KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan Masalah...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Manajemen Bencana...........................................................................................
B. Prinsip Manajemen Bencana...............................................................................
C. Respon Bencana Dalam Aspek Kesehatan.........................................................
1. Respon Bencana Non Alam Flu Burung .......................................................
2. Respon Bencana Non Alam Kebakaran Hutan dan Lahan.............................
3. Respon Bencana Alam Banjir .......................................................................
4. Respon Bencana Alam Tanah Longsor..........................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah wilayah yang sangat rawan terjadi bencana alam. Selain wilayahnya yang
dilintasi jajaran pegunungan berapi, letak di antara 2 samudera besar memberikan
kemungkinan Indonesia akan sering dilibas bencana badai laut yang hebat. BPPT
memberikan peringatan bahwa Indonesia akan menjadi sasaran Tsunami setelah Amerika
Selatan dan Jepang (KR, 12-3-2003, h. 1; Jackson & Jackson, 1996). Bencana itu selain
merusak Iingkungan juga menelan korban jiwa dan menyisakan stres bagi masyarakat yang
menjadi korban. Peringatan itu benar terjadi ketika Aceh dan sebagian Sumatera Utara
diguncang gempa tektonik tanggal 26 Desember 2004 yang mengakibatkan terjadinya
tsunami. Tsunami itu sendiri menghancurkan Aceh, sebagian Sumatera Utara, Srilanka,
India, Malaysia, Thailand dan sebagian benua Afrika. Iklim Indonesiapun menentukan
terjadinya bencana. Banjir mudah terjadi ketika musim hujan dan kekeringan akan
menyengsarakan pada saat kemarau. Faktor perubahan kondisi alam memang memberi
andil bagi membesamya bencana banjir dan kekeringan, tetapi bukankah penyebab
utamanya adalah perilaku manusia yang terlewat serakah.
Berbagai tempat di Indonesia pemah mengalami bencana alam yang amat dahsyat. Gunung
Galunggung di Jawa Barat pemah meletus dengan menelan korban harta, benda, dan
nyawa yang tidak sedikit. Hampir tiap tahun Gunung Merapi di Jogjayakarta memiliki
potensi menyemburkan wedus gembel. Bencana ini juga· mengakibatkan korban yang
lumayan besar. Bukan hanya bencana vulkanik, tetapi bencana tektonik acapkali terjadi di
Indonesia. Misalnya pada tahun 2002 terjadi bencana tektonik yang menyebabkan
Lampung porak poranda. Banyak rumah-rumah roboh. Nyawa manusia melayang sia-sia.
Menurut catatan The Global Seismic Hazard Assesment Program disebutkan bahwa
Indonesia merupakan negara yang dilintasi secara sinambung jaring kerja geothermal
sehingga tidak aneh jika Indonesia rentan terjadi letusan gunung berapi, gempa bumi,
retakanlapisan tanah dan semburan gas bumi. Indonesia juga termasuk . kawasan
kemungkinan gempa berskala tinggi. Indonesia merupakan negara yang dikurung oleh
lempeng tektonik dengan potensi gempa besar. Potensi gempa bawah laut sepanjang pantai
barat Sumatera, pantai selatan Jawa, laut Sulawesi dan sepanjang pantai kepulauan Papua
rawan gempa yang memiliki potensi terjadinya tsunami. Tsunami pemah beberapa kali
terjadi di Indonesia. Magnitude dan korban terbesar terjadi beberapa waktu lalu di Aceh
dan sebagian Sumatera Utara. Tsunami merupakan bencana yang terjadi secara periodik.
Salah satu provinsi yang paling rentan meng-alami bencana di Indonesia adalah provinsi
Jawa Barat. Hampir setiap daerah di Jawa Barat memiliki potensi terjadinya bencana, dari
26 kabupaten/kota 19 di antaranya termasuk ketegori zona merah, yaitu paling tinggi
tingkat rawan bencana alamnya (BNPB, 2016). Berdasarkan data yang dihimpun BNPB
pada dari tahun 2011-2015, bencana yang terjadi di Jawa Barat terdiri dari tanah longsor
dengan 678 kejadian, banjir 501 kejadian, puting beliung 479 kejadian, kebakaran 79
kejadian, kekeringan 74 kejadian, banjir dan tanah long-sor 28 kejadian dan gempa bumi
17 kejadian (BNPB, 2016). Salah wilayah di Provinsi Jawa Barat yang termasuk ke dalam
zona merah adalah Kabupaten Sumedang. Bencana yang sering terjadi di Kabupaten
Sumedang adalah bencana banjir. Dimana, pada tahun 2016 sebanyak delapan kecamatan
di kabupaten ini mengalami bencana banjir (BPBD Jawa Barat, 2016).
Serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dilakukan untuk
mencegah, mengurangi, menghindari dan me-mulihkan diri dari dampak bencana disebut
sebagai penanggulangan bencana. Penang-gulangan bencana saat ini telah mengalami
perkembangan paradigma dari responsif me-nuju preventif. Penanggulangan bencana se-
cara konvensional berubah menjadi holistik dari menangani dampak menjadi mengelola
resiko yang semula hanya urusan pemerintah berubah menjadi hubungan sinergis bekerja-
sama dengan masyarakat untuk melakukan pencegahan bencana. Secara umum kegiatan-
kegiatan dalam penanggulangan bencana meliputi: pencegahan, pengurangan dampak
bahaya, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pe-mulihan dan pembangunan yang mengurangi
resiko bencana (IDEP, 2007).
Pendapat lainnya menyebutkan bahwa siklus manajemen bencana dapat dibagi menjadi
empat tahapan, yaitu tahap kesiapsiagaan, tahap pra bencana, tahap tanggap darurat, dan
tahap pasca bencana (BNPB,2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Manajemen Bencana?
2. Apa saja prinsip dari Manajemen Bencana?
3. Apa saja Respon Bencana Dalam Aspek Kesehatan?
4. Apa pengertian dari Rapid Health Assessmen?
5. Apa pengertian dari Koentijensi?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Manajemen Bencana?
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip dari Manajemen Bencana?
3. Untuk mengetahui apa saja Respon Bencana Dalam Aspek Kesehatan?
4. Untuk mengetahui pengertian dari Rapid Health Assessmen?
5. Untuk mengetahui pengertian dari Koentijensi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Bencana
1. Bencana (BPNP)
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
3. Manajemen Bencana
Merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka usaha
pencegahan, mitigasi kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan yang
berkaitan dengan kejadian bencana. Manajemen bencana dilakukan dengan
tujuan untuk mengurangi kerugian dan risiko yang mungkin terjadi dan
mempercepat proses pemulihan pasca bencana itu terjadi.
4. Jenis Bencana
a. Geologi : Gempa bumi, tsunami, longsor, gerakan tanah
b. Hidro-meteorologi : Banjir, topan, rob air laut, kekeringan
c. Biologi : Epidemi, penyakit tanaman, hewan
d. Teknologi : Kecelakaan transportasi, industri
e. Lingkungan : Kebakaran hutan, penggundulan hutan
f. Sosial : Konflik, terorisme
2. Dampak Bencana
Dampak bencana adalah akibat yang timbul dari kejadian bencana dapat berupa
korban jiwa, luka, pengungsian, kerusakan pada infrastruktur/aset, lingkungan
ekosistem, harta benda, gangguan pada stabilitas sosial-ekonomi.
3) Dampak Sekunder
Dampak sekunder (secondary impact) atau dampak lanjutan. Misalnya
terhambatnya pertumbuhan ekonomi, terganggunya rencana pembangunan
yang telah disusun, meningkatnya angka kemiskinan.
a. Pra bencana
1) Perencanaan
2) Pencegahan
3) Pengurangan risiko bencana
4) Pendidikan dan latihan
5) Mitigasi
6) Peringatan dini
7) Kesiapsiagaan
b. Tanggap Darurat
1) Rapat Koordinasi Awal
2) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber
daya
3) Penentuan status keadaan darurat bencana
4) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana
5) Pemenuhan kebutuhan dasar
6) Perlindungan terhadap kelompok rentan
7) Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
”Di dalam tanggap darurat bencana tidak hanya medis. Tetapi peran dari bidang
kesehatan masyarakat atau dari psikologi juga besar. Jadi, memerlukan interprofessional
collaboration. Saya sangat menyambut baik telah mulai dikembangkan interprofessional
education di UNAIR,” sebutnya.
Menurut dr. Atik, selama ini yang orang pahami bahwa sesudah bencana yang penting
adalah bagaimana memberikan respons medis setelah bencana. Padahal
sebenarnya, public health memiliki peran yang sangat besar. Yakni, mulai dan sebelum
terjadi, saat, serta pasca bencana.
2. Pada manusia
Pada manusia dilakukan pencegahan dan pengobatan, pencegahan pada
kelompok beresiko tinggi yaitu pekerja peternakan dan pedagan dilakukan
dengan cara mencuci tangan dengan disinfektan dan mandi sehabis kerja,
hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu
urung, menggunakan alat pelindung diri, meninggalkan pakaian kerja
ditempat kerja, memebersihkan kotoran unggas setiap hari, membatasi lalu
lintas orang yang masuk peternakan, mendiinfeksikan orang dan
kendaraan yang masuk peternakan, mendiinfeksikan peralatan peternakan
dan mengisolasi kandang dan kotoran dari lokasi peternakan.
Untuk masyarakat umum dengan cara memilih daging yang baik dan
segara saat sedang berbelanja, memasak daging ayam dengan benar,
menjaga kesehatan dan ketahanan umum tubuh dengan makan,olahraga
dan istirahat yang cukup, segera ke dokter jika mulai merasa mengalami
gejala flu burung,
Untuk pengobatan bagi penderita flu burung yaitu oksigenasi bila
terdapat sesak napas, hidrasi dengan pemverian cairan parenteral (infuse),
pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selam 7 hari,
amantadi diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48
jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5mg/kg BB perhari dibagi
dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45kg diberikan 100 mg 2 kali
sehari.
Selain cara diatas dapat digunakan cara seperti suportif: vitamin,
mislanya vitamin C dan B kompleks. simtomatik : analgesic, antitusif,
mukolitik. Profilaksis : antibiotic. Pengobatan anti virus dengan
olsetamivir 75 mg (tamiflu). Dosis profilaksis adalah 1 kali 75 mg selama
7 hari yang diberikan pada semua kausu suspek. Dosis terapi adalah 2 kali
75 mg selama 5 hari yang diberikan pada semua kasus supek yang dirawat.
Dosis anak tergantung dari berat badannya. Penggunaan anti virus sangat
membantu, terutama pada 48 jam pertama, karena virus akan menghilang
sekitar 7 hari setelah masuk kedalam tubuh.
f) bak atau lubang sampah keluarga berjarak tidak lebih dari 15 meter dan
lubang sampah umum berjarak tidak lebih dari 100 meter dari pemukiman
atau tempat pengungsian, 11
g) bak atau lubang sampah memiliki kapasitas 100 liter per 10 keluarga, serta,
h) htidak ada genangan air, air hujan, luapan air atau banjir di sekitar
pemukiman atau tempat pengungsian.
Hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan dasar kesehatan, seperti penampungan
keluarga, sandang dan kebutuhan rumah tangga. Ruang tertutup yang tersedia, misalnya,
setidaknya tersedia per orang rata-rata berukuran 3,5-4,5 m. Kebutuhan sandang juga perlu
memperhatikan kelompok sasaran tertentu, seperti pakaian untuk balita dan anak-anak serta
pembalut untuk perempuan remaja dan dewa
3. Respon Bencana Alam Tanah Longsor
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau
keluar lereng atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor
disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu.
Ada enam jenis tanah longsor, yaitu longsor translasi, longsor rotasi, pergerakan
blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Di indonesia jenis
longsor yang paling sering terjadi adalah longsor translasi dan longsor rotasi.
Sementara itu, jenis tanah longsor yang paling banyak memakan korban jiwa adalah
aliran bahan rombakan.
2. Pangan
3. Sandang.
4. Pelayanan Kesehatan.
5. Pelayanan psikososial.
Standar minimal kebutuhan bidang kesehatan lingkungan saat bencana telah diatur
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1357/
Menkes/SK/XII/2001 tentang Standar Minimal Penanggulangan Masalah Kesehatan
Akibat Bencana dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
12/MENKES/SK/I/2002 tentang Pedoman Koordinasi Penanggulangan Bencana Di
Lapangan.
Kebijakan dalam bidang sanitasi saat penanganan pengungsi adalah mengurangi risiko
terjadinya penularan penyakit melalui media lingkungan akibat terbatasnya sarana
kesehatan lingkungan yang ada di tempat pengungsian, melalui pengawasan dan
perbaikan kualitas kesehatan lingkungan dan kecukupan air bersih.
Pada saat penanganan pascabencana beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian
dan membutuhkan penanganan lebih lanjut adalah:
1. Perkiraan jumlah orang yang menjadi korban bencana (meninggal, sakit, cacat)
dan ciri–ciri demografinya.
Bantuan kesehatan yang diberikan kepada para penyintas bencana adalah berupa obat
obatan, sarana dan prasarana kesehatan, serta tenaga medis. Penanggung jawab dalam
penanganan bantuan kesehatan adalah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dinas
kesehatan provinsi juga bekerja sama dengan Tim Reaksi Cepat (TRC) dengan
melakukan kaji cepat terhadap korban, fungsi pelayanan kesehatan, potensi masalah
kesehatan, kebutuhan obat-obatan, dan pelayanan kesehatan. Selanjutnya tenaga medis
akan memberikan bantuan pelayanan kesehatan kepada masyarakat korban bencana
sesuai dengan standar yang berlaku. Dinas kesehatan juga bertanggung jawab untuk
mendirikan posko kesehatan, menyediakan fasilitas kesehatan dan tenaga medis serta
menunjuk rumah sakit rujukan.
Obat dan perbekalan paska bencana harus diperlakukan sesuai dengan aturan yang ada.
Pengelolaan obat untuk mendukung pelayanan kesehatan harus ditangani oleh petugas
kesehatan yang memiliki keahlian dibidangnya. Mengingat obat mempunyai efek terapi
dan efek samping, maka obat paska bencana yang tersebar diluar sarana kesehatan dan
dikelola oleh tenaga yang tidak kompeten dan tidak memiliki kewenangan, maka harus
dilakukan penarikan.
Langkah yang harus dilakukan oleh petugas kesehatan, khususnya pengelola obat dan
perbekalan kesehatan setelah pasca bencana harus melakukan inventarisasi terhadap obat
dan perbekalan kesehatan yang masih tersebar.
Pengelola kebencanaan menyadari bahwa penyembuhan trauma (healing traumatic)
sangat penting untuk mengembalikan kondisi psikologis para penyintas bencana sebelum
dilakukan relokasi. Para pekerja sosial bertanggung jawab dalam menangani
penyembuhan trauma ini. Dalam upaya penyembuhan trauma, petugas sosial memberikan
bantuan dalam bentuk dukungan moral dan healing traumatic terhadap Post Traumatic
Stress Disorde (PTDS).
f. OBSERVASI LAPANGAN
1. Luasnyadareahbencana
2. Lokasiperpindahanpenduduk/pengungsi
3. Faktorresikolingkungan.
g. WAWANCARA:
1. Pejabatdaerah
2. Petugaskesehatantermasukdi rumahsakit
3. Perorangan( tokohmasyarakat, tokohagama, dll)
1. Keadaansebelumbencana
2. Data-datakorban
3. SDMkesehatanyangbiasdimanfaatkan
4. Potensiyangtersediadirumahsakit
5. Ketersediaanairbersihdansanitasi
6. Endemisitaspenyakit
7. Masalahgizi
8. Ketersediaanobat,bahan,danalatyangmasihbisadipakai
E. Koentijensi