Anda di halaman 1dari 25

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK REMAJA

DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA SISWA SMA NEGERI 6


YOGYAKARTA

Disusun oleh :
Ageng Arwidya Octian
2010301126
4 B4

PROGRAM STUDI S1-FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2022
A. Latar Belakang

Perilaku merokok adalah suatu aktivitas menghisap asap tembakau yang dibakar
ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Amstrong, 1990). Menurut
Sitepoe (2000) perilaku merokok didefinisikan sebagai aktivitas membakar tembakau
yang kemudian dihisap asapnya, baik langsung menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa. Asap yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke,
sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap
rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke.
Sidestream smoke atau asap sidestream mengakibatkan seseorang menjadi perokok
pasif.

Menurut Savitz et al. (2006) ada beberapa unsur utama yangterkandung


dalam rokok yaitu policyclic aromatik hidrokarbon, karbonmonoksida, nikotin,
campuran N-nitroso, polonium, radon, arsenik dankadmium.Unsur-unsur ini dapat 14
meningkatkan risiko penyakit kanker,penyakit paru obstruksi kronik (PPOK),
kardiovaskuler, penyakit pada mulutdan gangguan reproduksi.Penelitian di Norwegia
pada kelompok umur 40-70 tahunmemperlihatkan hasil bahwa perokok berat (≥20
per hari) akan meninggal diusia pertengahan, pada laki-laki sebesar 41% dan wanita
26%.Pada orang yang tidak pernah merokok yang meninggal di usiapertengahan
sebesar 9% pada wanita dan 14% pada laki-laki (Editorial,2006)

Pada tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia mencapai 10


juta jiwa dengan 70% diantaranya berasal dari negara berkembang (WHO, 2018).
Indonesia memiliki tingkat prevalensi merokok global tertinggi di dunia: pada tahun
2011, sekitar 33% individu berusia 15 tahun ke atas merokok setiap hari.
Berdasarkan laporan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia 2014, sebuah
survei siswa berbasis sekolah yang mewakili nasional, melaporkan prevalensi 18,3%
'perokok aktif' dalam kelompok usia 13–15 tahun; 33,9% dari semua anak laki-laki
yang disurvei melaporkan merokok saat ini dibandingkan dengan 2,5% dari semua
anak perempuan yang disurvei. Hasil dari laporan Kementerian Kesehatan Indonesia
menunjukkan bahwa prevalensi merokok di kalangan remaja usia 10-18 tahun (baik
di dalam maupun di luar sekolah) adalah 7,2% pada tahun 2013 (Kusumawardani et
al., 2018). Selanjutnya pada tahun 2018 perilaku merokok pada kalangan remaja
meningkat menjadi 9,1% (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah
perokok berusia 15 tahun ke atas di dunia sebanyak 991 juta orang pada 2020. Angka
tersebut turun 3,41% atau 35 juta orang dibanding tahun 2015 yang sebanyak 1,026
miliar orang.
Prevalensi perokok dunia berusia ≥ 15 tahun menurut Worl Health Organization
(WHO) tahun 2015, sebanyak 10,0% pada penduduk Afrika, 17,4 % pada penduduk
Amerika, 18,1 % pada penduduk Meditenia Timur, 29,9 % pada penduduk Eropa,
17,2 % pada penduduk Asia Tenggara, dan 24,8 % pada penduduk Pasifik Barat (1) .
Sedangkan itu prevalensi perokok remaja di ASEAN menurut Southeast Asia
Tobacco Control Alliance (SEATCA, 2015) tersebar di Indonesia 19,4%, Malaysia
14,8%, Filipina 14,5%, Thailand 11,3%, Brunei Darussalam 8,9%, Myanmar 8,3%,
Laos 6,4%, Singapura 4%, dan Kamboja 2,4 %.

Pengetahuan masyarakat masih rendah. Meskipun telah terbukti dengan jelas


tentang bahaya rokok, hanya sedikit dari perokok yang memahami bahwa merokok
merugikan hampir setiap organ tubuh dan menyebabkan banyak penyakit.
Kebanyakan mengira rokok hanya menyebabkan beberapa penyakit (Zaenabu, 2014).
Kurangnya pengetahuan tentang bahaya merokok menjadi salah satu alasan remaja
merokok (silowati, 2012) .Merokok juga merupakan penyebab kematian satu dari 10
kematian orang dewasa di seluruh dunia, serta mengakibatkan 5,4 juta kematian pada
tahun 2006, ini berarti rata-rata satu kematian setiap 6,5 detik (Jia-Xiang, 2014).
Lebih lanjut Dr. Agus mengungkapkan bahwa pasien penderita kanker paru, penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK), stroke, dan jantung koroner, kebanyakan adalah
perokok (Kompas, 25 Mei 2016). Menurut keadaan terkini, hampir 70% perokok di
Indonesia memulai merokok sebelum umur 19 tahun, bahkan data Susenas (Survei
Sosial Ekonomi Nasional) 2003 meyebutkan usia 8 tahun sudah mulai merokok.
Merokok merupakan faktor terbesar yang dapat dicegah yang menyebabkan
morbiditas (perbandingan jumlah orang yang sakit dengan yang sehat dalam suatu
populasi penduduk) dan mortilitas (perbandingan jumlah orang yang mati dalam
suatu populasi penduduk) di negara maju seperti Amerika (Andrew WB and Neil,
2013)
Selain menyebabkan gangguan kesehatan, konsumsi rokok juga
menyebabkan kerugian ekonomi, baik di tingkat rumah tangga maupun di
masyarakat. Di Indonesia, tiap tahunnya pemerintah mengeluarkan biaya pengobatan
penyakit terkait tembakau sebesar Rp 2,11 Triliun, yang terdiri dari pengeluaran
rawat inap sebesar Rp 1,85 Trilyun dan rawat jalan sebesar Rp 0,26 Trilyun

Ada banyak faktor yanag mempengaruhi seseorang merokok meskipun setiap


orang mengetahui bahaya yang disebabkan oleh rokok, tetapi banyak anak-anak
muda yang suka merokok. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok
pada anak-anak muda adalah faktor psikologi, biologi dan lingkungan. Faktor
terbesar dari kebiasaan merokok adalah faktor sosial atau lingkungan. Terkait hal itu,
kita tentu telah mengetahui bahwa karakter seseorang banyak dibentuk oleh
lingkungan sekitar, baik keluarga, tetangga, ataupun teman pergaulan (Aula, 2010).
Mereka merokok disebabkan berbagai faktor ada yang bermula dari coba-coba,
pengaruh dari teman yang merokok dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
apakah terdapat hubungan kebiasaan merokok dengan fungsi paru pada anak remaja?

C. Tujuan Penelitian
untuk mengetahui kebiasaan merokok pada remaja dengan kapasitas vital dan
untuk memberikan edukasi kepada remaja tentang bahaya nya merokok.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi remaja
Di harapkan dapat menambah wawasan rmaja tentang dampak merokok bagi
kesehatan paru-paru sehingga tidak mudah untuk terpengaruh merokok dan bagi
yang sudah merokok agar bisa berhenti
b. Bagi orang dewasa
Sebagai masukan bagi orang dewasa tentang bahaya merokok bagi kesehatan
paru-paru sehingga orang tua lebih dapat memperhatikan, menghimbau dan
mengontrol anak-anak remaja
c. Bagi peneliti
Bagi peneliti sendiri dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga
mengenai cara dan proses berfikir ilmiah secara praktis, serta menambah
pengetahuan dan penge,bangan diri khususnya di bidang fisioterapi
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Rokok
1. Pengertian rokok

Rokok adalah hasil olahan dari tembakau kering yang terbungkus sehingga
berbentuk seperti cerutu. Sebagian besar rokok mengandung tembakau dan tanaman
nicotiana tabacum, nicotiana rustica dan spesies lainnya atau yang mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. Rokok mengakibatkan
bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat, karena rokok merupakan salah satu
zat adiktif dan perlu dilakukan berbagai upaya pengamanan (H. Kurniasih, et al.
2016)

Rokok adalah salah satu hasil olahan tembakau dengan menggunakan bahan
ataupun tanpa bahan tambahan. Rokok berbentuk silinder dari kertas berukuran
sekitar 120 milimeter dengan diameter sekitar 10 milimeter yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah (Nururahman, 2014:77). Konsumsi rokok di sebut
sebagai merokok. Sedangkan Ikhsan (2012) merokok adalah menghisap asap
tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar.
Definisi perokok menurut WHO untuk sekarang adalah mereka yang merokok setiap
hari untuk jangka waktu minimal 6 bulan selama hidupnya.

2. Kandungan Rokok
Menurut Sugito (2007:41) ada tiga zat utama yang terkandung dalam rokok yaitu
1. Nikotin

Senyawa kimia yang terkandung dalam tembakau, merupakan senyawa yang


sangat adikitif, bahkan sama adiktifnya dengan heroin dan kokain. Apabila 15
seseorang terus merokok maka tubuh akan semakin tergantung secara fisik dan
psikologis terhadap nikotin. Penelitian menunjukkan perokok harus mampu
mengatasi kedua ketergantungan ini agar bisa lepas dari ketergantungan.Selain
menjadi penyebab utama ketagiahan pada perokok.Sejak nikotin sering duganakan
sebagai insektisida.Nikotin memproduksi perasaan senang yang membuat para
perokok ingin terus merokok.Setelah sistem saraf berdaptasi dengan nikotin perokok
cenderung menambah jumlah batang rokok yang dihisap. Akibatnya kadar nikotin
dalam darah juga ikut meningkat. Dosis 30-60 mg dari nikotin dianggap sebagai
dosis yang mematikan pada manusia. Nikotin adalah racun yang bekerja sangat cepat

2. Tar

Tar diartikan sebagai bahan partikulasi (bahan padat halus yang berukuran lebih
kecil dari debu ) yang turut masuk ke dalam tubuh saat perokok menghisap asap
rokok dari lintingan rokok yang menyala. Setiap partikel tar merupakan komposisi
dari bahan kimia organik dan anorganik. Sebagian besar berupa nitrogen, oksigen,
hydrogen, karbondioksida dan bahan kimia lain yang mudah menguap. Tar
merupakaan bahan kimia yang menyebabkan noda kuning keclokatan pada kuku dan
gigi para perokok. Selain itu tar juga dapat membuat flek pada paru-paru.
Benzopyrene ( senyawapolycynyc aromatic hydrocarbon) adalah salah satu
karsinogen yang terkandung dalam tar.

3. Karbon monoksida

Asap tembakau mengandung karbon monoksida, yakni gas tidak bewarna,


tidak berbau, dan sangat mematikan, karbon monoksida merupakan gas yang akan
berbaur dengan darah dan menghambat asupan oksigen paru-paru. Saat karbon
monoksida dihirup.Ia akan terikat pada hemoglobin dalam darah yang disebut
karboksilhemoglobin.

Gambar kandungan kimia yang ada di dalam rokok


3. Bahaya merokok

Menurut Husaini (2006:105) asap rokok memiliki beberapa bahaya yaitu :

1. Bagi anak kecil


Bahaya umum yang di alami oleh anak anak yang menghirup asap rokok di
antaranya: sulit bernafas, mudah cemas dan tidak befungsinya organ hidung dan
mata dengan baik. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa anak anak yang
terbiasa menghirup asap rokok, umumnya rentan terhadap berbagai penyakit
pernafasan disbanding teman sebayanya yang menghirup udara segar.
2. Bagi perokok pasif
Asap rokok yang terserap perokok pasif dapat menimbulkan berbagai penyakit
yaitu: penyakit asma, penyakit jantung, menghambat siklus aliran darah. Dampak
yang dialami oleh perokok pasif berbedabeda tergantung dari beberapa factor yaitu:
a. Jenis tembakau yang digunakan. Umumya kandungan okok terdiri dari
kandungan nikotin dan tar yang bebeda satu dengan yang lainya. Semakin
meningkat kandungan nikotin dalam sebatang rokok, semakin meningkat pula
bahaya dari asap yang dihasilkannya yang kelak terhiup oleh perokok pasif
(Husaini, 2006:102)
b.Gaya meokok. Asap yangdihasilkan dari hisapan yang ringan yakni bukan
dihisap secara dalam, umumnya masih memiliki setengah andungan padat dari
kandungan asalnya. Sedangkan asap yang dihasilkan dari hisapan yang dalam,
hanya memiliki sepertujuh kandungan uap dan kandungan padat dari kandungan
aslinya. Gas karbonmoniksida yang adapun berkurang setengah dari aslinya.
Halter tersebut terjadi karena sebagian besar kandungan yang hilang tersebut
telah diserap oleh perokok itu sendiri melalui hisapan yang dalam (Husaini,
2006:102).
c. Bagi ibu hamil dan janin Masalh yang biasa dialami oleh wanita hamil dan
merokok atau ikut menghirup asap rokok yaitu: susah waktu persalinan,
kematian prenatal anaknya, BLBR (Berat Badan Lahir Rendah <2500gr)
d. Bagi lingkungan Bila kebiasan merokok dilakukan ditempat-tempat yang
memiliki sirkulasi udara kurang begitu memadai.Seperti dikantor. Mobil ataupun
restoran kecil, maka gas yang dihasilkan akan menjadi konsetrat dan melebihi
kadar yang diperbolehkan keberadaanya dilingkingan tersebut. Dengan kadar
yang melebihi normal akan membahayakan kesehatan manusia.

4. Klasifikasi perokok

Tingkatan merokok pada perokok berbeda-beda tergantung dari frekuensi


seseorang itu merokok, jumlah rokok yang dihisapnya, dan lamanya merokok.
Namun perlu diketahui bahwa seseorang dikatakan perokok jika ia memiliki
kebiasaan merokok minimal 4 batang per hari juga telah menghisap 100 batang
rokok selama hidupnya.
Perokok dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara berdasarkan jumlah rokok
yang dikonsumsi. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh Sitepoe pada tahun
1999. Klasifikasi Sitepoe membagi perokok menjadi perokok ringan dengan jumlah
konsumsi 1 hingga 10 batang per hari, perokok sedang dengan jumlah konsumsi 11
hingga 24 batang per hari, serta perokok berat dengan konsumsi lebih dari 24 batang
per hari.28 Klasifikasi yang senada lainnya menurut jumlah rokok yang dikonsumsi
yaitu klasifikasi Bustan pada tahun 2007. Bustan membagi perokok dibagi atas tiga
kategori, yaitu ringan (1-10 batang per hari), sedang (11- 20 batang per hari) dan
berat (lebih dari 20 batang per hari).
perokok dibagi menjadi empat golongan, perokok ringan, perokok sedang,
perokok berat dan perokok sangat berat. Perokok ringan adalah perokok yang jarang
mengonsumsi rokok yaitu sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit
dari bangun tidur pagi. Perokok sedang adalah perokok yang mengonsumsi rokok
cukup yaitu 11-21 batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai bangun
tidur pagi hari. Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan 21-30 batang
rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun
tidur pagi hari. Sedangkan perokok sangat berat adalah perokok yang mengkonsumsi
rokok sangat sering yaitu merokok lebih dari 31 batang setiap harinya dengan dengan
selang waktu merokok lima menit setelah bangun tidur pagi hari.
5. Faktor yang mempengaruhi remaja merokok
Mu`tadin (2002, dalam Kemala) mengemukakan faktor yang mempengaruhi

perilaku merokok pada remaja diantaranya sebagai berikut:

a. Pengaruh orang tua, menurut Baer & Corado, remaja perokok adalah anak-anak

yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak begitu

memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari

lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga

konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan

dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya

adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu perokok berat, maka

anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih

banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan orang tua tunggal (single

parent).Remaja berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok daripada ayah

yang merokok yang lebih terlihat pada remaja putri.

b. Pengaruh teman, berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakinbanyak remaja

merokok maka semakin besar kemungkinan temantemannya adalah perokok juga

dan demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut,

pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau

sebaliknya.Diantara remaja.perokok terdapat 87 % mempunyai sekurang-

kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non

perokok.

c. Faktor kepribadian, orang mencoba untuk merokok karena alasan ingintahu atau

ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satusifat kepribadian yang

bersifat pada pengguna obat-obatan(termasuk rokok) ialah konformitas

sosial.Pendapat inididukung Atkinson (1999) yang menyatakan bahwa orang

yangmemiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebihmenjadi


perokok dibandingkan dengan mereka yang memiliki skoryang rendah. d.

Pengaruh iklan, melihat iklan di media masa dan elektronik yangmenampilkan

gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantananatau glamour, membuat

remaja seringkali terpicu untuk mengikutiperilaku seperti yang ada dalam iklan

tersebut. Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (Sarafino, 1994) tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu :

1) Faktor biologis, banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalamrokok

merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting padaketergantungan

merokok. Hal ini didukung oleh penemuan kadarnikotin dalam darah perokok

yang cukup tinggi.

2) Faktor psikologis, merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi,

menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehinggatimbul rasa persaudaraan,

jugs dapat memberikan kesan modern danberwibawa, sehingga bagi individu yang

sering bergaul dengan oranglain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.

3) Faktor lingkungan sosial, lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap,

kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorangakan berperilaku

merokok dengan memperhatikan lingkungansosialnya.

B. Sistem Pernafasan Manusia


1. Anatomi sistem pernafasan
Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu Cavum nasi, faring, laring, trakea,
karina, bronchusprincipalis, bronchus lobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus
terminalis, bronchiolusrespiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli.
Terdapat Lobus, dextra ada3lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus
inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitulobussuperior dan lobus inferior. Pulmo dextra
terdapat fissura horizontal yang membagi lobussuperior dan lobus media,
sedangkan fissura oblique membagi lobus media denganlobusinferior. Pulmo
sinistra terdapat fissura oblique yang membagi lobus superior danlobusinferior.
Pembungkus paru (pleura) terbagi menjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan
Visceralis(dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rongga pleura (cavum
pleura).
2. Anatomi Paru
Diafragma merupakan otot pernapasan yang berbentuk seperti kubah yang
dapat berkontraksi dan berelaksasi selama proses pernapasan. Diafragma juga
membagi bagian toraks dan kavum abdomen. Otot-otot disekitar rongga dada
juga merupakan otot ekstrinsik yang membantu rongga dada melakukan inspirasi
dan ekspirasi
Paru-paru sendiri dibagi menjadi dua, yakni
a. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru)
1) Lobus superior pulmo dekstra
2) Lobus medial pulmo dekstra
3) Lobus inferior pulmo dekstra
b. Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus
1) lobus superior pulmo sinister
2) lobus inferior pulmo sinister
Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil bernama segment.
a. Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu:
1) 5 buah segment pada lobus superior
2) 5 buah segment pada inferior
b. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmet yakni :
1) 5 buah segment pada lobus inferior
2) 2 buah segment pada lobus mediali
3) 3 buah segment pada lobus inferior

Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus.Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat
yang berisi pembuluh-pembuluh darah geteh bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap
lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini
bercabang=cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap
duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
3. Fisiologi Paru

Fisiologi ventilasi paru Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli
paru. Pergerakan udara ke dalamdan keluar paru disebabkan oleh:
1. Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru
danpleuradinding dada. Tekanan pleura normal sekitar -5 cm H2O, yang
merupakan nilai isapyang dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar tetap
terbuka sampai nilai istirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal,
pengembangan rangka dadaakanmenarik paru ke arah luar dengan kekuatan yang
lebih besar dan menyebabkantekanan menjadi lebih negatif (sekitar -7,5 cm H2O).
2. Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika glotis
terbukadan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau keluar paru, maka
tekananpadasemua jalan nafas sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan
atmosfer (tekananacuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm H2O. Agar udara
masuk, tekananalveoli harus sedikit di bawah tekanan atmosfer. Tekanan sedikit ini
(-1 cmH2O)dapat menarik sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru selama 2 detik.
Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang berlawanan.
3. Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli dan
tekananpadapermukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya elastis dalam paru yang
cenderungmengempiskan paru pada setiap pernafasan, yang disebut tekanan daya
lenting paru

Paru-paru menerima udara dari lingkungan luar melalui pernapasan yang


bertekanan negative. Pernapasan yang bertekanan negative membutuhkan tekanan
yang berbeda antara udara di dalam alveolus dan udara di atmosfer. Otot-otot yang
membantu pernapasan seperti diafragma, otot intercostal, dan otot abdominal,
membantu proses kontraksi untuk mengubah volume rongga toraks dan mengurangi
tekanan yang ada di alveoli. Sehingga proses masuknya udara atmosfer ke paruparu
disebut inspirasi. Otot-otot pernapasan berkontraksi sehingga volume rongga
toraks berkurang dan tekanan di dalam alveoli meningkat. Proses pengeluaran
udara dari alveoli disebut ekspirasi.
Menurut Guyton (2007) untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan
dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar, yaitu :
a. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya udara
antara alveoli dan atmosfer.
b. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
c. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan
cairan tubuh ke dan dari sel.
d. Pengaturan ventilais pada sistem pernapasan.

Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida
terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang, akan tetapi
pernafasan harus tetap dapat berjalan agar pasokan kandungan oksigen dan karbon
dioksida bisa normal (Jayanti, 2013).
4. Kapasitas Vital Paru
Pernapasan adalah menghirup udara dari luar serta menghembuskan udara keluar
dari tubuh. Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan dari paru (kira-kira 4600 ml). Nilai kapasitas vital paru pria dewasa lebih
tinggi 20-25% daripada wanita dewasa.
Pada individu normal, terjadi perubahan nilai fungsi paru secara fisiologis sesuai
dengan perkembangan umur dan pertumbuhan parunya (lung growth). Mulai pada fase
anak hingga kurang lebih umur 22-24 tahun terjadi pertumbuhan paru sehingga pada
waktu tersebut nilai fungsi paru semakin besar bersamaan dengan pertambahan umur.
Peristiwa dalam sikus paru mencakup dua atau lebih nilai volume paru. Kombinasi
ini disebut kapasitas paru, yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan
inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3.500 ml) yang dapat dihirup oleh
seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai
jumlah maksimal.
2) Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah
volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi
normal (kira-kira 2.300 ml).
3) Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal
dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udaramaksimum yang dapat
dikeluarkan oleh seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara
maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4.600 ml).
4) Kapasitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan
paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kira-kira 5.800 ml). Jumlah
ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu (Guyton, 2007)

Gambar, volume dan kapasitas paru


Semua volume dan kapasitas paru pada wanita 25% lebih kecil dibandingkan
dengan pria. Kapasitas vital rata-rata pria dewasa kira-kira 4,8 liter sedangkan wanita
dewasa 3,1 liter. Pengukuran kapasitas vital paru seringkali digunakan secara klinis
sebagai indeks fungsi paru.Nilai tersebut memberikan informasi mengenai kekuatan
otot-otot pernapasan serta beberapa aspek fungsi pernapasan lainnya (Yulaekah,
2007).

5. Spirometri
Salah satu metode untuk melakukan pengukuran volume dan kapasitas dinamisparu
adalah dengan spirometri.Tujuannya adalah untuk mengukur efektivitas dan kecepatan
paru dalam mengisi dan mengosongkan udara. Spirometri adalah suatu teknik
pemeriksaan untuk mengetahui fungsi/faal paru, di mana pasien diminta untuk meniup
sekuat-kuatnya melalui suatu alat yang dihubungkan dengan mesin spirometer yang
secara otomatis akan menghitung kekuatan, kecepatan dan volume udara yang
dikeluarkan, sehingga dengan demikian dapat diketahui kondisi faal paru pasien.
Pemeriksaan spirometri digunakan untuk mengetahui adanya gangguan di paru dan
saluran pernapasan.Alat ini sekaligus digunakan untuk mengukur fungsi paru.Pasien
yang dianjutkan untuk melakuakan pemeriksaan ini antara lain pasien yang mengeluh
sesak napas, pemeriksaan berkala bagi pekerja pabrik, penderita PPOK, penyandang
asma, dan perokok. (Baharudin, 2010).
a. Pengukuran Kapasitas Vital Paru
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengukuran kapasitas vital paru
dengan menggunakan alat Spirometersecara langsung kepada responden. Adapaun
cara pengukuran kapasitas paru pada Siswa yaitu:
1) Tekan tombol power ON pada spirometer.
2) Lakukan kalibrasi untuk menjamin validitas hasil pengukuran.
3) Pilih tombol FVC pada sprirometer.
4) Lakukan inspirasi maksimal.
5) Kemudian lakukan ekspirasi maksimal kedalam spirometer.
6) Hasil pengukuran dapat dilihat pada spirogram yang telah dicetak.
b. Interpretasi Pemeriksaan Spirometri
Interpretasi dari hasil spirometri biasanya langsung dapatdibaca dari print out setelah
hasil yang didapat dibandingkan dengannilai prediksi sesuai dengan tinggi badan,
umur, berat badan, jeniskelamin, dan ras yang datanya telah terlebih dahulu
dimasukkan kedalam spirometer sebelum pemeriksaan dimulai.
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Spirometri dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Restriktif (sindrom pembatasan adalah gangguan pengembanganparu.
Parameter yang dilihat adalah Kapasitas Vital (VC) danKapasitas Vital Paksa
(FVC).Biasanya dikatakan restriktif adalahjika Kapasitas Vital Paksa (FVC) < 80%
nilai prediksi.
2. Obstruktif (sindrom penyumbatan) Obstruktif adalah setiap keadaan hambatan
aliran udara karena adanya sumbatan atau penyempitan saluran
napas.Sindrompenyumbatan ini terjadi apabila kapasitas ventilasi menurun
akibatmenyempitnya saluran udara pernafasan. Biasanya ditandai dengan terjadi
penurunan FEV1 yang lebih besar dibandingkan dengan FVC sehingga rasio
FEV1/FVC kurang dari 80%. Pengetahuan mengenai faal paru seseorang penderita
penyakitparu amat penting untuk mengetahui tingkat invaliditas pernapasan,
disamping itu juga penting untuk program pengobatan selanjutnya dan kepentingan
rehabilitasi. Pemeriksaan faal paru merupakan suatu pemeriksaan yang lebih peka
untuk mengetahui perubahan patologidari saluran napas dibanding dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan radiologik.

C. MEKANISME PERNAPASAN MANUSIA


Pada saat proses respirasi atau pernapasan berlangsung maka akan terjadi dua
mekanisme yaitu inspirasi/inhalasi (menghirup udara) dan ekspirasi/ekshalasi
(menghembuskan udara). Selama respirasi/ pernapasan, udara dari atmosfer dihirup ke
dalam tubuh melalui lubang hidung yang disebut dengan inspirasi/ inhalasi. Saat
inhalasi, diagrfagma dan otot dada berkontraksi, volume rongga dada membesar, paru-
paru mengembang dan udara masuk ke paru-paru. Oksigen yang dihirup kemudian
dibawa ke jantung dan seluruh tubuh oleh darah. Sedangkan untuk proses ekspirasi,
udara yang memiliki banyak karbondioksida dilepaskan kembali melalui lubang
hidung. Saat ekspirasi/ ekshalasi, diagfragma dan otot dada berelaksasi, volume
rongga dada kembali normal dan udara keluar dari paru-paru. Karbondioksida
dikeluarkan lewat tenggorokan dan berakhir di rongga hidung.
Dalam mekanisme respirasi/ pernapasan ini memerlukan kerjasama antara otot
tulang rusuk, diagfragma, otot dada, dan otot perut. Adapun pernapasan ini dibedakan
menjadi dua yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.

1. Jenis pernapasan
a. Pernapasan dada terjadi akibat dari kontraksi dan relaksasi otot karena tulang
rusuk dan tulang dada. Dimana, untuk mekanisme inspirasi dan ekspirasinya antara
lain sebagai berikut :
 Inspirasi (inhalasi), otot antara tulang rusuk berkontraksi, rongga dada
mengembang, volume paru-paru membesar dan tekanan mengecil sehingga udara dari
luar masuk ke dalam paru-paru agar tekanan dalam paru-paru dan udara luar sama.
 Ekspirasi (ekshalasi), otot antara tulang rusuk relaksasi, rongga dada mengempis
kembali ke semula, tekanan dalam paru-paru membesar, volume paru-paru mengecil,
hal ini menyebabkan tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan
udara luar sehingga udara keluar.

b. Pernapasan perut terjadi akibat kontraksi dan relaksasi diafragma dan otot perut.
Adapun untuk mekanisme inspirasi dan ekspirasi pada pernapasan perut adalah
sebagai berikut :
 Inspirasi (inhalasi), otot perut berkontraksi, diafragma mendatar, rongga dada
membesar, tekanan dalam paru-paru mengembang, volume paru-paru membesar,
udara dari luar masuk ke dalam.
 Ekspirasi (ekshalasi), otot perut relaksasi, diafragma melengkung rongga dada
mengecil, paru-paru mengempis tekanan besar, volume mengecil dan udara keluar.
KERANGKA TEORI

MEROKOK

Faktor yang Usia


mempengaruhi
perilaku
merokok

1.Pengaruh
orang tua

2. teman Tipe perokok

3.Faktor pribadi 1.Ringan

4.pengaruh iklan 2.Sedang

3.Berat

Pengetahuan
mengenai Perubahan
bahaya merokok prilaku
D. Hipotesis
 Untuk mengetahui kapasitas paru bagi remaja perokok
 Hubungan antara kebiasaan merokok dengan fungsi paru remaja
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik yang bertujuan mengetahui


bagaimana pengaruh kebiasaan merokok terhadap fungsi paru pada remaja di SMA
negeri 6 Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah
cross sectional, di mana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada setiap
responden. Menurut Notoatmojo (2010), penelitian cross sectional diartikan sebagai
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika antara faktor-faktor risiko dengan
efeknya melalui pendekatan, observasi, maupun pengumpulan data yang dilakukan
satu kali pada subjek penelitian. Sampel pada penelitian ini diambil secara total
sampling pada masing-masing tingkatan di SMA ini yaitu dari kelas X, XI, dan XII.

Pada penelitian ini menggunakan spirometri. Saat dilakukan pengukuran, siswa


dalam posisi berdiri, dilakukan pernapasan biasa sebanyak tiga kali berturut -turut, dan
langsung menghisap sekuat dan sebanyak mungkin udara ke dalam paru- paru, dan
kemudian dengan cepat dan sekuat-kuatnya dihembuskan udara
melalui mouth piece spirometri. Pengukuran sebanyak tiga kali untuk mendapatkan
hasil yang terbaik.

B. Variabel penelitian
Variabel penelitian ini menggunakan :
-Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah daya tahan cardiorespiratory. Daya tahan
cardirespiratory menjadi variabel terikat, karena jika kapasitas vital paru-paru baik
maka daya tahan cardiorespiratory juga baik.
- Variabel bebas
Dan dalam penelitian di variabel bebas ini adalah kapasitas vital paru
C. Definisi operational penelitian
Seseorang(remaja) saat melakukan aktivitas sedikit melelahkan sambil merokok.
Definisi operasional variabel penelitian yaitu sebuah definisi berdasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi dari apapun yang didefinisikan atau mengubah
konsep dengan kata-kata yang menguraikan perilaku yang dapat diamati dan dapat
diuji serta ditentukan kebenarannya oleh seseorang (2016:5).
Dalam variabel terikat yaitu cardiorespiratory
Daya tahan cardiorespiratory menurut Menurut Suharto (1997:5) menyatakan bahwa,
“daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan
sistem jantung,pernafasan dan peredaran darahnya, secara efektif dan efisien dalam
menjalankan kerja terus menerus, yang melibatkan kontraksi otot-otot besar dengan
intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama”. Dalam penelitian ini daya tahan
cardiorespiratory yang dimaksud adalah kemampuan

D. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dari keseluruhan ialah 30 siswa

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang telah ditentukan. Zuriah ( 2009 : 116). Populasi dalam
penelitian ini adalah remaja SMA Negeri 6 Yogyakarta

2. Sampel

Dan sampel yang di ambil 15 siswa

Sampel merupakan himpunan bagian/subset dari suatu populasi, sampel memberikan


gambaran yang benar mengenai populasi. Gulo (2010:78)
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki yang merokok dan tidak
merokok di kelas X, XI, XII pada SMA NEGERI 6 Yogyakarta. yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi:
1).Seluruh siswa laki-laki kelas X, XI, XII yang masih berstatus siswa di SMAN 6
Yogyakarta
2). Siswa yang bersedia di periksa fungsi paru-paru nya.
3).Siswa yang bersedia mengisi kuesioner.
b. Kriteria Eksklusi:
1). Siswa laki-laki yang diketahui sedang menderita penyakit pernapasan.
2). Siswa laki-laki yang memiliki riwayat penyakit pernapasan.
3). Siswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

E. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA

F. Waktu penelitian
Penelitian dilkukan dalam 3 hari pada bulan Oktober

G. Etika penelitian
Menurut Hidayat (2014), etika penelitian diperlukan untuk menghindari terjadinya
tindakan yang tidak etis dalam melakukan penelitian, maka dilakukan prinsip-prinsip
sebagai berikut (Hidayat, 2014) :
1. Lembar Persetujuan (Informed consent) Lembar persetujuan berisi penjelasan
mengenai penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, tata cara penelitian, manfaat
yang diperoleh responden, dan resiko yang mungkin terjadi. Pernyataan dalam lembar
persetujuan jelas dan mudah dipahami sehingga responden tahu bagaimana penelitian
ini dijalankan. Untuk responden yang bersedia maka mengisi dan menandatangani
lembar persetujuan secara sukarela.
2. Anonimitas Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak mencantumkan nama
responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode.
3. Confidentiality (Kerahasiaan) Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan
data dan hasil penelitian berdasarkan data individual, namun data dilaporkan
berdasarkan kelompok.
4. Sukarela Peneliti bersifat sukarela dan tidak ada unsur paksaan atau tekanan
secara langsung maupun tidak langsung dari peneliti kepada calon responden atau
sampel yang akan diteliti

H. Alat dan Metode Pengumpulan data


- Alat
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Spirometer, Microtoice,
Timbangan badan untuk mengukur fungsi paru pada responden dan kuesioner untuk
memperoleh data pribadi dan kebiasaan merokok responden.
1. Spirometer
Pemeriksan fungsi paru siswa dengan menggunakan Spirometer merk Spiro analyzer
ST-250 dan Mouthpiece, dengan prosedur sebagai berikut :
1) Siapkan spirometer lengkap dengan kertas grafik dan mouthpiece.
2) Tekan tombol power ON pada spirometer.
3) Lakukan kalibrasi untuk menjamin validitas hasil pengukuran.
4) Pilih tombol FVC pada sprirometer.
5) Menyuruh responden melakukan inspirasi maksimal.
6) Kemudian melakukan ekspirasi maksimal kedalam spirometer selama 6detik.
7) Pengukuran dilakukan minimal 3 kali. Kriteria hasil spirogram yang reprodusibel
(setelah 3 kali ekspirasi) adalah dua nilai FVC dan FEV1 dari 3 ekspirasi yang
dilakukan menunjukkan variasi/perbedaan yang minimal (perbedaan kurang dari
5% atau 100 mL).
8) Hasil tertingi dari pengukuran lalu di cetak dengan menekan tombol print.
Kemudian hasil dapat dilihat pada spirogram yang telah dicetak.

2. Microtoice

untuk mengukur tinggi badan siswa

3. Balance

scale untuk mengukur berat badan siswa

Metode pengumpulan data


Data Primer Data yang dikumpulkan oleh peneliti berupa data primer yang diperoleh
langsung dari responden, melalui:
a. Pengukuran Kapasitas Vital Paru Metode ini dilakukan dengan cara melakukan
pengukuran kapasitas vital paru dengan menggunakan alat Spirometer secara
langsung kepada responden.
b. Kuesioner Penelitian
Bagi para siswa SMA negeri 6 Yogyakarta sebagai sampel. Disusun daftar
pertanyaan untuk memperoleh data pendukung oleh peneliti.

I. Metode analisis data

Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup :

1. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal Penagaruh


Kebiasaan Merokok dengan Fungsi Paru dalam bentuk distribusi frekuensi.
2. . Analisis bivariat, yaitu untuk melihat hubungan Penagaruh Kebiasaan Merokok
dengan Fungsi Paru menggunakan uji chisquare pada taraf kepercayaan 95%
(p<0,05).

Hasil dari penelitian diolah denganpenggunaan SPSSS versi 16, peneliti


menggunakan uji dalam menganalisis data, yaitu

Berdaarkan kategori perokok terhadap fungsi paru pada sisa SMA NEGERI 6
YOGYAKARTA, di dapatkan hasil uji fisher’ exact dengan nilai p=0,015 yang
menunjukkan p<0,05 dan OR 3500 kali risikolebih besar untuk mengalami
gangguan fungsi paru.

Anda mungkin juga menyukai