik sampai pada tingkat yang memadai. Dalam tahap
rehabilitasi ini juga diupayakan penyelesaian berbagai permasalahan yang
terkait dengan aspek kejiwaan/psikologis melalui penanganan trauman
korban bencana.
2.9.4 Tahap Rekonstruksi
Upaya yang dilakukan pada tahap rekonstruks adalah
pembangunan kembali sarana,prasarana serta fasilitas umumynag rusak
dengan tujuan agar kehidupan masyarakatkembali berjalan normal.
Biasanya melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya
masyarakat, dan dunia usaha. Sasaran utama d tahap ini adalah
terbangunya kembali masyarakat dan kawasan. Pendekatan pada tahap ini
sedapat mungkin juga melibatkan masayakat dalam setiap proses.
Contonya : Pembanguan perkampungan-perkampunan baru dikaki
gunung merapi dalam radius yang lebih aman.

19
2.9.5 Tahap Penanggulangan
Penanganan bencana letusan gunung berapi dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan dan
setelah terjadi letusan.
1) Penanganan sebelum terjadi letusan
a. Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada semua gunung berapi
yang aktif
b. Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana dan
Peta Zona Resiko Bahaya Gunung Berapi yang didukung dengan
Peta Geologi gunung berapi.
c. Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan
gunung berapi
d. Melakukan pembimbingan dan pemberian informasi gunung berapi
e. Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika dan
geokimia di gunung berapi
f. Melakukan peningkatan sumberdaya manusia (SDM) dan
pendukungnya seperti peningkatan sarana san prasarana.
2) Penanganan saat terjadi letusan
a. Memebentuk tim gerak cepat
b. Meningkatkan pemantauan dan pengamatan dengan didukung oleh
penambahan peralatan yang memadai
c. Meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan alur dan frekuensi
pelaporan sesuai dengan kebutuhan
d. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai
prosedur.
3) Penanganan setelah terjadi letusan
a. Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan
b. Mengidentifikasi daerah yang terancam bencana
c. Memberikan saran penanggulangan bencana
d. Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang
e. Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak

20
f. Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun
g. Melanjutkan pemantauan secara berkesinambungan.
2.10 Penanggulanan Bencana Berdasar Prinsip 5 M
a. MAN
Dalam penanggulangan bencana, faktor manusia adalah yang
paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula
yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak
ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja.
Oleh karena itu, di dalam penanggulangan bencana dibutuhkan sumber
daya manusia untuk mengatasi masalah yang terjadi akibat bencana alam.
Antara lain : organisasi-organisasi yang menangani bencana (BNPB dll),
Dinas-dinas terkait, masyarakat, lembaga non pemerintahan, perguruan
tinggi, tentara, media dan sebagainya.
b. Money
Dari segi pendanaan, biaya penanggulangan meletusnya gunung
berapi didasarkan pada APBD provinsi, APBN, serta bantuan lain yang
tidak mengikat. Dapat disalurkan langsung kepada korban jiwa, atau
melalui Gubernur, Bupati, dan Walikota.
c. Method (Mitigasi)
Method adalah cara menanggulangi suatu bencana yang biasanya
sudah dipersiapkan dan disusun pengorganisasiannya. Misalnya pada
bencana gunung merapi ada tim Rapid Health team, Rapid Medical Team,
Rapid Logistic Support. Tim-tim tersebut biasanya langsung bertungas
sesuai tanggung jawabnya masing-masing seperti menangani korban luka,
korban meninggal, evakuasi, sarana dan prasarana lapangan yang
dibutuhkan guna menunjang kelangsungan hidup korban dan tim.
d. Matherial (Logistic)
Dalam hal penyiapan logistik diserahkan kepada dinas sosial dan
PMD setempat, misalnya melakukan penyiapan gudang stok bantuan,
berupa : makanan, pakainan, peralatan masak dll.

21
Dalam hal gangguan masalah kesehatan yang menyertai terjadinya
bencana gunung meletus biasanya dinas kesehatan akan menyediakan
stok masker dan obat-obatan.
Intinya dalam prnsip penangganan matherial adalah penyimpanan
barang-barang yang dibutuhkan apabila terjadi bencana, baik barang yang
akan dipergunakan untuk evakuasi korban,kantong jenazah,peralatan
untuk pengungsian (shelter,selimut,pakaian), peralatan untuk memasak
guna memenuh kebutuhan dasar manusia, dan peralatan yang digunakan
untuk pengobatan, serta bantuan-bantuan.
e. Machine
Dari segi mesin, adalah barang-barang yang biasa digunakan guna
mendukung penanganan bencana gunung berapi, seperti alat-alat berat
guna mengevakuasi korban misal: ambulan lapangan,truk besar, alat
penunjang telekomunikasi, alat penunjang pembuatan rumah sakit
lapangan dll.

22
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara yang jumlah dunung apinya sangat banyak.
Tidak kurang dari 130 gunung api aktif atau 13-17% dari jumlah seluruh
gunung api yang ada di dunia, terdapat di Indonesia. Peran perawat pada pasca
bencana menurut Feri dan Makhfudli (2009) adalah perawat berkerja sama
dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan kesehatan kepada
korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan merata
pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stres psikologis yang terjadi dapat
terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang
merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti dapat
dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback,
mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan individu akan
menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan sebagai konseling.
Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan
masyarakat pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju
keadaan sehat dan aman.
Gunung merapi yaitu tempat-tempat di bumi di mana batuan cair dan
panas menyembur melalui permukaannya. Tempat-tempat ini disebut
gunungapi. Di bawah gunungapi terdapat ruang raksasa yang dipenuhi batuan
panas (cair), yang disebut ruang magma. Di dalam ruang magma tekanan
bertambah seperti tekanan dalam kaleng minuman bersoda yang digoncang-
goncang. Abu, uap panas, dan batuan cair yang disebut lava keluar dari
puncak gunungapi – inilah yang disebut letusan Dari penjelasan yang telah
disanpaikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pada dasarnya bencana alam yang terjadi dapat merugikan banyak pihak.
Selain itu, bencana yang terjadi pun bukan hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah. Tapi menjadi tanggung jawab semua pihak. Dan konseling untuk

23
para korban bencana sangat dibutuhkan untuk memulihkan trauma yang
terkena dampak letusan gunung merapi.
3.2 Saran
Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan yang
dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan atau
komukasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin kepada
masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene tanda bahaya
untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah
gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat
tanggul yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.

24
DAFTAR PUSTAKA

Bencana gunung meletus | Feri dan Makhfudli, jateng : 2009

Caraka Tani-Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian Vol. XXIX No. 1 Maret 2014 Posted:
Oktober 3, 2013 in Uncategorized Tags: gunung api, pengertian
gunung api

25

Anda mungkin juga menyukai