Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN MELALUI MEDIA LEAFLET TENTANG

BAHAYA MEROKOK TERHADAP SISWA SMK KORPRI KABUPATEN


MAJALENGKA TAHUN 2021

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bhakti Kencana

FACHRUL SABILY RAMDHANI


NPM BK.1.18.007

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
BANDUNG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merokok adalah kegiatan membakar tembakau dan kemudian asapnya di hisap.

Kecanduan rokok sering terjadi pada remaja. remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak

dan masa dewasa. Masa transisi ini harus dilalui sehingga tercapai identitas diri yang stabil,

misalnya transisi emosi. Hal ini akan tercermin dalam sikap dan perilaku remaja. Perkembangan

kepribadian saat ini tidak dipengaruhi oleh orang tua dan lingkungan hanya keluarga, tetapi juga

lingkungan sekolah dan teman-teman sosial sekolah.(Soetjiningsih, 2004).

Peringatan bahaya merokok bagi kesehatan tidak ada henti-hentinya diserukan

pemerintah melalui dinas kesehatan, tetapi masih banyak orang yang menghisap rokok. Padahal,

peringatan bahaya tersebut kini semakin jelas dengan memberikan gambar akibat efek smping

merokok dalam kemasan rokok. Kita sudah tidak asing lagi dengan gambar-gambar yang

mengerikan tertempel di kemasan rokok, mulai dari gambar anak kecil hingga orang tua dan

masih banyak lagi. Gambar tersebut bertujuan untuk memberikan peringatan yang lebih keras

karena peringatan sebelumnya kurang mengena di masyarakat terutama kalangan remaja.

(Kesehatan & Indonesia, 2016).

Angka kematian akibat rokok di dunia diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun 2020.

Namun para ilmuwan mengatakan angka sesungguhnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi.
Proyeksi keadaan tersebut kemungkinan terlalu rendah karena menurut survei internasional dari

remaja dengan kisaran umur 13-15 tahun ditemukan kenaikan yang tak terduga di kalangan

remaja wanita. Meningkatnya ilmiah perokok dengan sendirinya meningkatkan jumlah perokok

pasif dan meningkatnya jumlah pengguna produk tembakau lainnya. (Crofton & Simpson, 2009)

Merokok menjadi salah satu penyebab terbesar gangguan kesehatan. Indonesia pada

tahun 2008 menjadi negara terbesar ketiga pengkonsumsi rokok setelah China dan India.

Kemudian pada tahun 2013 menjadi urutan kelima setelah China, Amerika, Rusia dan Jepang.

Berdasarkan data WHO (2013) prevalensi penduduk usia dewasa yang merokok setiap hari di

Indonesia sebesar 29% yang menempati urutan pertama se-Asia Tenggara. Sejalan dengan data

hasil survei Global Adults Tobacco Survey (GATS) tahun 2011, Indonesia memiliki jumlah

perokok aktif terbanyak dengan prevalensi perokok laki-laki sebesar 67% (57,6 juta) dan

prevalensi perokok wanita sebesar 2,7% (2,3 juta) (Sulastri, Herman, & Darwin, 2018).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan bahwa proporsi perokok

di atas 15 tahun sebesar 36,3% lebih tinggi daripada data Riskesdas 2007 sebesar 34,2% dan

Riskesdas 2010 sebesar 34,7%. Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada umur 30-34

tahun sebesar 33,4% dan umur 35-39 tahun sebesar 32,2% yang merupakan penduduk usia

produktif. Tahun 2020 tercatat 28,69 persen penduduk Indonesia diatas 15 tahun tercatat sebagai

perokok aktif (BPS, 2020).

Menurut Depkes (2003), Di Indonesia, 70% perokok memulai kebiasaan tersebut

sebelum usia 19 tahun karena terbiasa melihat anggota keluarganya merokok. Sedangkan
mayoritas perokok di Indonesia berusia antara 15-20 tahun. Dalam 5 tahun terakhir jumlah

perokok cenderung meningkat. Penduduk menurut jenis kelamin terdapat pada penduduk laki-

laki (54,5%) dan perempuan (1,2%). Tidak kurang dari 4.000 jenis zat kimia tercatat dalam

sebatang rokok dan 60 di antaranya bersifat karsinogenik dan adiktif seperti nikotin dan karbon

monoksida yang dapat membuat seseorang ingin merokok terus menerus bahkan membuat

seseorang kecanduan yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi dengan jumlah perokok terbanyak. Tahun 2013

tercatat proporsi penduduk umur >10 tahun yang merokok di Jawa Barat adalah 27,1%.

Kemudian pada tahun 2020 mencapai 32,55 persen penduduk Jawa Barat diatas 15 tahun

merupakan perokok aktif (BPS, 2020). Di Kabupaten Majalengka Data Indeks Pembangunan

Kesehatan Masyarakat (IPKM) Tahun 2013 menyatakan bahwa proporsi merokok di Majalengka

sebesar 33,35%.

Selain orang dewasa, merokok seringkali dilakukan oleh remaja. Data perokok remaja

terus mengalami peningkatan tahun demi tahun, hal ini terjadi baik pada perokok laki-laki

maupun perokok perempuan. Umumnya remaja memiliki persepsi bahwa mereka dapat berhenti

merokok, tidak akan kecanduan, atau akan terhindar dari efek buruk dari merokok. Namun hasil

penelitian menunjukkan bahwa perokok ringan usia remaja akan cenderung mengalami transisi

menjadi perokok berat setelah lulus dari sekolah (Suhta, 2018).

SMK Korpri Majalengka merupakan salah satu sekolah swasta yang sebagian besar

siswanya laki-laki usia remaja. Lokasinya di tengah kota sehingga memungkinkan untuk mudah
terpengaruh dalam pergaulan bebas. Mengingat banyaknya bahaya rokok terhadap kesehatan dan

kecenderungan bertambahnya presentasi remaja yang merokok akibat sifat remaja yang masih

labil dan kemungkinan remaja belum mampu mengetahui bahaya rokok dengan asumsi bahwa

siswa remaja merupakan bagian dari remaja yang dapat dijumpai secara kelompok, maka peneliti

merasa perlu melakukan penelitian untuk memberi pendidikan kesehatan untuk dapat menilai

tingkat pengetahuan dan sikap merokok pada siswa lak-laki kelas 11 SMK KORPRI

MAJALENGKA.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan latar belakang di atas adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat

pengetahuan terhadap siswa tentang bahaya merokok di SMK Korpri Majalengka tahun 2021

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan kesehatan tentang bahaya merokok

terhadap siswa SMK di puskesmas wilayah kerja kecamatan cigasong tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang bahaya merokok

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoris


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu kesehatan masyarakat

sebagai sumber belajar dan informasi mengenai pengetahuan dan sikap merokok di SMK Korpri

Majalengka

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat

Dapat menambah pengetahuan tentang permasalahan kesehatan khususnya di lingkungan

mengenai kebiasaan merokok.

2. Bagi UPT Puskesmas Cigasong

Sebagai dasar dalam meningkatkan penyuluhan Komunikasi, Informasi dan Edukasi

(KIE) kepada masyarakat dan juga sebagai referensi dalam penyusunan program Bahaya

Merokok bagi Siswa.

3. Bagi Prodi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Bhakti Kencana

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi, tercapainya kurikulum

akademik agar mempersiapkan mahasiswa dan mahasiswi yang handal dan profesional

pada program Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Bhakti Kencana Bandung.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan tentang permasalahan kesehatan khususnya mengenai

kebiasaan merokok di lingkungan sekitar dan bisa melakukan pengalaman nyata dalam

melakukan penelitian.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya dan

dikembangkan lebih lanjut serta dapat dijadikan referensi terhadap penelitian yang sejenis

tentang Bahaya Merokok.


BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Kajian Teori

A. Definisi perilaku merokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, sejenis cerutu atau bentuk

lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan

sejenisnya.Sedangkan menurut Aditama asap rokok mengandung sekitar 4000

bahan kimia, 43 diantaranya bersifat karsinogen.Pengaruh asap rokok dapat

mengakibatkan infeksi pada paru- paru dan telinga serta kanker paru. (Kesowo,

2003).

Perilaku merokok memiliki arti membakar tembakau dan daun tar,dan menghisap

asap yang dihasilkannya (Husaini, 2006:21). Menurut Kendal & Hammen,

perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan baik

untuk diri sendiri maupun orang di sekelilingnya. Dilihat dari sisi kesehatan

pengaruh bahan-bahan kimia yang terkandung rokok seperti nikotin, CO

(Karbonmonoksida) dan tar yang dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat

dan detak jantung bertambah cepat (Komalasari, 2002).


Menurut Oskamp, perilaku merokok adalah kegiatan menghisap asap tembakau

yang telah menjadi cerutu kemudian disulut api. Tembakau berasal dari tanaman

nicotiana tabacum. Menurutnya ada 2 tipe merokok yaitu :

1. Pertama, adalah menghisap rokok secara langsung yang disebut perokok

aktif

2. Kedua, adalah mereka yang secara tidak langsung menghisap

rokok,namun turut menghisap asap rokok disebut perokok pasif Menurut

Safarino, akibat yang di timbulkan oleh perokok pasif lebih berbahaya dari

pada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya

sangat rendah. Bagi para perokok meskipun sudah mengetahui akibat

negatif merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi

semakin meningkat dan usia merokok semakin bertambah muda

(Komalasari, 2002).

Purwadarminta mendefinisikan perilaku merokok sebagai aktivitas

menghisap rokok,sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau

yang berbalut dengan nipah atau kertas (Purwadarminta, 2006). Asap

rokok mengandung sekitar 60 % adalah gas dan uap yang terdiri dari 20

jenis gas, diantaranya gas monoksida yang merupakan gas yang sangat

berbahaya karena presentasenya yang tinggi dalam aliran darah. Seorang

perokok aktif mampu menyedot persediaan gas oksigen yang di butuhkan

oleh setiap individu untuk bernafas. Selain itu asap rokok mengandung

jutaan zat kimiawi yang sangat beragam, yang dihasilkan dari perubahan
kertas sigaret yang awalnya berwarna putih pucat menjadi warna kuning

(Husaini, 2006:21).

Definisi yang disampaikan tentang perilaku merokok adalah

sebagai aktivitas subyek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya,

yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi

merokok dalam sehari-hari.

Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek

psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika

mereka sedang mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini, sering

dilukiskan sebagai masa badai dan topan karena ketidaksesuaian antara

perkembangan psikis dan sosial (Komalasari, 2002).

Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwasannya

rokok adalah hasil olahan tembakau dengan berbagai campuran sehingga

membentuk cerutu, dan perilaku merokok adalah kegiatan menghisap hasil

olahan tembakau yang di dalamnya terdapat zat adiktif (ketergantungan)

sehingga membuat orang yang menghisapnya bisa menjadi

ketergantungan dimana setiap tahapannya memiliki keterkaitan dengan

aspek yang bersifat kuantitatif, lokasional, dan fungsional.

B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok


Kebiasaan merokok pada sebagian orang, umumnya dipicu oleh citra dalam diri

tiap individu dan juga pergaulan dalam masyarakatnya. ABG (anak baru gede) umumnya

merokok karena sekedar ikut-ikutan orang yang lebih dewasa dari dirinya. Kadang para

ABG ini merokok karena sekedar ikut-ikutan orang yang lebih dewasa darinya.Kadang

para ABG ini merupakan karena sekedar ingin mengikuti trend yang ada di sekitarnya

(Husaini, 2006).

Gengsi, kelihatan macho (keren) atau ingin dianggap dewasa merupakan

serangkaian alasan remaja merokok. Merokok dapat mendatangkan berbagai kenikmatan.

Banyak perokok yang mengaku tidak bisa berhenti merokok karena dapat menenangkan

pikiran. Padahal semakin banyak rokok yang terhisap, perokok akan mengalami berbagai

penyakit (Mangunegoro dalam Mangunprasodjo, 2005).

Sementara Kar mengemukakan terbentuknya perilaku merokok tergantung dari beberapa

fungsi yaitu :

1. Niat atau behavior intention seorang untuk merokok.Niat di pengaruhi oleh

kepentingan pribadi.

2. Dukungan sosial masyarakat sekitar atau social support,yang mendorong

seseorang untuk merokok

3. Informasi atau accesbility ofinformation.Kurangnya informasi karena ketidak

tahuan tentang bahaya merokok menyebabkan dia merokok.


4. Otonomi pribadi atau personal autonomy dalam mengambil tindakan keputusan

untuk merokok atau tidak merokok.

5. Situasi atau action situasion yaitu situasi yang memberi kemungkinan untuk

merokok.

(Ariani dalam Susmiati, 2003).

Banyak alasan yang memicu remaja merokok,karena ikut-ikutan teman,

semata-mata karena karena ingin saja (iseng) agar lebih tenang apalagi waktu

berpacaran, ada yang merasa karena gagah, merasa bebasdan supaya kelihatan

seperti orang dewasa. Sebelum seorang bisa di sebut pria dewasa,maka dia harus

merokok.Merokok akhirnya menjadi jalan yang harus di lewati sebelum seseorang

di terima sebagai orang dewasa.Sebelum seseorang bisa disebut pria dewasa,

maka dia harus merokok. Merokok akhirnya menjadi jalan yang harus di lewati

sebelum seseorangditerima sebagai orang dewasa. Dalam keseharian, budaya

seperti itu muncul dalam bentuk penyebutan banci buat anak-anak muda yang

tidak merokok. Selain sebagai jalan menuju dewasa, merokok buat pria menjadi

ciri seorang laki-laki sungguhan dan akhirnya menjadi sarana pergaulan bagi

remaja (Nainggolan,2001).

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja

diantaranya :

1. Pengaruh Orang Tua


Orang tua sangat berpengaruh sekali dalam pembinaan perilaku anak-

anaknya. Remaja akan mudah terpengaruh untuk berperilaku merokok jika

melihat orang tua mereka merokok. Remaja yang berasal dari keluarga

kurang bahagia dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-

anaknya juga dapat memicu remaja untuk berperilaku merokok, dibanding

anak-anak muda yang berasal dari keluarga yang bahagia.

2. Pengaruh Teman

Semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan

teman-temannya adalah perokok dengan alasan agar remaja tersebut dapat

di terima di lingkungannya dan tidak dikatakan banci oleh sebagian anak

muda lainnya.

3. Paktor Kepribadian

Perilaku merokok pada remaja berkaitan dengan adanya krisis aspek

psikososial yang dialami pada masa perkembangannya, yaitu masa ketika

mereka sedang mencari jati dirinya.

4. Pengaruh Iklan

Remaja akan mudah terpengaruh untuk berperilaku merokok jika melihat

iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa

perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, ditambahkan lagi oleh


Nainggolan bahwa papan-papan iklan serta rayuan suara nikmatnya rokok

melalui siaran radioatau televisi sangat membujuk seseorang

untuk merokok.

Menurut Wetherall (2001) ada beberapa alasan seseorang melakukan

perilaku merokok diantaranya kebutuhan, keisengan, dan stres. Dari

beberapa uraian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwasannya perilaku

merokok memiliki faktor-faktor diantaranya yaitu faktor orang tua, faktor

teman sebaya, faktor kepribadian dan faktor iklan baik iklan media massa

maupun elektronik.

C. Tahapan Dalam Perilaku Merokok

Diungkapkan oleh Leventhel & Clearly terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok

sehingga menjadi perokok yaitu :

1. Tahap Preparatory

Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai perokok

dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan yang menyebabkan minat

untuk merokok.

2. Tahap Innitation

Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan

ataukah tidak terhadap perilaku merokok.


3. Tahap Bicoming a Smoker

Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang perhari maka

mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

4. Tahap Maintenance of Smoking

Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self

regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang

menyenangkan.

D. Aspek- Aspek Dalam Perilaku Merokok

1. Fungsi Merokok dalam kehidupan sehari-hari

Erickson mengatakan bahwa merokok berkaitan dengan mencari jati diri pada diri remaja

dan fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami perokok, seperti perasaan

yang positif maupun perasaan yang negatif.

2. Intensitas Merokok

Klasifikasi perokok berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap yaitu :

a. Perokok berat menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari

b. Perokok sedang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari

c. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari

3. Tempat Merokok

Tipe perokok berdasarkan tempat ada 2 yaitu :


a. Merokok di tempat umum atau ruang publik

1. Kelompok Homogeny (sama-sama perokok) secara bergerombol mereka

menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain,

karena itu mereka menempatkan diri di smooking area.

2. Kelompok heterogen (merokok di tengah orang-orang lain yang tidak

merokok, anak kecil, orang jompo, dll)

4. Waktu Merokok

Remaja yang merokok di pengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat itu,

misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, setelah dimarahi orang tua, dll.

E. Dampak Perilaku Merokok

1. Dampak Positif

Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Perokok

menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu

individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit. Smet (1994) menyebutkan keuntungan

merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu konsentrasi,

dukungan sosial dan menyenangkan.

2. Dampak Negatif

Perilaku merokok menimbulkan dampak negatif yang sangat berpengaruh bagi kesehatan.

Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit,tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit

sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat mendorong
munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Berbagai jenis penyakit

yang dipicu karena perilaku merokok dimulai dari penyakit di kepala sampai dengan

penyakit di telapak kaki, antara lain :penyakit kardiolavaskulae, neoplasma (kanker),

saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan

kesuburan, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air

seni, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan

tenggorokan).

2.2 Kerangka Teori

Rangkuman dari beberapa teori berdasarkan topik penelitian disebut juga kerangka teori.

Kerangka teori yang paling sederhana selalu mengikuti kaidah/aturan input, process, dan

output (Ariani, 2014).

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka konsep penelitian

Penjelasan dan gambaran hubungan antara satu konsep dengan konsep lain disebut

kerangka konsep. Konsep merupakan suatu abstraksi yang mengeneralisasikan suatu

pengertian. Maka dari itu, jika konsep ini tidak dapat diamati dan diukur, maka konsep

tersebut harus di jabarkan kedalam beberapa variabel. Dari variabel inilah kita dapat

mengamati dan mengukur konsep. Jadi, dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan

bahwa kerangka konsep penelitian berarti suatu hubungan antar konsep atau variabel

yang akan di amati (diukur) melalui kajian masalah (Notoatmodjo, 2012).

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuantotatif bersifat observasional

analitik dengan menggunakan studi kasus - control. Untul melihat ada tidaknya faktor

risiko yang terjadi, maka diukur dengan melihat peristiwa masa lampau. (Ariani, 2014).

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah SMK Korpri Majalengka

3.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan yang kebenarannya masih perlu di uji. Hipotesis juga adalah

jawaban yang bersifat alternatif. (Ariani, 2014).

3.5 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu paramater/karakteristik yang dimiliki oleh suatu

kelompok yang tidak sama dengan kelompok lain (Notoatmodjo 2012).

3.6 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

3.7 Populasi dan Sampel

Populasi : Keseluruhan objek penelitian yang karakteristiknya akan diteliti disebut

juga dengan populasi (Ariani, 2014). Bagian tertentu yang dapat diambil dari suatu

populasi dan akan diteliti secara rinci adalah sampel (Sujarweni, 2015).

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengambilan data dalam penelitian ini dengan melakukan observasi dan

wawancara secara langsung kepada responden peneloti untuk mencari perubahan atau

hal-hal yang akan diteliti.

3.9 Pengolahan dan Analisi Data

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisa. Teknik

pengolahan data uang dilakukan pada penelitian yaitu meliputi :

(Notoatmodjo, 2012)

3.10 Etika Penelitian

Kode etik penelitian merupakan pedoman etik yang berlaku pada kegiatan

penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek penelitian)
dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2012).

Anda mungkin juga menyukai