Abstrak
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan yang
cukup serius dan belum pernah bisa dieradikasi. Tahun 2012 kasus DBD meningkat
menjadi 37,1 per 100.000 penduduk dan kembali meningkat di tahun 2013 menjadi
41,25 per 100.000 penduduk. Surveilans epidemiologi merupakan salah satu strategi
yang memiliki peranan penting dalam tindakan kewaspadaan dini dan penanggulangan,
pemantauan penyakit DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
sistem surveilans DBD yang sedang berjalan di Puskesmas Jagir, Kota Surabaya. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif untuk
mendeskripsikan sistem surveilans DBD yang ada di Puskesmas Jagir. Pemilihan
informan dilakukan secara purposive, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir sistem surveilans DBD yang sedang berjalan
di Puskesmas Jagir belum berjalan dengan optimal, hal ini ditunjukkan dengan
ditemukannya masalah-masalah pada beberapa komponen sistem baik pada input,
proses maupun output. Permasalahan utama yang ditemukan dalam sistem surveilans
DBD di Puskesmas Jagir adalah tidak ada data absensi ketepatan dan kelengkapan
laporan, sehingga indikator kinerja penyelenggaraan surveilans tidak dapat diukur
capaiannya. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan
sistem surveilans DBD di Puskesmas Jagir dengan membuat absensi ketepatan dan
kelengkapan setiap pelaporan serta memberikan pelatihan pengolahan dan analisis data
petugas surveilans agar mampu menghasilkan semua informasi epidemiologis.
Dengue (DBD) masih menjadi masalah (incidence rate) DBD pada tahun 2011-
Indonesia merupakan salah satu negara Pada tahun 2011 kasus DBD mengalami
beriklim tropis dengan kasus DBD yang penurunan dari tahun sebelumnya yakni
25,67 per 100.000 penduduk. Kemudian
pada tahun 2012 kasus DBD meningkat pelaporan pemantauan penyakit
menjadi 37,1 per 100.000 penduduk dan memiliki peranan penting dalam upaya
kembali meningkat di tahun 2013 penurunan kasus DBD. Penyebawan
menjadi 41,25 per 100.000 penduduk. penyakit DBD ini terus berkembang,
Angka tersebut masih melebihi target maka dari itu seharusnya sistem
nasional 20 per 100.000 penduduk pencatatan dan pelaporan guna
(Infodatin, 2014). keperluan perencanaan, pencegahan dan
Di Kota Surabaya jumlah pembarantasan penyakit DBD harus
penderita DBD pada tahun 2015 didukung oleh sistem yang handal,
sebanyak 640 orang. Jumlah tersebut yakni suatu sistem yang dapat
sudah menurun dari tahun sebelumnya menyediakan data dan informasi yang
yang mencapai 800 orang penderita akurat, valid dan up to date.
DBD. Sedangkan angka kematian Berdasarkan gambaran permasalahan
akibat penyakit DBD di Kota Surabaya tersebut maka, penelitian ini akan
cukup tinggi, yakni pada tahun 2015 menggambarkan sistem surveilans DBD
mencapai 2 per 100.000 penduduk. di Puskesmas Jagir, Kota Surabaya.
Angka kematian tersebut masih
melebihi target yang ditetapkan yaitu <1 METODE
per 100.000 penduduk (Dinkes Kota Penelitian ini adalah penelitian
Surabaya, 2016). Puskesmas Jagir yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu
merupakan salah satu puskesmas yang mendeskripsikan atau menggambarkan
ada di Kota Surabaya dengan suatu keadaan sistem surveilans DBD
penyumbang kasus DBD di Kota yang ada di Puskesmas Jagir. Surveilans
Surabaya yang cukup banyak. Pada DBD ini akan dianalisis dengan
tahun 2015 jumlah kasus DBD di pendekatan sistem, yakni dianalisis
Puskesmas Jagir sebanyak 29 kasus, 19 berdasarkan komponen input, proses
kasus terjadi pada laki-laki dan 10 kasus dan output. Unit analisis dalam
pada perempuan. penelitian ini adalah sistem surveilans
Surveilans merupakan salah satu DBD di Puskesmas Jagir. Informan
strategi yang memiliki peranan penting pada penelitian ini adalah petugas
dalam memantau penyakit DBD. surveilans DBD atau pemegang
Surveilans atau sistem pencatatan dan
program DBD dan Kepala Puskesmas HASIL DAN PEMBAHASAN
Jagir. Sistem surveilans epidemiologi
Data yang digunakan dalam merupakan salah satu bagian
penelitian ini adalah data primer dan pelaksanaan Program DBD mengingat
data sekunder. Data primer kegiatan didalamnya meliputi proses
dikumpulkan dengan teknik wawancara pengumpulan data, pengolahan dan
mendalam menggunakan pedoman analisis data serta penyebaran
wawancara mendalam. Data sekunder informasi. Surveilans epidemiologi
dikumpulkan dengan studi dokumen penyakit DBD di Puskesmas Jagir
laporan tahunan, laporan bulanan dipegang oleh koordinator program
program DBD, form pencatatan dan DBD yang sekaligus merangkap sebagai
pelaporan DBD dan profil puskesmas. petugas surveilans DBD. Kegiatan
Analisis yang digunakan pada penelitian surveilans yang dilakukan bertujuan
ini adalah deskriptif naratif. memberikan informasi tentang hasil
kegiatan program DBD. Alur sistem
surveilans DBD di Puskesmas Jagir
dapat dilihat pada Gambar 1.
Dinas Kesehatan
Kota Surabaya
Sistem
Kader
Pencatatan dan
Jumantik
Pelaporan data
program DBD di
Puskesmas Jagir
Masyarakat