PENDAHULUAN
dengan aspek kesehatan, namun juga aspek ekonomi, sosial, budaya bahkan masalah
Organisasi kesehatan dunia (WHO) merokok adalah penyebab utama kematian dunia.
Merokok menyebabkan 10% dari perokok meninggal dunia dan 33% lainnya terkena
kanker yang berujung kematian (WHO, 2008). WHO juga memperkirakan merokok
mengakibatkan 5,4 juta perokok meninggal setiap tahunnya dan akan terus bertambah
hingga 8,3 juta pada tahun 2030 (Mathers dan Lonchar, 2006).
Menurut Mathers dan Lonchar (2006) terjadi pergeseran kebiasaan perokok dari
sebaliknya dalam kurun waktu yang sama terjadi peningkatan persentasi kematian di
berkembang terjadi sebanyak dua kali lipat dari 3,4 juta menjadi 6,8 juta jiwa.
pemasaran industri rokok yang sangat agresif (Mathers dan Lonchar, 2006; WHO,
2008). Dari hasil penelitian WHO, dapat diketahui dampak buruk dari peningkatan
1
jumlah perokok di negara berkembang yaitu akan terjadi peningkatan biaya
pertama yang membuat peraturan baru akan hukum pengontrolan tembakau (WHO,
2003). Tujuan dari perjanjian FCTC adalah untuk mengurangi persediaan dan
menandatangani perjanjian ini. Salah satu prinsip utama dalam FCTC adalah “setiap
orang berhak mendapatkan informasi yang jelas akan dampak yang berbahaya bagi
gambar dari efek yang ditimbulkan rokok dan dicantumkan pada bungkus rokok. Hal
tersebut digunakan sebagai alat komunikasi kepada perokok akan risiko kesehatan
peringatan berupa gambar untuk menemani tulisan pada label peringatan yang
terdapat pada bungkus rokok. Gambar yang di cantumkan harus sebesar 30% pada
bungkus rokok tersebut (WHO, 2003). Pada kondisi tertentu bisa menjadi sebesar
50% gambar yang wajib di cantumkan pada bungkus rokok, peringatan khusus ini
mencolok dan harus ada di setiap bungkus rokok. Kebijakan peraturan tersebut diatur
oleh masing-masing negara dengan versi yang berbeda dan pada bungkus rokok harus
memberikan informasi dari komposisi bahan produk yang digunakan (WHO, 2013).
2
Pada tahun 2002 berdirilah The International Tobacoo Control Policy Evaluation
tembakau yang dilakukan oleh WHO FCTC (The International Tobacco Control,
2012). ITC memiliki 23 tim ahli sebagai perwakilan di lebih dari 70% negara
pengguna tembakau. Tugas dari ITC adalah melakukan penelitian dan telah
melakukan kolaborasi di lebih dari 100 penelitian yang berhubungan dengan kontrol
berbahaya di dunia. Pada tahun 2008, lebih dari 5 juta orang mati karena penyakit
yang disebabkan rokok. Ini berarti setiap 1 menit tidak kurang 9 orang meninggal
Tabel 1.1
Jumlah Peringkat Perokok Terbesar Di Dunia
Jumlah Perokok Prosentase Penduduk
No Negara (jumlah dalam juta) (%)
1 China 390 29
2 India 144 12,50
3 Indonesia 65 28
4 Rusia 61 43
5 Amerika Serikat 58 19
Sumber: WHO (2008)
Dari data WHO pada Tabel 1.1 menyatakan bahwa Indonesia (65 juta jiwa
perokok atau sekitar 28% per penduduk adalah perokok) dinobatkan sebagai negara
dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China (390 juta jiwa perokok atau
3
sekitar 29% per penduduk adalah perokok) dan India (144 juta jiwa perokok atau
sekitar 12,5% per penduduk adalah perokok) dan diatas Rusia (61 juta jiwa perokok
atau sekitar 43% per penduduk adalah perokok) dan Amerika Serikat (58 juta jiwa
perokok atau sekitar 19% per penduduk adalah perokok). Padahal dari jumlah
penduduk, Indonesia berada di posisi ke-4 setelah China, India dan Amerika Serikat.
jumlah perokok di Indonesia justru bertambah dalam beberapa tahun terakhir. Selama
tahun.
Jika perokok di kalangan anak, remaja dan dewasa digabungkan maka jumlah
perokok di Indonesia dapat mencapai 27,6% dari penduduk Indonesia. Hal ini
menunjukkan bahwa di setiap 4 orang Indonesia, terdapat satu orang perokok. Saat
ini angka persentase perokok di Indonedia jauh lebih besar dibandingkan dengan
19% atau dengan kata lain hanya terdapat satu orang perokok dari tiap 5 orang
mengurangi jumlah perokok dari 42% berkurang menjadi 20% di tahun 2008, melalui
program edukasi dan peningkatan kesadaran hidup sehat tanpa rokok (pelarangan
Di Indonesia kebiasaan merokok dimulai pada usia yang relatif tergolong muda.
Survei Global Youth Tobacco 2006 menemukan bahwa di antara siswa usia 13-15
4
tahun, 24% laki-laki dan 4% perempuan mempunyai kebiasaan merokok. Di antara
mereka yang pernah mencoba merokok, sekitar 1 dari 3 laki-laki dan 1 dari 4
tahun (WHO, 2009). Menurut survei tersebut, akses dan ketersediaan rokok di
menunjukkan bahwa mereka mudah membeli rokok di toko. Dari tahun ke tahun
kecenderungan munculnya perokok pemula terus turun ke usia yang lebih muda lagi.
Gambar 1.1
Distribusi Persentase Laki-Laki Usia 15-24 Tahun
Gambar 1.1 menunjukkan seseorang pada rentang usia 15-19 tahun sangat rentan
untuk menjadi perokok. Merokok dapat menjadi kebiasaan seumur hidup, terutama
pada penduduk muda Indonesia yang baru mencoba merokok tanpa memiliki
5
pemahaman yang mendalam dari akibat kebiasaan merokok pada kesehatannya.
Ketika bahaya merokok diajarkan di sekolah, masih ada salah pengertian mengenai
bahaya merokok secara luas. Sebagai contoh, pada sebuah penelitian tentang anak-
anak laki-laki Jawa usia 13-17 tahun, Weinehall dan Öhman (2007) menemukan
bahwa selain anak-anak itu dapat mengerti peringatan yang tertera pada kemasan
rokok, mereka juga menyatakan bahwa merokok satu hingga dua bungkus per hari
tidak akan membahayakan. Mereka tidak mengerti tentang risiko atau bahaya jangka
diperkirakan mencapai Rp.11 trilyun atau atau US$ 1,2 juta per tahun (Barber et al.,
2008). Pada tingkat individu, merokok juga memerlukan biaya ekomomi tinggi.
Menurut data dari SUSENAS 2005 pada rumah tangga dengan perokok, 11,5% dari
total pengeluaran bulanan rumah tangga digunakan untuk rokok (Barber et al., 2008).
Pada keluarga kurang mampu, persentase pengeluaran rumah tangga untuk rokok
Perilaku merokok penduduk yang berusia 15 tahun keatas masih belum terjadi
penurunan dari tahun 2007 ke tahun 2013, cenderung meningkat dari 34,2% menjadi
36,3% pada tahun 2013. 64,9% laki-laki dan 2,1% perempuan masih menghisap
rokok. Ditemukan 1,4% perokok berumur 10-14 tahun, 9,9% perokok pada kelompok
pengangguran, dan 32,3% pada kelompok kuintil indeks terendah. Sedangkan rata-
rata jumlah batang rokok yang dihisap adalah sekitar 12,3 batang per hari. Jumlah ini
6
bervariasi, frekuensi terendah adalah 10 batang rokok yang dihisap per hari berada di
wilayah Yogyakarta dan yang tertinggi di Bangka Belitung sebanyak 18,3 batang
Hasil survei Dinas Kesehatan Provinsi DIY (DINKES, 2009), sebanyak 50%
remaja SMA dan 30% remaja SMP pernah mencoba merokok. Pemerintah Provinsi
DIY memberikan perhatian terhadap hal ini dan membuat Perda No. 5 Tahun 2007
tentang Pengendalian Pencemaran Udara Pasal 11, Pergub Nomor 42 tahun 2009
tentang Kawasan Dilarang Merokok dan Rancangan Perda KTR (Kawasan Tanpa
Rokok) di DIY.
mengeluarkan pelarangan iklan dan sponsor dari perusahaan rokok di semua media
massa dan di ruang publik. Walaupun Indonesia belum menandatangani konvensi ini,
namun di beberapa daerah di Indonesia telah melakukan hal tersebut, seperti di Kota
Padang, Sumatera Barat. Kota ini telah berhasil menerapkan peraturan daerah dengan
melarang iklan dan sponsor rokok dimana pun dalam kota itu.
Indonesia dan menyebabkan lebih dari 200.000 kematian per tahunnya, Indonesia
al., 2008).
7
Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 88/2010 melarang merokok dikantor dan
tempat umum. Peraturan tersebut diikuti oleh peraturan di kota-kota lainnya yang
manaikkan cukai rokok. Kenaikan cukai rokok ini disambut baik oleh kelompok-
dampak yang dapat ditimbulkannya pada kesehatan. Saat ini DPR sedang menyusun
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri
Hal ini disebabkan karena rendahnya kesadaran masyarakat pada dampak buruk
merokok bahkan di negara-negara dengan kampanye anti rokok yang besar. Sebagian
besar perokok tidak melihat hubungan antara merokok dengan dampak kesehatan
yang akan terjadi. Salah satu penyebab dari penyakit yang ditimbulkan oleh rokok,
tidak semuanya terjadi langsung namun dampak dari efek merokok akan terjadi
Pada umumnya para perokok di negara maju paham risiko penyakit yang
hubungan antara merokok dan kanker paru-paru dan penyakit-penyakit lainnya sudah
8
jelas, banyak perokok masih belum peduli akan bahaya merokok terhadap dirinya dan
orang-orang di sekitarnya yang terkena asap rokok (Barber et al., 2008). Pemahaman
menyeluruh akan bahaya rokok merupakan faktor penting untuk memotivasi perokok
menimbulkan rasa takut, serta untuk memotivasi penerima pesan agar mengubah atau
menghindari kebiasaan negatif yang berisiko. Salah satu strategi yang digunakan
Gambar pada kemasan bungkus rokok dapat didefinisikan sebagai “gambaran nyata
untuk yang akurat akan dampak yang terjadi apabila tetap merokok." (Merriam-
Kemasan pada produk adalah alat pemasaran yang penting untuk setiap produk
yang dipasarkan, terutama untuk pemasaran produk dengan bahan dasar tembakau.
Kemasan atau bungkus rokok adalah media yang digunakan untuk mengiklankan
citra merek. Biasanya, bungkus rokok disimpan oleh perokok hingga semua rokok
9
yang dikonsumsi habis (Wakefield et al., 2002). Dengan demikian, bungkus rokok
juga berfungsi sebagai iklan untuk produk mereka karena terlihat setiap kali produk
dikonsumsi dan selalu di letakkan dimanapun oleh perokok ketika sedang digunakan.
Wakefield et al. (2002) juga mencatat bahwa perokok yang mengkonsumsi rokok
dapat menjadi media iklan karena tanpa sadar mereka selalu menampilkan kemasan
atau bungkus rokok setiap merokok. Gambar pada bungkus rokok juga dapat
mengekspresikan gaya hidup. Kemasan atau iklan rokok dapat menggambarkan pesan
yang ingin disampaikan untuk menggambarkan citra pada merek rokok, seperti
Label peringatan kesehatan pada kemasan rokok sangat penting sebagai cara
komunikasi dan menyadarkan perokok akan risiko kesehatan akibat merokok (Kees et
al., 2010). Penelitian menunjukkan bahwa bungkus rokok dapat menjadi alat promosi
kesehatan yang paling efektif karena jangkauan yang sangat luas dan kesempatan
untuk melihat ulangan peringatan secara terus menerus (Thrasher et al., 2007).
Peringatan yang terdapat di setiap kemasan rokok dapat menjangkau secara luas
dan langsung karena semua perokok harus membeli rokok yang mereka konsumsi
beserta bungkusnya. Sehingga para perokok selalu melihat pesan yang tercantum
pada kemasan rokok setiap kali mengambil sebatang rokok dari bungkus. Thrasher et
al. (2007) memperkirakan bahwa perokok akan melihat peringatan kesehatan pada
Gambar dan tulisan peringatan kesehatan pada bungkus rokok telah berkontribusi
memberikan informasi dampak dari merokok. Hal ini tidak hanya meningkatkan
10
informasi pengetahuan perokok akan bahaya risiko yang terkait dengan merokok,
namun peringatan kesehatan bergambar dan tulisan pada kemasan rokok dapat
membuat perokok lebih berpikir risiko akibat merokok. Dengan membaca dan
dan beberapa penyakit dampak dari merokok yang tercantum pada bungkus rokok
setiap akan merokok, diharapkan akan memberikan pengetahuan yang lebih besar
dari efek kesehatan yang terjadi akibat rokok, dan dapat memunculkan niat untuk
berhenti merokok (Borland dan Hill, 1997; Hammond et al., 2003; Hammond et al.,
2006).
tercantum pada bungkus rokok dan di Amerika hanya 47% responden yang membaca
mereka baru mengetahui dampak risiko yang muncul dari merokok saat melihat
informasi kesehatan bergambar dari luar bungkus rokok yang mereka konsumsi
(Hammond et al., 2006). Hal ini menunjukkan bahwa ketika perokok mengetahui
resiko dari merokok, mereka cenderung berhenti merokok. Namun, sebelum ada
peraturan ini informasi tentang pengetahuan dari risiko kesehatan yang berhubungan
bergambar) tidak tahu bahaya dari merokok dapat mengakibatkan stroke dan
11
Merokok menyebabkan kondisi emosi menjadi negatif (Peters et al., 2007).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Argo dan Main (2004) dalam Peters et al.,
tulisan saja, tidak membuat perokok sadar pada dampak risiko kesehatan yang akan
muncul. Peneliti juga berpendapat bahwa peringatan dengan tulisan peringatan risiko
kesehatan saja pada bungkus rokok dianggap gagal menciptakan kekhawatiran akan
dampak risiko kesehatan untuk berhenti merokok. Kees et al. (2010) menemukan
bahwa peringatan dengan gambar penyakit mulut pada kemasan rokok dapat
menimbulkan rasa takut dan dapat meningkatkan niat perokok untuk berhenti
merokok. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dengan label peringatan risiko
kesehatan bergambar dan tulisan dapat membangkitkan emosi negatif yang kuat
seperti rasa takut dan jijik, dan emosi ini berkaitkan dengan peningkatan niat untuk
merokok, dan akan memunculkan niat ingin segera berhenti merokok (Hammond et
al., 2004; Kees et al., 2010.; Peters et al., 2007). Penelitian yang dilakukan kepada
bergambar dan tulisan peringatan lebih efektif dalam mempengaruhi perokok untuk
dengan rasa takut yang kuat. Perokok dapat menolak pesan yang disampaikan,
12
menghindari paparan peringatan kesehatan, meningkatkan intensitas merokok yang
merupakan jenis-jenis dari reaksi defensif. Para peneliti yang menentang peringatan
kesehatan dengan gambar dan tulisan ini, lebih mendukung penggunaan label
peringatan risiko kesehatan pada kemasan rokok menggunakan tulisan saja (Biener
rokok serta menghilangkan warna dan daya tarik merek rokok. Namun, kemasan
rokok yang menampilkan gambar dan tulisan label peringatan risiko kesehatan telah
terbukti efektif memberikan edukasi dan informasi kepada perokok sehingga dapat
2011). Seperti yang terjadi di Kanada dan di Selandia Baru secara signifikan, perokok
disana lebih mengingat peringatan risiko kesehatan pada bungkus rokok dengan
menggunakan gambar dan tulisan pada kemasan rokok. Pada penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa ketika perokok melihat gambar yang mengerikan yaitu dampak
dari merokok yang ditampilkan pada bungkus rokok, maka mereka akan mengurangi
berpuasa merokok setelah itu berupaya berhenti merokok (Borland dan Hill, 1997;
Thrasher et al, 2007; Romer dan Jamieson, 2001). Sebanyak 57% perokok di
13
menggunakan gambar dan tulisan pada bungkus rokok memberi mereka motivasi
kematian di Indonesia, meskipun begitu saat ini tarif rokok di Indonesia masih relatif
dengan naiknya standar hidup dan intensitas pemasaran industri rokok yang
peringatan pada setiap bungkus rokok dengan menggunakan gambar dan tulisan yang
yang berpendidikan rendah sehingga sangat penting untuk menilai dampak yang
ditimbulkan dari label peringatan bergambar dan tulisan peringatan bahaya rokok,
mengetahui dampak yang ditimbulkan dari merokok saat melihat label peringatan
bergambar dan tulisan peringatan bahaya rokok. Hal ini dimaksudkan agar perokok
tulisan. Subjek penelitian ini adalah para perokok berusia 18 tahun keatas.
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penulisan judul tesis, maka dapat
14
1) Apakah bungkus rokok dengan label peringatan risiko kesehatan bergambar
1) Menguji efektivitas dari label peringatan kesehatan dengan gambar dan tulisan
2) Menguji efektivitas dari label peringatan kesehatan bergambar dan tulisan risiko
kesehatan pada bungkus rokok terhadap respon emosional perokok dan niat
berhenti merokok.
15
3) Menguji efektivitas dari bungkus rokok dengan label peringatan risiko kesehatan
bergambar dan tulisan dalam mempengaruhi kesukaan pada merek atau bungkus
rokok.
akan bahaya rokok dan diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk berhenti
merokok. Selain itu penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam
dari manfaat pada label peringatan kesehatan bergambar dan tulisan bagi praktisi
1) Bab pertama pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, masalah
16
3) Bab ketiga metode penelitian yang terdiri dari jenis atau rancangan penelitian,
tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber
5) Bab kelima penutup yang terdiri dari kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan
saran-saran.
17