DISUSUN OLEH :
RETTY AFRIANI,AM.Keb
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT , karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan , oleh karena itu kami
memohon maaf jika kata-kata yang tidak berkenan dihati pembaca. Serta masukan berupa
kritik dan saran bersifat membangun sangat diharapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng atau kulit bumi aktif yaitu
lempengIndo-Australia, Lempeng Euro-Asia, dan Lempeng Pasifik. Penunjaman lempeng
Indo-Australia dengan lempeng Euro-Asia menimbulkan jalur gempabumi dan
rangkaiangunungapi aktif sepanjang Pulau Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. (Renas
PB,2009). Keadaan geografis dan fenomena geologis yang terjadi menyebabkan
topografinegara ini menjadi beragam.Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan
wilayah yang dikelilingi oleh pegunungan di daerah timur (Kabupaten Gunung Kidul),
dataran tinggi di sisi barat (Kabupaten Kulon Progo), pesisir di sisi selatan (Samudera
Hindia), dan gunung berapiaktif di bagian utara (Gunung Merapi, Kabupaten Sleman). Oleh
karena itu, banyakfenomena alam yang dapat terjadi di Provinsi DIY, salah satunya adalah
erupsi GunungMerapi yang kerap melanda wilayah Kabupaten Sleman dan sekitarnya.
Erupsi Gunung Merapi sudah menjadi “langganan” bagi masyarakat lereng Gunung
Merapi. Namun pada kejadian yang terjadi beberapa waktu terakhir, masih ditemukan banyak
korban jiwa dan kerusakan parah. Dari situ masih dirasakan adanya ketidaksiapandan
kerentanan masyarakat terhadap ancaman bencana erupsi Gunung Merapi. Diperlukankajian
ulang dan pemahaman bagi masyarakat mengenai ancama dan resiko dari erupsiMerapi serta
langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan bencana.Maka berdasarkan kasus bencana
erupsi Merapi pada tahun 2010, akan dilakukananalisis terkait kerentanan masyarakat di
lereng Gunung Merapi dan usaha-usaha penanggulangan resiko bencana.
Diharapkan dengan pemahaman yang lebih mendalammengenai siklus bencana erupsi
Merapi, dapat diberlakukan langkah-langkah terkait resiko yang mungkin terjadi berdasarkan
tingkat kerentanan masyarakat itu sendiri.
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan
makalah ini adalah:
1. Mengetahui batasan dan strategi kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
2. Mengetahui pendekatan sistem dan tahap-tahap yang ada dalam manajemen
penanggulangan bencana di Indonesia
3. Mengetahui langkah manejemen resiko bencana yang dapat dilakukan untuk
bencana erupsi Merapi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanahlongsor. Bencana non alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwaatau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain
berupa gagal teknologi,gagal modernisasi, epidemi. dan wabah penyakit. Bencana sosial
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atauserangkaian peristiwa yangdiakibatkan
oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atauantar komunitas masyarakat,
dan teror.
Disaster atau bencana dibagi beberapa tahap yaitu : tahap pra-disaster,tahap serangan
atau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan tahaprekonstruksi. Dari ke-empat
tahap ini, tahap pra disaster memegang peranyang sangat strategis.
a. Tahap Pra-Disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunyamulai saat
sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact.Tahap ini dipandang oleh
para ahli sebagai tahap yang sangat strategiskarena pada tahap pra bencana ini
masyarakat perlu dilatih tanggapterhadap bencana yang akan dijumpainya kelak.
Latihan yang diberikankepada petugas dan masyarakat akan sangat
berdampak kepada jumlah besarnya korban saat bencana menyerang
(impect),peringatan dini, dikenalkan kepada masyarakat pada tahap pra bencana.
Sebelum terjadinya erupsi gunung merapi tindakan yang harus dilakukan oleh
pihak berwenang/pemerintah meliputi :
1. Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada gunung api yang sedang aktif.
2. Pembuatan dan penyediaan peta kawasan rawan bencana letusan gunung
api, peta zona risiko bahaya gunung api, serta peta pendukung lainnya,
seperti peta geologi gunung api.
3. Membuat langkah-langkah prosedur tetap penanggulangan bencana letusan
4. Melakukan bimbingan dan penyebarluasan informasi gunung api kepada
masyarakat.
5. Penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di gunung
api.
6. Peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya, seperti peningkatan
sarana dan prasarana.
1. Jika ada evakuasi, pastikan tidak kembali ke kediaman sampai keadaan sudah
dipastikan aman.
2. Hindari daerah rawan bencana, seperti lereng gunung, lembah, dan daerah aliran
lahar.
3. Ketika melihat lahar atau benda lain yang mendekati rumah, segera selamatkan
diri dan cari perlindungan terdekat.
4. Lindungi diri dari debu dan awan panas.
5. Pakailah kacamata pelindung.
6. Pakailah masker kain untuk menutup mulut dan hidung.
c. Tahap Emergensi
d. Tahap Rekoinstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum sepertisekolah, sarana
ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Padatahap rekonstruksi ini yang
dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yanglebih utama yang perlu kita bangun
kembali adalah budaya. Kita perlumelakukan rekonstruksi budaya, melakukan re-
orientasi nilai-nilai dannorma-norma hidup yang lebih baik yang lebih beradab.
Denganmelakukan rekonstruksi budaya kepada masyarakat korban bencana,
kita berharap kehidupan mereka lebih baik bila dibanding sebelum terjadi bencana.
Situasi ini seharusnya bisa dijadikan momentum oleh pemerintahuntuk membangun
kembali Indonesia yang lebih baik, lebih beradab, lebih santun,lebih cerdas dan memiliki
daya saing.
Sebagai salah satu tindak lanjut dalam menghadapi perubahan paradigma manajemen
bencana tersebut, pada bulan Januari tahun 2005 di Kobe-Jepang
diselengkarakan Konferensi Pengurangan Bencana Dunia (World Conferenceon Disaster
Reduction) yang menghasilkan beberapa substansi dasar dalam mengurangi kerugian
akibat bencana , baik kerugian jiwa, sosial, ekonomi danlingkungan. Substansi dasar
tersebut yang selanjutnya merupakan lima prioritas kegiatan untuk tahun 2005‐2015 yaitu
a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dansumber daya
dilakukan untuk mengidentifikasi cakupan lokasi bencana,
jumlah korban, kerusakan prasarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi
pelayanan umum serta pemerintahan, dan kemampuan sumber daya alam
maupun buatan.
b. penentuan status keadaan darurat bencana. Penetapan status darurat bencana
dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan skala bencana
c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana, dilakukandengan
memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul
akibat bencana yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya pencarian dan pe
nyelamatan korban, pertolongan darurat, dan/atau evakuasi korban
d. pemenuhan kebutuhan dasar, meliputi bantuan penyediaan kebutuhanair
bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan
psikososial; dan penampungan dan tempat hunian
e. perlindungan terhadap kelompok rentan, dilakukan denganmemberikan
prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan,evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.Kelompok rentan yang
dimaksud terdiri atas bayi, balita, anak-anak,ibu yang sedang mengandung
atau menyusui;, penyandang cacat, dan orang lanjut usia
Tahap tindakan dalam tanggap darurat dibagi menjadi dua fase yaitu
Fase akut dan fase sub akut. Fase akut, 48 jam pertama sejak bencana terjadi
disebut fase penyelamatan dan pertolongan medis daruratsedangkan fase sub akut
terjadi sejak 2-3 minggu.
3. Pasca Bencana
1.Cepat dan tepat. Yang dimaksud dengan “prinsip cepat dan tepat” adalah bahwa dalam
penanggulangan bencana harus dilaksanakansecara cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan
keadaan.
2. prioritas. Yang dimaksud dengan “prinsip prioritas” adalah bahwa apabila terjadi bencana,
kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan
penyelamatan jiwa manusia.
4.berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan “prinsip berdaya guna” adalah bah
waadalam mengatasi kesulitan masyaraka dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga,
dan biaya yang berlebihan.
Yang dimaksud dengan “prinsip berhasil guna” adalah
bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna,khususnya dalam mengatasi
kesulitan masyarakat dengan tidakmembuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan
6.Kemitraan
7.Pemberdayaan
Mitigasi untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada padakawasan
rawan bencana yang dapat dilakukan melalui berbagai cara termasuk pelaksanaan
penataan ruang, pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur,tata bangunan dan tak
kalah penting adalah penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan,dan pelatihan baik secara
konvensional maupun modern. Upaya-upayamitigasi bencana erupsi Gunung Merapi sebagai
berikut:
Salah satunya yaitu adanya lahar dingin akibat erupsi yang membawa
banyakmaterial bebatuan yang melintasi jalurnya. Lahar dingin ini dapat merusak
apa sajayang dilewatinya, seperti jembatan serta pemukiman warga, yang secara
tidak langsungmerusak tananan kehidupan masyarakat social maupun ekonominya.
Untukmeminimalisir dampak kerusakan tersebut perlu dibuat bangunan Sabo Dam
di jalursungai yang di lewati lahar dingin tersebut.
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam
menghadapi kejadian bencana.
b. Wajib latih
Peringatan dini sirine adalah suatu sistem perangkat keras yang berfungsi
hanya pada keadaan sangat darurat apabila peringatan dini bertahap tidak mungkindila
kukan. Sirine dipasang di lereng Merapi yang dapat menjangkau kampung-kampung
yang paling rawan dan sistem ini dikelola bersama antara pemerintahKabupaten
bersangkutan dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologidalam hal ini
adalah BPPTK. Sarana komunikasi radio bergerak juga termasukdalam sistem
penyebaran informasi dan peringatan dini di Merapi.
Komunikasi berkaitan dengankondisi terakhir Merapi bisa dilakukan antara para peng
amatgunungapi dengan kantor BPPTK, instansi terkait, aparat desa, SAR dan
lembagaswadaya masyarakat khususnya yang tergabung dalam Forum Merapi.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
https://news.detik.com/berita/d-6443384/mitigasi-bencana-gunung-meletus-simak-
langkah-langkahnya