Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Terdapat sekitar 1,3 milyar perokok di seluruh dunia, 84% diantaranya berada di Negara-

negara berkembang. Sedangkan di Negara maju yang terjadi justru sebaliknya, persentase
perokok terus menerus menurun dan saat ini kira-kira hanya 30% laki-laki dewasa di Negara
maju yang mempunyai kebiasaan merokok. Hal ini di sebabkan tingkat kesadaran masyarakat di
Negara maju akan bahaya merokok sudah tinggi. Diperkirakan pada tahun 2030 akan terdapat 8
juta kematian yang terkait rokok setiap tahunnya dan lebih dari 80% kematian terkait rokok akan
terjadi pada negara dengan penghasilan rendah dan menengah (WHO,2008).
Berdasarkan data survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) penduduk Indonesia
dewasa yang mempunya kebiasaan merokok sebanyak 31,6%. Besarnya jumlah dan tinggunya
persentase penduduk Indonesia yang mempunyai kebiasaan merokok membuat Indonesia
menjadi Negara dengan komsumsi rokok terbanyak kelima di dunia yakni dengan jumlah rokok
yang dikonsumsi pada tahun 2002 sebanyak 178 milyar batang rokok setiap tahun. Pada urutan
teratas terdapat Republik Rakyat China (1.697.291 milyar), Amerika Serikat (436,504 milyar),
Rusia (375.000 milyar) dan Jepang (299.085 milyar) (Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia,2004).
Setelah 6 tahun (sejak tahun 2002) yakni pada tahun 2008 konsumsi rokok Indonesia
kembali meningkat menjadi 225 milyar rokok pertahun dengan 65 juta perokok atau sekitar 28%
dari seluruh rakyat Indonesia dan mengantarkan Indonesia kepada tempat ketiga dunia sebagai
Negara dengan konsumsi rokok terbanyak di dunia. Sebelum Indonesia, ditempat pertama
terdapat China dengan 29% penduduknya (390 juta perokok) dan ditempat kedua, India dengan
12,5% penduduknya (144 juta perokok).sepertiga dari penduduk dunia terutama pada populasi
dewasa adalah perokok. Pada saat ini satu dari sepuluh kematian di dunia adalah akibat rokok
dan diperkirakan 5,4 juta orang terbunuh akibat rokok artinya dalam setiap enam detik terdapat
satu kematian akibat rokok (WHO,2008).

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2003) sekitar 62,2% pria dewasa di
Indonesia adalah perokok. Fenomena ini menunjukkan peningkata setelah pada tahun 1995
hanya sekitar 53,4% pria dewasa yang merokok. Fakta yang lain adalah lebih dari 6 dari 10 pria
merokok namun sedikit sekali wanita yang merokok. Hanya sekitar 1,3% dilaporkan merokok
secara teratur pada tahun 2001. Berdasarkan tingkat opendidikan, sekitar 73% pria tanpa
pendidikan formal adalah perokok sedangkan pria yang menamatkan Sekolah Lanjut Tingkat
Atas (SLTA) hanya 44,2% yang menjadi perokok. Berdasarkan tingkat penghasilan ditemukan
fakta bahwa semakin rendah penghasilan, maka semakin tinggi angka prevalensi merokoknya
57,4%. Namun pendidikan yang lebih tinggi ternyata membuat konsumsi rokok juga tinggi. Pria
berpenghasilan tinggi dapat menghabiskan sekitar 12,4 batang rokok perhari sedangkan pria
berpenghasilan rendah mengkonsumsi 10,2 batang rokok perhari. Prrevalensi perokok pria juga
meningkat cepat seiring bertambahnya umur. Pada rentang umur 15-19 tahun dengan prevalensi
merokok sebesar 24,2% kemudian meningkat lagi pada rentang umur 20-24 tahun dengan
prevalensi merokok sebesar 60,1%.
Pengetahuan dan sikap merupakan dasar yang membentuk perilaku manusia termasuk
perilaku meroko (Notoatmodjo, 2007). Perilaku merokok juga dapat muncul ketika berada
didalam lingkungan keluarga dimana peran orang tua dapat memberikan contoh merokok dan
bersikap permisif kepada perilaku merokok terhadap anak-anaknya. Teman sebaya juga dapat
mempengaruhi munculnya perilaku merokok oleh karena dorongan untuk memperluas pergaulan
(Komalasari dan Helmi, 2008). Keterpaparan iklan rokok yang menampilkan tokoh iklan yang
sukses, gagah dan berani membuat anak ikut terpengaruh untuk juga ikut merokok (Mutadin,
2002).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, provinsi Aceh menempati tempat ke
14 dalam prevalensi perokok aktif se-Indonesia dengan prevalensi 37,1% dengan umur rata-rata
merokok pertama kali pada saat berumur 17,4 tahun. Perilaku merokok pada remaja merupakan
simbolisasi bagi kaum remaja, dimana merupakan symbol untuk menunjukkkan kematangan,
kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik terhadap lawan jenis. Selain itu, perilaku merokok juga
bertujuan untuk mencari perasaan nyaman (kenyamanan) karena dengan merokok dapat
mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi (Komalasari dan Helmi, 2008).

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui factor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada Mahasiswa Pria Jurusan Farmasi Poltekes Kemenkes
Aceh Tahun2013.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah apa saja factor yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa pria Jurusan
Farmasi Poltekes Kemenkes Aceh Tahun 2013?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian dalah untuk mengetahui factor yang mempengaruhi
perilaku merokok pada mahasiswa pria Jurusan Farmasi Poltekes Kemenkes Aceh Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini, yaitu:
a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku merokok mahasiswa pria Jurusan
Farmasi Poltekes Kemenkes Aceh Tahun 2013.
b. Mengetahui hubungan antara sikap dengan perilaku merokok mahasiswa pria Jurusan
Farmasi Poltekes Kemenkes Aceh Tahun 2013.
c. Mengetahui hubungan antara pengaruh orang tua dengan perilaku merokok pada mahasiswa
Pria Jurusan Farmasi Poltekes Kemenkes Aceh Tahun 2013.
d. Mengetahui hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku merokok pada
mahasiswa Pria Jurusan Farmasi Poltekes Kemenkes Aceh Tahun 2013.
e. Mengetahui hubungan antara pengaruh iklan dengan perilaku merokok pada mahasiswa Pria
Jurusan Farmasi Poltekes Kemenkes Aceh Tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian


3

1.4.1. Bagi Jurusan Farmasi


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam penegasan atau penguatan
larangan merokok di lingkungan kampus, memberikan gambaran, prevalensi atau distribusi
perilaku merokok di kampus dan dapat dijadikan masukan agar pendidikan terhadap rokok dapat
lebih ditingkatkan kelak.
1.4.2. Bagi Penelitian
Penelitian juga membantu peneliti menerapkan pengetahuan yang sudah diperoleh selama
kuliah dan mengembangkan kemampuan untuk peneliti.
1.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis alternatife (Ha) dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan,
sikap, pengaruh orang tua, pengaruh teman dan pengaruh iklan dengan perilaku merokok pada
mahasiswa Pria Jurusan Farmasi Poltekes Kemenkes Aceh Tahun 2013.

BAB II
4

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Perilaku
Perilaku adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisasi yang bersangkutan,
jadi perilaku manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Teori yang dikemukakan
oleh Lawrence Green (1980) bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama
yaitu: faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi meliputi:
pengetahuan sikap, keyakinan, nilai, dan lain-lain. Faktor pendukung meliputi: ketersediaan
sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan, dan lain-lain. Faktor pendorong
meliputi: sikap dan perilaku petugas kesehatan, keluarga , teman, tokoh masyarakat yang
berkaitan dengan mendorong atau melemahnya perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Disebutkan juga bahwa perilaku kesehatan adalah suatu proses seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan makanan
serta lingkungan. Menurut Becker (1979) seperti yang dikutip Notoatmodjo (2007) mengajukan
klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut:
a. Perilaku kesehatan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan seseorang
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
b. Perilaku sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang merasa sakit untuk
merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
c. Perilaku peran sakit yakni segala tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan.
2.1.1. Perilaku Merokok
Perilaku merokok dapat didefinisikan sebagai aktivitas menghisap atau menghirup asap
rokok dengan menggunakan pipa atau rokok (Sari dkk, 2003). Sedangkan Kemalasari dan Helmi
(2008) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang berkaitan dengan

perilaku merokok seperti intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi dalam kehidupan
sehari-hari.

A. Batasan Perokok
Carey dkk (1967) memberi batasan antara perokok dan bukan perokok:
a. Perokok adalah seseorang yang merokok sekurang-kurangnya satu batang perhari minimal
selama satu tahun.
b. Bukan perokok adalah seseorang yang tidak pernah merokok selama hidupnya.
B. Jenis-jenis Perokok
Kauffman dkk (2000) membagi perokok menjadi dua jenis yaitu:
a. Perokok aktif adalah seseorang yang ditemukan merokok pada saat disurvey.
b. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok, yang sekarang tinggal bersama seorang
perokok atau lebih.
Sedangkan berdasarkan jumlah rokok yang hisap dapat dikelaskan menjadi:
a. Perokok ringan jika merokok kurang daripada 10 batang per hari
b. Perokok sedang jika merokok diantara 11 sampai 20 batang per hari.
c. Perokok berat jika merokok diatas 20 batang per hari.
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Perilaku merokok ditransmisikan melalui transmisi vertikal dan horizontal. Transimisi
vertikal dilakukan oleh orang tua sedangkan transimisi horizontal melalui teman (Berry dkk
dalam Komalsari dan helmi, 2008). Menurut Mutadin (2002) factor-faktor resiko seperti
pengaruh orang tua, kelompok sebaya atau teman sebaya, pengaruh kepribadian, dan iklan rokok
dapat menyebabkan remaja merokok.
1. Pengaruh Orang Tua
Keluarga adalah kelompok sosial yang bersifat abadi yang memberikan pengaruh
keturunan dan lingkungan sebagai dimensi penting yang lain bagi anak. Kesatuan pandangan dan

tujuan pendidikan ayah dan ibu merupakan landasan penting bagi perkembangan anak. Keluarga
juga adalah sumber stimulasi untuk mempengaruhi perkembangan anak (Gunarsa, 2004).
Penelitian yang dilakukan Rohman (2010) menemukan bahwa semakin tinggi status
sosial ekonomi orang tua maka semakin rendah tingkat perilaku merokok seorang remaja dan
semakin rendah status sosial ekonomi orang tua maka semakin tinggi tingkat perilaku seorang
remaja.
2. Pengaruh Teman
Sejumlah fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin
besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Diantara
remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya atau lebih sahabat yang perokok
begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri dalam Mutadin, 2002).
3. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektonik yang menampilkan gambaran bahwa perokok
merupakan lambang dari suatu gaya yang membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti
perilaku seperti yang ada didalam iklan tersebut (Mutadin, 2002). Sekitar 73-80% remaja di
dunia terpapar iklan rokok melalui berbagai media. Media yang paling sering digunakan untuk
mengiklankan rokok adalah kegiatan olahraga, kegiatan remaja lainnya dan papan reklame
(80%).

2.1.2. Pengetahuan
Dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari rasa
keinginan tahu dan dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap
ransangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam
membventuk tindakan seseorang. Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap
suatu ransangan dapat diklasifikasikan berdsarkan enam tingkatan, yaitu:
Keinginantahuan
Memahami
Aplikasi
7

Analisis
Sintesis
Evaluasi
2.1.3. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Manifestasi yang berupa sikap tidak langsung sebelum dilihat harus
ditafsirkan dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup. Menurut Allport (1954 seperti yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2007), sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni:
a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
b. Kepercayaan, ide, konsep terhadap suatu konsep
c. Kecendrungan untuk bertindak
2.2. Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus melalui kretek dan rokok putih
yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung Nikotin dan Tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (PP RI, 1999).
Terdapat tiga racun utama didalam rokok yaitu karbon monoksida, nikotin, dan tar
(Gondodiputro, 2007).
Ketergantungan rokok merupakan salah satu masalah perilaku yang kompleks karena
berkaitan dengan komponen farmakologis, sosial dan psikologis. Perokok yang sulit berhenti
merokok dapat diberikan intervensi berupa motivasi (Talwar dkk, 2011).

2.2.1. Zat Kimia yang Terkandung Dalam Rokok


Zat-zat beracun yang terkandung didalam rokok antara lain yaitu: Hydrogen cyanide
(racun didalam kamar gas), Amoniak (pembersih lantai), Toluene (pelarut dalam industri),
Aseton (pelarut cat), Methanol (bahan bakar roket), Napthalene (kapur barus), Karbon
monoksida (gas beracun asap kendaraan), Vinyl chloride, Dimethylnitrosamine, Pyrene, Arsenik
(racun serangga putih), DDT (insektisida), Urethane, Dibenzacridine, Kadmium (digunakan

dalam aki mobil), Benzopyrene, Naphthylamine (zat karsinogen), Butanol (bahan bakar korek
api), Fenol, Polonium-210, dan Toluidine (WHO, 2006).
2.2.2. Dampak Rokok pada Kesehatan
Berikut adalah beberapa penyakit yang dikontribusikan oleh konsumsi rokok seperti
katarak, pneumonia aorta abdominal, kanker lambung, kanker pancreas, kanker serviks, kanker
ginjal dan penyakit lainnya. Selain itu, konsumsi rokok juga menyebabkan kanker paru,
esophagus, laring mulut dan tenngorokan.
Kanker paru-paru hampir 90% disebabkan oleh konsumsi rokok, yang juga
berkomplikasi dengan asma. Namun demikian tidak hanya pada perokok saja yang beresiko
mendapatkan penyakit-penyakit tersebut, tetapi perokok pasif juga mendapatkan resiko. Telah
terbukti bahwa perokok pasif juga memiliki resiko untuk terkena penyakit kanker paru-paru,
kardiovaskuler, asma dan penyakit paru lainnya (Gondodiputro, 2007).

BAB III
KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori


Metode

Input (subjek belajar)


Input (subjek belajar)
Alat bantu

Proses belajar

Output (hasil belajar)

Bahan
belajarNotoadmodjo, (1993)
Sumber
: Soekidjo
3.2. Kerangka Konsep

Tanpa metode
Pretest:
- Pengetahuan
- Sikap
- Perilaku

Ceramah

Edutaiment

Post-test:
- Peningkatan
- Pengetahuan
- Sikap
- Perilaku

3.3. Definisi Operasional


1. Perilaku merokok merupakan aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan
menggunakan pipa atu rokok yang dilakukan oleh responden minimal satu batang sehari
dalam satu tahun. Hasil ukur yang diperoleh akan diklasifikasikan menjadi merokok dan
tidak merokok dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan metode cara ukur angket. Skala
ukur yang digunakan adalah ordinal.
2. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui responden mengenai rokok dan
bahayanya. Hasil ukur yang diperoleh akan diklasifikasikan menjadi baik dan kurang dengan
10

menggunakan alat ukur kuesioner dan metode cara ukur angket. Skala ukur yang digunakan
adalah ordinal.
3. Sikap merupakan tanggapan responden terhadap rokok dan bahayanya. Hasil ukur yang
diperoleh akan diklasifikasikan menjadi baik dan kurang dengan menggunakan alat ukur
kuesioner dan metode cara ukur angket. Skala ukur yang digunakan adalah ordinal.
4. Pengaruh orang tua merupakan sejauh mana orang tua dapat mempengaruhi responden untuk
berperilaku merokok. Hasil ukur yang diperoleh akan diklasifikasikan menjadi tinggi dan
kurang dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan metode cara ukur angket. Skala ukur
yang digunakan adalah ordinal.
5. Pengaruh teman merupakan sejauh mana responden mempunyai teman atau kelompok
bermain yang mempunyai penerimaan positif terhadap perilaku merokok dan mempengaruhi
responden untuk merokok. Hasil ukur yang diperoleh akan diklasifikasikan menjadi tinggi
dan kurang dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan metode cara ukur angket. Skala
ukur yang digunakan adalah ordinal.
6. Pengaruh ikklan merupakan sejauh mana iklan dapat mempengaruhi responden untuk dapat
berperilaku merokok. Hasil ukur yang diperoleh akan diklasifikasikan menjadi tinggi dan
kurang dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan metode cara ukur angket. Skala ukur
yang digunakan adalah ordinal.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik

yang dilakukan terhadap

sekumpulan objek dalam jangka waktu tertentu.


Penelitian yang akan dilakukan dengan pendekatan cross-sectional Study dimana
pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada setiap responden.
11

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian


4.2.1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Kampus Politeknik Kemenkes Aceh Jurusan Farmasi
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus tahun 2013.
4.3. Populasi dan sampel
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua Mahasiswa Pria Jurusan Farmasi Poltekkes kemenkes
Aceh tahun 2013. Pada tahun 2013 periode Juni sampai Desember, populasi Mahasiswa Pria
Jurusan farmasi Poltekkes Aceh berjumlah 50 orang.
4.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
stratified random sampling, yaitu dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum
dari anggota populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-unit
tersebut (Notoadmodjo, 2002)
4.4. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket yang berbentuk kuesioner
sebagai alat ukur mengukur setiap variable. Kuesioner tersebut dikembangkan sendiri oleh
peneliti dengan mengacu pada tinjauan pustaka dan berdasarkan kerangka konsep yang telah
dipaparkan sebelumnya. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Bagian A dari lembar kuesioner berisi pertanyaan tentang data demografi responden yang
digunakan sebagai kuesioner pembuka, meliputi : nama, alamat, umur, tanggal penelitian,
terdiri atas 4 item pertanyaan dalambentuk isian.

12

2. Bagian B merupakan kuesioner dalam bentuk skala dichotomous choice dengan 2 pilihan
jawaban (benar dan salah) yang digunakan untuk mengukur factor yang mempengaruhi
perilaku merokok pada mahasiswa pria jurusan farmasi poltekkes kemenkes aceh yang terdiri
dari 20 item pernyataan.
Pilihan jawaban adalah benar dan salah. Untuk pernyataan positif, jawaban benar
diberikan nilai 1 dan 0 untuk salah, sebaliknya untuk pernyataan negatif diberi nilai kebalikannya
yaitu 1 untuk salah dan 0 untuk benar.
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang
ingin diukur. Dan untuk mengetahui kuesioner yang telah disusun mampu mengukur apa saja
yang hendak diukur, maka dapat diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item
dengan skor total kuesioner tersebut (Notoadmodjo, 2005). Uji validitas dengan mencari
koefisien korelasi butir total terkoreksi. Bila nilai koefisien korelasi dari pernyataan dalam
kuesioner adalah 0,3 atau diatas 0,3 maka kuesioner tersebut adalah signifikan. Hal ini berarti
bahwa pernyataan valid. Sebaliknya bila nilai korelasi dibawah 0,3 maka pernyataan dalam
kuesioner tersebut tidak signifikan (tidak valid) oleh karena itu pernyataan yang tidak valid akan
dibuang (Naga, 2004).

2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya
atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengumpulan itu tetap konsisten
bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap masalah yang sama dengan menggunakan
alat ukur yng sama (Notoadmodjo,2005). Dengan menggunakan paket program Statistical
Product and Service Solution (SPSS) maka nilai reabilitas dapat langsung dihitung, yaitu dengan
menggunakan Spearman-Brown. Bila nilai Spearman-Brown lebih besar dari 0,632, maka
kuesioner dinyatakan reliable (Naga, 2004).
13

Sebelum melakukan uji kuesioner terlebih dahulu peneliti akan mendapatkan surat izin
uji kuesioner dari Tim Pengelola Karya Tulis Ilmiah Program Studi Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes RI Aceh. Setelah dilakukan uji validitas dan reabilitas didapatkan hasil print out
dalam batasan valid dan reliable sehingga penelitian dapat dilanjutkan.
4.5. Cara Penelitian
4.5.1. Tahap persiapan pengumpulan data
Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi yang telah
ditetapkan berupa pengurusan izin dari Tim Pengelola Karya Tulis Ilmiah Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes RI Aceh .
4.5.2. Tahap pengumpulan
Pengumpulan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian serta meminta kesediaan
responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden yang telah disediakan.
b. Selanjutnya peneliti membagikan kuesioner penelitian dan menjelaskan tata cara pengisian
kuesioner sampai responden mengerti, kemudian responden dipersilahkan untuk mengisi
kuesioner tersebut.
c. Selama pengisian kuesioner, peneliti mendampingi responden agar bila ada pernyataan yang
tidak jelas dapat langsung dijelaskan kepada responden tanpa bermaksud mengarahkan
jawaban responden.
d. Setelah kuesioner penelitian selesai diisi, maka kelengkapan jawaban responden akan diteliti
kembali. Kuesioner yang belum lengkap diisi, langsung peneliti meminta responden untuk
melengkapi saat itu juga.

14

e. Peneliti kemudian melakukan terminasi dengan responden dan setelah data setelah data
terkumpul, peneliti melapor kembali ke pihak akademik Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes
RI Aceh untuk mendapatkan surat keterangan telah selesai melakukan penelitian.
4.6. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data.
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Setelah pengumpulan data, dilakukan penelitian kembali terhadap instrument
pengumpulan data (kuesioner) yang meliputi kelengkapan jawaban isian yang diberikan
responden untuk memastikan semua pernyataan telah dijawab atau diisi, dapat terbaca dan
melihat kekeliruan yang mempunyai kemungkinan mengganggu pengolahan data selanjutnya.
2. Coding
Peneliti memberikan kode pada jawaban dan hasil pemeriksaan yang terdapat di
kuesioner untuk mempermudahkan pengolahan data.
3. Transfering
Yaitu data yang telah diberi disusun beurutan mulai dari responden pertama hingga
terakhir untuk kemudian dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan sub variabel yang diteliti
kemudian dihitung frekuensinya.

4. Tabulating
Pada tahap tabulating, peneliti mengelompokkan jawaban jawaban responden
berdasarkan kategori yang telah dibuat untuk setiap sub variabel yang diukur dan menghitung
nilai total setiap kolom dari variabel yang berisi data yang didapat dari hasil penelitian yang
selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi.

15

4.7. Analisis Data


Analisa univariat digunakan dengan metode statistik deskriptif untuk masing-masing
variable penelitian. Masing-masing variable ditentukan hasil ukur. Mean atau rata-rata nilai dapat
diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
x=

x
n

Keterangan :
x

: mean (nilai rata-rata)

: jumlah nilai mentah yang dimiliki subjek

: banyak subjek yang diteliti

Untuk presentasi tiap variabel digunakan rumus sebagai berikut :


fi
p= 100
n
Keterangan :
p

: persentase

fi

: frekuensi teramati

: jumlah sampel

16

Anda mungkin juga menyukai