Anda di halaman 1dari 64

1

A. Skenario
Environmental Burden Disease
Seorang dokter Puskesmas memberikan penyuluhan mengenai pentingnya peran
lingkungan dalam menyumbang tingginya tingkat kejadian penyakit di daerahnya.
Dalam presentasiny, dokter tersebut mengambil environmental burden disease dari
WHO dan member contoh gambar lingkungan yang sering ditemui di wilayahnya
sebagai berikut :

B. Klarifikasi Istilah (STEP 1)


1. Penyuluhan

: proses

pemberian

bantuan

berupa

informasi/tindakan yang diberikan oleh


seorang ahlu kepada individu/ kelompok
2. Lingkungan

yang bermasalah.
: sesuatu yang berada di luar atau di sekitar

3. WHO

makhluk hidup.
: (World Health Organization) salah satu
badan PBB yang bertindak sebagai
koordinator

4. Environmental burden disease

internasional.
: masalah yang

kesehatan
dikaitkan

umum
dengan

faktor lingkungan yang dapat diukur oleh


tingkat mortalitas, mordibilitas atau
indikator lain.

C. Rumusan Masalah (STEP 2)


1. Bagaimana kondisi lingkungan pada kasus tersebut?
2. Informasi apa saja yang didapatkan dari data yang disampaikan dokter
3.
4.
5.
6.
7.
8.

puskesmas tersebut?
Apa yang disebut sebagai kesehatan lingkungan?
Bagaimana standar lingkungan sehat?
Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap proses penularan penyakit?
Penyakit apa saja yang termasuk EBD?
Apa saja upaya pencegahan EBD?
Apa peran tenaga kesehatan dalam menangani kasus EBD?

D. Analisis Masalah (STEP 3)


1. Kondisi lingkungan pada kasus:
a. Kurang menjaga sanitasi
b. Kurang menjaga kesehatan
c. Kurang menjaga kebersihan
d. Kurangnya tingkat pendidikan
2. Informasi yang didapatkan dari kasus:
a. Angka kematian di Indonesia yang cukup tinggi
b. Sumber air yang tercemar
c. Perilaku masyarakat yang tidak sehat
d. Sanitasi buruk
3. Kesehatan lingkungan adalah hal yang mempelajari dinamika hubungan
interaktif antara kelompok masyarakat dan segala macam perubahan
komponen lingkungan hidup.
4. Standar lingkungan kesehatan:
a. Air bersih
b. Sanitasi yang baik
c. Pembuangan limbah yang dikelola
5.

E
A
H
a. Fisik:

- Air
- Udara
- Tanah
b. Sosial:
- Status sosial
- Adat istiadat
- Agama
c. Biologi:
- Serangga
- Vektor
5. Penyakit EBD:
- ISPA
- TBC
- Influenza
- Cholera
- Filariasis
- DBD
- Malaria
- Diare
- Disentri
- Cacingan
- Demam Tifoid
6. Pencegahan:
- Primer
- Sekunder
- Tersier
7. Upaya tenaga kesehatan:
- Skrining kesehatan
- Rumah sehat
- Larvasida
- Pemberontakan sarang nyamuk (PIN)
- Imunisasi
- Pemberian obat cacing

E. Sistematika Masalah (STEP 4)


1. Keterangan pada kasus:
a. Fisik
:keadaan geografis, kelembapan udara, temperature
lingkungan, tempat tinggal (udara, air, tanah)
b. Non fisik :sosial (pekerjaan, pendidikan, ekonomi) dan budaya
(kebiasaan)

2. Pola hidup yang tidak sehat sehingga menyebabkan angka kematian


yang cukup tinggi.
3. Sudah cukup jelas.
4. Masyarakat harus menerapkan PHBS:
a. Sumber air bersih
b. Sanitasi baik
c. Rumah sehat (dapat mencegah perkembangan vector penyakit)
d. Kebersihan tubuh terjaga
e. Bebas sarang nyamuk
f. Pemberian ASI eksklusif
g. Persalinan ditolong tenaga medis
h. Jamban bersih dan layak
i. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
5. Pengaruh lingkungan:
- Sebagai agen
- Sebagai vector
- Peran politik termasuk kepada sosial
6. Pencegahan:
a. Primer : mencegah awitan penyakit sebelum berkembang.
b. Sekunder : diagnosis dini dan pengobatan dini sebelum penyakit
jadi kronis.
c. Tersier : melatih merehabilitasi pasien.
d. Penyakit menular:
o Primer: klonrinasi persediaan air dan imunisasi
o Sekunder: diagnosis dini dan pengobatan
o Tersier: pemulihan infeksi.
e. Penyakit tidak menular:
o Primer: penyediaan makanan dan edukasi
o Sekunder: skrining missal penyakit kronis
o Tersier: ketersediaan fasilitas layanan.

Skema

UAKWTFPDEIBSRVNL
adieHBPUnuo
narmOstfDdk
areiotcg
hankfyroLe
kitealvrgu
esaoun
siragh
oarnk
lPSn
oehS
gnte
iyh
a
kt
i

t
a

n
k
n
a
e
a

t
F. Sasaran Belajar (STEP 5)
1.
2.
3.
4.

Apa saja penyakit EBD dan bagaimana pendekatan klinisnya?


Apa saja standar kesehatan menurut peraturan di Indonesia?
Bagaimana data EBD terbaru?
Apa saja program lingkungan dan pencegahan penyakit berbasis lingkungan
(termasuk PHBS)?

G. Belajar Mandiri (STEP 6)


Belajar Mandiri.

H. Penjelasan (STEP 7)
1. Macam-macam penyakit EBD dan pendekatan klinis
A. Infeksi Virus
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya
cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD
merupakan

penyakit

menular

yang

terutama

menyerang

anak-anak.

(widoyono, 2011)
Di Indonesia penyaakit DBD masih merupakan masalah kesehatan
karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada
umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wilayah lain. Penyakit
DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal
karena banyak pasien yang meninggal akibat penangannya yang terlambat.
Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever
(DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DD), dan dengue shock (DSS).
(widoyono, 2011)
Etiologi dan penularan
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau yang disebarkan oleh
arthropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili flaviviridae.
(widoyono, 2011)
Ada 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serotipe
DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah.
Infeksi oleh salah satu serotipe yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotipe
yang lain. Keempat jenis virus tersebut semuanya terdapat di Indonesia. David
Bylon (1779) melaporkan bahwa epidemiologi dengue disebabkan oleh tiga
faktor utama, yaitu virus, manusia, dan nyamuk. Vektor utama penyakit DBD
adalah nyamuk Aedes aegypti ( di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus ( di
daerah pedesaan). Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah

nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit
dan viremia ( terdapat virus dalam darahnya). (widoyono, 2011)
Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama
dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka
virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh
manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan
mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri
dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu.
(widoyono, 2011)
Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah :

Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih

Berkembang biar di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak
mandi, wc, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air
seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, serta tempat minum
burung.

Jarak terbang kurang lebih 100 m.

Nyamuk betina bersifat multiple biters

Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi.

Faktor penyebaran kasus DBD antara lain :

Pertumbuhan penduduk

Urbanisasi yang tidak terkontrol

Transportasi

Gejala dan Tanda


Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda berikut :

1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas


2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie
(+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak
darah-hitam.
3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun ( normal 150.000 300.000 L),
hematokrit meningkat (normal : pria< 45, wanita < 40 )
4. Akral dingin, gelisah, tidak sadar ( DSS, dengue shock syndrome)
Kriteria diagnosis ( WHO, 1997 )
A. Kriteria klinis :
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terusmenerus selama 2-7 hari.
2. Terdapat manifestasi perdarahan
3. Pembesaran hati
4. Syok

B. Kriteria laboratoris
1. Trombositopenia ( <100.000/ mm3)
2. Hemokonsentrasi ( Ht meningkat >20 %)
PROGRAM PEMBERANTASAN
1. Tujuan

Menurunkan mordibitas dan mortalitas penyakit DBD

Mencegah dan menanggulangi KLB

10

Meningkatkan

peran

serta

masyarakat

PSM

dalam

pemberantasan sarang nyamuk (PSN)


2. Sasaran

Sasaran nasional (2000) :


a. Morbiditas di kecamatan endemik DBD <2 per 10.000
penduduk.
b. CFR <2,5 %

3. Strategi

Kewaspadaan dini

Penanggulangan KLB

Peningkatan keterampilan petugas

Penyuluhan

4. Kegiatan
a. Pelacakan penderita ( penyelidikan epidemiologis, PE), yaitu
kegiatan mendatangi rumah-rumah dari kasus yang dilaporkan
(indeks kasus) untuk mencari penderita lain dan memeriksa angka
jentik dalam radius kurang lebih 100m dari rumah indeks.
b. Penemuan dan pertolongan penderita, yaitu kegiatan mencari
penderita lain. Jika terdapat tersangka kasus DBD maka harus
segera dilakukan penanganan kasus termasuk merujuk ke unit
pelayanan kesehatan (UPK) terdekat.

11

c. Larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan


larvasida ke dalam penampungan air yang positif terdapat jentik
aedes.
d. Fogging focus (FF) yaitu kegiatan menyemprot dengan insektisida
(malation,losban) untuk membunuh nyamuk dewasa dalam radius
1 RW per 400 rumah per 1 dukuh.
e. Pemeriksaan jentik rutin (PJR), adalah kegiatan yang dilakukan
oleh kader desa wisma PKK, pengurus RT, atau petugas pemantau
jentik (PPJ) paling sedikit satu minggu sekali. Petugas tersebut
akan memantau jentik dalam semua rumah warga yang diatur
dengan jadwal tertentu, hasilnya akan dicatat pada kartu jentik di
setiap rumah.
f. Pemeriksaan jentik berkala (PJB), yaitu kegiatan reguler tiga
bulan

sekali,

dengan

cara

mengambil

sampel

100

rumah/desa/kelurahan. Pengambilan sampel dapat dilakukan


dengan cara random atau metode spiral (dengan rumah ditengah
sebagai pusatnya) atau metode zig-zag. Dengan kegiatan ini akan
didapatkan angka kepadatan jentik atau HI ( house indek )
g. Pembentukan kelompok kerja (pokja) DBD di semua level
administrasi, mulai dari desa, kecamatan, sampai tingkat pusat.
h. Penggerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3M
(menutup dan menguras temppat penampungan air bersih,
mengubur barang bekas, dan membersihkan tempat yang
berpotensi bagi pengembangbiakkan nyamuk) di daerah endemik
dan sporadik.
i. Penyuluhan tentang gejala awal penyakit DBD, tindakan
pencegahan, dan rujukan penderita. (widoyono, 2011)

12

2. CHIKUNGUNYA
Chikungunya adalah penyakit mirip demam dengue yang disebabkan
oleh virus chikungunya dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan aedes
africanus. Untuk pertama kalinya, virus chikungunya berhasil diidentifikasi di
afrika timur pada tahun 1952.chikungunya ditandai dengan demam, mialgia,
atau atralgia, ruam-ruam, leukopeni, dan limfadenopati. Meskipun wilayah
serangannya luas dan penyebarannya cepat, chikungunya jarang menimbulkan
kematian, setidaknya dari berbagai laporan KLB yang terjadi di Indonesia.
Penyakit ini akan sembuh sendiri (self-limiting disease). Karena vektornya
nyamuk, chikungunya tergolong arthropod-borne disease, yaitu penyakit
byang disebarkan oleh arthropoda. (widoyono, 2011)
Etiologi
Virus chikungunya adlaah virus yang termasuk dalam genus virus alfa
dari famili togaviridae. Virus ini berbentuk sferis dengan ukuran diameter
sekitar 42nm. Virus ini bersama dengan virus Onyong-nyong dari genus virus
alfa dan virus penyebab Demam Nil Barat dari genus virus flavi
menyebabkan gejala penyakit mirip dengue. (widoyono, 2011)
Sebelum menyerang manusia, 200-300 tahun yang lalu, virus ini telah
menyerang primata di hutan dan padang savana di Afrika. Hewan primata
yang sering terjangkit adalah baboon (papio sp.) dan cercophitecus sp.
Penularan
Seperti DBD, chikungunya endemik di daerah yang banyak ditemukan
kasus DBD. Kasus DBD pada wanita dan anak-anak lebih tinggi dengan
alasan mereka lebih banyak berada di rumah pada siang hari saat nyamuk
menggigit. KLB chikungunya bersifat mendadak dengan jumlah penderita
relatif banyak. Selain manusia, virus chikungunya juga dapat menyerang
tikus, kelinci, monyet, dan simpanse. (widoyono, 2011)

13

Mekanisme penularan klasik terjadi apabila manusia yang sedang


viremia, yaitu biasanya terjadi dua hari sebelum demam sampai 5 hari setelah
demam. Digigit oleh aedes sp. Dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation
period). Virus dalam kelenjar air liur nyamuk akan berkembang biak dan
kemudian ditularkan ke manusia lain yang digigit oleh nyamuk pada gigitan
berikutnya. Dalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu 3-7 hari (intinsic
incubation period) untuk berkembang, sebelum akhirnya menimmbulkan
gejala klinis. Penularan chikungunya yang cepat hingga terjadinya KLB
dipengaruhi oleh :
1. Perubahan iklim dan cuaca yang mempengaruhi perkembangan
pepulasi nyamuk.
2. Mobilisasi penduduk dari dan ke daerah yang terinfeksi.
3. Perilaku masyarakat.
4. Sanitasi

lingkungan

yang

berhubungan

dengan

tempat

berkembang baiknya nyamuk.


(widoyono, 2011)
GEJALA, TANDA DAN DIAGNOSIS
Masa inkubasi chikungunya adalah 2-12 hari dengan rata-rata 3-7 hari.
Gejala penyakit diawali dengan demam mendadak, kemudian diikuti
munculnya ruam kulit dan limfadenopati, atralgia, mialgia, atau artritis yang
merupakan tanda dan gejala khas chikungunya. Penderita dapat mengeluhkan
nyeri atau ngilu saat berjalan kaki karena serangan pada sendi-sendi kaki.
Dibandingkan dengan DBD, gejala chikungunya muncul lebih dini.
Perdarahan jarang terjadi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
dan laboratorium, yaitu adanya antibodi IgM dan IgG dalam darah.
(widoyono, 2011)

14

Definisi kasus terdiri dari :


1. Kasus tersangka
Kasus ini ditandai dengan gejala klinis seperti yang telah disebutkan di
atas, mulai dari demam mendadak hingga fotofobia.
2. Kasus probable
Ini merupakan gejala pada kasus tersangka, ditambah dengan hasil
laboratorium serologi yang positif dari sampel darah tunggal yang diambil
pada fase akut maupun fase penyembuhan.
3. Kasus confirm
Ini merupakan kasus probable dan salah satu dari hal berikut :

Peningkatan titer antibodi 4kali pada pasangan sampel serum


darah.

Antibodi IgM positif

Isolasi virus

Hasil

pemeriksaan

RT-PCR

positif

asam

nukleat

virus

chikungunya.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk memastikan diagnosis,
dengan bahan darah vena 5cc pada fase akut (utama) dan fase penyembuhan.
Pada pemeriksaan hematologi rutin dapat dijumpai kadar hemoglobin yang
normal, trombositopenia, leukopenia, atau leukositosis, relatif limfositosis
pada hitung jenis dan peningkatan laju endap darah (LED). Pemeriksaan
kimia klinis menunjukkan fungsi hati yang bisa terganggu apabila terjadi
hepatomegali yang ditandai dengan SGOT/SGPT dan bilirubin direk atau total
yang meningkat. (widoyono, 2011)

15

Pemeriksaan serologi yang lebih pasti dilakukan dengan rapid


diagnostic

test

(RDT),

ELISA,

hemaglutinase

inhibisi

(HI),

dan

immunofluorescent assay (IFA) utnuk mendeteksi antibodi IgM dan IgG atau
dengan plymerase chaim reaction (PCR) untuk memeriksa materi genetik
virus. (widoyono, 2011)

PENCEGAHAN
Upaya pencegahan chikungunya hampir sama dengan pencegahan
untuk penyakit DBD. Penting bagi masyarakat untuk melakukkan gerakan
pemberantasan sarang nyamuk secara rutin, menggunakan obat anti-nyamuk
pada jam-jam saat nyamuk banyak menggigit, dan mengoleskan losion antinyamuk pada anak sekolah. Karena penyakit ini berpotensi menyebabkan
KLB, penderita chikungunya perlu diisolasi meskipun tidak dirawat di rumah
sakit. Isolasi yang tepat akan sangat berguna untuk mencegah penularan cepat
penyakit ini. (widoyono, 2011)
Secara umum, upaya pengendalian penyakit ini terdiri dari :
1. Pencegahan gigitan nyamuk
Ini bisa dilakukan dengan pemasangan kelambu, penggunaan kasa
antinyamuk, dan pemakaian obat nyamuk oles, bakar atau semprot.
2. Pemberantasan jentik
Istilah pemberantasan sarang nmyamuk (PSN) sebenarnya kurang tepat
karena nyamuk beristirahat di semak-semak, gantungan baju bekas pakai,
gorden, dan tempat sejuk dan lembab lainnya. Nyamuk aedes sp. Akan
bertelur di permukaan air yang jernih, seperti tempat penampungan air,
vas atau pot bunga, air buangan dispenser, pemberantasan jentik dibagi
menjadi 3cara, yaitu :

16

Fisik, dengan 3M plus.

Biologi, dengan membakar ikan pemakan jentik di tempat


penampungan air.

Kimiawi, dengan pemberian larvasida (pembasmi larva).

3. Pemberantasan nyamuk
ini dilakukan untuk memutus rantai penularan dengan penyemprotan
(fogging) massal menggunakan insektisida cair 2kali dengan selang waktu
1 minggu.
(widoyono, 2011)
3.

CAMPAK
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan
oleh virus. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini
ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivis yang
kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Campak biasanya
menyerang anak-anak dengan derajat ringan smapai sedang. Penyakit ini dapat
meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat peradangan otak
(ensefalitis). (widoyono, 2011)
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak dari family paramyxovirus, genus
morbillivirus. Virus campak adalah virus RNA yang dikenal hanya mempunyai
satu antigen. Struktur virus ini mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis
dan parainfluenza. Setelah timbulnya ruam kulit, virus aktif dapat ditemukan
pada sekret nasofaring, darah, dan air kencing dalam waktu skeitar 34jam pada
suhu kamar. (widoyono, 2011)
Virus campak bertahan selama beberapa hari pada temperatur 0oC dan
selama 15 minggu pada sediaan beku. Diluar tubuh manusia virus ini mudah

17

mati. Pada suhu kamar sekalipun, virus ini akan kehilangan infektivitas sekitar
60% selama 3-5 hari. Virus campak mudah hancur oleh sinar ultraviolet.
(widoyono, 2011)
Penularan
Virus campak dengan mudah menularkan penyakit, virulensinya snagat tinggi
terutama pada anak-anak yang rentan dengan kontak keluarga, sehingga hampir
90% anak yang rentan akan tertular. Campak ditularkan melalui droplet di udara
oleh penderita sejak 1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah
munculnya ruam. Masa inkubasinya antara 10-12 hari. (widoyono, 2011)
Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya kepada
janin yang dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalan ini bisa bertahan
sampai bayinya 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk
antibodinya sendiri secara aktif setelah menerima vaksinasi campak. Dalam
waktu 12 hari setelah infeksi campak mencapai puncak titer sekitar 21 hari. IgM
akan terbentuk dan cepat menghilang, hingga akhirnya digantikan oleh IgG.
(widoyono, 2011)
Gejala dan tanda
Sekitar 10 hari setelah infeksi, demam yang biasanya tinggi akan muncul,diikuti
dengan koriza, batuk, dan peradangan pada mata. Gejala penyakit campak
dikategorikan dalam tiga stadium :
1. stadium masa inkubasi, berlangsung 10-12 hari.
2. stadium masa prodormal, yaitu munculnya gejala demam ringan hingga
sedang, batuk yang makin berat, koriza, peradangan mata, dan munculnya
enantema atau bercak koplik yang khas pada campak, yaitu bercak putih
pada mukosa pipi.

18

3. Stadium akhir, ditandai oleh demam tinggi dan timbulnya ruam-ruam


kulit kemerahan yang dimulai dari belakang telinga dan kemudian
menyebar ke leher, muka, dan anggota gerak.
Dua hari kemudian suhu biasanya akan menurun dan gejala penyakit
mereda. Ruam kulit akan mengalami hiperpigmentasi (berubah warna
menjadi lebih gelap) dan mungkin mengelupas. Penderita akan tampak sehat
apabila tidak disertai dengan komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi
adalah konjungtivis, bronkopneumonia, radang telinga, dan peradangan otak.
(widoyono, 2011)
Pengobatan
Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan
dan kalori yang cukup. Obat simtomatik yang perlu diberikan antara lain :
1. Antidemam
2. Antibatuk
3. Vitamin A
4. Antibiotik diberikan bila ada indikasi
Pencegahan
Imunisasi campak yang diberikan pada bayi berusia 9 bulan merupakan
pencegahan yang paling efektif. Vaksin campak berasal dari virus hidup yang
dilemahkan. Vaksin diberikan dengan cara subkutan dalam atau intramuskular
dengan dosis 0,5 cc. Pemberian imunisasi campak satu kali akan memberikan
kekebalan selama 14tahum, sedangkan untuk mengendalikan penyakit
diperlukan cakupan imunisasi paling sedikit 80% per wilayahsecara merata
selama bertahun-tahun.keberhasilan program imunisasi dapat diukur dari
penurunan jumlah kasus campak dari waktu ke waktu. Kegagalan imunisasi
dapat disebabkan oleh :

19

1. Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yang ebrasal dari antibodi
ibu. Antibodi itu akan menetralisasi vaksin yang diberikan.
2. Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan, pengangkutan, atau
penggunaan diluar pedoman.
(widoyono, 2011)
B. Infeksi Parasit
1. Penyakit Cacing
A. Askariasis
Definisi
Askariasis adalah penyakit yang di sebabkan oleh cacing cacing
gelang atau yang paling besar prevalensinya di antara penyakit
cacing lainnya. Penyakit ini di perkirakan menginfeksi lebih dari 1
milliar orang. Tingginya prealensi ni karena banyaknya telur di
sertai dengan daya tahan telur yang mengandung larva cacing pada
keadaan tanah yang kondusif.
Etiologi
Ascaris lumbricoides adalah cacing yang berwarna merah dan
berbentuk silinder dengan ukuran cacing jantan 15-20cm x 3mm
dan betina 25-30m x 4mm. Cacing betina mampu bertahan hidup
selama 1-2 tahun dengan memproduksi 26juta telur sekitar
200.000 telur perhari. Ukuran telur 40-60m dan di lapisi pelapis
tebal sebagai pelindung terhadap situasi lingkungan yang tidak
sesuai dengan telur dan dapat hidup dalam tanah sampai berbulanbulan bahkan sampai 2 tahun. infeksi cacing betina dalam usus
akan menghasilkan telur infertil.
Daur hidup

20

Telur yang di keluarkan oleh cacing melalui tinja pada lingkungan


yang sesuai dan berkembang menjadi embrio dan menjadi larva
yang infektif di dalam telur. Apabila telur itu tertelan oleh manusia
maka di dalam usus telur akan menetas menjadi larva, keluar dan
menembus dinding usus halus menjadi ke sistem peredaran darah.
Larva akan menuju ke paru, trakea, faring dan tertelan masuk ke
dalam eosofagus hingga sampai ke usus halus. Larva menjadi
dewasa di usus halus. Pejalanan siklus hidup cacing berlangsung
selama 60-70hari.

Gambar 1.1 daur hidup Ascaris Lumbricoides ( Widoyono, 2011 )

Manifestasi klinik
a. Larva

21

Larva

yang

bermigrasi

menyebabkan

batuk,

demam,

eosinofilia, dan gambaran infiltrat pada foto thorak yang


menghilang dalam 3 minggu, di sebut sindrom loeffler.
b. Cacing dewasa
Cacing dewasa meyebabkan mual, penurunan nafsu makan,
diare atau konstipasi, malnutrisi pada anak dan pada keadaan
berat dapat menimbulkan malabsorpsi serta obstruksi usus
apabila menggumpal. Penyumbatan lumen usus karena
banyaknya cacing, cacing berjalan ke jaringan hati sampai
muntah cacing yang bisa menyumbat saluran nafas.
Diagnosis
Diagnosis di tegakkan bila di temukannya telur A.lumbricoides
dalam tinja atau keluarnya cacing dewasa lewat muntah, batuk
ataupun tinja.
Pengobatan
a. Pirantel pamoat, dosis tunggal 10mg/kgBB
b. Mebenzadol 100mg, 2 kali sekali selama 3 hari
c. Albendazol (anak >2tahun) 400mg 2 tablet dosis tunggal

B. Enterobiasis
Definisi
Infeksi cacing kremi (enteribiasis) lebih merupakan implikasi
sosial bagi anak dan keluarganya daripada masalah medis, karena
secara klinis infeksi ini tidak berbahaya.

22

Etiologi
Enterobius vermicularis atau oxyuri vermicularis adalah cacing
kecil (1cm) berwarna putih. Dalam sekali bereproduksi cacing
dapat menghasilkan 11.000 butir telur. Telur berbentuk asimetris,
eclips pada satu sisi dan datar pada sisi lainnya dengan ukuran
telur 30-60m. Setelah mengalami proses pematangan, larva dapat
bertahan hidup dalam telur sampai 20hari.
Daur hidup
Cacing dewasa betina biasanya akan bermigrasi pada malam hari
ke daerah sekitar anus untuk bertelur. Telur akan terdeposit di
sekitar area ini. Hal in akan menyebabkan rasa gatal di sekitar anus
(pruritus ani noktural). Apabila di garuk maka penularan dapat
terjadi dari kuku jari tangan ke mulut (self-infection atau infeki
dari diri sendiri). Metode penularan lainnya adalah dari orang ke
orang melalui pakaian. Penularan dapat terjadi dalam lingkungan
yang terkontaminasi cacing kremi misalnya melalui debu rumah.
Telur menetas di usus halus selanjutnya akan bermigrasi ke daerah
sekitar anus (sekum atau caecum) dan larva akan tinggal hingga
dewasa. Bia sifat infeksinya adalah retnoinfeksi dari anus maka
telur akan menetas di sekitar anus selanjutnya larva akan berigrasi
ke kolon asenden, sekum, apendiks dan berkembang sampai
dewasa. Satu penelitian pada anak melaporkan bahwa ada 33%
anak yang memiliki telur cacing pada kuku jarinya.

23

Gambar 2.1 Daur Hidup oxyuris vermicularis ( Tanto, 2014)

Manifestasi klinik
Sensasi gatal di skitar anus adalah gejala yang khas pada infeksi
ini. Gejala biasanya di ikuti dengan gangguan kurang tidur.
Penurunan nafsu makan, anoreksia, badan kurus. Cacing dewasa
menyebabkan nyeri perut, mual, muntah dan diare.
Diagnosis
Diagnosis di tegakkan bila di temukannya tekur pada apusan
perinial atau dalam tinja. Apusan perineal di lakukan dengan
menempelkan plester sepanjang 2cm di sekitar anus pada pagi hari

24

sebelum buang air besar atau sebelum anus di bersihkan. Setelah di


lakukan pemeriksaan mikroskopik.
Pengobatan
a. Mebenzadol dosis tunggal 100mg
b. Garam piperazin
c. Tiabenzadol
d. Pirvinium pamoat

2. Filariasis
Definisi
Filariasis adalah penyakit yang di sebabkan oleh infeksi nematoda
yang tersebar di indonesia. Filariasis sering di sebut dengan
penyakit kaki gajah. Yang di sebabkan ole tiga spesies cacing yaitu
wucheria bancrofti, Brugia malayi dan brugia timori yang di
tularkan melalui nyamuk ke manusia.
Etiologi
1. W. Brancofti
Perioditas keberadaan mikrofilia dalam darah tepi bergantung
spesies. W.brancoftri di temukan pada malam hari dan di
tularkan melalui nyamuk culex quinquefasciatus di daerah
perkotaan dan nyamuk anopheles di daerah pedesaan.
Pertumbuhan dalam tubuh nyamuk sekitar 2 minggu pada
manusia bisa hingga 5 minggu.
Mikrofilia yang terhisap nyamuk akan masuk lambung,
melepaskan kulit dan menembus dinsingnya untuk bersarang

25

pada otot thoraks. Cacing dewasa memproduksi ikrofili yang


kemudian meninggalkan cacing induk dan menembus dinding
pembuluh limfe menuju ke pembuluh darah terdekat.
2. B. Malayi dan B. Timori
Mikrofilia B.malayi memiliki periodisitas noktural dan
nonperiodik sedangkan B. Timori bersifat noktural. B.malayi di
tularkan melalui nyamuk anopheles barbitostris sedangkan
yang hidup pada manusia dan hewan di tularkan oleh nyamuk
mansoni. B. Timori di tularkan oleh nyamuk anopheles
barbirostris. Daur hidup parasit sekitar 10 hari dan dalam tubuh
manusia sekitar 3 bulan. Fase perembangan serupa degan W.
Brancofti.
Daur hidup
Siklus hidup W. Bancrofti dan B.malayi di mulai dari saat filaria
betina dewasa dalam pembuluh limfe manusia memproduksi
sekitar 50.000 mikrofilia perhari ke dalam darah. Nyamuk
kemudian menghisap mikrovilia pada saat mengigit manusia,
selanjutnya larva tersebut akan berkembang di dalam tubuh
nyamuk dan ketika nyamuk mengigit manusia larva infektifakan
masuk ke dalam tubuh manusia. Larva akan bermigrasi ke saluran
linfe dan berkembang menjadi bentuk dewasa. Mikrovilia dapat di
temukan di dalam darah tepi stelah 6 bulan-1tahun setelah
terinfeksi dan bia bertahan 5-10tahun. vektor utama filaria adalah
anopheles, culex, mansonia dan aedes.

26

Gambar 3.1 Daur Hidup Parasit Filariasis ( Anto, 2014 )

Manifestasi klinik
Manifestai klinis secara umum di bagi menjadi 3 stadium, antara
lain :
1. Stadium tanpa gejala
Pada derah endemis di temukan hanya pembesaran kelenjar
limfe terutama di ingunal sedangkan pada pemeriksaan darah
di temukan mikrofilari dalam jumlah besar di sertai
eosinofillia.
2. Stadium peradangan (akut)
Limfangitis, inflamasi eosinofilia akut, demam, menggigil,
sakit kepala, muntah dan kelemahan tubuh. Stadium ini
berlangsung dari beberapa hari hingga minggu dan terutama
menyerang saluran limfe tungkai, ketiak dan alat kelamin.

27

Adanya tropical pulmonary akibat respon imunologik berlebih


degan gejala mirip asma dan adanya spenomegali dan
hepatomegali.
Diagnosis
1. Anamnesis
a. Riwayat berpergian ke daerah endemis
2. Pemeriksaan fisik
a. Pembengkakan unilateral (elefantiasis) pada laki-laki,
lengan skrotum, vulva atau payudara
b. Hidrokel, kiluria apabila berkemih
c. Adanya tropical pulmonary eosinophilia: mengi, rhonki
hampir di seluruh lapang paru.
Pengobatan
1. Dietilkarbamazin (DEC)
2. Ivermectin (Mectizan)
3. Albendazol 400mg dosis tunggal

3. Malaria
Definisi
adalah penyakit menular yang dapat ditularkan oleh nyamuk
bernama Anopheles. Nyamuk ini membawa parasit plasmodium
dan menggigit orang sekaligus menyebarkannya melalui peredaran
darah. Malaria merupakan penyakit berbahaya yang dapat

28

menyebabkan kematian. Dari pernyataan yang saya kutip dari


Wikipedia, berdsarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh
anak setiap 30 detik. Sekitar 300-500 juta orang terinfeksi dan
sekitar 1 juta orang meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya.
90% kematian terjadi di Afrika, terutama pada anak-anak. Nyamuk
yang menyebarkan parasit ini yaitu nyamuk betina yang
sebelumnya sudah terinfeksi oleh plasmodium. Selain melalui
nyamuk, penyakit malaria juga dapat menyebar melalui beberapa
hal seperti transfusi darah, transplantasi organ, jarum suntuk yang
sudah terkontaminasi. Ibu hamil juga dapat menularkan penyakit
ini kepada bayinya.

Etiologi
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yang merupakan
golongan plasmodium. Media utama yang menjadi penyebar
penyakit ini yaitu nyamuk Anopheles betina. Nyamuk ini terinfeksi
oleh parasit plasmodium dari gigitan yang dilakukan terhadap
seseorang yang sudah terinfeksi parasit tersebut. Nyamuk tersebut
akan terinfeksi selama satu mingguan hingga waktu makan
selajutnya. Pada saat makan, maka nyamuk ini menggigit orang
lain sekaligus menyuntikkan parasit plasmodium ke dalam darah
orang tersebut sehingga orang tersebut akan terinsfeksi malaria.
Ada 4 jenis plasmodium yang dapat menginfeksi manusia,
diantaranya yaitu:
1.

Plasmodium ovale

2.

Plasmodium malariae

29

3.

Plasmodium falciparum

4.

Plasmodium vivax

Daur hidup
Dalam

siklus

hidupnya

plasmodium

peneyebab

malaria

mempunyai dua hospes yaitu pada manusia dan nyamuk. Siklus


aseksual

plasmodium

yang

berlangsung

pada

manusia

disebut skizogoni dan siklus seksual plasmodium yang membentuk


sporozoit didalam nyamuk disebut sporogoni.
1)

Nyamuk Anopheles betina

sporozoit Plasmodium sp.

yang

menggigit

mengandung
manusia,

dan

meninggalkan sporozoit di dalam jaringan darah manusia.


2) Melalui aliran darah, sporozoit masuk ke jaringan hati (liver).
Sporozoit bereproduksi secara aseksual (pembelahan biner)
berkali-kali, dan tumbuh menjadi merozoit.
3) Merozoit menggunakan kompleks apeks (ujung sel) untuk
menembus sel darah merah (eritrosit) penderita.
4) Merozoit tumbuh dan bereproduksi aseksual (pembelahan
biner) secara berulang-ulang sehingga terdapat banyak merozoit
baru. Merozoit baru ini disebut juga tropozoit. Tropozoit keluar
setelah memecah sel darah merah dan menginfeksi sel darah
merah lainnya, secara berulang-ulang dengan interval 48 72 jam
(tergantung pada spesiesnya). Akibatnya penderita mengalami
demam dan menggigil secara periodik.
5) Di dalam jaringan darah, beberapa merozoit membelah dan
membentuk gametosit jantan (mikrogametosit) dan gametosit
betina (makrogametosit).

30

6) Bila nyamuk Anopheles betina lainnya menggigit dan mengisap


darah penderita, maka mikrogametosit maupun makrogametosit
berpindah dan masuk ke dalam saluran pencernaan nyamuk.
7) Di dalam saluran pencernaan nyamuk, mikrogametosit tumbuh
menjadi

mikrogamet,

dan

makrogametosit

tumbuh

menjadi makrogamet.
8) Mikrogamet dan makrogamet mengalami fertilisasi sehingga
terbentuk zigot diploid (2n) yang disebut juga ookinet. Peristiwa
ini merupakan reproduksi secara seksual.
9)

Ookinet

masuk

ke

membentuk oosista yang

dalam

dinding

berdinding

usus

nyamuk

tebal.

Di

dalam oosista berkembang ribuan sporozoit.


10) Sporozoit keluar dari dinding usus dan berpindah ke kelenjar
ludah nyamuk. Sporozoit akan mengalami siklus yang sama saat
nyamuk menginfeksi orang sehat lainnya.
Siklus Hidup Plasmodium, Siklus aseksual
Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk anopheles betina
dimasukkan kedalam darah manusia melalui tusukan nyamuk
tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit jasad tersebut memasuki
sel-sel parenkim hati dan dimulai stadium eksoeritrositik dari pada
daur

hidupnya.

menjadi skizon dan


30.000 merozoit,

Didalam

sel

berkembang
tergantung

hati

parasit

tumbuh

menjadi merozoit (10.000-

spesiesnya)

Sel

hati

yang

mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas,


sebagian di fagosit. Oleh karena prosesnya terjadi sebelum
memasuki

eritrosit

maka

preeritrositik atau eksoeritrositik yang

disebut
berlangsung

stadium
selama

minggu. Pada P. Vivax dan Ovale, sebagian tropozoit hati tidak

31

langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi


bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit dapat tinggal
didalam hati sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas
tubuh

menurun,

akan

menjadi

aktif

sehingga

dapat

menimbulkan relaps (kekambuhan).


Siklus eritrositik dimulai saat merozoit memasuki sel-sel darah
merah. Parasit tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh
sitoplasma yang membesar, bentuk tidak teratur dan mulai
membentuk tropozoit,

tropozoit

berkembang

menjadi skizon muda,

kemudian

berkembang

menjadi skizon matang

dan

membelah

banyak

menjadi merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut sel


darah merah pecah dan merozoit, pigmen dan sisa sel keluar dan
memasuki plasma darah. Parasit memasuki sel darah merah
lainnya

untuk

mengulangi

siklus skizogoni. Beberapa merozoit memasuki

eritrosit

dan

membentuk skizon dan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk


seksual (gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3
siklus skizogoni darah.
Siklus Hidup Plasmodium, Siklus seksual
Terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk anopheles betina
menghisap darah yang mengandung gametosit. Gametosit yang
bersama darah tidak dicerna. Pada makrogamet (jantan) kromatin
membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak kepinggir parasit.
Dipinggir ini beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan
bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi karena
masuknya

mikrogamet

kedalam

makrogamet

untuk

membentuk zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek

32

disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan membran


basal dinding lambung. Ditempat ini ookinet membesar dan
disebut ookista. Didalam ookistadibentuk ribuan sporozoit dan
beberapa sporozoit menembus kelenjar nyamuk dan bila nyamuk
menggigit/ menusuk manusia maka sporozoit masuk kedalam
darah dan mulailah siklus pre eritrositik.

Gambar 4.1 Siklus Hidup Plasmodium penyebab malaria ( widoyono, 2011 )

Manifestasi klinis
Gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 bagian ditinjau dari beratringannya.

Gejalanya

yaitu

sebagai

berikut.

A. Gejala Penyakit Malaria Ringan (Malaria tanpa Komplikasi)


Pada penderita penyakit malaria, umumnya mengalami demam
dan menggigil, sakit kepala, mual-mual, muntah, diare, terasa

33

nyeri pada otot, pegal-pegal. Pada gejala malaria ringan, dapat


dibagi

menjadi

stadium

yaitu

sebagai

berikut.

1. Stadium dingin
Pada stadium dingin penderita merasakan dingin dan menggigil
yang luarbiasa, denyut nadi terasa semakin cepat namun lemah,
bibir dan jari terlihat kebiruan, kulit kering, muntah-muntah yang
terjadi

kurang

lebih

15

menit

hingga

jam.

2. Stadium demam
Pada stadium ini penderita merasakan panas, muka merah, kulit
kering, muntah dan kepala rasanya sangat sakit. Suhu tubuh
biasanya mencapai 40 derajat celcius atau lebih. Kadang penderita
mengalami kejang-kejang. Gejala ini berlangsung biasanya 2
hingga 4 jam lebih.
3. Stadium berkeringat
Stadium berkeringat yaitu pengidap penyakit malaria ini selalu
berkeringat, suhu tubuh dibawah rata-rata sehingga menyebabkan
suhu tubuh menjadi dingin. Karena sering berkeringat, biasanya
sering merasakan haus dan kondisi tubuh sangat lemah.
B. Gejala Penyakit Malaria Berat (Malaria dengan Komplikasi)
Penderita yang masuk dalam criteria ini biasanya sangat lemah
sekali. Malaria berat dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan laboratorium sendian darah tepi dan penderita juga
memiliki komplikasi sebagai berikut ini.

34

Tidak sadarkan diri kadang hingga koma

Sering mengigau

Bicara yang salah-salah (tidak terkontrol)

Kejang-kejang

Suhu tubuh sangat tinggi

Dehidrasi

Nafas cepat, sesak nafas

Diagnosis
Anamnesis
1. Trias malaria ( demam, menggigil, keringat dingin), sakit
kepala, mual muntah, diare dan nyeri otot
2. Riwayat berpergian atau tinggal di daerah endemis malaria
3. Riwayat sakit malaria atau minum obat malaria, riwayat
tranfusi.
4. Tanda-tanda malaria berat : dapt di temukan gangguan
kesadaran, lemah, kejang, tubuh kuning, perdarahan, sesak
napas, oliguria/anuria, air seni gelap (black water fever)
Pemeriksaan fisik

35

1. Demam, konjungtiva pucat, skelera ikterik, splenomegali,


hepatomegali
2. Pada malaria berat di temukan suhu rektal >40C, nadi cepat
dan lemah, tekanan darah pada orang dewasa sistolik >70
mmHg dan pada anak-anak sistolik >50 mmHg. Takipnea,
penurunan kesadaran, tanda dehidrasi, tanda anemia berat,
tanda ikterik, ronki pada paru, hepatomegali, splenomegali,
gagal ginjal dengan oligura hingga anuria dan gangguan
neurologis.

Pengobatan
Obat anti malaria dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati
malaria. Malaria adalah penyakit yang sangat serius, dan penyakit
ini terdapat di beberapa negara. Jadi jika Anda bepergian ke
daerah yang terdapat penyakit malaria, maka sangat penting
mempertimbangkan untuk minum obat sebelum Anda bepergian,
ketika Anda berada di daerah tujuan, dan setelah Anda pulang ke
rumah untuk mengurangi risiko infeksi. Obat yang Anda minum
tergantung dari:

Parasit malaria yang ada di negara atau daerah tujuan Anda.

Resistensi parasit malaria terhadap obat-obatan tertentu di


daerah/negara tujuan Anda.

Kondisi kesehatan Anda (misalnya: apakah Anda sedang hamil,


orang lanjut usia atau sangat muda, sedang sakit atau tidak, atau
memiliki kekebalan/resistensi terhadap malaria).

36

Hal yang penting adalah mengetahui jenis spesies parasit malaria


yang ada di negara/daerah tujuan. Hal ini karena komplikasi serius
dapat

berkembang

dengan

terinfeksi Plasmodium (P.

cepat

)falciparum.

pada

orang

yang

Pengobatan

yang

diberikan didasarkan pada:

Jenis spesies parasit malaria. Jika terinfeksi dengan P. falciparum,


komplikasi yang mengancam jiwa dapat berkembang dengan
cepat. Sedangkan infeksi yang disebabkan oleh tiga spesies
malaria yang lain, umumnya jarang mengancam jiwa.

Kepadatan parasit. Jika persentase sel darah merah yang terinfeksi


(kepadatan parasit) di atas 5 %, pengobatan mungkin dilakukan
dengan cara diberikan langsung ke pembuluh darah (intravena
atau IV) daripada cara oral.

Kondisi kesehatan Anda. Risiko Anda mengalami komplikasi


tinggi jika sedang hamil, orang lanjut usia, orang yang sangat
muda, atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Obatobatan yang berbeda dapat diresepkan untuk orang-orang dalam
kelompok ini.

Resistensi obat parasit di lokasi geografis dimana infeksi malaria


terjadi. Misalnya, parasit P.falciparum yang resisten terhadap
obat chloroquine di banyak daerah.
Selama pengobatan malaria, dokter akan melakukan blood
smears setiap

hari

untuk

melihat

perkembangan

infeksi.

Kebanyakan obat malaria diberikan secara oral. Tetapi Anda


mungkin diberikan secara intravena (IV) jika ada komplikasi atau

37

kondisi Anda bertambah parah. Jika tidak ada komplikasi, demam


Anda akan sembuh dalam 36-48 jam, dan sebagian besar parasit
akan hilang dari darah Anda dalam waktu 2 atau 3 hari.
Obat-obatan

yang

digunakan

dapat

berubah

seiring

berkembangnya resistensi parasit malaria dan pengembangan


obat-obat baru.
Dokter atau departemen kesehatan setempat dapat berkonsultasi
dengan CDC untuk pedoman pengobatan khusus negara tujuan
perjalanan Anda. Obat-obat umum yang digunakan untuk
mencegah malaria antara lain:

Chloroquine. Chloroquine dapat

digunakan

untuk

mencegah

infeksi P. falciparum dan P. vivax di daerah tujuan dimana parasit


malaria belum dikonfirmasi resistensi terhadap chloroquine.

Mefloquine. Mefloquine dapat digunakan untuk mencegah infeksi


malaria, kecuali parasit malaria di daerah tujuan Anda resisten
terhadap

mefloquine.

Jangan

minum mefloquine jika

Anda

memiliki riwayat depresi atau penyakit jiwa lainnya, kejang, atau


jenis masalah irama jantung tertentu.

Doxycycline. Doxycycline dapat digunakan jika Anda tidak dapat


menggunakan mefloquine. Wanita yang sedang hamil dan anak di
bawah usia 9 tahun tidak boleh minum obat ini.

Primaquine. Primaquine digunakan untuk mencegah kekambuhan


dari

malaria P. vivax dan P.

ovale.

Namun

sebelum

minum primaquine, Anda harus diuji dulu untuk defisiensi


dehidrogenase glukosa-6-fosfat.

38

Malarone. Malarone adalah kombinasi dari dua obat antimalaria


(atovaquone dan proguanil).Malarone digunakan untuk mencegah
malaria yang disebabkan oleh P. falciparum.

Obat-obatan untuk Mengobati Infeksi Malaria

Chloroquine adalah obat paling efektif untuk mengobati infeksi


malaria yang disebabkan oleh parasit P. ovale atau P. malariae.
Untuk mencegah kekambuhan infeksi yang disebabkan oleh kedua
parasit ini, terus minum chloroquine setelah Anda meninggalkan
daerah dimana terdapat parasit tersebut. Chloroquine dapat juga
digunakan

untuk

mengobati

infeksi P. falciparum dan P. vivax pada

daerah

yang

belum

dikonfirmasi resisten terhadap chloroquine.

Coartem adalah

kombinasi

dari

dua

obat

artemeter

dan

lumefantrine. Obat ini digunakan untuk mengobati malaria yang


disebabkan oleh P. falciparum.
Obat-obatan untuk mengobati infeksi yang resisten terhadap chloroquine
Ketika

infeksi

malaria

disebabkan

parasit P. falciparum atau P. vivax yang

resisten

oleh
terhadap

chloroquine, maka pengobatan dapat menjadi lebih sulit.


Pengobatannya dilakukan dengan minum obat lain. Obat-obat lain
tersebut antara lain:

Malarone, yang merupakan kombinasi dari dua obat antimalaria


(atovaquone
mengobati

dan

proguanil).

malaria

Malarone

yang

digunakan

disebabkan

parasit P. falciparum yang resisten terhadap chloroquine.

untuk
oleh

39

Doxycycline,

untuk

infeksi

yang

disebabkan

oleh P. falciparum dan P. vivax di Thailand dan Kenya.

Quinine dengan antibiotik seperti doxycycline, tetracycline, atau


Clyndamycin untuk sebagian besar infeksi P. falciparum. Obat ini
tidak boleh digunakan di Asia Tenggara, di mana efektivitas
quinine menurun. Obat ini hanya agak efektif di Thailand.

Coartem, yang merupakan kombinasi dari dua obat artemeter dan


lumefantrine. Coartemdigunakan untuk mengobati malaria yang
disebabkan

oleh

parasit P. falciparum yang

resisten

terhadap chloroquine.
Antimalaria dapat diberikan secara intravena (IV) jika kita tidak
dapat minum obat secara oral. Pengobatan secara IV juga
digunakan untuk malaria berat. Dalam situasi ini, quinidine adalah
obat yang biasanya digunakan di Amerika serikat.
Obati anak secara rawat jalan dengan obat anti malaria lini
pertama, seperti yang direkomendasikan pada panduan nasional.
Terapi yang direkomendasikan WHO saat ini adalah kombinasi
artemisinin sebagai obat lini pertama (lihat rejimen yang dapat
digunakan di halaman berikut). Klorokuin dan Sulfadoksinpirimetamin tidak lagi menjadi obat anti malaria lini pertama
maupun kedua karena tingginya angka resistensi terhadap obat ini
di banyak negara untuk Malaria falsiparum.
Berikan pengobatan selama 3 hari dengan memberikan rejimen
yang dapat dipilih di bawah ini :

40

o Artesunat ditambah amodiakuin. Tablet terpisah 50 mg artesunat


dan 153 mg amodiakuin basa (saat ini digunakan dalam program
nasional)
o

Artesunat : 4 mg/kgBB/dosis tunggal selama 3 hari

Amodiakuin : 10 mg-basa/kgBB/dosis tunggal selama 3 hari;

Dehidroartemisinin ditambah piperakuin (fixed dose combination).

Dosis dehidroartemisin: 2-4 mg/kgBB, dan piperakuin: 16-32


mg/kgBB/dosis tunggal. Obat kombinasi ini diberikan selama tiga
hari.

Artesunat ditambah sulfadoksin/pirimetamin (SP). Tablet terpisah


50 mg artesunat dan 500 mg sulfadoksin/25 mg pirimetamin:

Artesunat : 4 mg/kgBB/dosis tunggal selama 3 hari

SP : 25 mg (Sulfadoksin)/kgBB/dosis tunggal

Artemeter/lumefantrin. Tablet kombinasi yang mengandung 20 mg


artemeter dan 120 mg lumefantrin:

Artemeter : 3.2 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis

Lumefantrin : 20 mg/kgBB

Tablet kombinasi ini dibagi dalam dua dosis dan diberikan selama
3 hari.

Amodiakuin ditambah SP. Tablet terpisah 153 mg amodiakuin


basa dan 500 mg sulfadoksin/25 mg pirimetamin

Amodiakuin : 10 mg-basa/kgBB/dosis tunggal

SP : 25 mg (Sulfadoksin)/kgBB/dosis tunggal
Untuk Malaria falsiparum khusus untuk anak usia > 1 tahun
tambahkan primakuin 0.75 mg-basa/kgBB/dosis tunggal selama 1
hari. Untuk vivax, ovale dan malariae tambahkan primakuin basa
0.25 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 14 hari.

41

C. Infeksi Bakteri
1. Diphteria
Penyebab : Corynebacterium Diphteriae
Masa inkubasi : 2-5 hari tergantung berat ringannya penyakit.
Patogenesis : kuman difteri masuk ke hidung atau mulut dimana baksil akan
menempel pada mukosa saluran nafas bagian atas,kadang-kadang kulit, mata, mukosa
genital.Setelah masa inkubasi kuman dgn corynephage akan menghasilkan toksin
yang mula-mula diabsorbsi oleh membran sel dan beredar di darah. Terjadi selaput
yang putih/keabu -abuan / membran dan bila diangkat terjadi perdarahan.
Cara penularan:
dari manusia lewat droplet infection atau percikan air liur atau nafas
(direct=langsung) atau indirect=tidak langsung lewat air susu (jarang).
Pengendalian (control) :
- Immunisasi aktif dengan toxoid
- Pengobatan dengan ADS (Anti Diphteri Serum)
- dan dengan suntikan Penicillin.
(widoyono, 2011)
2. PERTUSSIS (BATUK REJAN) (BATUK 100 HARI)
Terdapat diseluruh dunia tetapi yang paling banyak didaerah tropis.
Penyebab: Bordetella Pertussis.

42

Masa inkubasi : 6-10 hari


Gejala :batuk sampai kesulitan bernafas
Penularan: dari manusia biasanya lewat airborne dan kontak langsung.
Pencegahan : imunisasi aktif dengan killed vaccine.
Pengobatan: macrolides seperti Erythromycine,
Rovamycine, dll. (widoyono, 2011)
3. TETANUS ( LOCK JAW).
Tetanus merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh racun yang disebut tetanospasmin yang dihasilkan oleh kuman
Clostridium Tetani.
Penularan: lewat luka misalnya gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga,
pemotongan tali pusar, dll.
Masa inkubasi : 3-21 hari tetapi kadang-kadang bisa lebih cepat misalnya 1 hari.
Gejala:
kaku dari otot bergaris, misalnya kaku pada kuduk, pada rahang sehingga mulut
sukar dibuka (lock jaw), muka meringis kesakitan (Rhisus sardonicus), tetapi
kesadaran tetap baik.
Komplikasi :
bisa menyerang saluran pernafasan, jantung perdarahan pada otot, pada tulang bisa
terjadi fraktur, lidah tergigit.

43

Kematian : cukup tinggi


Pengobatan : dengan antibiotika, ATS, sedativa.
Pencegahan :
perawatan luka dan dengan imunisasi TT (aktif) :
-DPT pada bayi (immunisasi dasar)
-DT pada anak umur 5 tahun(booster)
-TT pada ibu hamil dan anak usia 13tahun keatas
(widoyono, 2011)
4. TUBERCULOSIS
Penyakit ini melanda seluruh dunia dan banyak terdapat didaerah tropis. Akhirakhir ini muncul kembali dan semakin banyak karena adanya fenomena ledakan
kasus HIV/AIDS dan kejadian MDR ( multidrug Resistance). Penyakit tuberkulosis
merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ atau jaringan
tubuh. Contohnya adalah tuberkulosis paru, tuberkulosis paru ini merupakan bentuk
yang paling banyak terjadi saat ini. Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri
Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Bakteri ini mempunyai sifat
istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol,
sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan
fisik. Kuman tuberkulosis juga dapat tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat
dorman dan aerob. (widoyono, 2011)
Gejala: batuk > 2 minggu.nafsu makan berkurang,berkeringat malam hari,batuk
darah.

44

Komplikasi : dapat menyerang diluar paru-paru misalnya kulit,tulang sampai ke


otak.
Pengobatan : dengan short term therapy.
STRATEGI DOTS (DIRECT OBSERVED TREATMENT SHORTCOURSE)
Komitmen politik dari para pengambil keputusan.
1. Pemeriksaan dengan mikroskop binokuler dan ditemukan bakteri tahan asam.
2. Ketersediaan obat anti tb.
3. Adanya PMO (Pengawas Menelan/Minum Obat).
4. Recording dan reporting yang tepat.
Penemuan Kasus Tuberculosa.
1. Dari masyarakat : Batuk > 3 minggu, nafsu makan kurang.
2. Dari Puskesmas : Ditemukan Basil Tahan Asam + (BTA).
3. Dari Rumah Sakit.
Pengobatan :
1. Kategori I Utk pasien Tbc baru.
2. Kategori II Utk pasien ulangan ( pasien yg kategori I gagal atau pasien yg
kambuh.
3. Kategori III, pasien baru yg BTA dan Ro +.

45

4. Sisipan bila pada phase intensif pengobatan dgn kategori I atau II selesai,
BTA masih +
(widoyono, 2011)
Pemberantasan Tbc.
Acuan : Strategi DOTS.
Tujuan umum : Memutus rantai penularan, sehingga tidak menjadi masalah
kesehatan masyarakat lagi.
Tujuan Khusus:
1. Cakupan penemuan kasus BTA + ( CDR): 70%.
2. Kesembuhan minimal 85%.
3. Mencegah Multiple Drugs Resisten (MDR).
(widoyono, 2011)
5. TYPHOID FEVER =DEMAM TIFOID=TYPHUS ABDOMINALIS
Penyebab : Salmonela typhosa
Masa inkubasi : 7-20 hari.
Penularan :
lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Gejala :

46

demam, lidah typhoid (kotor),gangguan saluran pencernaan dan gangguan


kesadaran.
Diagnosa pasti : Lab.Widal >1/ 200
Komplikasi:
perdarahan usus, perforasi usus dan kematian, bisa sampai ke otak, dan jantung .
Pencegahan : menjaga kebersihan makan minum
(widoyono, 2011)
6. Cholera (kolera,muntah-berak)
Sering terjadi di India, Pakistan, Asia tenggara, Afrika dan sebagian Eropa.
Penyakit cholera ini disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae.
Gejala :
sedikit panas, muntah dan buang air besar seperti air tajin dengan bau khas sekali.
Timbul kekurangan cairan (dehidrasi) dari ringan sampai berat.
Penyebaran : melalui makanan,air dan lalat.
Pencegahan:
diagnosis yang cepat, isolasi, pelacakan sumber penularan, desinfeksi, kaporisasi
dan kebersihan lingkungan serta perorangan, KIE dan kerjasama lintas sektor.
7. Dysenteri :
Dysenteri dibedakan menjadi dua, yaitu:
A. Dysenteri basiler.

47

Sering terjadi diseluruh dunia terutama didaerah tropis. Disebabkan oleh


Shigella sp.
Gejala:
Buang air besar terus menerus disertai demam tinggi, terkadang buang air
besar disertai darah dan mengalami dehidrasi.
Penularan :
kontaminasi makanan oleh feces/vomitus, serangga, lalat.
Pencegahan :
Air yang bersih, pembuangan feces di jamban, pengawasan makanan dari
lalat, pengobatan terhadap penderita yang baik.
B. Dysenteri amoeba.
Sering terjadi diseluruh dunia terutama didaerah tropis. Disebabkan oleh
Entamoeba histolytica.
Gejala :
diare ringan tidak bercampur darah/bercampur darah sedikit.
Penularan :
makanan yang terkontaminasi, lalat, tangan penjamah makanan.
Pencegahan :
kebersihan perorangan yang baik, pembuangan feces yang aman, air minum
yang baik, pengendalian vektor dan tikus, pencucian bahan makanan.

48

(widoyono, 2011)
8. Plague ( Pest , Pes ).
Kejadian ini terjadi diseluruh dunia. Jika diindonesia kejadian tersering berada di
Jateng, Jatim dan Jabar(lereng gunung Merapi, Bromo dan Burangrang). Penyakit
ini disebabkan oleh Yersinia Pestis.
Gejala :
Pembesaran kelenjar lymphe di pangkal paha, demam dan bisa meninggal karena
penyakit ini juga menyerang organ vital seperti paru-paru dan otak.
Sumber penularan :
Tikus dan pinjalnya.
Penularan :
lewat gigitan pinjal.
Pencegahan :
Pemberantasan tikus, dan Pengendalian pinjal dengan pestisida.
(widoyono, 2011)
2. Standar kesehatan
Menurut WHO (world healt organization), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut HAKLI (himpunan ahli kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan

49

ekologi yang dinamis anatara manusia dan lingkungannya untuk mendukung


tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Menurut BAB XI, pasal 162, kesehatan lingkungan merupakan upaya
kesehatan lingkungan ditunjukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,
baik berbentuk fisik, kumia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan
Menurut world health organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu:
a) Penyediaan air minum
b) Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
c) Pembuangan sampah padat
d) Pengendalian vektor
e) Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh eksekreta manusia
f) Higiene makanan, termasuk higiene susu
g) Pengendalian radiasi
h) Kesehatan kerja
i) Pengendalian kebisingan
j) Perumahan dan pemukiman
k) Aspek kesling dan transportasi udara
l) Perencanaan daerah dan perkotaan
m) Pencegahan kecelakaan
n) Pencegahan kecelakaan
o) Rekreasi umum dan paiwisata
p) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
q) Epidemi/wabah, bencana ala, dan perpindahan penduduk
r) Tindakan mencegah yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
(Enjang, 2008)

50

3. Data EBD terbaru

51

Gambar 4. 1 Environmental Burden of disesase globally ( WHO, 2014)

52

Dari data WHO diatas dapat digolongkan bahwa tingkat environmental


burden diseases di Indonesia cukup tinggi yakni mencapai sekitar 20 25 % dari
semua penyakit yang ada. Hal ini menunjukan begitu besar peran lingkungan dalam
pekembangan dan penularan sebuah penyakit. Dengan tingkat kematiannya mencapai
452.800 kematian/tahun. Dengan factor resiko yang berasal dari pencemaran air,
sanitasi, dan higienitas yakni 31.700 kematian/tahun, dari udara tertutup 45.300
kematian/tahun dan akibat pencemaran udara terbuka sekitar 32.300/tahun.
Untuk penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang banyak

terjadi

Indonesia ada seperti Diare , ISPA, malaria, penyakit dengan vector, dan asma.
(WHO, 2014)
4. Program lingkungan dan pencegahan penyakit berbasis lingkungan
Program Kesehatan Lingkungan

di

53

Kesehatan lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan puskesmas


untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat. Tujuan dari program
kesehatan lingkungan yaitu mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat
melalui

pengembangan

sistem

kesehatan kewilayahan

untuk

menggerakkan

pembangunan berwawasan kesehatan.


Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan,


dan kebijakan tentang penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar, dan
diseminasinya.

Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penyediaan sarana


air bersih dan sanitasi dasar.

Menyediakan kebutuhan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar


sebagai stimulan.

Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman penyediaan sarana


air bersih dan sanitasi dasar.

Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan


dan evaluasi kegiatan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar.

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan


konsultasi teknis penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar.

Melakukan kajian upaya penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar.

Mengembangkan sistem informasi lingkungan sehat.

54

Meningkatkan dan mengembangkan klinik sanitasi.

Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam penyediaan sarana air bersih


dan sanitasi dasar.

Melaksanakan

dukungan

administrasi

dan

operasional pelaksanaan

penyediaan air bersih dan sanitasi.


2. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan


dan kebijakan tentang pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan, dan
diseminasinya.

Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pemeliharaan dan


pengawasan kualitas lingkungan.

Melakukan pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan terutama


dalam kerangka kewaspadaan dini, kesiap-siagaan dan penanggulangan serta
pasca KLB/Bencana maupun kesehatan matra.

Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman untuk pemeliharaan


dan pengawasan kualitas lingkungan.

Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan,


dan evaluasi kegiatan pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan.

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan


konsultasi teknis pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan.

Melakukan kajian upaya pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan.

55

Mengembangkan surveilans faktor risiko lingkungan dan perilaku yang


berhubungan dengan lingkungan sehat.

Mengembangkan upaya pengawasan lingkungan dan kesehatan kerja.

Meningkatkan

dan

mengembangkan UPT

dalam

pemeliharaan

dan

pengawasan kualitas lingkungan.

Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pemeliharaan dan


pengawasan kualitas lingkungan.
(Depkes RI, 2012)

3. Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan


dan kebijakan tentang pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan,
dan diseminasinya.

Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pengendalian


dampak risiko pencemaran lingkungan.

Menyediakan kebutuhan pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan


sebagai stimulan.

Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman pengendalian


dampak risiko pencemaran lingkungan.

Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan,


dan evaluasi kegiatan pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan.

56

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan


konsultasi teknis pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan.

Melakukan

analisis dampak

dan

risiko

kesehatan

terhadap

rencana pembangunan serta melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap


dampak pembangunan.

Melakukan kajian upaya pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan.

Menanggulangi Kejadian Luar Biasa yang berhubungan dengan lingkungan


dan keracunan.

Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pengendalian dampak


risiko pencemaran lingkungan.

Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pengendalian dampak


risiko pencemaran lingkungan.

4. Pengembangan wilayah sehat:

Menyiapkan materi dan menyusun peraturan perundang-undangan dan


kebijakan tentang pengembangan wilayah sehat dan diseminasinya.

Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pengembangan


wilayah sehat.

Menyusun perencanaan

terpadu

kawasan

lingkungan

spesifik

dan menyediakan kebutuhan pengembangan wilayah sehat sebagai stimulan.

Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman pengembangan


wilayah sehat.

57

Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan,


dan evaluasi kegiatan pengembangan wilayah sehat.

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi


dan konsultasi teknis pengembangan wilayah sehat.

Melakukan kajian upaya pengembangan wilayah sehat.

Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pengembangan wilayah


sehat.

Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pengembangan wilayah


sehat.

PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud keberdayaan masyarakat yang
sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas
yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat / Asuransi
Kesehatan atau JPKM. Sedangkan penyuluhan PHBS itu adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social
Support)

dan

pemberdayaan

masyarakat

(Empowerment).

Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,


terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Indikator PHBS
Indikator nasional PHBS ada 10, yaitu :

58

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.


2. Memberi bayi ASI Eksklusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan Air Bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Keterangan INDIKATOR PHBS:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Pertolongan pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga
dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan).
2. Memberi bayi ASI Eksklusif
Bayi termuda umur 0 6 bulan diberi ASI saja sejak lahir sampai dengan 24
jam terakhir.
3. Menimbang balita setiap bulan
Balita (0 59 bl) ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan dan
dicatat dalam KMS. Penimbangan ke posyandu, puskesmas, pustu, RS, bidan
dan sarana kesehatan lainnya minimal 8 kali setahun

59

4. Menggunakan Air Bersih


Rumah tangga menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Syarat
fisik air bersih adalah tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Jarak
sumber air bersih dengan tempat penampungan limbah minimal 10 m.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Kebiasaan anggota rumah tangga umur 5 th untuk mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air besar
(BAB) dalam 1 minggu terakhir.
6. Menggunakan jamban sehat
Rumah tangga memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan septik
tank/lubang penampung kotoran sebagai tempat pembuangan akhir.
Jamban/kakus adalah bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja
atau kotoran manusia.tinja bagi keluarga. Manfaat jamban adalah untuk
mencegah penularan penyakit dan pencemaran dari kotoran manusia.
Syarat jamban sehat:
a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak sumber air minum dengan
lubang penampungan minimum 10 m, bila tidak memungkinkan perlu
konstruksi kedap air).
b. Tidak berbau dan tinja tidak dijamak oleh serangga dan tikus
c. Tidak mencemari tanah di sekitarnya
d. Mudah dibersihkan
e. Aman digunakan
f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung

60

g. Cukup penerangan
h. Lantai kedap air
i. Luas ruangan cukup
j. Ventilasi cukup baik
k. Tersedia air dan alat pembersih
7. Memberantas jentik di rumah
Tidak ditemukan jentik di semua tempat yang dapat menampung air baik di
dalam atau di lingkungan rumah.
8. Makan sayur dan buah setiap hari
Anggota rumah tangga umur > 10 th mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan
2 porsi sayuran setiap hari dalam 1 minggu terakhir
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
Anggota keluarga umur > 10 th melakukan aktifitas fisik setiap hari minimal
30 menit dalam 1 minggu terakhir. Aktifitas fisik yang dimaksud adalah
kegiatan olah tubuh yang membuat tubuh menjadi lebih sehat : lari, jalan,
bersepeda kayuh, menimba air, dls.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Anggota keluarga umur > 10 th tidak merokok di dalam rumah ketika berada
bersama

anggota

keluarga

lainnya

terakhir.
11. Gizi Seimbang
Anggota RT setiap hari :
a. Mengkonsumsi garam beryodium

selama

bulan

61

b. Mengkonsumsi aneka ragam makanan


12. Memeriksakan kehamilan sesuai standar
Ibu hamil terakhir yang memeriksakan kehamilannya (K4) secara rutin.
Anggota RT mempunyai pembiayaan pra upaya kesehatan seperti Askes,
Askeskin, Dana sehat, jamsostek, Asuransi Perusahaan, atau bentuk jaminan
kesehatan lainnya.
13. Imunisasi lengkap pada bayi
Bayi (0-11 bulan) yang mendapat imunisasi sesuai program
0 7 hari : Hb Uniject
0 -1 bulan : BCG
2 bln : DPT-HB Combo I, Polio I
3 bln : DPT-HB Combo II, Polio II
4 bln : DPT-HB Combo III, Polio III
9 bln : Campak, Polio IV
14. PUS sebagai peserta KB
Suami/Isteri sebagai akseptor KB, kecuali pada PUS yang ingin anak tetapi
tidak mempunyai faktor resiko.
15. Lantai rumah bukan dari tanah
RT yang mempunyai rumah dengan bagian bawah/dasar/alas terbuat dari
semen, ubin, keramik/ atau sejenis yang kedap air.
16. Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan
RT yang memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.
17. Pengelolaan sampah
Keluarga melakukan pengelolaan sampah sehingga tidak terdapat sampah
berserakan atau tidak dikelola dengan baik, baik di dalam rumah ataupun di
luar rumah.

62

18. Memiliki TOGA


Anggota keluarga yang menanam/memiliki TOGA di pekarangan rumahnya
dan tahu pemanfaatannya.
19. Kebiasaan gosok gigi
Anggota keluarga umur 5 tahun yang gosok gigi setelah makan dan mau
tidur dalam 1 minggu terakhir.
Pencegahan penyakit berbasis lingkungan
Pencegahan penyakit dating dari diri sendiri, individu dapat meminimalkan pola
hidup yang tidak sehat dan memaksimalkan pola hidup sehat. Dibawah ini beberapa
tindakan pencegahan untuk penyakit menular dan penyakit tidak menular,
diantaranya:
a) Menjaga kebersihan lingkungan
Di lingkungan kita banyak sekali hal-hal yang bias kita lihat dan evaluasi,
seperti, sampah dan kotoran yang menumpuk, drainase yang kotor serta ventilasi
atau lubang untuk pertukaran udara didalam rumah yang buruk bias menjadi
sebab timbulnya berbagai macam penyakit, khususnya penyakit saluran
pernapasan. (Notoatmodjo, 2007)
b) Cuci tangan dengan sabun
Kita tahu bahwa tangan adalah organ yang digunakan untuk berbagai aktivitas,
dan tangan beresiko sebagai perantara virus untuk masuk ke tubuh. Tangan
menjadi media perantara kuman maupun mikroorganisme yang lain. Saat kita
tanpa sengaja memegang bekas ludah atau kotoran, maka penyakit mudah sekali
masuk kedalam tubuh. (Notoatmodjo, 2007)

c) Olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup


Membiasakan diri untuk melakukan kegiatan rutin dengan berolahraga dapat
membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Istirahat yang cukup membantu
tubuh agar tetap bugar. Pola makan yang seimbang, perlunya mengatur pola

63

makan, terutama menu makanan sehat, hindari makanan yang bersesiko terhadap
kesehatan seperti, minuman bersoda dan beralkohol, makanan ringan/snack,
makanan olahan/makanan yang mengandung pengawet, makanan yang
mengandung Na+, makanan tinggi kolesterol, dsb. (Notoatmodjo, 2007)
d) Pola hidup yang sehat
Selalu berpikir positip membantu kita terhindar dari stress. Mulai melakukan
pendekatan terhadap agama dapat menenangkan emosi, menghindari pergaulan
bebas dan setia pada satu pasangan. (Notoatmodjo, 2007)
e) Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi lebih baik diberkan mulai sejak Balita untuk mencegah
penularan penyakit. (Notoatmodjo, 2007)
f) Nutrisi yang baik
Perkuat fungsi tubuh dengan pola makanan yang bergizi yang mengandung
tinggi protein, tinggi serat, tinggi mineral, dan sebisa mungkin hindari konsumsi
makanan/minuman yang dapat merugikan tubuh. (Notoatmodjo, 2007)
g) Melakukan promkes

Kampanye kesadaran kesehatan

Promkes

Pendidikan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007)

64

DAFTAR PUSTAKA
Entjang, I. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung, PT Citra Aditya Bakti.
Friis, RH. 2012. Essentials of Enviromental Health 2nd Edition. Burlington, Jones &
Barlett Learning.
Hilgenkamp, K. 2006. Enviromental Health: Ecological Perspective. Sedbury, Jones
and Barlett Publishers.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta, PT Rineka
Cipta.
Soedarto. 2009. Penyakit menular di indonesia. Jakarta, Cv sagung seto.
Tanto, chirs. Dkk . 2014. Kapita selekta kedokteran. Jakarta, Media aesculapius FK
UI.
Widoyono, M P H. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya Edisi Kedua. Jakarta, Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai