Anda di halaman 1dari 198

KESEHATAN LINGKUNGAN

TUJUAN MATA KULIAH

MENGURAIKAN PRINSIP EKOLOGI SEJARAH KESLING


MEMAHAMI BERBAGAI KEBIJAKAN DAN PROGRAM
KESLING
MEMAHAMI PROSES TRANSFORMASI KESLING
PROSPEK BERBAGAI MASALAH KESLING

KEGIATAN BELAJAR

CERAMAH, DISKUSI, PENUGASAN


SEJARAH ILMU KESLING

SEJAK 400 SM MANUSIA SUDAH MENDUGA ADANYA


HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN PENYAKIT
MISAL : MALARIA DIANGGAP PENYAKIT YG
BERHUBUNGAN DENGAN CUACA BURUK

CATATAN KUNO ;
PENDUDUK KOTA YUNANI, ROMAWI DAN MESIR, RATA-RATA
MENINGGAL KARENA PENY. MENULAR YG SECARA PERIODIK
MERUPAKAN WABAH ; PES, MALARIA, CACAR, TYPHUS DLL
MEREKA TINGGAL DIDAERAH YANG BURUK DAN PENUH
SUMBER PENY. MENULAR
UMUR HARAPAN HIDUP RATA-RATA 30 TH
HYPOCRATES ( 4ABAD SM ), SELAIN DIKENAL SEBAGAI BAPAK ILMU
KEDOKTERAN, DIKENAL JUGA SEBAGAI ORANG PERTAMA YANG
MENCATAT EFEK BURUK PADA LINGKUNGAN PEKERJA TAMBANG
TIMAH HITAM

DALAM PAPYRUS PENINGGALAN FIR’AUN, SEORANG DOKTER JUGA


TELAH MENCATAT ADANYA PENYAKIT-PENYAKIT YANG BERASAL
DARI LINGKUNGAN PEKERJAAN ; PADA TUKANG PERAHU DAN
PENGATUR AIR.
GEJALA YANG DILUKISKAN MIRIP ATAU DIDUGA SEJENIS
SCHISTOSOMIASIS

UPAYA-UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT YANG BERINTIKAN


PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN YANG DIKENAL SEBAGAI CIKAL
BAKAL UPAYA KESLING JUGA TELAH DIMULAI PADA ZAMAN KRETA
ROMAWI DAN MESIR
CONTOH : KOTA-KOTA ROMAWI KUNO TELAH MEMBANGUN
LEPROSARIA ( TEMPAT MERAWAT PENDERITA KUSTA, PROYEK
PERPIPAAN AIR BERSIH, SISTEM ALIRAN LIMBAH DLL
BUKTI-BUKTI EMPIRIK MENUNJUKAN BAHWA MASALAH DAN
UPAYA –UPAYA KESEHATAN YANG YANG BERKAITAN
DENGAN LINGKUNGAN . BAIK LINGKUNGAN PEMUKIMAN,
LINGKUNGAN UMUM MAUPUN LINGKUNGAN KERJA TELAH
DIMULAI SEJAK ZAMAN HYPOCRATES.

NAMUN SEJARAH MENCATAT BAHWA PERKEMBANGAN ILMU


KESEHATAN, KHUSUSNYA KESLING / KERJA MENGALAMI
PERLAMBATAN SELAMA BER ABAD-ABAD, HINGGA ABAD KE
15 DAN 16 , KETIKA ELLENBOG, PARACELSUS DAN AGRICOLA
MENGEMUKAKAN TEORI – TEORI MEREKA TENTANG
HUBUNGAN PENYAKIT DAN LINGKUNGAN
Pengertian Kesehatan menurut WHO
Menurut Wikepedia :Yaitu situasi sejahtra dari tubuh,
jiwa serta sosial yang sangat memungkinkan setiap
orang hidup produktif dengan cara sosial serta
ekonomis.Sedangkan pengertian Kesehatan menurut
WHO Thn 1948 adalah suatu situasi fisik, mental,
sosial,kesejahtraan dan tidak hanya bebas dari
penyakit atau kekurangan.

5
.Aspek-aspek Kesehatan pada prinsipnya
kesehatan itu mencakup 4 segi, diantaranya :

1) Kesehatan fisik terwujud


jika seseorang tidak merasakan atau mengeluh sakit,
seluruh organ tubuh berperan normal atau tidak
mengalami masalah.

2) Kesehatan mental (jiwa) meliputi 3 komponen


yaitu:pikiran, emosional serta spritual. Pikiran sehat
tercermin dari cara memikirkan atau jalur pikiran.

6
3) Kesehatan sosial terwujud
jika seseorang dapat terkait dengan orang lain atau
grup lain dengan cara baik, tidak membedakan ras,
suku dan agama atau kepercayaan, status sosial,
ekonomi, politik dsb dan sama-sama toleransi serta
menghormati.

4) Kesehatan dari segi ekonomi tampak apabila


seseorang(dewasa) produktif dalam makna memiliki
aktivitas yang membuahkan suatu hal bisa menyokong
pada hidupnya sendiri atau keluarganya dengan cara
finansial.
ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN

Ilmu multi disipliner yang mempelajari dinamika hubungan


interaktif dari sekelompok manusia atau masyarakat dengan
berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang
diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan
dan pencegahan.

7
KESEHATAN LINGKUNGAN

UPAYA PERLINDUNGAN, PENGELOLAAN DAN MODIFKASI


LINGKUNGAN YANG DIARAHKAN MENUJU KESEIMBANGAN
EKOLOGIS PADA TINGKAT KESEJAHTERAAN MANUSIA YANG
SEMAKIN MENINGKAT
(ASRUL AZWAR, WHO, SLAMET RIYADI, SUMENGEN )

ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN :


MEMPELAJARI DINAMIKA HUBUNGAN INTERAKTIF ANTARA
KELOMPOK PENDUDUK/MASYARAKAT DAN SEGALA MACAM
PERUBAHAN KOMPONEN LINGKUNGAN YANG MENIMBULKAN
ANCAMAN ATAU BERPOTENSI MENGGANGGU KESEHATAN
MASYARAKAT SERTA MENCARI UPAYA – UPAYA
PENCEGAHANNYA ( UMAR FAHMI ACHMADI )
DEFINITION OF ENVIRONMENTAL
HEALTH (WHO, OCT 2013)
ENVIRONMENTAL HEALTH IS THE SCIENCE AND
PRACTICE OF PREVENTING HUMAN INJURY AND
ILLNESS AND PROMOTING WELL-BEING
BY IDENTIFYING AND EVALUATING ENVIRONMENTAL
SOURCES AND HAZARDOUS AGENTS AND LIMITING
EXPOSURES TO HAZARDOUS PHYSICAL,
CHEMICAL, AND BIOLOGICAL AGENTS IN AIR, WATER,
SOIL, FOOD, AND OTHER ENVIRONMENTAL MEDIA OR
SETTINGS THAT MAY ADVERSELY AFFECT HUMAN
HEALTH.
Ilmu kesehatan lingkungan (environmental
health) adalah suatu keseimbangan ekologi
yang harus ada antara manusia dan
lingkungannya, agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.
ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN MEMPELAJARI
HUBUNGAN INTERAKSI ANTARA MASYARAKAT
DENGAN LINGKUNGAN HIDUP YANG MEMILIKI
POTENSI BAHAYA (MENIMBULKAN)
KESEHATAN BAIK DIRI MAUPUN MASYARAKAT
DI SEBUAH WILAYAH ATAU KAWASAN

DASAR KEILMUAN KESEHATAN LINGKUNGAN


ADALAH MENGIDENTIFIKASI, MENGUKUR,
MENGANALISIS, MENILAI, MEMPREDIKSI BAHAYA
BERBAGAI PAJANAN DI LINGKUNGAN, DAN
MELAKUKAN PENGENDALIAN DENGAN TUJUAN
MENCEGAH DAN MELINDUNGI KESEHATAN
MASYARAKAT DAN EKOSISTEM
Pencemaran lingkungan hidup
Adalah keadaan yang menyatakan bahwa masuknya
atau dimasukkannya suatu materi, energi atau
informasi ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia atau alami, baik langsung maupun tidak
langsung, telah mencapai tingkat tertentu yang
mengakibatkan terjadinya gangguan, kerusakan dan
penurunan mutu lingkungan hidup, sehingga tidak
berfungsi, baik dari segi kesehatan, kesejahtraan dan
keselamatan hayati
c. Faktor Individu  Aspek Penggunaan APD
• Menggunakan topi;
• Menggunakan hood (tutup kepala, hanya ada
lobang pada mata);
• Menggunakan kaca mata rapat (gogles);
• Menggunakan masker mulut hingga hidung;
• Memakai Baju lengan panjang;
• Memakai celana panjang;
• Memakai sepatu boot.

10
Definisi secara makro, paradigma sehat berarti
pembangunan semua sektor harus memperhatikan
dampaknya di bidang kesehatan, minimal
pembangunan tersebut harus memberikan kontribusi
positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan
sehat.

Sedangkan definisi secara mikro, paradigma sehat


berarti pembangunan kesehatan lebih menekankan
upaya promotif dan preventif , bukan hanya
penyembuhan orang sakit atau pemulihan
kesehatan.
Paradigma Sehat

Paradigma sehat merupakan cara pandang, pola


pikir, atau model pembangunan bersifat holistik
dalam melihat masalah kesehatan yang
dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas
sektor dan upayanya lebih diarahkan pada
peningkatan, pemeliharaan, dan perlindungan
kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang
sakit atau pemulihan kesehatan.
KOMPOONEN LINGKUNGAN YANG MEMILIKI POTENSI
BAHAYA PENYAKIT

 GOLONGAN FISIK : KEBISINGAN, RADIASI, DEBU, PANAS, DLL

 GOLONGAN KIMIA : PESTISIDA, LIBAH PABRIK, BAHAN PEWARNA


MAKANAN, BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

 GOLONGAN BIOLOGIS : SPORA, JAMUR, BAKTERI, CACING, DLL

 GOLONGAN SOSIAL : ATASAN, PESAING, TETANGGA , DLL

JALAN MASUK KOMPONEN LINGKUNGAN KEDALAM TUBUH MANUSIA


MELALUI 3 JALAN, YAITU :

SALURAN NAFAS
SALURAN PENCERNAAN
KULIT, BAIK MELAUI KONTAK MAUPUN SUNTIKAN
HUBUNGAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN

 SEHAT PADA DASARNYA ADALAH GAMBARAN KEADAAN


KESEIMBANGAN DARI BERBAGAI FATOR, SEDANGKAN PENYAKIT TIMBUL
APABILA TERJADI APABILA TERJADI GANGGUAN DARI KESEIMBANGAN
FAKTOR TESEBUT
 FAKTOR –FAKTOR YANG BERPERANAN TERSEBUT :
 HOST / PEJAMU ; SEGALA FAKTOR YANG TERDAPAT PADA DIRI
MANUSIA YANG DAPAT MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT : UMUR,
JENIS KELAMIN, JENIS PEKERJAAN, GOLONGN ETNIK, STATUS
PERKAWINAN, DLL
 AGENT : SUATU SUBSTANSI ATAU ELEMEN YANG DAPAT MENYEBABKAN
ATAU MENGGERAKAN TIMBULNYA PENYAKIT ;
BIOTIS MAUPUN ABIOTIS
 LINGKUNGAN : FISIK, KIMIA BIOLOGI DAN SOSIAL
JHON GORDON : MENGGAMBARKAN INTERAKSI ANTAR FAKTOR TERSEBUT DENGAN
MENGANALOGIKAN SEBAGAI TIMBANGAN PENGUMPIL
DENGAN LINGKUNGAN SEBAGAI TITIK TUMPUNYA

A P

AGENT PENJAMU
MENYEBABKAN PEYAKIT MANUSIA : UMUR, SEX, BANGSA
PADA MANUSIA DLL

LINGKUNGAN
PENINGKATAN DARI KEMAMPUAN AGEN UNTUK MENGINFEKSI SERTA
MENYEBABKAN PENYAKIT BAGI MANUSIA, MISAL :
PERUBAHAN SIFAT (STRAIN) DARI VIRUS INFLUENZA MENGAKIBATKAN
KEKEBALAN DARI PENJAMU SEBELUMNYA TIDAK EFFEKTIF.

LINGKUNGAN
PENINGKATAN PROPORSI KERENTANAN DARI POPULASI MANUSIA , MISAL :
• PADA SITUASI KEKURANGAN PANGAN DAN GIZI.
• SESUDAH TERJADI BENCANA : BANJIR, GEMPA BUMU DLL

LINGKUNGAN
PERGESERAN TITIK TUMPU KEARAH AGEN SEHINGGA MERANGSANG
PENYEBARAN AGEN, SEBAGAI CONTOH :
PADA KEADAAN BANJIR SUNGAI2 DAN BADAN AIR LAINNYA MELUAP
DAN MEMBAWA PULA MIKROORGANISME ATAU ZAT2 BERBAHAYA
LAINNYA YANG DAPAT MENGKOTAMINASI AIR BERSIH.

LINGKUNGAN
DAERAH DENGAN PERKEMBANGAN INDUSTRI YANG PESAT MENYEBABKAN
KONSENTRASI ZAT PENCEMAR DI UDARA MENINGKAT DAN HAL INI
MENINGKATKAN KERENTANAN PADA MANUSIA --> PENYAKIT ISPA

LINGKUNGAN
JANGKAUAN PEMAHAMANAN
KESEHATAN LINGKUNGAN

SUMBER AMBIENT MANUSIA DAMPAK KES

A B C D

• A. : 1. ALAMIAH
2. KEGIATAN MASY ; INDUSTRI, RUMAH TAGGA,
PENDERITA PENY. INFEKSI
B. : WAHANA : UDARA, AIR, TANAH, MAKANAN, VEKTOR,
C. : KOMPONEN LINGK BERADA DALAM: DARAH, RAMBUT,URINE
DLL
D. : DAMPAK KESEHATAN : AKUT, SUB KLINIK, TERSAMAR
1. SIMPUL A :

PENGAMATAN, PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN EMISI PENC. UDARA


(TRANSPORTASI, INDUSTRI ), SUMBER PENC. AIR (INDUSTRI, RUMAH
TANGGA ), SUMBER PENY.MENULAR (PENDERITA ) TYPHUS, MALARIA DLL

2. SIMPUL B :

PENGAMATAN, PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN KOMPONEN


LINGKUNGAN BERADA DI WAHANA/MEDIA ( KONSENTTRASI PENCEMAR
UDARA, RESIDU PESTISIDA DALAM SAYURAN, E.COLI DALAM AIR DSB

3. SIMPUL C :

PENGAMATAN DAN PENGUKURAN KADAR Pb DALAM DARAH , MERKURI


DALAM RAMBUT, COHb (CARBOXY HAEMOGLOBIN) DALAM DARAH, KADAR
PESTISIDA DALAM LEMAK, PLASMODIUM Spp DALAM DARAH , DLL

4. SIMPUL D :

PENGAMATAN, PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN PREVALENSI KORBAN


KERACUNAN MAKANAN ATAU PREVALENSI PENYAKIT MENULAR LAINNYA
PIRAMIDA PENDERITA PENYAKIT AKIBAT LINGKUNGAN

AKUT

SUB KLINIK

TERSAMAR
GANGGUAN KESEHATAN AKIBAT LINGKUNGAN
BERDASARKAN MANIFESTASI KLINIK

1. KELOMPOK PENDERITA AKUT :

JUMLAH RELATIF SEDIKIT, MEMILIKI GEJAA KLINIK JELAS, PERLU TINDAKAN SEGERA,
SERING DKLASIFIKASIKAN SEBAGAI KECELAKAAN
MISAL : KERACUNAN PESTISIDA DOSIS TINGGI

2. KELOMPOK PENDERITA SUB KLINIK :

JUMLAH RELATIF LEBIH BANYAK, MEMILIKI GEJALA KLINIK TIDAK JELAS TETAPI
MEMILIKI TANDA / INDIKATOR LABORATORIUM KHAS, SERING DIHUBUNGKAN DENGAN
PENYAKIT YANG DIPEROLEH DARI PEKERJAAN
MISAL : ANEMIA PADA PEKERJA POMPA BENSIN, PENINGKATAN COHb PADA POLISI
LALU LINTAS

3. KELOMPOK PENDERITA DENGAN GEJALA SAMAR

JUMLAH SANGAT BESAR, GEJALA TIDAK KHAS BAIK KLINIK MAUPUN LAB., AKIBAT
PEMAPARAN OLEH KOMPONEN LING, DENGAN INTENSITAS RENDAH ATAU DOSIS KECIL
MISAL : KELOMPOK MASY. YANG MENGKONSUMSI MAKANAN YANG MENGANDUNG
BAHAN PENGAWET SINTETIS YANG BERBAHAYA
SIFAT – SIFAT YANG DIMILIKI KESEHATAN LINGKUNGAN

DIMIENSI LINTAS BATAS


LINTAS BATAS GEOGRAFIS, LINTAS DISIPLIN DAN LINTAS SEKTOR
SEHINGGA PEMECAHAN MASALAH KESLING JUGA HARUS
MEMPERHATIKAN DIMENSI INI
CONTOH : PECEMARAN UDARA PERKOTAAN
SIMPUL A : PENGAMBIL KEBIJAKAN SISTEM TRANSPORTASI DAN
ENERGI
SIMPUL B : WEWENANG SEKTOR PENGATUR JALAN RAYA
SIMPUL C DAN D SEBAGAI AKIBAT OLEH DEPKES

DIMENSI VARIABELITAS
MASALAH KESLING MEMILIKI VARIABELITAS KELOMPOK,
GEOGRAFIS, WAKTU
DAMPAK KOMPONEN LINGKUNGAN SATU KELOMPOK BELUM TENTU
SAMA DENGAN DAMPAK PADA KELOMPOK LAIN
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASALAH
KESEHATAN LINGKUNGAN

 PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK


MASALAH KESLING CENDERUNG TIMBUL PADA DAERAH PADAT
KEBIJAKAN PENGAMBIL KEPUTUSAN
KEBIJAKAN SEBAGAI KEKUATAN SUPRA SISTEM DAPAT
MEMPENGARUHI BAIK BAURUKNYA MASALAH KESLING
CONTOH : KEBIJAKAN PENGGUNAAN TETRA ETHYLLEAD UNTUK
CAMPURAN BBM
MENTALITAS DAN PERILAKU MASYARAKAT
KESEHATAN LINGKUNGAN JUGA DIPENGARUHI OLEH PERILAKU
MASY. BAIK PERILAKU SEBAGAI PENENTU KEBIJAKAN MAUPUN
SEBAGAI KELOMPOK AKIBAT
KEMAMPUAN ALAM UNTUK PENGENDALIAN PENCEMARAN
ALAM MEMPUNYAI KEMAMPUAN MEMBERSIHKAN KEJADIAN
PENCEMARAN ( SELF PURIFICATION ), SEPERTI ARAH DAN
KECEPATAN ANGIN, CURAH HUJAN, KELEMBABAN DLL
LINGKUP KL (WHO)
1. PENYEDIAAN AIR MINUM
2. PENGELOLAAN AIR BUANGAN DAN PENGENDALIAN
PENCEMARAN
3. PEMBUANGAN SAMPAH PADAT
4. PENGENDALIAN VEKTOR. (PENGENDALIAN VEKTOR IALAH
SEGALA MACAM USAHA YANG DILAKUKAN UNTUK MENURUNKAN
ATAU MENGURANGI POPULASI VEKTOR DENGAN MAKSUD
MENCEGAH ATAU MEMBERANTAS PENYAKIT YANG DITULARKAN
VEKTOR ATAU GANGGUAN YANG DIAKIBATKAN VEKTOR.)
5. PENCEGAHAN ATAU PENGENDALIAN PENCEMARAN TANAH OLEH
EKSRETA MANUSIA. (YANG DIMAKSUD EKSKRETA ADALAH
SELURUH ZAT YANG TIDAK DIPAKAI LAGI OLEH TUBUH DAN
YANG HARUS DIKELUARKAN DARI DALAM TUBUH)
6. HIGIENE MAKANAN TERMASUK JUGA SUSU
7. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
8. PENGENDALIAN RADIASI
9. KESEHATAN KERJA
10. PENGENDALIAN KEBISINGAN
11. PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
12. ASPEK KESLING DAN TRANSPORTASI UDARA
13. PERENCANAAN DAERAH DAN PERKOTAAN.
14. PENCEGAHAN KECELAKAAN
15. REKREASI UMUM DAN PARIWISATA
16. TINDAKAN-TINDAKAN SANITASI YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEADAAN EPIDEMIK
ATAU WABAH, BENCAN ALAM DAN MIGRASI
PENDUDUK.
17. TINDAKAN PENCEGAHAN YANG DIPERLUKAN
UNTUK MENJAMIN LINGKUNGAN
MENURUT UU NO 23 TAHUN 1992 TENTANG
KESEHATAN (PASAL 22 AYAT 3)

1. PENYEHATAN AIR DAN UDARA


2. PENGAMANAN LIMBAH PADAT/SAMPAH
3. PENGAMANAN LIMBAH CAIR
4. PENGAMANAN LIMBAH GAS
5. PENGAMANAN RADIASI
6. PENGAMANAN KEBISINGAN
7. PENGAMANAN VEKTOR PENYAKIT
8. PENYEHATAN DAN PENGAMANAN
LAINNYA : MISAL PASCA BENCANA.
Transformasi kesehatan lingkungan

Transformasi diartikan sebagai fenomena metamorfosa atau


perubahan dari satu kondisi kekondisi yang lain

Pembangunan pada dasarnya merupakan proses transformasi dari


kondisi “ A “ ke kondisi “ B “

Ada tiga kondisi masalah kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan

 Zaman Pra Industri


 Zaman Industrialisasi
 Zaman Pasca Industri
Zaman Pra Industri

Masalah Sanitasi dasar yang kurang memadai


Kehidupan masih bercirikan Komunitas agraris
Sebagian besar limbah masih limbah rumah tangga dan pertanian
yang bersifat bio-degradable
Penyakit yang berasal dari lingkungan umumnya berupa penyakit
menular sepert demam typhus, kholera, dysentri , malaria ,
Tuberkulosis dll
Program kesehatan lingkungan berkisar pada perbaikan sanitasi
dasar seperti pemenuhan kebutuhan air bersih, perumahan sehat
dan pemenuhan sarana jamban keluarga
Zaman Industrialisasi

Ditandai dengan urbanisasi besar-besaran, sedangkan kota belum


siap menampung
Masalah Kesehatan lingkungan pada masa ini ditandai dengan
masalah kesehatan lingkungan “ Perkotaan “ : Perkampungan
kumuh, kemacetan lalu lintas, pencemaran udara dan limbah cair
Masyarakat mengalami dua ancaman penyakit :
 Penyakit menular dan gizi rendah
 Pencemaran air, udara, penggunaan bahan kimia dalam
makanan mulai meningkat dan berbagai penyakit tidak menular
mulai muncul
Zaman Pasca Industri

Masalah kesehatan lingkungan pada Pasca industri berkaitan


dengan :

 Kebijakan energi baru, penggunaan teknologi yang maju atau


teknologi bersih / clean tecnology sehingga proses industri yang
mengakibatkan pencemaran mulai berkurang
 Kecenderungan penggunaan materi yang mudah terurai oleh
alam ( bio-degradable ) untuk mengganti plastik
 Penyakit akibat kerja menjadi tidak spesifik dan berubah menjadi
sindroma yang berhubungan dengan pekerjaan; misal Sick
building syndrome
 Peranan bioteknologi dalam mengatasi pencemaran semakin
menonjol
 Ditandai dengan dimulainya zaman kolonisasi ruang angkasa
Metode epidemiologi Kesehatan Lingkungan

Upaya antisipasi terhadap fenomena transformasi kesehatan


lingkungan yang terjadi adalah upaya pengembangan, pendekatan
dan penggunaan metode epidemiologi dalam setiap pemecahan
masalah kesehatan lingkungan
Pada zaman industri penyekit-penyakit degeneratif, kronik akibat
pencemaran lingkungan yang umumnya mempunyai gejala tidak
spesifik dan keracunan acut. Pada zaman ini peran epidemiologi
kesehatan lingkungan menjadi semakin penting
Untuk mempelajari studi epidemiologi kesehatan lingkungan di
perlukan dua persyaratan pokok :
 Memahami konsepsi dan jangkauan pemahaman kesehatan lingkungan
 Memiliki kemampuan dasar metode epidemiologi
Simpul Studi Epidemiologi

Terdapat 4 simpul Indikator penyelidikan Epidemiologi Kesehatan


Lingkungan :

1. Simpul Pertama adalah studi komponen lingkungan pada


sumbernya
Contoh :
 Studi dan pengamatan emisi; untuk menentukan sejauh mana
potensi bahaya komponen lingkungan yang mungkin ditimbulkan
 Prevalensi penderita typoid dalam satu wilayah untuk
menentukan potensi penyebaran penyakit tersebut
 Trend jumlah pabrik yang menghasilkan limbah, besarnya kadar
logam berat pada titik buangan limbah, perkiraan total produksi
pestisida dan lain-lain dapat menggambarkan potensi
kecenderungan masalah kesehatan lingkungan pada satu
wilayah
2. Simpul kedua adalah pengukuran komponen pada
ambient atau lingkungan

Contoh :

Monitoring tingkat pencemaran air, pengukuran residu pestisida


dalam makanan, adanya E. Coli dalam air, komponen pencemar
udara

Dari informasi yang diperoleh dapat diperkirakan potensi bahaya


dari komponen-komponen tersebut, apalagi bila diketahui tingkat
konsumsi rata-rata/ intake dari penduduk yang bersangkutan
3. Simpul ketiga adalah studi epidemiologi yang mempelajari setelah
agen penyakit masuk dalam tubuh manusia

Contoh :

Adanya kandungan Pb dalam darah atau co dalam darah


menunjukan tinggi rendahnya exposure seseorang terhadap bahan
pencemar

Studi pada simpul ini juga sering disebut studi parameter biologis
(Biomarker ) . Parameter yang didapat menunjukan “ tingkat
Pemaparan “ atau derajat kontak.

Contoh :
Adanya penurunan cholinesterase dapat digunakan sebagai
indikator derajat kontak terhadap pestisida
4. Studi Pengamatan kejadian atau kasus dengan
mengumpulkan gejala penyakit

Pengukuran gejala sakit, baik secara klinis atau sub klinis ; angka
prevalensi, insiden dan mortality

contoh :

– Pengumpulan prevalensi atau insidensi penyakit saluran nafas disekitar


pabrik
– Pencatatan kejadian pneumonia pada balita
Selain studi deskriptif pada tiap-tiap simpul, dapat pula
dilakukan studi epidemiologi yang bersifat analitik
dengan menggabungkan atau menghubungkan antara
kedua simpul; simpul 1 dengan simpul 2 atau simpul 2
dengan simpul 3

contoh :
Hubungan fluktuasi kadar pencemar X dengan fluktuasi
penderita penyakit Y
Dalam melakukan studi epidemiologi kesehatan
lingkungan, dikenal beberapa karakteristik yang harus
diperhatikan :
 Kelompok Resiko lingkungan
Sekelompok masyarakat yang akan terkena terlebih dulu,
sebelum kelompok lain menderita, dalam skala ruang, waktu
dan dosis yang sama

 Distribusi dan Frekuensi


Umumnya distribusi frekuensi kejadian suatu penyakit akibat
komponen lingkungan digambarkan sebagai piramid

 Penyebaran, waktu dan geografis


Berkaitan dengan siklus epidemiologi satu penyakit, baik
penyakit menular maupun tidak menular
(Bagaimana penyebaranya, kapan, apakah ada hubunganya
dengan musim )
PERUMAHAN
Persyaratan Rumah Sehat :
1. Kebutuhan Fisiologis
2. Kebutuhan Psikologis
3. Mencegah Penularan Penyakit
4. Mencegah Kecelakaan
Pemenuhan Kebutuhan
Fisiologis
1. Pencahayaan cukup : Alam (Matahari)
dan Buatan (Lampu)
2. Perhawaan (Ventilasi) : proses
pergantian udara ruang
3. Bebas Suara2 dan Radiasi dari luar
yang mengganggu
4. Cukup tempat bermain dan belajar bagi
anak
Pemenuhan Kebutuhan
Psikologis
Tiap orang terjamin ketenangan dan privasi
Mempunyai ruang untuk berkumpul
keluarga
Lingkungan (homogen) dengan sekitar
(sosioekonomi)
Fasilitas kamar mandi dan WC sendiri
Jumlah dan pengaturan kamar tidur
disesuaikan dengan umur dan jenis
kelaminya
Pemenuhan Kebutuhan
Psikologis
Jarak antar tempat tidur min. 90 cm.
Menjamin keleluasaan gerak, bernafas
dan kebersihan
Ukuran ruang tidur anak : ≤ 5 tahun
adalah 4,5 m3
(1,5x1x3 m), ≥ 5 tahun 9 m3 (3x1x3 m)
Halaman yang ditanami pepohonan
Hewan/ternak dibuatkan kandang
tersendiri
Mencegah Penularan Penyakit
Tersedia Air minum dan Air bersih sesuai syarat
kesehatan
Tidak memberi kesempatan serangga dan
binatang bersarang didalam rumah
Pembuangan kotoran (tinja), air limbah dan
sampah sesuai syarat kesehatan
Tempat pembuangan sampah baik, kuat dan
higienis
Luas kamar tidur maksimal 3,5 m2/org dan tinggi
langit-langit min 2,75 m
Tempat masak dan penyimpanan makanan harus
bersih dan bebas pencemaran
Mencegah Kecelakaan
Cukup ventilasi untuk mengeluarkan gas/racun
Cukup cahaya untuk mencegah bersarangya binatang
berbahaya
Bahan bangunan dan konstruksi memenuhi syarat
bangunan sipil yang baik dan kuat
Jarak ujung atap antar tetangga min. 3 m, hal ini tidak
berlaku bagi rumah bergandengan/couple
Rumah agar jauh dari pohon2 besar yang rapuh/mudah
patah
Apabila terdapat anak tangga, lebar min 25cm, tinggi
max 18cm, kemiringan tangga 30-36o dan ada
pegangan kuat
Fasilitas Penunjang Perumahan
Pencahayaan (50-200 lux)
Ventilasi
Perhawaan buatan
Rat proof/insect proof
Splash level/kedap air
Back siphonage/back flow
Pengelolaan sampah
Pengelolaan tinja dan limbah cair
Air bersih
Fasilitas Penunjang Perumahan
Pencahayaan :
- Dapur/ruang jahit/ ruang belajar : 200 lux
- Kamar tidur / ruang makan :100 lux
- Kamar mandi : 100 lux
- Ruang tamu disesuaikan aktivitas dan
selera
Fasilitas Penunjang Perumahan
Perhawaan Buatan :
- Fan (kipas angin)
- Exhauster/exhaust fan
- Air conditioned (AC)
Pembuangan
Kotoran Manusia
(Tinja)
Pembuangan Kotoran Manusia
(Tinja)
Syarat Pembuangan Kotoran Manusia
(Human Excreta) (Ehlers & Steel, et.al.) :
1. Tidak boleh mengotori tanah permukaan
2. Tidak boleh mengotori air permukaan
3. Tidak boleh mengotori air dalam tanah
4. Kotoran tidak boleh terbuka (sumber
perkembangbiakkan lalat)
5. Harus terlindung dari pandangan orang
6. Biaya pembuatanya mudah dan murah
Pembuangan Kotoran Manusia
(Tinja)
Mavam – Macam Jamban/Kakus :
1. Pit Privy (Cubluk)
2. Aqua Privy (Cubluk berair)
3. Watersealed Latrine
4. Bored Hole Latrine
5. Bucket Latrine (Pail Closet)
6. Trench Latrine
7. Overhung Latrine
8. Chemical Toilet
Pembuangan
Sampah
Pembuangan Sampah
Macam Pembuangan dan Pengelolaan
Sampah :
1. Land Fill
2. Sanitary Land Fill
3. Individual Incineration
4. Incineration Khusus (Pemerintah)
5. Pulverization
6. Composting
7. Hogfeeding
8. Recycling
Penyediaan Air
Bersih
Penyediaan Air Bersih :
Komposisi air pada tubuh manusia :
Dewasa: 55-60% dari berat badan
Anak : 65% dari berat badan
Bayi : 80% dari berat badan

Kebutuhan Air per orang ( WHO) :


Negara Maju : 60 – 120 liter/hari
Negara Berkembang : 30 – 60 liter / hari
Syarat air minum sehat :
Dasar Hukum :
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.
416/Menkes/per/IX/1990 tentang
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
2. Keputusan Menteri KLH Kep.
02/Men KLH/I/1988 tentang Baku
Mutu Lingungan Hidup
Syarat air minum sehat :
1. Syarat Fisik :
Bening (tdk berwarna), tidak berasa, suhu
lebih rendah dibandingkan suhu luar, tidak
berbau
2. Syarat Bakteriologis :
Bebas dari dari kontaminasi bakteri dan
organisme lain
3. Syarat Kimia :
Air minum yg sehat harus mengandung zat
tertentu dalam jumlah tertentu yg
menunjang kesehatan
Tabel Syarat Kimia Air Minum
:
No. Jenis Bahan Kadar Normal
(mg/ml)
1 Fluor (F) 1-1,5
2 Chlor (Cl) 250
3 Arsen (As) 0,05
4 Tembaga (Cu) 1,0
5 Besi (Fe) 0,3
6 Zat organik 10
7 pH (Keasaman) 6,5-9,0
8 CO2 0
Pemeriksaan Kualitas Air :

1. Multiple tube fermentation


2. Membrane filter technique
Penggolongan Kualitas Air :
1. Golongan A : dapat untuk diminum
tanpa diolah
2. Golongan B : sebagai bahan baku
air minum setelah diolah
3. Golongan C : untuk perikanan dan
peternakan
4. Golongan D : untuk pertanian,
industri dan PLTA
Sumber - Sumber Air Minum :
1. Air Hujan
Dapat ditampung langsung, tapi tidak
mengandung Kalsium
2. Air Sungai dan Danau
Disebut sebagai air permukaan, banyak
tercemar kotoran, harus diolah dahulu
3. Mata Air
Dari air tanah yang muncul secara alamiah,
dapat langsung dijadiakan air minum. Tapi bila
curiga tercemar harus diolah dahulu.
Sumber - Sumber Air Minum :
4. Air Sumur Dangkal :
Berasal dari lapisan air tanah yg dangkal,
biasanya 5-15 meter dari permukaan tanah.
Masih mungkin terkontaminasi kotoran dari
permukaan, maka harus diolah dahulu
5. Air Sumur Dalam :
Berasal dari lapisan air kedua didalam tanah,
biasanya 15 meter lebih. Biasanya cukup
sehat untuk air minum langsung, tanpa
proses pengolahan. (Sumur bor)
Pengolahan Air Minum Secara
Sederhana :
1. Pengolahan secara alamiah
Penyimpanan (storage), harapanya terjadi
koagulasi partikel2 dlm air kmdn
mengendap, akhirnya air mjd jernih
2. Pengolahan air dengan menyaring
Dgn kerikil, pasir, ijuk atau dgn teknologi
tinggi (PDAM)
Pengolahan Air Minum Secara
Sederhana :
3. Pengolahan air dengan menambahkan
zat kimia
Untuk koagulasi (tawas) dan
menyucihamakan (Chlor)
4. Pengolahan air dengan mengalirkan
udara
Tujuanya untuk menghilangkan bau dan
rasa yg tidak enak, serta meningkatkan
derajat keasaman air
5. Pengolahan air dengan memanaskan
Pembuangan Air Kotor
(limbah domestik & industri)
Air Limbah dan Pengelolaanya
Definisi :
Adalah sisa limbah atau air yang dibuang,
berasal dari rumah tangga, industri
maupun tempat umum lainya dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Kombinasi cairan dan sampah ini dapat
merembes menuju air tanah, air
permukaan dan air hujan.
Sumber Air Limbah :
1. Domestic Water Wastes :
dari pemukiman penduduk, umumnya cairan
ekskreta (tinja, urin, air cucian, dll) dan bersifat
organik
2. Industrial Water Wastes :
dari hasil sisa industri, bervariasi tergantung
bahan baku (logam berat, nitrogen, sulfida,
amoniak, dll), memerlukan pengolahan yang
rumit
3. Municipal Water Wastes :
berasal dari perkantoran, hotel dan restoran, dan
perdagangan. Sifat air limbah sama dgn
domestic wastes
Cara Pengolahan Air Limbah :
1. Pengenceran (dilution) :
air limbah diencerkan s/d konsentrasi yg rendah,
kemudian dibuang ke saluran air. Kerugiannya adalah
bahaya kontaminasi masih ada serta pendangkalan
saluran air
2. Kolam Oksidasi (Oxidation Ponds) :
pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri
dan oksigen dalam kolam penampungan sedalam 1-2
meter.
3. Irigasi :
air limbah dialirkan malalui parit terbuka yg digali, dan
akan merembes masuk kedalam tanah melalui dinding
parit (hanya utk bahan organik yg dibutuhkan tanaman)
Peranan Air dalam Transmisi Penyakit
1. Water Borne Disease :

penyebaran penyakit yg berkaitan erat dgn hygiene dan


sanitasi seseorang. Antara lain :
a. Infeksi saluran cerna : Kolera, Disentri, Typhoid
b. Infeksi Kulit dan Mukosa :
Jamur kulit, Conjunctivitis, Scabies
2. Water Washed Disease :
penyakit non infeksi karena keracunan zat
kimia berbahaya. Antara lain :
a. Air raksa (Hg) : gangguan SSP
b. Timbal (Pb) : Minamata disease
c. Fluor (F) : Dental fluorosis (gigis)
d. Nitrat/Nitrogen : Methemoglobinemia (baby
blue)
e. Sulfat/Sulfur ; gangguan pencernaan dan
pernafasan
Peranan Air dalam Transmisi Penyakit
3. Water based disease :
Penyakit yg memerlukan host perantara yg
hidup di air (Schistosomiasis yg dibawa oleh
Siput)

4. Vektor Insekta yg berhubungan dgn air :


DHF (Aedes aegepty), Malaria (Anopheles),
Yellow Fever, dll
Pembakaran sisa penebangan Lahan Hutan untuk Perkebunan Sawit / HPH
Dampak pembakaran hutan
- Export asap –
Dari Indonesia ke Malaysia
Proyek
Pembangunan

Pembangunan merupakan interaksi antara berbagai faktor (komponen)


yaitu : Sumberdaya alam (SDA), Sumberdaya manusia (SDM), Modal,
Teknologi dan Kelembagaan serta Keterampilan manajerial.
EHIA
(Environmental Health Impact Assesment)
ADKL
(Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan)

 Latar Belakang

Dalam lampiran KepMenKes RI No.872/MenKes/SK/VIII/1997 tanggal 15


Agustus 1997 disebutkan bahwa kontribusi lingkungan dalam mewujudkan
derajat kesehatan merupakan hal yang essensial disamping masalah
perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan.
Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah
kesehatan masyarakat, sehingga keterkaitan antara kualitas atau
karakteristik lingkungan yang bermasalah & status kesehatan perlu
difahami dan dikaji secara cermat agar dapat digambarkan potensi besarnya
resiko atau gangguan kesehatan.

 Pengertian

ADKL pada dasarnya merupakan model pendekatan guna mengkaji, dan


atau menelaah secara mendalam untuk mengenal, memahami dan
memprediksi kondisi dan karakteristik lingkungan yang berpotensi terhadap
timbulnya resiko kesehatan, mengembangkan tatalaksana pemecahan dan
pengelolaan masalah serta upaya lain yang dilaksanakan terhadap sumber
perubahan, media lingkungan, masyarakat terpajan dan dampak kesehatan
yang terjadi
A. PENGERTIAN

ADKL  Suatu ilmu pendekatan terhadap, Menganalisis dampak


• FAKTOR RESIKO kesehatan dari kejadian
pencemaran lingkungan

• PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Ada 3 pendekatan utama :


1. Mengembangkan rekomendasi kesehatan
2. Melaksanakan analisis dampak kesehatan lingkungan
3. Memberikan konsultasi kesehatan

117
PEMBANGUNAN DI BERBAGAI BIDANG
MENGALAMI KEMAJUAN PESAT

Dampak Negatif(-) Dampak Positif(+)

Pencemaran Pddk, perumahan dll

Masalah Kesehatan

118
• Ruang Lingkup
Telaah ADKL sebagai pendekatan kajian aspek kesehatan
lingkungan meliputi :

1. Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak


rencana pembangunan dan berpengaruh terhadap
kesehatan
2. Proses dan potensi terjadinya pemajanan
3. Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit (angka
kesakitan dan angka kematian)
4. Karakteristik spesifik penduduk yang beresiko
5. Sumberdaya kesehatan
6. Kondisi sanitasi lingkungan
7. Status gizi masyarakat
8. Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses
penyebaran penyakit
Istilah untuk menyatakan toksisitas suatu zat :

Dosis Letal (LD)


• Jumlah zat yang betul – betul masuk ke dalam tubuh organisme
uji yang menyebabkan respons berupa kematian organisme Uji
/Untuk mencari dosis aman

menggunakan LD50 (dosis yang mematikan 50% organisme uji)

Konsentrasi Letal (LC)


• Konsentrasi zat yang berada di luar tubuh organisme yang
menyebabkan respons berupa kematian organisme uji

• Mempermudah menentukan konsentrasi zat yang aman yang


boleh ada di lingkungan
ANALISIS DAMPAK KESEHATAN

1. ANALISIS DAMPAK KESEHATAN


LINGKUNGAN (ADKL)

2. ANALISIS RISIKO KESEHATAN


LINGKUNGAN (ARKL)
1. Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan (ADKL)
Rencana Pembangunan sebagai titik awal
untuk melihat dampak kesehatan (dampak
langsung / tidak langsung)
Bagian dari proses perencanaan
pembangunan
Contoh : Industri Baru
Tujuan ADKL
Memperkirakan dampak
kesehatan dari suatu
pembangunan, sebelum usulan
tersebut disetujui (Dampak (+)
dan (-))
PENGERTIAN DAMPAK LINGKUNGAN
DAMPAK: diartikan sebagai perbedaan
antara keadaan lingkungan yang
diprakirakan akan ada tanpa adanya
proyek atau kegiatan yang diprakirakan
akan ada dengan adanya proyek atau
kegiatan
DAMPAK: dapat bersifat positif
(menguntungkan) atau negatif
(merugikan). Kesalahan umum, seringkali
dampak berkonotasi negatif.
124
GRAFIK DAMPAK LINGKUNGAN

Dengan Proyek

Dampak
Kualitas Lingkungan

Tanpa Proyek

TO T1
125
DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN

Dampak lingkungan: terhadap fisik dan sosial


Bentuk proyek/usaha/kegiatan yang
menimbulkan dampak: fisik dan non fisik
Terjadinya dampak: sebelum adanya kegiatan
fisik dan setelah kegiatan berakhir
Mengukur/memprakirakan dampak: adanya
kegiatan yang jelas, dan adanya garis dasar
(kondisi/rona lingkungan awal)

126
2. Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan (ARKL)
Masalah lingkungan yang telah ada dan
menimbulkan risiko pada kesehatan
manusia sebagai titik awal untuk
menentukan risiko kesehatan (masalah
lingkungan saat ini / masa lalu)
Contoh : Lokasi tercemar
Tujuan ARKL
Mempelajari faktor lingkungan
yang mempengaruhi distribusi
dan determinan penyakit pada
manusia
KERANGKA DAN LANGKAH-LANGKAH ADKL
Keputusan Menteri Kesehatan
No.872/Menkes/SK/VIII/1997,
15 Agustus 1997, tentang Pedoman Teknis Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 876/Menkes/SK/VIII/2001
TENTANG PEDOMAN TEKNIS ANALISIS DAMPAK KESEHATAN
LINGKUNGAN
ADKL dilaksanakan dalam lingkup
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
dari suatu usaha dan atau kegiatan
pembangunan yang menimbulkan dampak
penting

Kajian Aspek Kes.Masy. dalam rencana 


Pembangunan

Kajian Aspek Kes.Masy.&/Lingk.dalam


pengelolaan  Lingk. Hidup
“ADKL dalam kejadian pencemaran digunakan untuk menilai apakah suatu
bahan kimia pencemar yang dilepas ke atau yang telah ada di lingkungan
telah, sedang atau akan menimbulkan dampak kesehatan”

Perlu dikembangkan
Metode dengan Pendekatan
ADKL

131
B. MANFAAT ADKL
ADKL dirancang untuk mengetahui :
 Kesenjangan pengetahuan tentang daya racun pencemar yang dijumpai pada kawasan
kegiatan yang melepas pencemar
 Komunitas terpapar yang berdekatan dengan lokasi kegiatan yang melepas pencemar
dimana untuk itu diperlukan pengukuran biologi pada manusia terpapar atau investigasi
medis (Parameter outcome kesehatan manusia komunitas)
 Jenis/sumber informasi kesehatan tambahan yang diperlukan (studi uji coba, studi
epidemiologi dan pencatatan, surveilans lokasi spesifik)

ADKL dapat memberikan manfaat sebagai berikut :


 Membatasi pemajanan kontaminan pada manusia
 Menetapkan standar emisi/efluen
 Menetapkan standar udara ambient/pencemar dalam air
 Menetapkan standar residu kimia dalam makanan
 Menetapkan kriteria tindakan membersihkan lokasi buangan B3

132
Proses ADKL dapat dikembangkan dalam dua hal
pokok yaitu :

1. Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam rencana


usaha atau kegiatan pembangunan baik yang wajib atau
tidak wajib menyusun studi AMDAL.

2. Kajian aspek kesehatan masyarakat dan atau kesehatan


lingkungan dalam rangka pengelolaan kualitas
lingkungan hidup yang terkait erat dengan masalah
kesehatan masyarakat.
RENCANA KEGIATAN

PENAPISAN

WAJIB AMDAL TIDAK WAJIB AMDAL

KERANGKA ACUAN UKL & UPL


(KA) ANDAL

ANDAL
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI
HAL PENTING DAMPAK PENTING

PELINGKUPAN Proses
Iterasi/Reiterasi Kemasyarakatan

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

ANALISIS DAN EVALUASI


DAMPAK PENTING

RENCANA PENGELOLAAN DAMPAK


RENCANA PEMANTAUAN DAMPAK
Telaah ADKL sebagai pendekatan kajian aspek kesehatan
masyarakat meliputi :

1. Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak


rencana pembangunan dan berpengaruh terhadap
kesehatan.
2. Proses dan potensi terjadinya pemajanan
3. Potensi besarnya dampak risiko terjadinya penyakit
(angka kesakitan dan angka kematian).
4. Karakteristik penduduk yang beresiko.
5. Sumber daya kesehatan.
6. Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses
penyebaran penyakit.
Telaah tersebut dilakukan dengan penilaian /
analisis pada :

1. Sumber dampak atau sumber emisi ( simpul 1).

2. Media lingkungan sebelum kontak dengan manusia


( simpul 2 )

3. Penduduk terpajan. ( simpul 3 )

4. Potensi Dampak Kesehatan ( simpul 4 )


LANGKAH-LANGKAH ADKL
1. Evaluasi data dan informasi yang
berkaitan dengan lokasi kejadian
(mencakup informasi simpul 1, 2, 3, 4)
2. Mempelajari kepedulian terhadap
pencemaran
3. Menetapkan bahan pencemar sasaran
4. Identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan
LANGKAH-LANGKAH ADKL

5. Memperkirakan dampak kesehatan


masyarakat
6. Kesimpulan dan rekomendasi
7. Pengelolaan risiko
8. Laporan
LANGKAH OPERASIONAL
Langkah 1 : Evaluasi data dan informasi yang
berkaitan dengan lokasi kejadian
(mencakup informasi simpul 1,2,3,4 ).
Langkah 2 : Mempelajari kepedulian terhadap
pencemaran.
Langkah 3 : Menetapkan bahan pencemaran
sasaran kajian.
Langkah 4 : Identifikasi dan evaluasi jalur
pemajanan.
Langkah 5 : Memperkirakan dampak
kesehatan masyarakat.
Langkah 6 : Kesimpulan dan rekomendasi
Langkah 7 : Pengelolaan resiko
Langkah 8 : Laporan

140
DATA DAN INFORMASI
a. Ciri / tipe dampak kesehatan yang timbul
b. Ciri pemajanan dan hubungan “dose –
respons”  Lakukan
c. Perkiraan risiko kesehatan
d. Perkiraan jumlah kasus yang akan timbul
e. Perumusan saran-saran tentang bahan
pencemar yang diperkenankan ada dalam
media lingkungan (udara, air, makanan), &
tindakan terbaik  pengelolaan lingkungan
SIMPUL INFORMASI ADKL
SIMPUL KETERANGAN CONTOH
SIMPUL 1 Jenis & skala keg. yg -Pabrik
diduga mjd sumber -Lokasi
pencemaran/ lokasi yg pembuangan
menjadi tempat
timbunan / buangan limbah / sampah
bahan pencemar -Bekas
penambangan

SIMPUL 2 Media lingk. (udara, -Iklim & cuaca


air, tanah, biota) dgn -Sosio-demografik
segala komponen & -Topografik, dll
sifatnya
SIMPUL INFORMASI ADKL
SIMPUL KETERANGAN CONTOH
SIMPUL 3 Hasil kontak -Minum air tercemar
(pemajanan) antara -Menghirup udara
bhn pencemar & tercemar
manusia pd titik-titik
pemajanan -Makan makanan
terkontaminasi, dsb
SIMPUL 4 Dampak kes. yg timbul -Keracunan pestisd
akibat kontak/ terpajan -Kanker
oleh pencemar mll -Hipertensi
berbagai cara
-Asmabronchiale, dll
Pendekatan ADKL menggunakan
teori simpul pengamatan
MEDIA PEMAJANAN ( BIOMARKER : Dampak
AGENT /
Air, udara, tanah, Darah, urin, Sehat
SUMBER rambut, lemak,
makanan )
Sakit
Selaput tanduk
Mati

Fisika MEKANISME :
Kimia Inhalasi
Mikrobiologis Ingesti
Radiasi Absorbsi
Kontak Langsung

SIMPUL I SIMPUL II SIMPUL III SIMPUL IV


144
JALUR PEMAJANAN
JALUR PEMAJANAN DEFINISI & CONTOH
SUMBER PENCEMAR Asal pencemar (pabrik yg
membuang limbah ke lingk.) /
media lingk.
Co.: Timbunan sampah
MEDIA LINGK. & Lingk. dimana pencemar di
MEKANISME lepaskan : air, tanah, udara,
PENYEBARAN biota yg kemudian disebarkan
dgn mekanisme penyebaran ttt
ke titik-titik pemajanan
JALUR PEMAJANAN
JALUR PEMAJANAN DEFINISI & CONTOH
TITIK PEMAJANAN Suatu area potensial/riil dimana
terjadi kontak antara mns dgn
media lingk. tercemar.
Co.:sumur/ lapangan bermain
CARA PEMAJANAN Cara pencemar masuk / kontak
dgn tbh mns.
Co.: tertelan, pernafasan, dll
PENDUDUK BERISIKO Orang yg terpajan/berpotensi
terpajan oleh pencemar pd titik-
titik pemajanan
JALUR PEMAJANAN
JALUR II
LANGSUNG JALUR III
JALUR V
MEDIA PEMAJANAN
Air, TITIK PEMAJAN
AGENT / : PENDUDUK
Udara BERESIKO
SUMBER RUMAH, LAP,
Tanah
TAK SUMUR
LANGSUNG makanan

LIMBAH CARA PEMAJANAN


PABRIK
Inhalasi
Fisika
Ingesti
Kimia
Absorbsi
Mikrobiologis
Kontak Langsung
Radiasi

JALUR I JALUR IV
147
Penerapan ADKL dalam AMDAL
Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomer :
876 / Menkes / SK / VIII / 2001 tentang Pedoman Tehnis
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

bahwa penerapan ADKL pada Rencana Usaha atau


kegiatan yang wajib AMDAL, ADKL di terapkan dalam
menilai dokumen yang meliputi :

1. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan


( KA – ANDAL ).
2. Analisis Dampak Lingkungan ( ANDAL ).
3. Rencana Pengelolaan Lingkungan ( RKL ).
4. Rencana Pemantauan Lingkungan ( RPL )
.

A. K.A – ANDAL

KA Andal adalah ruang lingkup studi analisis


dampak lingkungan ( ANDAL ) yang merupakan
hasil pelingkupan.

Pelingkupan dilaksanakan oleh pemrakarsa


dengan bantuan konsultan AMDAL, merupakan
proses pemusatan studi pada hal–hal penting yang
berkaitan dengan dampak besar dan penting.
Dalam KA – ANDAL yang di telaah adalah :
1. Ruang Lingkup studi.

a. Lingkup rencana usaha / kegiatan.

1). Diskripsi rencana usaha / kegiatan dari diskripsi rencana


usaha kegiatan dapat dianalisa tentang hal – hal yang
berkaitan dengan kemungkinan kegiatan yang akan
menimbulkan dampak.
2). Komponen usaha / kegiatan yang berkaitan dengan
dampak yang akan ditimbulkan sesuai dengan tahapan
kegiatan :
a). Tahap pra konstruksi.
b). Tahap konstruksi.
c). Tahap Operasi.
d). Tahap Pasca Operasi. ( bila ada )
b. Lingkup Rona Lingkungan Awal.

Kondisi kesehatan lingkungan disekitar rencana usaha / kegiatan sesuai dengan batas
lingkungan wilayah studi.

c. Isu – isu Pokok.

Dampak potensial yang diperkirakan muncul dikelompokkan berdasar-kan komponen yang di


perkirakan akan terkena dampak.

d. Lingkup wilayah studi, yang menyangkut :


1). Batas Rencana Usaha / Kegiatan ( tapak proyek ).
2). Batas Ekologi.
3). Batas Sosial.
4). Batas Administrasi.

2. Metodologi.
a. Metode Pengumpulan dan analisa data pada komponen lingkungan yang
diperkirakan terkena dampak.
b. Metoda prakiraan dampak besar dan penting.
c. Metoda evaluasi dampak besar dan penting.
Metode pengumpulan data
Pengumpulan data rona lingkungan awal dari aspek
potensi kesehatan harus mengikuti paradigma
kesehatan lingkungan.
Rona lingkungan awal dapat berfungsi sebagai dasar
prakiraan dampak(“basic prediction of impact”) yang
mencakup informasi sebagai berikut :

a) Potensi daya dukung (“Carrying


Capacity”) lingkungan
b) Potensi kerawanan/kesehatan masyarakat
c) Informasi kelentingan
Ketentuan Pengumpulan Data

Faktor yang diperhatikan dalam pengumpulan data dalah :

a) Penetapan parameter kunci dan batas wilayah studi.

Parameter kunci (parameter utama) merupakan faktor penting dalam menetapkan batas
wilayah studi, yaitu seberapa luas dampak akan menyebar. Batas wilayah studi dari suatu
rencana kegiatan akan memudahkan dalam menetapkan parameter penunjang.

b) Penentuan letak dan jumlah sampel

Penentuan letak sampel harus memperhatikan aspek keseluruhan sistem yang dikaitkan
dengan sumber dampak. Sedangkan penentuan jumlah sampel harus berpedoman pada azas
keterwakilan dari unit sistem yang tercakup dalam ruang batas studi.
c) Intensitas pengambilan sampel

Harus memperhatikan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku parameter


kunci maupun penunjang. Faktor lingkungan tersebut, antar lain : perubahan musim dan
penyinaran, perubahan suhu dan kelembaban, topografi, geografi serta sistem pembuangan
limbah.

d) Jangka waktu pemeriksaan sampel

Dengan memperhatikan ciri parameter, perlu ditentukan kapan dan berapa lama batas waktu
bagi parameter kimia/biologi/kesehatan harus cepat diperiksa/dianalisis agar supaya tidak
kadaluwarsa.

e) Sistem pengawetan dan fiksasi sampel

Bagi parameter yang tidak memungkinkan untuk secepatnya dianalisis dalam laboratorium,
perlu perlindungan sampel yaitu dengan pengawetan/fiksasi atau menjaga pada suhu tertentu
agar sampel tidak rusak.

f) Kalibrasi instrumen

Kalibrasi instrumen dilakukan agar kepekaan instrumen dipertahankan sehingga validitas hasil
analisis dapat optimal.
Metode dan Teknis Analisis

a. Kualitas Ambien
Dalam ADKL metode untuk kualitas ambien mencakup beberapa macam, yaitu :

1. Kulaitas air Ketiganya dianalisis parameter fisik kimia


2. Kulaitas udara dengan metode analisis spesifik sesuai dengan
3. Kulaitas tanah macam parameternya

4. Vektor dan Parasit.


Dianalisis sesuai dengan parameter vektor/parasit/mikroba/bakteri dengan metode
analisis dan alat sesuai dengan macam parameter vektor/parasit/mikroba/bakteri.

5. Makanan dan Gizi.


Dianalisis sesuai dengan parameter makanan/gizi dengan metode pengamatan yang
disesuaikan dengan parameternya.
b. Kualitas Kesehatan Manusia
Untuk mendeteksi kualitas kesehatan manusia/masyarakat, dipakai
metode yang tidak invasif (tidak menyakiti). Macam metode tersebut
adalah :

1) Metode pemantauan perilaku paparan.


Sebagai contoh : pemasangan “film budge” dan “alpha cellulose
pads”.

2) Metode pengukuran bio-indikator/petanda biologis.


Sebagai contoh : pengukuran kadar timbal dalam darah.

3) Metode pengukuran/identifikasi kasus.


Dengan cara penentuan dampak kesehatan yang berupa gejala
penyakit dan hasil deteksi yang memakai alat teknik diagnostik.
PENGUKURAN POTENSI DAMPAK
KESEHATAN

 INFORMASI POTENSI DAMPAK DITENTUKAN ATAU DIUKUR


DENGAN MENGACU KEPADA INDIKATOR YANG SUDAH
DITENTUKAN
 BEBERAPA INDIKATOR KESEHATAN DAPAT DIKEMUKAKAN
ANTARA LAIN :
1. ANGKA KEMATIAN KASAR (CRUDE DEATH RATE, CDR)
2. ANGKA KEMATIAN BAYI (INFANT MORTALITY RATE, IMR)
3. ANGKA KEMATIAN IBU (MATERNAL MORTALITY RATE,
MMR)
4. UMUR HARAPAN HIDUP
5. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)
6. ANGKA PREVALENSI KURANG KALORI PROTEIN
7. BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)
ANGKA KEMATIAN KASAR

 ADALAH JUMLAH SEMUA KEMATIAN YANG DITEMUKAN


PADA SATU JANGKA WAKTU TERTENTU (SATU TAHUN)
DIBANDINGKAN DENGAN JUMLAH PENDUDUK PADA
PERTENGAHAN WAKTU YANG BERSANGKUTAN DALAM
PERSEN

 RUMUS :
JUMLAH SELURUH KEMATIAN
AKK : ______________________________________X 100%
JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN
ANGKA KEMATIAN BAYI

 ADALAH JUMLAH SELURUH KEMATIAN BAYI (UMUR


DIBAWAH 1 TAHUN) PADA SATU JANGKA WAKTU
TERTENTU DIBAGI DENGAN JUMLAH SELURUH KELAHIRAN
HIDUP DALAM PERSEN

 RUMUS :
JUMLAH SELURUH KEMATIAN BAYI
AKB : _________________________________________X 100%
JUMLAH KELAHIRAN HIDUP
ANGKA KEMATIAN IBU

 ADALAH JUMLAH KEMATIAN IBU KARENA KEHAMILAN,


PERSALINAN DAN NIFAS DALAM SATU TAHUN DIBAGI
DENGAN JUMLAH KELAHIRAN HIDUP PADA TAHUN YANG
SAMA DALAM PERSEN

 RUMUS :
JUMLAH KEMATIAN IBU KARENA
KEHAMILAN, KELAHIRAN DAN NIFAS
AKI : _________________________________________X 100%
JUMLAH KELAHIRAN HIDUP
ANGKA KESAKITAN

 INSIDEN :GAMBARAN TENTANG FREKUENSI PENDERITA


BARU SUATU PENYAKIT YANG DITEMUKAN PADA SUATU
WAKTU TERTENTU DISEKELOMPOK MANUSIA
1. ANGKA INSIDEN
2. ANGKA SERANGAN
3. ANGKA SERANGAN SEKUNDER

 PREVALENSI : GAMBARAN TENTANG FREKUENSI


PENDERITA LAMA DAN BARU YANG DITEMUKAN PADA
JANGKA WAKTU TERTENTU DIBAGI DENGAN JUMLAH
PENDUDUK PADA PERTENGAHAN JANGKA WAKTU YANG
BERSANGKUTAN DALAM PERSEN
1. ANGKA PREVALENSI PERIODE
2. ANGKA PREVALENSI POINT
UMUR HARAPAN HIDUP
 DENGAN ADANYA BERBAGAI PROGRAM DI BIDANG KESEHATAN,
ANGKA HARAPAN HIDUP ORANG INDONESIA MENUNJUKAN
PENINGKATAN

 UMUR HARAPAN HIDUP DIDAERAH-DAERAH DI INDONESIA MASIH


MEMILIKI RANGE YANG LEBAR, HAL INI DIHUBUNGKAN DENGAN
FAKTOR-FAKTOR :
1. PERBEDAAN TINGKAT KEBERHASILAN SOSIAL EKONOMI
MENURUT HETEROGENITAS WILAYAH
2. PERBEDAAN TINGKAT KEBERHASILAN UPAYA
KESEHATAN MENURUT HETEROGENITAS WILAYAH
3. PERBEDAAN KONDISI LINGKUNGAN DI MASING-MASING
WILAYAH
4. PERBEDAAN TINGKAT KEBERHASILAN PEMBANGUNAN
SEKTOR-SEKTOR YANG MEMPUNYAI KAITAN BAIK
LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG DENGAN KUALITAS
HIDUP, SEPERTI KEBERHASILAN PENDIDIKAN, PERTANIAN,
PERHUBUNGAN, DLL
c. Metode Analisis
Dilakukan untuk menganalisis data yang mengkaitkan hubungan variabel
dengan menggunakan pendekatan epidemiologi.
Beberapa metode analisis epidemiologi yang sering dipakai adalah :

1) Proporsi atau “Rate”


Ditunjukkan oleh perbandingan antara jumlah kasus dengan jumlah orang
yang berisiko dalam populasi.

2) Angka Prevalensi
Perbandingan antara jumlah kasus penyakit dengan jumlah populasi pada
waktu tertentu.

3) Angka Insidensi
Perbandingan antara jumlah kasus baru dari penyakit dengan jumlah
manusia yang mempunyai risiko dalam populasi pada periode waktu.
INTERPRETASI HASIL ANALISIS

Untuk melakukan interpretasi suatu hasil analisis


laboratorium, diperlukan syarat sebagai berikut :

a) Sistem pengambilan sampel yang benar


b) Cara pewadahan dan pengawetan yang memenuhi syarat
c) Waktu pengiriman sampel ke laboratorium yang optimal
d) Kaitan hasil analisis dan kondisi lingkungan tempat
pengambilan sampel harus proporsional
e) Pengumpulan secara akurat informasi lingkungan yang
berhubungan dengan geologi, vegetasi dan aktivitas manusia
yang dapat mempengaruhi parameter kualitas kesehatan
lingkungan.
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN ( ANDAL )

ANDAL adalah telaah secara cermat dan mendalam


tentang dampak besar dan penting suatu rencana
usaha / kegiatan

Dalam penilaian dokumen ANDAL yang perlu


dicermati adalah apakah dalam proses
penyusunannya telah sesuai dengan KA – Andal yang
.
telah disusun sebelumnya
Hal – hal yang ditelaah :
1. Identifikasi dampak Potensial yang diperkirakan akan timbul,
yang meliputi :

a. Yang berhubungan dengan cemaran / polutan:

1). Sumber cemaran.


2). Penyebaran bahan pencemar di media lingkungan.
3). Jalu – jalur pemajanan yang mungkin terjadi.
4). Kelompok masyarakat yang akan terpajan.

b. Yang berhubungan dengan perindukan vektor :

1). Perubahan lahan yang dapat menimbulkan genangan air


2). Perubahan vegetasi yang menunjang atau menghambat berkembang
biaknya vektor.
c. Yang berhubungan dengan perilaku masyarakat :

1). Kebiasaan pemanfaatan air.


2). Kebiasaan penggunaan insektisida.
3). Kebiasaan yang berhubungan dengan sanitasi.

2. Prakiraan dampak besar dan penting.

Prakiraan dampak besar dan penting hendaknya dilaporkan


secara rinci dalam dokumen ANDAL dengan menyebut
setiap tahapan dimana dampak itu kemungkinan terjadi.

Pada umumnya dampak kesehatan akan timbul setelah


periode waktu tertentu.
Hal – hal yang perlu ditelaah adalah :

a. Penyebab timbulnya (sumber) dampak.

b. Prakiraan besar dampak yang dilakukan dengan


cara menganalisis perbedaan kondisi/perubahan
kesehatan lingkungan antara sebelum dan setelah
adanya usaha/kegiatan.

c. Sifat penting dampak terhadap kesehatan


lingkungan mengacu pada 6 kriteria pengukuran
dampak penting.
PARAMETER PENENTU TINGKAT
KEPENTINGAN DAMPAK (PP No. 27
tahun 1999, ps.5, ayat 1 )

1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak


2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Lamanya dampak berlangsung
4. Intensitas Dampak
5. Banyaknya komponen lain yang terkena dampak
6. Sifat kumulatif dampak
7. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
1. Jumlah manusia yang terkena dampak

1). Manusia yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak


termasuk pada sasaran yangdiperkirakan dapat
menikmati manfaat kegiatan yang direncanakan,
jumlahnya sama atau bahkanlebih besar dari jumlah
manusia yang dapat menikmati manfaat dari kegiatan
tersebut; atau

2). Manusia yang terkena dampak lingkungan, baik yang


termasuk maupun yang tidak termasuk dalam sasaran
untuk menikmati rencana kegiatan, jumlahnya sama
atau lebih besar dari jumlah manusia yang Tidak akan
terkena dampak lingkungan dalam wilayah dampak yan
g telahditentukan menurut kerangka acuan bagi
pembuatan analisis dampak lingkungan.
2. Luas wilayah persebaran dampak
Dampak lingkungan dari suatu kegiatan itu pentingdilihat
dari perbandingan luas wilayah apabila :

1). Luas wilayah persebaran dampak paling sedikit dua


kali lebih besar dari luas wilayah rencana kegiatan ;

2). Luas wilayah persebaran dampak melampaui batas wi


layah administrasi pada tingkatkabupaten ke atas dari
tempat rencana kegiatan;

3). Luas wilayah persebaran dampak melampaui wilayah


Negara Republik Indonesia sehingga mengancam
keserasian hubungan dengan negara tetangga.
3. Lamanya dampak berlangsung
Suatu kegiatan dapat menimbulkan dampak
lingkungan pada suatu tahap tertentu atau pada
berbagai tahap dari daur kegiatannya (pra-konstruksi,
konstruksi dan pasca-kontruksi). Karena itu dampak
lingkungan suatu rencana kegiatan menjadi penting
apabila :

1). Dampak lingkungan berlangsung pada seluruh


tahap pra-kontruksi, konstruksi dan pascakonstruksi;

2). Dampak lingkungan berlangsung selama minimal


separuh dari umur kegiatan.
4. Intensitas dampak
Dampak lingkungan suatu kegiatan itu mempunyai intensitas yang
bervariasi mulai dari yangsangat ringan sampai yang sangat berat.
Karena itu penentuan pentingnya dampak lingkunganjuga dapat
dilakukan berdasarkan intensitasnya dengan cara mengukur berat
ringannya dampak yang dirasakan oleh yang terkena dampak
dalam ruang lingkup populasinya dan/atau mengukur besarnya
penyimpangan dari baku mutu lingkungan yang telah ditentukan
dan/atau disepakati.

Dampak lingkungan menjadi penting apabila :

1). Dampak negatif menyebabkan kemerosotan daya


toleransi secara drastis dalam waktu yangrelatif singkat dalam
ruang yang relatif luas;

2). Dampak positif menyebabkan peningkatan daya toleransi


secara drastis dalam waktu yangrelatif singkat dalm ruang yang
relatif luas.
5. Banyaknya Komponen lingkungan yang
terkena dampak

Dalam AMDAL komponen lingkungan dibedakan


menjadi 3 yaitu komponen fisik, biotis
dansosekbudkesmas (sosial, ekonomi, budaya dan
kesehatan masyarakat).
Ketiga komponen tersebut dapat terkena dampak, hal
ini tergantung dari kegiatan suatu proyek.

Dampak lingkungan menjadi penting apabila kompone


n lingkungan yang terkena dampak jumlahnya besar
dalam waktu yang relatif singkat dalam ruang yang
relatif luas.
6. Sifat kumulatif dampak
Dampak lingkungan yang bersifat kumulatif diartikan bahwa semula tidak
menimbulkan dampak, tetapi sumber dampaknya tertimbun perlahan-
lahan
dalam lingkungan, sehingga pada tahap akumulasi tertentu merupakan da
mpak penting.
Disamping itu suatu dampak lingkungan dapat menjadi lebih berat bila
berakumulasi dengan dampak lingkungan yang lain dalam wilayah
persebaran dampak. Fenomena ini disebut kumulasi sinergitik.
Sebaliknya kumulasi beberapa dampak lingkungan justru bahayanya
dapat berkurang, fenomena ini disebut kumulatif antagonistik.

Karena itu dampak lingkungan menjadi penting atas dasar sifat


kumulatifnya apabila :
1). akumulasi dampak terjadi dalam waktu yang relatif singkat dan ruang
yang relatif luas sehingga bobot dampaknya bertambah besar;
2). Terjadi fenomena sinegitik dan antogonistik dalam wilayah persebaran
dampak.
7. Berbalik (reversible) atau tak berbalik (irreversible)

Dampak lingkungan dapat


menimbulkan perubahan yang tak berbalik. Misalnya
dampak lingkungan menyebabkan orang menjadi
cacat seumur hidup, hewan langka menjadi punah,
dan tanah kritis.

Karena itu dampak lingkungan menjadi penting bila


ada konponen lingkungan yang terkena sehingga
dampaknya tak berbalik.

Makin banyak komponen lingkungan yang terkena


dampak oleh suatu rencana kegiatan (yang mungkin
diperlukan kembali), makin penting dampak
lingkungan tersebut
PRAKIRAAN DAMPAK KESEHATAN
LINGKUNGAN

Sistem yang dipakai untuk menentukan prakiraan


dampak dari parameter lingkungan terhadap kesehatan
masyarakat/ kesehatan lingkungan adalah pendekatan
model dan menggunakan “profesional judgement”. Pada
ADKL dikenal dua jenis prakiraan dampak, yaitu :

- Prakiraan dampak pada parameter ambien.

- Prakiraan dampak pada kesehatan manusia


A. Prakiraan dampak pada parameter ambien
1. Kualitas Udara

a. Sumber tidak bergerak

Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap


masyarakat“population at risk” dari sebaran emisi gas atau partikel yang
keluar dari cerobong pabrik, dipakai model Gauss.
Dengan model Gauss, dapat diketahui prakiraan kadar gas atau partikel di
udara ambien dengan jarak tertentu dari cerobong pabrik.

b. Sumber bergerak

Untuk menentukan prakiraan besarnya risiko terhadap


masyarakat“population at risk” dari sebaran pencemaran emisi yang berasal
dari kegiatan transportasi dipakai dengan model Sutton.
Dengan model Sutton, dapat diketahui prakiraan kadar gas atau partikel di
udara ambien dengan jarak tertentu dari knalpot atau pusat transportasi.
2. Kebisingan
Prakiraan untuk kebisingan dapat diukur memakai model tertentu dengan
menggunakan data yang berasal dari sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.

3. Kualitas air
Pencemaran badan air dan prakiraan pengaruhnya bagi kesehatan manusia,
dibedakan atas sumber pencemaran yang merusak (“degradable”) dan yang kurang
merusak (“non degradable”).

a. Sumber pencemar yang merusak (“degradable”)


Sifat racunnya mengganggu secara langsung.
Pendekatan untuk prakiraan luasnya persebaran dampak dipakai
modelGuler dan Dobbins, yaitu : “Biological oxigen Demand” (BOD) dan “Disolved
Oxygen” (DO).

b. Sumber pencemar yang kurang merusak (“non degradable”)


Mempunyai sifat organik dan an-organik. Prakiraan persebaran dampak dalam badan
air, ditentukan oleh faktor sifat dan lama waktu akumulatif, sifat non-degradatif serta
hidrodinamika badan air.
4. Perubahan habitat, vektor dan agen

Prakiraan dampak yang disebabkan oleh perubahan


habitat, perkembangan vektor, dan macam parasit atau
mikroba (sebagai agen penyakit) sulit ditunjukkan
dengan model.
Dengan demikian prakiraan dapat didasarkan pada
fenomena perubahan sebagai berikut :

a. Terjadinya perubahan habitat


b. Memungkinkan timbulnya vektor
c. Memungkinkan interaksi agen penyakit
d. Adanya sumber penyakit menular.
B. Prakiraan Dampak pada Kesehatan Manusia
Prakiraan dampak zat toksis yang masuk kedalam tubuh manusia akan
memberikan efek akut atau kronis dan dipengaruhi oleh :

1.Jenis zat kimia


2.Jalur pemasukan (“Route of exposure”)
3.Dosis
4.Rata-rata dosis yang masuk (“dose rate”)
5.Waktu pemaparan (“fraction of lifetime exposure”)
6.Jenis kelamin
7.Proses biokinetik di dalam tubuh, yang terdiri dari absorbsi, distribusi,
penimbunan, biotransformasi dan waktu eliminasi dari organ
8.Mekanisme keracunan.
3. Evaluasi dampak besar dan penitng.

Hal penting dalam evaluasi dampak besar dan penting adalah :

Pengambilan keputusan berdasarkan data dan atau informasi


dari hasil analisis prakiraan dampak besar dan penting yang
secara khusus dijelaskan hubungan antara rencana kegiatan,
rona lingkungan awal dan kemungkinan timbulnya dampak
kesehatan, baik langsung maupun tidak langsung.

Hasil telaahan evaluasi dampak besar dan penting hendaknya


diuraikan secara jelas dan komprehensif dan diarahkan pada
alternatif tindakan yang harus diambil untuk mencegah atau
memperkecil bahkan meniadakan kemungkinan timbulnya
dampak.
Evaluasi dampak bertujuan untuk mempelajari dampak yang dinilai
tidak relevan, sehingga diperoleh dampak besar dan penting hipotetik,
yaitu prediksi yang menggambarkan potensi besarnya dampak tersebut
yang kemungkinan dapat timbul akibat perubahan lingkungan yang
berasosiasi dengan masyarakat terpajan ( Population At Risk ) .

Ukuran atau nilai dari evaluasi dampak potensial didasarkan pada


pertimbangan besar atau luasnya rencana usaha/kegiatan yang :

a. Dapat menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang


memungkikan berkembang biaknya vektor penyakit.
b. Memerlukan pengerahan sumber daya manusia ( lokal / pendatang )
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antar penduduk dan
memiliki potensi untuk menimbulkan penyakit menular.
c. Membutuhkan / mengunakan bahan toksik dan mempunyai potensi
untuk menimbulkan resiko kesehatan baik akut maupun kronis.
d. Menurunkan kualitas sumber daya manusia karena daya dukung
lingkungan yang tidak memadai lagi sehingga berdampak terhadap
kesehatan masyarakat
DAMPAK POTENSIAL DAMPAK PENTING HIPOTETIS PRIORITAS DAMPAK

Prakonstruksi:
1. Perubahan pola kepemilikan lahan
A. Geo-Fisik-Kimia 2. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
1. Perubahan iklim mikro Konstruksi:

2. Perubahan kualitas udara ambien (debu, H2S, CO2) A. Geo-Fisik-Kimia 1. Terjadi kebisingan

Deskripsi 3. Terjadi kebisingan ·Perubahan kualitas udara ambien (debu, H2S, CO2) 2. Terjadi erosi tanah
Rencana Kegiatan 4. Perubahan sifat tanah ·Terjadi kebisingan 3. Gangguan sistem drainase dan Irigasi
·Pra-Konstruksi 5. Peningkatan kuantitas aliran permukaan ·Peningkatan kuantitas aliran permukaan 4. Gangguan transportasi Darat
·Konstruksi 6. Penurunan debit sungai ·Penurunan debit air sungai 5. Gangguan vegetasi
·Operasi 7. Terjadi erosi tanah ·Terjadi erosi tanah 6. Peningkatan kuantitas aliran permukaan
·Pasca Operasi 8. Gangguan sistem drainase dan irigasi ·Gangguan sistem drainase dan irigasi 7. Penurunan debit air sungai
9. Penurunan kualitas air permukaan ·Penurunan/peningkatan kualitas air permukaan 8. Gangguan satwa liar
10. Penurunan kualitas air laut ·Penurunan/peningkatan kualitas air laut 9. Peningkatan pendapatan masyarakat
11. Penurunan kuantitas air tanah ·Gangguan transportasi darat 10. Adanya kesempatan berusaha
12. Gangguan transportasi darat B. Komponen Biologi 11. Gangguan proses sosial
13. Gangguan transportasi laut ·Gangguan vegetasi 12. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
B. Komponen Biologi ·Gangguan satwa liar 13. Penurunan sanitasi lingkungan
15. Gangguan vegetasi ·Gangguan biota air tawar Operasi:
16. Gangguan satwa liar ·Gangguan biota air laut 1. Perubahan kualitas udara ambien (debu dan gas)
17. Gangguan biota air tawar C. Komponen Sosekbud 2. Terjadi kebisingan
18. Gangguan biota air laut ·Perubahan kependudukan 3. Penurunan kualitas air permukaan
C. Komponen Sosekbud ·Perubahan pola kepemilikan lahan 4. Penurunan kualitas air laut
20. Perubahan kependudukan ·Peningkatan/penurunan pendapatan masyarakat 5. Gangguan transportasi darat
Deskripsi Rona 21. Perubahan pola kepemilikan lahan ·Adanya /hilangnya kesempatan berusaha 6. Gangguan biota air tawar
Lingkungan Awal 22. Peningkatan/penurunan pendapatan masyarakat ·Gangguan proses sosial 7. Gangguan biota air laut
·Komp. Geofisik kimia 23. Adanya kesempatan berusaha ·Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 8. Perubahan kependudukan
·Komp. Biologi 24. Gangguan proses sosial D. Komponen Kesmas 9. Peningkatan pendapatan masyarakat
·Komp. Sosekbud 25. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat ·Penurunan sanitasi lingkungan 10. Adanya kesempatan berusaha
·Komp. Kesmas D. Komponen Kesmas ·Penurunan tingkat kesehatan masyarakat 11. Gangguan proses sosial
27. Penurunan sanitasi lingkungan 12. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
Penurunan tingkat kesehatan masyara 13. Penurunan sanitasi lingkungan
14. Penurunan tingkat kesehatan masyarakat
Pasca Operasi:

1. Peningkatan kualitas udara ambien (debu dan gas)


2. Terjadi kebisingan
3. Peningkatan kualitas air permukaan
4. Peningkatan kualitas air laut
5. Gangguan transportasi darat
6. Penurunan pendapatan masyarakat
7. Hilangnya kesempatan berusaha
8. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat

Identifikasi EVALUASI
Dampak DAMPAK
KLASIFIKASI
Potensial POTENSIAL DAN PRIORITAS
.
C. Rencana Pengelolaan Lingkungan ( RKL )

RKL adalah dokumen yang mengandung upaya penanganan dampak


penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan

Dalam RKL yang ditelaah meliputi :.

1. Jenis dampak
2. Sumber dampak.
3. Tolok Ukur dampak.
4. Tujuan RKL.
5. Pengelolaan Lingkungan.
6. Lokasi Pengelolaan.
7. Periode pengelolaan.
8. Institusi pengelola
yang ditujukan pada setiap tahap kegiatan.
D. Rencana Pemantauan Lingkungan ( RPL ).

RPL adalah dokumen yang mengandung upaya pemantauan


komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting akibat
dari rencana usaha / kegiatan

Dalam RPL yang ditelaah meliputi :

1. Jenis dampak
2. Sumber dampak.
3. Parameter yang dipantau.
4. Tujuan RPL.
5. Metoda Pemantauan.
6. Lokasi Pemantauan.
7. Frekwensi Pemantauan.
8. Institusi pemantau.
yang ditujukan pada setiap tahap kegiatan.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIMPULAN :

1. Dampak Kesehatan
2. Kelemahan Informasi
3. Kepedulian Masyarakat
4. Kesimpulan yang berkenaan dengan
jalur pemajanan
REKOMENDASI :

1. Kegiatan untuk melindungi masyarakat


2. Kegiatan untuk memperoleh tambahan
informasi yang berhub. dgn kesehatan
3. Kegiatan untuk memperoleh tambahan
informasi yg berhub. dgn lingkungan
4. Tindakan kesehatan masyarakat
PENYAJIAN DATA DAN INFORMASI
DALAM BENTUK LAPORAN
1. Pengumpulan informasi yang relevan
2. Dokumentasi kepedulian masyarakat
3. Identifikasi pencemar
4. Evaluasi penyebaran pencemar dan proses
pemajanan
5. Dampak kesehatan berdasarkan hasil kajian
terhadap data jenis dampak dan toksikologi
6. Kesimpulan dan rekomendasi
LANGKAH-LANGKAH ARKL
1. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
2. Evaluasi Dose Response (Dose
Response Evaluation)
3. Pengukuran Pemajanan (Exposure
Assessment)
4. Penetapan Risiko (Risk Characterisation)
PENGELOLAAN RISIKO

Upaya untuk mengendalikan risiko sampai


pada tingkat yang tidak membahayakan

Tiga langkah dalam pengelolaan risiko :


1. Partisipasi masyarakat
2. Pengendalian bahaya
3. Pemantauan risiko
PENGENDALIAN RISIKO

Cara pengendalian risiko :


1. Pengendalian pada sumbernya
2. Pengendalian pemajanan
KOMUNIKASI RISIKO
Komunikasi risiko dapat dilakukan
dengan :

1. Masyarakat yang terkena risiko


2. Institusi Pengatur
DASAR PENILAIAN DOKUMEN ADKL
(BERHUBUNGAN DENGAN AMDAL)

 KOMISI PENILAI ADKL


DEFINISI KOMISI PENILAI AMDAL DIATUR DALAM PASAL 1
(11) PP No.27/1999 YANG MENYATAKAN:
“KOMISI PENILAI ADALAH KOMISI YANG BERTUGAS MENILAI
DOKUMEN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN
HIDUP DENGAN PENGERTIAN DI TINGKAT PUSAT OLEH
KOMISI PENILAI PUSAT DAN DI TINGKAT DAERAH OLEH
KOMISI PENILAI DAERAH”

KOMISI PENILAI AMDAL DIBENTUK :


A. DITINGKAT PUSAT OLEH MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
B. DITINGKAT DAERAH OLEH GUBERNUR

SEDANGKAN KEDUDUKAN KOMISI PENILAI BERADA DI


BAPEDAL (PUSAT) DAN BAPEDALDA PROVINSI (DAERAH)
KOMISI PENILAI AMDAL UNTUK ADKL Lanjutan….
KEANGGOTAAN KOMISI PENILAI AMDAL UNTUK ADKL (PUSAT)
 INSTANSI YANG DITUGASI MENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP
 INSTANSI YANG DITUGASI MENGENDALIKAN DAMPAK LINGKUNGAN
 DEPARTEMEN DALAM NEGERI
 INSTANSI YANG DITUGASI BIDANG KESEHATAN
 INSTANSI YANG DITUGASI BIDANG PERTAHANAN KEAMANAN
 INSTANSI YANG DITUGASI BIDANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
 INSTANSI YANG DITUGASI BIDANG PENANAMAN MODAL
 INSTANSI YANG DITUGASI BIDANG PERTANAHAN
 INSTANSI YANG DITUGASI BIDANG ILMU PENGETAHUAN
 DEPARTEMEN DAN/ATAU LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN
YANG MEMBIDANGI USAHA/ATAU KEGIATAN YANG BERSANGKUTAN
 DEPARTEMEN DAN/ATAU LEMBAGA PEMERINTAH NON-DEPARTEMEN
YANG TERKAIT
 WAKIL PROPINSI DAERAH TINGKAT I YANG BERSANGKUTAN
 WAKIL KABUPATEN/KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YANG
BERSANGKUTAN
 AHLI DIBIDANG LINGKUNGAN HIDUP SESUAI DENGAN BIDANG USAHA
DAN/ATAU KEGIATAN YANG DIKAJI
 WAKIL MASYARAKAT TERKENA DAMPAK
 ANGGOTA LAIN YANG DIPANDANG PERLU
KOMISI PENILAI AMDAL UNTUK ADKL Lanjutan….
KEANGGOTAAN KOMISI PENILAI AMDAL UNTUK ADKL (DAERAH)
 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I
 INSTANSI YANG DITUGASI MENGENDALIKAN DAMPAK
LINGKUNGAN
 INSTANSI YANG DITUGASI BIDANG PERTAHANAN KEAMANAN
 INSTANSI YANG DITUGASI BIDANG PENANAMAN MODAL DAERAH
 INSTANSI YANG DITUGASI BIDANG PERTANAHAN DIDAERAH
 INSTANSI YANG DITUGASI BIDANG KESEHATAN DATI I
 WAKIL INSTANSI PUSAT DAN/ATAU DAERAH YANG MEMBIDANGI
USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERSANGKUTAN
 WAKIL INSTANSI TERKAIT DI PROPINSI DATI I
 WAKIL KABUPATEN/KOTAMADYA DATI II YANG BERSANGKUTAN
 PUSAT STUDI LINGKUNGAN HIDUP PERGURUAN TINGGI DAERAH
YANG BERSANGKUTAN
 AHLI DIBIDANG LINGKUNGAN HIDUP
 AHLI DIBIDANG YANG BERKAITAN
 ORGANISASI LINGKUNGAN HIDUP DIDAERAH
 WARGA MASYARAKAT YANG TERKENA DAMPAK
 ANGGOTA LAIN YANG DIPANDANG PERLU
KOMISI PENILAI AMDAL UNTUK ADKL Lanjutan….
KOMISI PENILAI PUSAT BERWENANG MENILAI HASIL AMDAL
BAGI JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG
MEMENUHI KRITERIA:
 USAHA DAN/ATAU KEGIATAN BERSIFAT
STRATEGIS DAN/ATAU MENYANGKUT
KETAHANAN DAN KEMANAN NEGARA
 USAHA DAN/ATAU KEGAIATAN YANG LOKASINYA
MELIPUTI LEBIH DARI SATU WILAYAH PROPINSI
DAERAH TINGKAT I
 USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERLOKASI
DI WILAYAH SENGKETA DENGAN NEGARA LAIN
 USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERLOKASI
DIWILAYAH RUANG LAUTAN
 USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERLOKASI
DI LINTAS BATAS NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA DENGAN NEGARA LAIN
- TERIMA KASIH -

Anda mungkin juga menyukai