Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN SISTEM SURVEILANS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI PUSKESMAS JAGIR, KOTA SURABAYA

Dwi Handayani *1, Satriya Wijaya2, Merry Sunaryo3

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Jl. Jemursari No. 51-56 Surabaya


*email: swijaya7@gmail.com

Abstrak

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan yang
cukup serius dan belum pernah bisa dieradikasi. Tahun 2012 kasus DBD meningkat
menjadi 37,1 per 100.000 penduduk dan kembali meningkat di tahun 2013 menjadi
41,25 per 100.000 penduduk. Surveilans epidemiologi merupakan salah satu strategi
yang memiliki peranan penting dalam tindakan kewaspadaan dini dan penanggulangan,
pemantauan penyakit DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
sistem surveilans DBD yang sedang berjalan di Puskesmas Jagir, Kota Surabaya. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif untuk
mendeskripsikan sistem surveilans DBD yang ada di Puskesmas Jagir. Pemilihan
informan dilakukan secara purposive, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir sistem surveilans DBD yang sedang berjalan
di Puskesmas Jagir belum berjalan dengan optimal, hal ini ditunjukkan dengan
ditemukannya masalah-masalah pada beberapa komponen sistem baik pada input,
proses maupun output. Permasalahan utama yang ditemukan dalam sistem surveilans
DBD di Puskesmas Jagir adalah tidak ada data absensi ketepatan dan kelengkapan
laporan, sehingga indikator kinerja penyelenggaraan surveilans tidak dapat diukur
capaiannya. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan
sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir dengan membuat absensi ketepatan dan
kelengkapan setiap pelaporan serta memberikan pelatihan pengolahan dan analisis data
petugas surveilans agar mampu menghasilkan semua informasi epidemiologis.

Kata kunci: DBD, Sistem, Surveilans

PENDAHULUAN tinggi dibandingkan dengan negara

Penyakit Demam Berdarah tropis lain di dunia. Angka kasus baru

Dengue (DBD) masih menjadi masalah (incidence rate) DBD pada tahun 2011-

kesehatan masyarakat di daerah tropis. 2013 masih mengalami peningkatan.

Indonesia merupakan salah satu negara Pada tahun 2011 kasus DBD mengalami

beriklim tropis dengan kasus DBD yang penurunan dari tahun sebelumnya yakni
25,67 per 100.000 penduduk. Kemudian
pada tahun 2012 kasus DBD meningkat pelaporan pemantauan penyakit
menjadi 37,1 per 100.000 penduduk dan memiliki peranan penting dalam upaya
kembali meningkat di tahun 2013 penurunan kasus DBD. Penyebawan
menjadi 41,25 per 100.000 penduduk. penyakit DBD ini terus berkembang,
Angka tersebut masih melebihi target maka dari itu seharusnya sistem
nasional 20 per 100.000 penduduk pencatatan dan pelaporan guna
(Infodatin, 2014). keperluan perencanaan, pencegahan dan
Di Kota Surabaya jumlah pembarantasan penyakit DBD harus
penderita DBD pada tahun 2015 didukung oleh sistem yang handal,
sebanyak 640 orang. Jumlah tersebut yakni suatu sistem yang dapat
sudah menurun dari tahun sebelumnya menyediakan data dan informasi yang
yang mencapai 800 orang penderita akurat, valid dan up to date.
DBD. Sedangkan angka kematian Berdasarkan gambaran permasalahan
akibat penyakit DBD di Kota Surabaya tersebut maka, penelitian ini akan
cukup tinggi, yakni pada tahun 2015 menggambarkan sistem surveilans DBD
mencapai 2 per 100.000 penduduk. di Puskesmas Jagir, Kota Surabaya.
Angka kematian tersebut masih
melebihi target yang ditetapkan yaitu <1 METODE
per 100.000 penduduk (Dinkes Kota Penelitian ini adalah penelitian
Surabaya, 2016). Puskesmas Jagir yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu
merupakan salah satu puskesmas yang mendeskripsikan atau menggambarkan
ada di Kota Surabaya dengan suatu keadaan sistem surveilans DBD
penyumbang kasus DBD di Kota yang ada di Puskesmas Jagir. Surveilans
Surabaya yang cukup banyak. Pada DBD ini akan dianalisis dengan
tahun 2015 jumlah kasus DBD di pendekatan sistem, yakni dianalisis
Puskesmas Jagir sebanyak 29 kasus, 19 berdasarkan komponen input, proses
kasus terjadi pada laki-laki dan 10 kasus dan output. Unit analisis dalam
pada perempuan. penelitian ini adalah sistem surveilans
Surveilans merupakan salah satu DBD di Puskesmas Jagir. Informan
strategi yang memiliki peranan penting pada penelitian ini adalah petugas
dalam memantau penyakit DBD. surveilans DBD atau pemegang
Surveilans atau sistem pencatatan dan
program DBD dan Kepala Puskesmas HASIL DAN PEMBAHASAN
Jagir. Sistem surveilans epidemiologi
Data yang digunakan dalam merupakan salah satu bagian
penelitian ini adalah data primer dan pelaksanaan Program DBD mengingat
data sekunder. Data primer kegiatan didalamnya meliputi proses
dikumpulkan dengan teknik wawancara pengumpulan data, pengolahan dan
mendalam menggunakan pedoman analisis data serta penyebaran
wawancara mendalam. Data sekunder informasi. Surveilans epidemiologi
dikumpulkan dengan studi dokumen penyakit DBD di Puskesmas Jagir
laporan tahunan, laporan bulanan dipegang oleh koordinator program
program DBD, form pencatatan dan DBD yang sekaligus merangkap sebagai
pelaporan DBD dan profil puskesmas. petugas surveilans DBD. Kegiatan
Analisis yang digunakan pada penelitian surveilans yang dilakukan bertujuan
ini adalah deskriptif naratif. memberikan informasi tentang hasil
kegiatan program DBD. Alur sistem
surveilans DBD di Puskesmas Jagir
dapat dilihat pada Gambar 1.

Dinas Kesehatan
Kota Surabaya

Sistem
Kader
Pencatatan dan
Jumantik
Pelaporan data
program DBD di
Puskesmas Jagir

Masyarakat

1. Angka Bebas Jentik (ABJ)


2. Jumlah kasus DBD perbulan
3. Hasil pelaksanaan kegiatan
fogging
4. Trend kasus DBD per tahun
5. Wilayah endemis DBD

Gambar 1. Alur Sistem Surveilans Penyakit DBD di Puskesmas Jagir


Berdasarkan Gambar 1, pelaksanaan pelatihan terkait tugas kader jumantik.
surveilans penyakit DBD dibantu oleh Satu orang jumantik bertanggung jawab
kader jumantik yang mengumpulkan memantau 10 sampai dengan 20 rumah.
data terkait faktor risiko penyakit DBD Jenis data yang tersedia pada
pada setiap rumah di wilayah kerja surveilans DBD di Puskesmas Jagir
Puskesmas Jagir. Kader jumantik adalah data kasus DBD, data
selanjutnya mengumpulkan data positif/negatif jentik, data wilayah
tersebut ke puskesmas. Petugas endemis dan data pelaksanaan fogging.
surveilans di puskesmas merekap data- Data pelaksanaan penyuluhan DBD dan
data yang telah terkumpul dan data daftar inventaris stok bahan dan
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan alat fogging/larvasida tidak tersedia.
Kota Surbaya. Gambaran pelaksanaan Sumber perolehan data tersebut berasal
sistem surveilans penyakit DBD di dari kader jumantik dan kunjungan
Puskesmas Jagir berdasarkan komponen pasien DBD di puskesmas. Sarana yang
sistem adalah sebagai berikut: tersedia untuk mendukung kegiatan
surveilans DBD ini adalah peralatan
Komponen Input
fogging, form pengumpulan data, satu
Hasil penelitian menunjukkan
unit komputer. Sumber dana untuk
bahwa jumlah petugas surveilans
kegiatan surveilans DBD berasal dari
penyakit DBD di Puskesmas Jagir
APBD Kota Surabaya. Berdasarkan
adalah satu orang yang merupakan
keterangan dari petugas surveilans, dana
koordinator program DBD. Di
untuk kegiatan surveilans DBD sudah
Puskesmas Jagir tidak ada petugas
tercukupi. Pedoman yang digunakan
khusus surveilans, namun koordinator
oleh Puskesmas Jagir dalam
program merangkap menjadi petugas
melaksanakan program DBD adalah
surveilans. Pendidikan terakhir petugas
Buku Saku Pengendalian Demam
surveilans adalah D3 kesehatan
Berdarah Dengue (DBD) untuk
lingkungan dan sudah pernah
Pengelola Program DBD Puskesmas
mendapatkan pelatihan surveilans
Tahun 2013. Belum terdapat pedoman
epidemiologi. Selain itu tenaga yang
khusus terkait surveilans epidemiologi
membantu dalam pelaksanaan
penyakit DBD.
surveilans DBD adalah kader jumantik
yang sebelumnya telah mendapatkan
Komponen Proses Surveilans aktif kembali dilakukan
Pelaksanaan kegiatan surveilans dengan melaksanakan Penyelidikan
DBD di Puskesmas Jagir terdiri dari Epidemiologi (PE) pada pasien yang
proses pengumpulan data, pengolahan terdiagnosis DBD. Puskesmas
dan analisis data serta diseminasi mengumpulkan data kasus DBD ke
informasi. Pada proses pengumpulan Dinas Kesehatan Kota Surabaya setiap
data dilakukan secara aktif dan pasif. bulan. Pengumpulan data dilakukan
Surveilans aktif dilakukan oleh kader dengan dua cara yakni dengan form
jumantik untuk pemeriksaan keberadaan manual dan komputerisasi. Data yang
jentik nyamuk di setiap rumah. Kader terkumpul kemudian di-entry ke
mengumpulkan data ke puskesmas komputer kemudian diolah dalam
setiap minggu. Berdasarkan hasil bentuk rekapan data kasus DBD per
wawancara mendalam dengan salah satu bulan. Penyajian data dalam bentuk
informan, kendala kader dalam proses tabel dan grafik maksimum minimum
pengumpulan data adalah sulitnya dan peta daerah endemis DBD.
memantau rumah-rumah orang kaya dan Analisis data epidemiologi
industri atau perusahaan sekitar wilayah merupakan langkah penting dalam
puskesmas. Terkadang kader jumantik surveilans terutama terhadap variabel
tidak diperbolehkan masuk, jadi hal (orang, tempat, waktu) (Depkes RI,
tersebut terlepas dari pantauan 2003). Pengolahan dan analisis data
jumantik. Kendala lain adalah jumantik belum menghasilkan keluaran informasi
terlambat mengumpulkan data ke secara epidemiologis karena data belum
puskesmas. Selain itu tidak ada data diolah berdasarkan orang (umur dan
absensi ketepatan dan kelengkapan jenis kelamin). Karakteristik kasus
pengumpulan data, sehingga belum bisa berdasarkan variabel orang, tempat dan
menghitung persentase ketepatan dan waktu dapat menggambarkan pola
kelengkapan data. Hal ini dikarenakan penyakit pada populasi dan kemudian
sistem monitoring terhadap ketepatan dapat digunakan sebagai petunjuk
laporan belum berjalan dengan baik. mencari etiologinya. Data berdasarkan
Surveilans pasif dilakukan pada variabel orang (umur, jenis kelamin)
saat ada pasien yang datang ke merupakan karakteristik individu yang
puskesmas dan terdiagnosis DBD. dapat dihubungkan dengan paparan atau
kerentanan terhadap penyakit DBD, informasi kepada pihak-pihak
karena menurut Lestari (2007) dan pemegang kebijakan atau lintas sektor.
WHO (2009) penyakit DBD lebih Umpan balik merupakan salah
banyak menyerang kelompok umur satu kunci keberhasilan kegiatan
anak-anak. Selain itu pengolahan data surveilans Laporan yang telah
Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dan diberikan ke Dinas Kesehatan Kota
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Surabaya selanjutnya mendapatkan
tidak dilakukan. Hasil olahan dan umpan balik dari pihak Dinas
analisis data belum dilakukan
Kesehatan ke Puskesmas. Umpan balik
interpretasi dalam bentuk narasi atau oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya
deskripsi. diberikan melalui aplikasi WhatsApp
Komponen Output dan pertemuan evaluasi kinerja petugas
Informasi epidemiologi yang surveilans puskesmas. Selain itu pihak
dihasilkan dari berupa laporan ke Dinas puskesmas memberikan umpan balik
Kesehatan Kota Surabaya. Informasi kepada sumber data, yakni para kader
epidemiologis tersebut meliputi jumlah jumantik.
kasus DBD, Insidence Rate (IR), Case
Identifikasi Masalah
Fatality Rate (CFR) dan Angka Bebas
Berdasarkan data yang diperoleh
Jentik (ABJ) serta menyajikan pemetaan
dari hasil pengamatan dan wawancara
daerah endemis DBD. Informasi kasus
mendalam kepada pemegang program
DBD belum menunjukkan spesifik
DBD, maka permasalahan yang
berdasarkan orang (umur, jenis kelamin,
ditemukan pada sistem surveilans DBD
pendidikan,dll). Informasi tentang
di Puskesmas Jagir adalah:
daftar inventaris serta stok bahan dan
1. Tidak ada data absensi ketepatan dan
alat fogging/larvasida tidak tersedia.
kelengkapan laporan, sehingga
Informasi tentang pelaksanaan
kelengkapan dan ketepatan pelaporan
penyuluhan dan PSN juga tidak
yang merupakan indikator kinerja
tersedia. Laporan hasil kegiatan
penyelenggaraan surveilans yang
surveilans DBD selain diberikan kepada
ditetapkan berdasarkan SK Menkes
Dinas Kesehatan Kota Surabaya,
RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003
didiseminasikan juga ke masyarakat.
tidak dapat dinilai capaiannya.
Namun belum dilakukan diseminasi
2. Petugas surveilans mempunyai menghasilkan beberapa informasi
fungsi ganda atau merangkap tugas penting seperti: informasi kasus
lain sebagai pemegang program DBD yang spesifik berdasarkan
DBD. orang (umur, jenis kelamin,
3. Tidak tersedia data pelaksanaan pendidikan, pekerjaan, dll), informasi
penyuluhan DBD dan data daftar tentang daftar inventaris serta stok
inventaris stok bahan dan alat bahan dan alat fogging/larvasida dan
fogging/larvasida. informasi terkait pelaksaan
4. Tidak ada SOP khusus dan resmi penyuluhan dan PSN.
yang mengatur tentang koordinasi,
pengumpulan data dan informasi, KESIMPULAN
pengolahan data serta penyajian data Berdasarkan hasil penelitian dan
informasi program DBD. Puskesmas pembahasan, maka dapat disimpulkan
hanya menggunakan Buku Saku, pelaksanaan sistem surveilans DBD di
yang isinya belum spesifik mengatur Puskesmas Jagir System surveilans
tentang sistem pencatatan dan DBD yang sedang berjalan di
pelaporannya Puskesmas Jagir belum berjalan dengan
5. Pengolahan data belum dilakukan optimal, hal ini ditunjukan dengan
berdasarkan karakteristik orang ditemukannya masalah-masalah pada
(umur, jenis kelamin, pendidikan, beberapa komponen sistem baik pada
pekerjaan, dll). Selain itu pengolahan input, proses maupun output.
data Pemantauan Jentik Berkala Permasalahan utama yang ditemukan
(PJB) dan Pemberantasan Sarang dalam sistem surveilans DBD di
Nyamuk (PSN) tidak dilakukan. Puskesmas Jagir adalah tidak ada data
6. Hasil olahan dan analisis data belum absensi ketepatan dan kelengkapan
dilakukan interpretasi dalam bentuk laporan, sehingga indikator kinerja
narasi atau deskripsi. penyelenggaraan surveilans tidak dapat
7. Hasil olahan dan analisis data belum diukur capaiannya. Oleh karena itu
dilakukan interpretasi dalam bentuk perlu dilakukan perbaikan-perbaikan
narasi atau deskripsi. terhadap pelaksanaan sistem surveilans
8. Kegiatan surveilans DBD di DBD di Puskesmas Jagir dengan
Puskesmas Jagir belum membuat absensi ketepatan dan
kelengkapan setiap pelaporan serta Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
memberikan pelatihan pengolahan dan
1116/MENKES/SK/VIII/2003
analisis data petugas surveilans agar tentang Pedoman Penyelenggaraan
Sistem Surveilans Epidemiologi
mampu menghasilkan semua informasi
Kesehatan.
epidemiologis. Lestari, K. 2007. Epidemiologi dan
Pencegahan Demam Berdarah
DAFTAR PUSTAKA Dengue (DBD) di Indonesia. Jurnal
Dinkes Kota Surabaya. 2016. Profil Farmaka. Vol 5(3).
Kesehatan Kota Surabaya. Surabaya. WHO. 2009. Demam Berdarah
Infodatin. 2014. Situasi Demam Dengue: Diagnosis, Pengobatan,
Berdarah Dengue di Indonesia. Pencegahan dan Pengendalian.
Jakarta Pusat Data dan Informasi EGC:Jakarta
Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai