Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAN PROGRAM KOMONIKASI KESEHATAN

BAHAYA MEROKOK PADA SISWA


SMA MUHAMMADIYAH LUHU

DISUSUN OLEH

M RIZAL PAYAPO
14120180020

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Rokok adalah salah satu produk tembakau, dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap
dan/atau dihirup asapnya termasuk rokok putih, rokok kretek, rokok cerutu atau bentuk
lainnya. Rokok dapat dibuat dari Micotina tobacum, Nicotiana rustica, spesies lainnya
atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan
tambahan (Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan data World Health Organization tahun 2019, tembakau membunuh


lebih dari 8 juta orang per tahun di seluruh dunia. Lebih dari 8 juta kematian tersebut
dihasilkan dari penggunaan tembakau secara langsung, sementara sekitar 1,2 juta
kematian itu dialami oleh perokok pasif. Negara pada Association of South East Asian
Nations (ASEAN) merupakan kawasan dengan 10% dari seluruh perokok di dunia dan
kawasan dengan 20% penyebab kematian global akibat tembakau. Data tersebut juga
menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan persentase perokok
terbanyak di negara ASEAN (lebih dari 50%) (Drope & Neil, 2018). Jumlah perokok aktif
terbanyak pada usia remaja (10-18 tahun) mengalami peningkatan dari 7,2% di tahun
2013 menjadi 9,1 % di tahun 2018.

Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia, yaitu pada
urutan ketiga setelah China dan India (kemkes.go.id). Konsumsi tembakau di Indonesia
meningkat secara bermakna, karena faktor-faktor meningkatnya pendapatan rumah
tangga, pertumbuhan penduduk, rendahnya harga rokok dan mekanisasi industri kretek
Tobacco Control Support Centre, .Jumlah perokok remaja di Indonesia pada 2018
mencapai 9,1 juta jiwa aktivitas merokok perlu dikendalikan karena menjadi faktor
utama pemicu penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, diabetes, dan katastropik
lainnya. Dari kajian Universitas Indonesia, rokok juga dinilai sebagai penyumbang
kemiskinan di Indonesia.Dari riset UI, Kemenkes mendapati rokok menjadi pengeluaran
tertinggi terbesar kedua di rumah tangga setelah beras. Pembelian rokok di rumah
tangga mengalahkan pengeluaran makanan bergizi dan pendidikan.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


mengenai cakupan keluarga sehat tahun 2018, menyatakan bahwa di
Provinsi Maluku terdapat 40,01% anggota keluarga yang tidak mengkonsumsi
rokok di dalam rumah artinya bahwa ada sekitar 59,99% anggota keluarga yang
masih mengkonsumsi rokok diluar rumah. Sedangkan, di Kota Ambon terdapat
50,47% anggota keluarga yang tidak mengkonsumsi rokok didalam rumah
artinya bahwa terdapat 49,53% anggota keluarga yang mengkonsumsi rokok luar
rumah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penyebab para remaja mulai merokok
yakni dari peralihan masa kanak-kanak ke masa remaja banyak menimbulkan kesulitan
dalam penyesuaian terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan sosial. Berbagai
kesulitan dalam penyesuaian diri membawa dampak pada sikap yang muncul sebagai
cerminan pribadinya yang masih labil. Keinginan untuk diakui sebagai orang dewasa
seringkali diikuti dengan meniru kebiasaan orang dewasa tanpa disertai oleh pemikiran
yang matang. Padahal berbagai pilihan yang diambil pada masa remaja merupakan hal
penting yang dapat berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku serta berdampak
panjang. Dunia pergaulan remaja yang memasukan merokok sebagai salah satu
pembangun eksistensi diri memunculkan sikap acuh terhadap berbagai dampak negatif
yang diakibatkan (Rochayati & Hidayat, 2015).

2. Analisis khalayak dan program


a. Analisis Swot

Dari pembuatan program

 Strength ( kekuatan )
Lokasi penelitian yang akan dilakukan mudah diakses serta tidak
membutuhkan biaya transportasi.
 Weakness ( Kelemahan )
Keterbatasan aliran listrik serta tidak tersedianya LCD sehingga
membutuhkan biaya untuk penentuan media yang akan digunakan

Dari sasaran program


 Opportunities ( Peluang )
Adanya dukungan dari dewan guru
Disekolah terdapat aturan dan sangsi bagi siswa yang merokok
Adanya dukungan dari siswa terhadap program ini
 Threath ( Ancaman )
Kondisi alam yang tidak bersahabat membuat banyak siswa yang tidak
masuk sekolah.

b. Analisis Masalah

Perilaku merokok merupakan aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok


dengan menggunakan pipa atau rokok yang dilakukan secara intensif dalam kehidupan
sehari-hari (Psychologymania, 2012). Perilaku merokok merupakan perilaku yang
membahayakan kesehatan, tetapi masih banyak orang yang merokok tanpa
menghiraukan bagaimana dampak yang ditimbulkan nanti (Fikriyah dkk, 2012).

Pada umumnya seseorang mulai merokok sejak usia remaja. Jumlah perokok
laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan perempuan dimana jika diuraikan menurut umur,
prevalensi perokok laki-laki paling tinggi pada umur 15-19 tahun. Data terbaru
dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2019 yang dirilis pada hari ini
menunjukkan bahwa 40,6% pelajar di Indonesia (usia 13-15 tahun), 2 dari 3 anak laki-
laki, dan hampir 1 dari 5 anak perempuan sudah pernah menggunakan produk
tembakau: 19,2% pelajar saat ini merokok dan di antara jumlah tersebut, 60,6% bahkan
tidak dicegah ketika membeli rokok karena usia mereka, dan dua pertiga dari mereka
dapat membeli rokok secara eceran. Fakta menunjukkan bahwa dengan
mengkonsumsi tembakau berdampak pada status kesehatan. Diketahui pula bahwa
konsumsi tembakau berkontribusi terhadap timbulnya katarak, pneumonia, acute
myeloid leukaemia, abdominal aortic aneurysm, kanker lambung, kanker pancreas,
kanker cervix, kanker ginjal dan penyakit lainnya. Penyakit-penyakit ini menambah
panjangnya daftar penyakit yang ditimbulkan oleh komsumsi tembakau seperti: Kanker
paru-paru, vesicle, oesophagus, larynx, mulut dan tenggorokan, chronic pulmonary
disease, emphysema dan bronchitis, stroke, serangan jantung dan penyakit
kardiovaskuler lainnya.

Hampir 90% kanker paru-paru disebabkan oleh konsumsi tembakau. Tembakau


juga dapat merusak sistem reproduksi, berkontribusi kepada keguguran, premature
delivery, low birth weight, sudden infantdeath dan penyakit-penyakit pada anak-anak,
seperti attentionhyperactivity deficit disorders (Hasan, 2015).

Angka-angka tersebut tentunya sangat mengkhawatirkan karena menunjukkan


bahwa generasi muda terus terekspos penggunaan tembakau dan iklan-iklan rokok
dengan pesan tersamar yang dirancang dengan baik, untuk menarik generasi muda
agar kecanduan tembakau dan nikotin. Paparan terhadap tembakau di usia dini tak
hanya menciptakan perokok seumur hidup, namun juga dapat berkontribusi
terhadap stunting dan menghambat pertumbuhan anak-anak. Hal ini juga dapat
meningkatkan risiko terjangkit penyakit tidak menular (PTM) kronis seperti penyakit
jantung, penyakit saluran pernapasan kronis, diabetes, dan kanker saat mereka
beranjak dewasa. Mencegah para perokok, orang yang tidak merokok, dan terutama
generasi muda dari menggunakan produk tembakau sangatlah penting jika Indonesia
ingin mengurangi angka kematian dan penyakit yang berkaitan dengan tembakau, dan
beban yang disebabkan oleh hal-hal tersebut pada sumber daya manusia dan
perekonomian.

3. Analisis Khalayak Kegiatan KIE


a. secara Demografi
Angka pertumbuhan penduduk di Negeri Luhu sangat tinggi,Aktivitas remaja yang
mencari jati diri membuat mereka penasaran dengan hal-hal baru seperti perilaku
merokok. Kurangnya kontrol orang tua terhadap sang anak membuat mereka
terjerumus kedalam pergaulan bebas, yang mengakibatkan mereka pada proses coba-
coba. Dimulai dengan coba-coba kemudian berlanjut pada kecanduan.
b. secara sosiologis
Jika terjadi pergaulan bebas, biasanya remaja sangat akrab dengan teman
pergaulannya,sehingga mereka akan berkomonikasi mengenai penasaran dalam diri
dan saling berbagi satu dengan yang lainnya baik dari sisi positif maupun negatifnya
contohnya : si A melihat ayahnya merokok dengan demikian si A bisa berkomonikasi
kepada si B terkait apa yang dilihatnya sehingga muncul keinginan mereka untu
mencoba.

c. psikologis

dengan adanya program ini dewan guru dan siswa sangat antusias untuk megikuti
edukasi ini. Karena mereka ingin menambah pengetahuan terkait bahaya merokok,
serta mampu menjauhi perilaku tersebut.
d. Mengkaji kebijaksanaan dengan program yang ada

Dewan guru telah menerapkan aturan bagi siswa yang kedapatan merokok pada
lingkungan sekolah,karena lingkungan sekolah harus bebas dari asap rokok mengingat
yang ada didalam lingkungan sekolah terdapat siswi yang pada umumnya tidak suka
terhadap asap rokok. Serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
e. Lembaga Atau Organisasi Potensial

Lembaga potensial yang mendukung adalah puskesmas setempat serta sekolah


f. Sumber Daya KIE

Sekolah sangat mendukung adanya program ini ditunjukan dengan antusias dewan
guru dalam menerima saya untuk melakukan edukasi yang nantinya akan dilaksanakan
sesuai dengan jadwal. Guna menciptakan generasi muda anti rokok.

4. Tujuan pembuatan Program

Tujuan umum :
 Mencegah remaja terjerumus kedalam perilaku merokok
Tujuan khusus :
 menambah pengetahuan siswa terkait dampak dari perilaku merokok,
 lingkungan sekolah bebas dari asap rokok
 derajat kesehan masyarakat semakin meningkat

5. sasaran
sasaran saya dalam program KIE yaitu sasaran primer .siswa ( remaja )
sebgai generasi penerus pelu diberikan informasi kesehatan guna
membentuk kesadaran didalam diri mereka sehingga mereka tidak salah
dalam memilih pergaulan yang nantinya akan membawa dampak negative
bagi mereka.

6. khalayak sasaran
 pengetahuan :khususnya bagi siswa yang belum mengetahui dampak
dari merokok terhadap kesehatan
 ekonomi : siswa kalangan ekonomi menengah atas,menengah dan
bawah
 sosial budaya:kebiasaan remaja yang merokok pada saat jam kosong
dan jam istirahat

7. Isi sasaran KIE


 Perbedaan perokok pasif dan aktif
 Bahaya atau dampak dari merokok terhadap kesehatan
 Zat kimia berbahaya yang terkkandung dalam asap rokok
 Solusi dan cara agar berhenti dan tidak terjerumus ke perilaku
merokok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Merokok

Perilaku merokok adalah suatu aktivitas menghisap asap tembakau yang dibakar ke
dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Amstrong, 1990). Menurut
Sitepoe (2000) perilaku merokok didefinisikan sebagai aktivitas membakar tembakau
yang kemudian dihisap asapnya, baik langsung menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa. Asap yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke,
sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok
yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke. Sidestream
smoke atau asap sidestream mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif.
Menurut Aula (2010) perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang muncul
dalam masyarakat, dimana sebagian besar masyarakat sudah mengetahui dampak
negatif merokok, namun bersikeras menghalalkan tindakan merokok. Menurut Levy
(1984) perilaku merokok adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang berupa
mambakar dan menghisap rokok ke dalam tubuh serta dapat menimbulkan asap yang
dapat terhisap oleh orangorang disekitarnya. Dari beberapa pendapat ahli di atas,
peneliti menarik kesimpulan bahwa perilaku merokok adalah suatu aktivitas menghisap
asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar.
Aspek Perilaku Merokok Menurut Aritonang (1997) aspek-aspek perilaku merokok,
yaitu:
a. Fungsi merokok
individu menjadikan merokok sebagai penghibur bagi berbagai keperluan,
menunjukkan bahwa memiliki fungsi yang begitu penting bagi kehidupannya. Dalam
kehidupan sehari-hari Fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami si
perokok, seperti perasaan yang positif maupun perasaan negatif. Bagi perokok,
dengan merokok membantu untuk mencari inspirasi/ ide, menghilangkan rasa
kantuk, mengakrabkan suasana.
b. Intensitas merokok
Intensitas perilaku merokok adalah keadaan, tingkatan atau banyak sedikitnya
aktivitas seseorang dalam membakar tembakau dan menghisapnya dalam kurun
waktu tertentu. Klasifikasi perokok berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap
yaitu: 1) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari 2)
Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari 3) Perokok
ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari

c. Tempat merokok Tipe perokok berdasarkan tempatnya yaitu:


1) Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik
a) Kelompok homogeny (sama-sama perokok), secara bergerombol perokok
menikmati kebiasaannya. Umumnya perokok masih menghargai orang lain,
karena itu perokok menempatkan diri di smoking area. b) Kelompok yang
heterogeny (merokok di tengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil,
orang jompo, orang sakit dan lain-lain).
2) Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
a) Kantor atau di kamar tidur pribadi Perokok memilih tempat-tempat seperti ini
yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang
menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b) Toilet Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka
berfantasi.
d. Waktu merokok
Perilaku merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat
itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin,
setelah dimarahi orang tua dan lain-lain. Twiford & Soekaji (dalam Sulistyo 2009)
menyatakan bahwa setiap individu dapat menggambarkan setiap perilaku
menurut tiga aspek berikut:
a. Frekuensi Sering tidaknya perilaku muncul mungkin cara yang paling
sederhana untuk mencatat perilaku hanya dengan menghitung jumlah
munculnya 13 perilaku tersebut. Frekuensi sangatlah bermanfaat untuk
mengetahui sejauh mana perilaku merokok seseorang muncul atau tidak. Dari
frekuensi dapat diketahui perilaku merokok seseorang yang sebenarnya
sehingga pengumpulan data frekuensi menjadi salah satu ukuran yang paling
banyak digunakan untuk mengetahui perilaku merokok seseorang.
b. Lamanya berlangsung Waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan
setiap tindakan (seseorang menghisap rokok lama atu tidak). Jika suatu perilaku
mempunyai permulaan dan akhir tertentu, tetapi dalam jangka waktu yang
berbeda untuk masing-masing peristiwa, maka pengukuran lamanya
berlangsung lebih bermanfaat lagi. Aspek lamanya berlangsung ini sangatlah
berpengaruh bagi perilaku merokok seseorang, apakah seseorang dalam
menghisap rokoknya lama atau tidak.
c. Intensitas Banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut. Aspek ini
digunakan untuk mengukur seberapa dalam dan seberapa banyak seseorang
menghisap rokok. Dimensi intensitas mungkin merupakan cara yang paling
sebjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat diperoleh kesimpulan
bahwa aspek-aspek perilaku merokok menurut Aritonang (1997) yaitu; fungsi
merokok, intensitas merokok, tempat merokok dan waktu merokok. Sedangkan
aspek-aspek perilaku merokok menurut Twiford & Soekaji (dalam Sulistyo, 2009)
yaitu; frekuensi, lamanya berlangsung dan intensitas. 14 Dari penjabaran aspek-
aspek perilaku merokok dari beberapa pendapat ahli di atas
3. Faktor-faktor Perilaku Merokok Subanada (2004) menyatakan faktor-faktor
yang menyebabkan perilaku merokok:
a. Faktor Psikologis Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu
untuk santai dan kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya,
penampilan diri, sifat ingin tahu, stres, kebosanan dan ingin kelihatan
gagah merupakan hal-hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok.
Selain itu, individu dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok
untuk menghilangkan kecemasan yang mereka alami. Menurut Yoder &
Staudohar (1982) mengatakan bahwa jika pencetus stres antara lain
permasalahan yang terjadi ditempat kerja, stres tersebut digolongkan
sebagai stres kerja. Menurut Anwar (1990) stres kerja adalah suatu
perasaan yang menekan 15 atau rasa tertekan yang dialami karyawan
dalam menghadapi pekerjaannya.
b. Faktor Biologis faktor genetik dapat dapat mempengaruhi seseorang
untuk mempunyai ketergantungan terhadap rokok. faktor lain yang
mungkin mengkontribusi perkembangan kecanduan nikotin adalah
merasakan adanya efek bermanfaat dari nikotin. Proses biologinya yaitu
nikotin diterima reseptor asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke
jalur imbalan dan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan
merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan
merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu
menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem
adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin.
Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus
keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok
sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada
nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan
berkurang.
c. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan berkaitan dengan penggunaan
tembakau antara lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya
yang merokok, reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di media.
Orang tua memegang peranan terpenting, selain itu juga reklame
tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada
pengaruh orang tua atau teman sebaya, hal ini mungkin karena me
mpengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat rokok.
Menurut Ronald (2013), faktor-faktor perilaku merokok dapat dibagi dalam beberapa
golongan sekalipun sesungguhnya faktor-faktor itu saling berkaitan satu sama lain :
a. Faktor Genetik Beberapa studi menyebutkan faktor genetik sebagai
penentu dalam timbulnya perilaku merokok dan bahwa kecenderungan
menderita kanker, ekstraversi dan sosok tubuh piknis serta tendensi untuk
merokok adalah faktor yang diwarisi bersama-sama. Studi menggunakan
pasangan kembar membuktikan adanya pengaruh genetik, karena
kembar identik, walaupun dibesarkan terpisah, akan memiliki pola
kebiasaan merokok yang samabila dibandingkan dengan kembarnon-
identik. Akan tetapi secara umum, faktor turunan ini kurang berarti bila
dibandingkan dengan faktor lingkungan dalam menentukan perilaku
merokok yang akan timbul.
b. Faktor Kepribadian (personality) Banyak peneliti mencoba menetapkan
tipe kepribadian perokok. Tetapi studi statistik tak dapat memberi
perbedaan yang cukup besar antara pribadi orang yang merokok dan
yang tidak. Oleh karena itu tes-tes kepribadian kurang bermanfaat dalam
memprediksi apakah seseorang akan menjadi perokok. Individu agaknya
bernafsu sekali untuk cepat berhak seperti orang dewasa. Di perguruan
tinggi individu biasanya memiliki prestasi akademik kurang, tanpa minat
belajar dan kurang patuh pada otoritas. Asosiasi ini sudah secara
konsisten ditemukan sejak permulaan abad ini. Dibandingkan dengan
yang tidak merokok, individu lebih impulsif, haus sensasi, gemar
menempuh bahaya dan risiko dan berani melawan penguasa. individu
lebih mudah bercerai, beralih pekerjaan, mendapat kecelakaan lalu lintas,
dan enggan mengenakan ikat pinggang keselamatan dalam mobil.
Banyak dari perilaku ini sesuai dengan sifat kepribadian extrovert dan
antisosial yang sudah terbukti berhubungan dengan kebiasaan merokok.
c. Faktor Sosial Beberapa penelitian telah mengungkap adanya pola
yang konsisten dalam beberapa faktor sosial penting. Faktor ini terutama
menjadi dominan dalam memengaruhi keputusan untuk memulai merokok
dan hanya menjadi faktor sekunder dalam memelihara kelanjutan
kebiasaan merokok. Kelas sosial, teladan dan izin orangtua, jenis sekolah,
dan usia meninggalkan sekolah semua menjadi faktor yang kuat, tetapi
yang paling berpengaruh adalah jumlah teman-teman yang merokok
d. Faktor Kejiwaan (psikodinamik) Dua teori yang paling masuk akal
adalah bahwa merokok itu adalah suatu kegiatan kompensasi dari
kehilangan kenikmatan oral yang dini atau adanya suatu rasa rendah diri
yang tidak nyata. Freud yang juga merupakan pecandu rokok berat,
menyebut bahwa sebagian anak-anak terdapat peningkatan pembangkit
kenikmatan di daerah bibir yang bila berkelanjutan dalam
perkembangannya akan membuat seseorang mau merokok. Ahli lainnya
berpendapat bahwa merokok adalah semacam pemuasan kebutuhan oral
yang tidak dipenuhi semasa bayi. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai
pengganti merokok pada individu yang sedang mencoba berhenti
merokok.
e. Faktor Sensorimotorik Buat sebagian perokok, kegiatan merokok itu
sendirilah yang membentuk kebiasaan tersebut, bukan efek psikososial
atau farmakologiknya. Sosok sebungkus rokok, membukanya, mengambil
dan memegang sebatang rokok, menyalakannya, mengisap,
mengeluarkan sambil mengamati asap rokok, aroma, rasa dan juga
bunyinya semua berperan dalam terciptanya kebiasaan ini.
f. Faktor Farmakologis Nikotin mencapai otak dalam waktu singkat,
mungkin pada menit pertama sejak dihisap. Cara kerja bahan ini sangat
kompleks. Pada dosis 24 sama dengan yang di dalam rokok, bahan ini
dapat menimbulkan stimulasi dan rangsangan di satu sisi tetapi juga
relaksasi disisi lainnya. Efek ini tergantung bukan saja pada dosis dan
kondisi tubuh seseorang, tetapi juga pada suasana hati (mood) dan
situasi. Oleh karena itu bila kita sedang marah atau takut, efeknya adalah
menenangkan.Tetapi dalam keadaan lelah atau bosan, bahan itu akan
merangsang dan memacu semangat. Dalam pengertian ini nikotin
berfungsi untuk menjaga keseimbangan mood dalam situasi stres.
BAB III
METODE
A. Metode KIE

Metode yang digunakan dalam program komonikasi kesehatan ini yaitu:


 Mengadakan penyuluhan dengan metode ceramah yang menyampaikan
defenisi Rokok,zat kimia yang terdapat didalam rokok,bahaya atau
dampak yang timbul dari perilaku merokok,menyampaikan cara
mencegah agar tidak terjerumus perilaku merokok,dan solusi untuk
berhenti merokok.
 Diskusi berupa Tanya jawab yang dilakukan saat akhir kegiatan
penyuluhan sehingga para siswa dapat memahami informasi yang
diterimah

B. Pemilihan Media

Poster berisikan mengenai gambar dan tulisan yang bersifat persuasive


untuk mengajak siswa menjadi generasi anti asap rokok. poster ini akan
ditempelkan di lingkungan sekolah yang nantinya sebagai control bagi
setiap siswa.
C. Tempat
Tempat yang dijadikan proses pelaksanaan program KIE terkait dampak
rokok terhadap kesehatan yaitu SMA Muhammadiyah Luhu,alasan
memilih SMA Muhammadiyah Luhu karena jumlah siswa laki-laki lebih
tinggi dibandingkan sekolah-sekolah menengah atas yang ada di Negeri
Luhu, kecamatan Huamual Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi
Maluku.

D. Jadwal

NO Kegiatan Waktu Tempat Penilaian


1 Mencari tempat sabtu, 28 Negeri Luhu, Mendapatka
untuk November 2020 kec Huamual, n
pelaksanaan 09.00-10.00 Kab SBB, rekomedasi
program. WIT Prov Maluku dari siswa
SMA
Muhammadi
yah Luhu
2. Observasi Senin, 30 SMA Mendapatka
lapangan november 2020 Muhammadiy n izin dari
09.00-12.45 ah Luhu pihak terkait.
WIT
3 Editing Senin, 30 Rumah Adanya
poster,persiapan november 2020 motivasi dari
materi 20.00-22.45 keluarga,jari
WIT ngan yang
mendukung
4 Pre test 09.00-09.20 Aula Keaktifan
WIT SMA peserta,
Muhammadiy partisipasi
ah Luhu dan
pemahaman
peserta.
5 Penyuluhan 09.25 – selesai Aula Keaktifan
SMA peserta,
Muhammadiy partisipasi
ah Luhu dan
pemahaman
peserta
6 Post tes 09.00- 09.30 Aula Keaktifan
WIT SMA peserta,
Muhammadiy partisipasi
ah Luhu dan
pemahaman
peserta

BAB IV
RENCANA EVALUASI

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Asap rokok merupakan masalah panting karena berdampak buruk terhadap


kesehatan. Asap rokok dengan segala zat yang dikandungnya akan
memberikan efek yang merugikan kesehatan, terutama pada sistem pernafasan
dan kardiovaskuler . Beberapa bahan kimia dalam rokok yang memberikan efek
terbesar dalam kesehatan antara lain nikotin, tar, gas karbonmonoksid, serta
timah hitam. Besarnya pajanan asap rokok yang terhisap ini bersifat kompleks
dan dipengaruhi oleh kuantiti rokok yang dihisap serta pola penghisapan rokok
tersebut. Faktor lain yang turut mempengaruhi antara lain usia mulai merokok,
lama merokok, dalamnya hisapan dan lain-lain. Pajanan asap rokok ini dapat
menyebabkan kelainan pada mukosa saluran napas, diameter saluran napas,
kapasiti ventilasi serta fungsi sawar alveolar/kapiler. Akibat pajanan asap rokok
ini tidak hanya terjadi pada perokok aktif saja tetapi juga pada perokok pasif
Pada paru kebiasaan merokok ini dapat menyebabkan terjadinya kanker paru,
penyakit bronchitis kronik, serta emfisema yang tergolong dalam penyakit paru
obstruktif menahun (PPOM). Berhenti merokok merupakan cara terbaik
menghindari dan mengurangi dampak buruk akibat asap rokok.
B. SARAN

Penyuluhan tentang bahaya atau dampak yang timbul dari perilaku merokok
terhadap kesehatan dilakukan agar siswa SMA Muhammadiyah Luhu
mendapatkan pengetahuan sehingga mereka mampu untuk mencegah perilku
tersebut Adanya pelarangan secara bijaksana dan manusiawi tetapi tegas bagi
remaja yang menjajakan rokok misalnya dengan pengalihan jenis barang yang
dijual Promosi rokok termasuk iklan hendaknya tidak dibiarkan berkembang
Melarang merokok di sekolah atau tempat/sarana umum yang sering dikunjungi
remaja Mencantumkan peringatan pada bungkus rokok, bahwa rokok
berbahaya bagi kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai